Di bandara yang ramai dengan kedatangan dan kepergian, sekelompok wartawan berjongkok di dalam, berjuang untuk mendapatkan dokumen pertama. Situasi ini, jika tidak tahu, mungkin mengira kedatangan artis ternama.
Asisten Yao melewati terowongan penjemputan vip, akhirnya bertemu Lu Yan Chen yang telah memperluas pasar teknologi ke luar negeri.
Meskipun sering berdiskusi melalui rapat video tentang pekerjaannya, dan kadang Lu Yan Chen pulang ke China untuk ke perusahaan juga bisa bertemu, tapi kali ini, Lu Yan Chen kembali dengan teknologi yang benar-benar baru, artinya bukan main-main.
"Pak Lu." Sebuah panggilan sederhana mengandung semua air mata kepahitan hidup Asisten Yao selama beberapa tahun ini. Kembalinya Lu Yan Chen untuk standby, perusahaan kembali memiliki tulang punggung.
Lu Yan Chen mengangkat tangan dan meletakkannya di bahu asistennya, berkata dengan penuh kesungguhan: "Sudah bekerja keras."
Mereka awalnya berencana meninggalkan bandara dengan rendah hati, namun aura Lu Yan Chen terlalu kuat dan unik, bahkan tanpa melihat wajahnya pun tetap menarik perhatian.
Wartawan yang jeli menemukannya, lalu berbondong-bondong mengejarnya.
Tak lama, foto Lu Yan Chen yang muncul di bandara mulai menyebar online, langsung dibaca oleh gadis pecandu internet Xu Duo Hua saat itu juga.
Pandangan pertama mengira ini artis baru yang sedang naik daun, sampai melihat informasi identitasnya, ia terus mengelus dada: "Tsk-tsk, wajah ini, postur tubuh ini, langit-langit rumah bagi CEO di dunia nyata ya!"
Aktivitas berselancarnya biasanya fokus pada kabar seputar dunia hiburan dan berita-berita aneh, tiba-tiba menemukan trending topik tentang Chairman sekaligus direktur utama Grup Tianyu yang menjadi sorotan karena daya tarik fisiknya, buru-buru diklik.
Belakangan banyak teman sekelas sedang mencari perusahaan magang, memperhatikan berbagai perusahaan terkait software programming atau teknologi, ambang tinggi Grup Tianyu benar-benar tak pernah terbayangkan bagi orang biasa.
Xu Duohua membagikan link trending ke grup asrama 405: "Cepat lihat, CEO dalam novel menjadi kenyataan."
Kalau tidak bisa ke perusahaan, menikmati daya tarik fisik CEO secara gratis masih boleh kan?
Saat judul pop-up muncul di grup asrama, Jiang Yu Mian kebetulan membuka foto itu - bidikan spontan Lu Yan Chen yang sedang menoleh di bandara, wajahnya terlihat jelas.
Di sebelahnya ada sosok samar-samar yang dikenali sebagai Asisten Yao.
Beberapa tahun terakhir, Asisten Yao yang bertugas atas perintah Lu Yan Chen kadang datang membawakannya sesuatu.
Hadiah tahun baru, hadiah ulang tahun...
Kotak hadiah yang belum dibuka itu tetap tersimpan di apartemen, tak pernah disentuhnya.
"Mianmian, bagaimana rok ini?"
Kilatan merah menyala melintas di pandangan, memutus alur pikirannya. Jiang Yu Mian menatap ke atas dan melihat Xu Tianjiao memutar-mutar gaun panjang merah di hadapannya.
“Memang cantik, tapi tujuan kita membeli baju hari ini untuk pertukaran ilmu komputer yang akan datang. Gaun merah yang dipakai Xu Tianjiao ini terlalu mencolok, tidak pantas.”
Jiang Yu Mian menyampaikan dengan halus: “Ini kan acara akademis, menurutku gaya formal atau yang lebih rendah hati mungkin lebih baik.”
“Memang begitu, tapi di hari itu nanti tidak hanya ada akademisi konservatif, tapi juga banyak pengusaha sukses - kebanyakan pria. Dan pria itu makhluk visual.” Xu Tianjiao menggoyang-goyangkan ujung gaunnya ke kiri-kanan, sangat puas dengan penampilannya. Meski tidak cocok untuk acara tersebut, dia tetap berencana membelinya untuk dipakai saat kencan berikutnya.
Jiang Yu Mian tidak memberikan tanggapan atas pola pikirnya itu.
Sejak awal berkenalan sampai sekarang, Xu Tianjiao selalu menggunakan kecantikan dan EQ-nya untuk menaklukkan hati pria, demi mendapatkan uang atau keuntungan yang diinginkan.
Dia punya taktik, selalu berganti pasangan tanpa pernah main dua hati - memang cukup lihai.
Dia selalu berkata: "Masalah antara pria dan wanita itu suka sama suka. Dia mengincar kecantikanku, aku mengincar hartanya. Imbang, tak ada yang berutang."
Di asrama, Xu Tianjiao selalu dermawan pada mereka dan jarang timbul konflik. Mereka tak bisa terlalu banyak mengomentari atau menuduh tindakannya.
Akhirnya Xu Tianjiao menerima usulan Jiang Yu Mian, memilih kemeja renda kerah V yang dipasangkan dengan rok merah ketat.
Ini sudah termasuk penampilan 'paling rendah hati' yang pernah diterima Xu Tianjiao.
Awal bulan Juli, ujian akhir tiba sesuai jadwal.
Setelah usai, Jiang Yu Mian mulai mempersiapkan pertukaran laporan.
Prinsipnya tak pernah bertindak tanpa persiapan