He Feng dan istrinya Zhou Mei keluar dari sebuah gedung.
Memandangi terang matahari di luar, mereka berdua merasa pusing.
Sudah tepat sepuluh hari tidak keluar.
Sepuluh hari lalu, setelah peristiwa supranatural yang mengguncang dunia di Kota Dachang, mereka diawasi penyidik hingga baru sekarang dilepaskan.
"Istri, aku akan mengajak semua rekan menerbitkan berita."
He Feng menatap langit, seolah kembali melihat adegan hari itu.
"Langit terwarnai kuning keemasan, siluet ilahi berdiri tegak di cakrawala, sepasang mata yang membuat hati bergetar memandangi seluruh kota... Saat itulah, di dunia ini muncul seorang dewa bernama Yang Jian."
Sebagai orang yang mengalami langsung semua ini, He Feng sangat paham di lubuk hatinya: masih ada teror tak dikenal yang tersembunyi di dunia ini.
Seorang dewa takkan bangun tanpa alasan. Segala sesuatu memiliki akar permasalahannya.
"Tapi kita sudah menandatangani perjanjian kerahasiaan. Dilarang membocorkan informasi tentang hari itu, terutama dua huruf itu - bahkan mengucapkannya pun terlarang. Jika melanggar, bukan hanya pekerjaan kita yang hilang, tapi kita juga bisa dituntut, bahkan dipenjara..."
Zhou Mei membelalakkan matanya, memandangi He Feng dengan heran.
"Aku tahu. Tapi justru karena itu aku harus menulis berita itu. Teror tak dikenal di dunia ini sudah mulai muncul. Kita pasti bukan korban pertama, akan ada banyak orang dengan pengalaman serupa setelah ini. Jika mereka tak mengetahui nama itu, mereka takkan mendapat perlindungan maupun bertahan hidup."
He Feng berkata dengan serius: "Aku paham maksud para penyelidik itu. Sebelum memastikan keaslian dewa tersebut dan sikapnya, mereka ingin mempertahankan stabilitas yang ada. Karena dunia ini belum siap menghadapi semua ini. Tapi intuisi mengatakan padaku, transformasi dahsyat akan segera tiba. Kita wajib melakukan sesuatu."
"Percayalah, waktu akan membuktikan aku benar. Sekarang aku butuh dukunganmu."
Setelah merenung sejenak, Zhou Mei mengangguk khidmat:
"Sementara sudah diputuskan, lakukan saja. Aku akan terus menemani. Tapi jika ingin memperluas pengaruh dan meningkatkan eksposur, tidak hanya perlu dukungan beberapa orang dalam industri, tapi juga membutuhkan uang dalam jumlah besar."
"Kalau begitu, jual saja rumah dan semua aset lainnya." He Feng berkata tanpa ragu-ragu.
"Perlu sampai segitunya?" Zhou Mei terlihat kaget.
He Feng berkata: "Ada orang yang rela mempertaruhkan nyawa untuk melawan hantu mengerikan itu. Aku cuma mengeluarkan uang, apa masalahnya?"
Pikirannya melayang ke pria tua di Kompleks Guanjiang yang menyelamatkannya sambil membawa kapak, sopir yang berkorban untuk mengantarnya, dan wanita misterius yang memegang lilin merah menyelamatkannya dari jurang kematian...
Di tengah perubahan besar dunia ini, harus ada yang maju mengambil peran.
Saat ini.
Kota Dahan.
Sejarah seperti terlahir kembali.
Enam puluh tahun telah menghapus semua jejak gaib di kota ini.
Kabar angin tentang Kantor Pos Hantu hanya tersisa dalam arsip yang disegel.
Namun hari ini.
Jalan kecil yang melengkung dan berkelok itu muncul kembali di sebuah gang sempit Kota Dahan.
Yang Jian dengan mudah menghancurkan batas dunia nyata dan gaib, menyusuri jalan itu menuju Kantor Pos Hantu yang sudah familier.
Namun, di aula utama Kantor Pos Hantu, seorang pria berjalan pincang, berusia sekitar 40-50 tahun, dengan wajah muram berdiri tegak di sana. Bola matanya yang tak bernyawa berputar pelan, terus menatap pintu gerbang kantor pos yang telah terkunci lama.
"Enam puluh tahun telah berlalu, Yang Jian, kau muncul lagi?" Suara Sun Rui parau seolah tak pernah bicara bertahun-tahun. Tubuhnya tak berdaya bagai mayat dingin yang tak bernyawa.
"Braak!"
Sesaat kemudian.
Pintu gerbang kantor pos bergemuruh terbuka, hembusan angin dingin yang menyeramkan menyusup masuk.
Siluet yang familiar itu bergegas mendekat persis seperti enam puluh tahun silam.
"Sun Rui, tak kusangka kau juga sudah tua." Suara Yang Jian datar. Mata hantunya berputar misterius menyapu sekeliling ruangan.
"Meski sebagai pengelola kantor pos, tak ada cara untuk melawan erosi waktu. Tapi kau masih sama persis seperti enam puluh tahun lalu. Jujur saja, aku tak ingin melihatmu di sini. Kedatanganmu menandakan kebangkitan supranatural kedua akan dimulai." Wajah Sun Rui semakin suram.
"Semua ini seperti siklus terlahir kembali. Apakah aku akan mengikuti jejak Luo Wensong, manajer generasi pertama? Sebelum sepenuhnya terkikis oleh kekuatan gaib, aku harus memilih pengelola kelima untuk kantor pos ini."
Meski masih hidup, efek tinggal terlalu lama di Kantor Pos Hantu ditambah pengaruh supranatural membuatnya merasa semakin kehilangan sifat kemanusiaannya.
Sun Rui menyadari dalam beberapa tahun ke depan ia harus mulai mempersiapkan ritual pemakamannya sendiri. Jika terus menunda kematian, dikhawatirkan akan muncul variabel tak terduga.
“Rencanaku sudah berhasil, era gaib akan berakhir di tanganku, kau bisa tampak lega.” Kata Yang Jian dengan tenang.
“Aku tak pernah meragukan kemampuanmu. Di waktu berikutnya, aku akan tetap di sini menunggu sampai detik keberhasilanmu. Selama enam puluh tahun ini terlalu banyak orang yang telah kulepas. Kuharap sebelum mati bisa melihat gaib benar-benar musnah.” Ucap Sun Rui.
Era itu terlalu kejam dan penuh keputusasaan, jangan biarkan terulang kembali.
“Tenang, tak akan.” Kata Yang Jian.
Yang Jian tidak berlama-lama di Kantor Pos Hantu. Setelah pertemuan singkat dengan Sun Rui, dia pergi untuk memastikan berapa banyak anggota era lalu yang masih tersisa hari ini setelah enam puluh tahun.
Setelah meninggalkan Kota Dahan, dia menuju kota lain.
Ini adalah kota yang dulu menjadi tanggung jawab Liu San.
Namun setelah bentrok dengan organisasi Raja, Liu San perlahan menghilang dari lingkaran gaib. Banyak yang menduga dia sudah mati, tapi manusia kertas gaibnya tiba-tiba muncul tiga puluh tahun lalu sekali, lalu lenyap selamanya.
Yang Jian mencari di kota ini.
Tempat yang mungkin tak ditemukan orang biasa seumur hidup, tapi bagi Yang Jian sekarang mudah bagai membalik telapak tangan.
Kekuatan gaibnya yang luar biasa mampu menembus batas dunia nyata dan ilusi, menjangkau segala penjuru.
Akhirnya, di kedalaman pegunungan hijau, Yang Jian menemukan rumah tua yang lapuk.
Bangunan ini memiliki struktur bata dan beton yang sangat sesuai dengan gaya arsitektur enam puluh tahun yang lalu, namun kondisinya sudah sangat rusak. Pintu depan dipenuhi rumput liar, bagian dalam rumah terasa lembab dan berbau busuk, dindingnya dipenuhi jamur.
Tidak ada jejak kehidupan manusia di sini.
Namun di lantai dua bangunan ini, terdapat sebuah ruangan dengan pintu gerbang tertutup rapat yang rantainya sudah berkarat parah. Rantai itu terlihat seperti akan putus jika ditarik sedikit saja. Dari kondisi ini bisa dinilai bahwa ruangan ini belum dibuka selama puluhan tahun.
Meski dibandingkan dengan kerusakan seluruh gedung, ruangan ini relatif masih terawat dengan baik.
Yang Jian tidak mendorong pintu masuk, namun sudah melihat benda di dalam ruangan.
Sebuah peti mati merah.
Peti mati merah jenis ini sangat familiar, sama seperti peti mati yang digunakan untuk mengubur Li Yang, Huang Ziya, Feng Quan, dan lainnya - berasal dari Toko Peti Mati di Jalan Hantu.
Namun peti mati merah ini awalnya bukan barang baru. Tanda-tanda erosi waktu sangat jelas terlihat: cat merah di permukaannya sudah terkelupas dalam jumlah besar, sisa-sisa kekuatan gaibnya juga sudah menipis. Dalam beberapa tahun lagi, peti mati hantu ini akan membusuk sepenuhnya.
Siluet Yang Jian muncul di dalam ruangan.
Tanpa ragu-ragu, dia langsung membuka peti mati ini.
Di dalam peti mati ternyata terbaring sebuah manusia kertas. Manusia kertas ini terlihat sangat hidup bak orang hidup, bahkan setelah puluhan tahun tak ada sedikit pun warna yang memudar. Wajah manusia kertas ini tertutup selembar kertas kuning yang melekat erat, menyamarkan lekuk wajahnya.
"Inikah langkah cadangan Liu San?" Dari persiapan ini, Yang Jian menduga ini pasti ulah tangan Liu San.
Selain itu, persiapan ini tidak mencapai enam puluh tahun, paling lama hanya sekitar tiga puluh tahun.
Mengingat tiga puluh tahun lalu pernah muncul fenomena gaib manusia kertas di kota ini, Yang Jian menduga itu pasti jejak aktivitas Liu San setelah terbangun.
"Kertas kuning seperti ini pernah kulihat. Dulu di rumah kuno, Zhou Deng pernah menggunakan kertas kuning yang ditempelkan di wajah agar Pengendali Hantu tertidur pulas. Kecuali kertas itu disobek, mereka takkan pernah bangun."
"Menggunakan peti mati hantu untuk memblokir kertas gaib sekaligus menyimpan kesadaran... Gagasan Liu San cukup brilian. Tapi puluhan tahun terlalu lama, bahkan Liu San pun tak bisa memastikan apakah dirinya bisa bertahan. Ini taruhan melawan waktu."
Sambil berpikir, Yang Jian meraih dan menyobek kertas kuning yang menempel di wajah manusia kertas itu.
Kertas kuning terlepas.
Wajah asli manusia kertas itu pun terungkap.
Sebuah wajah yang sangat familiar.
Persis seperti Liu San dari enam puluh tahun silam.
Yang Jian diam seribu bahasa, hanya berdiri menunggu dengan tenang.
"Jika ini adalah kebangkitan hantu gentayangan, maka Yang Jian akan tanpa ragu langsung bertindak untuk memukulnya ke kedalaman neraka, memastikannya tidak akan pernah muncul lagi di dunia nyata."
Sekitar beberapa saat kemudian.
Boneka kertas ganjil di dalam peti mati ini tiba-tiba membuka matanya.
Kekuatan gaib yang telah lama tersegel kembali bangkit.
Namun yang bangkit kali ini bukanlah arwah penasaran, melainkan seorang pria tua dari enam puluh tahun silam.
"Yang... Yang Jian, ternyata benar, kau yang membangunkanku. Sepertinya taruhanku berhasil. Aku berhasil melepaskan diri dari belitan mayat tua itu, bertahan hidup." Boneka kertas itu berbicara perlahan dengan suara parau yang terasa asing.
"Liu San, apa kau yakin aku akan membantumu merobek kertas kuning ini dan membangunkanmu?" Ekspresi Yang Jian tetap tenang.
Boneka kertas itu duduk dari dalam peti: "Saat era gaib mulai runtuh dulu, aku yakin kau pasti masih hidup. Figur sepertimu tak mungkin gugur begitu saja. Karena itu, sejak saat itu aku mencari cara untuk bertahan."
"Kubuang sebagian besar kekuatan gaibku, hanya menyisakan satu boneka kertas. Tujuannya untuk menunggu kemungkinan kebangkitan di masa depan. Setelah era gaib berakhir, hanya kau yang mampu menemukanku dan bersedia membangunkanku."
"Sekarang, aku berhasil."
Senyum tipis mengerut di wajah boneka kertas Liu San.
"Sudah enam puluh tahun berlalu. Era itu telah benar-benar dikubur. Apa yang bisa kau lakukan meski terbangun sekarang?" Tatapan Yang Jian menunduk perlahan. Pikirannya melayang ke Kompleks Guanjiang, mengingat para sahabat masa lalu.
Semua telah tiada.
“Ini sudah akhir terbaik, bukan?” Liu San berkata.
“Benar, ini memang akhir terbaik.” Yang Jian mengangguk perlahan.
Liu San keluar dari peti mati: “Aku ingin jalan-jalan melihat era baru, ikut?”
“Tidak, aku mau ke tempat lain sebentar.” Tatapan Yang Jian tertuju ke kejauhan.
“Baik, kalau ada perlu datanglah mencariku.” Liu San berkata.
Yang Jian menyambung: “Ngomong-ngomong, sekarang aku punya nama baru.”
“Kau ganti nama? Sekarang namamu apa?” tanya Liu San.
“Yang Jian.”
Liu San tertegun sejenak lalu tersenyum: “Era baru memang seharusnya punya nama baru. Mungkin aku juga harus mengganti nama untuk melanjutkan hidup.”
“Sesukamu. Aku pergi dulu. Mainlah ke Kota Dachang kalau sempat.”
Tanpa banyak bicara, Yang Jian berbalik badan dan pergi.
Liu San menyaksikan kepergiannya, lalu meninggalkan rumah tua di pegunungan ini.
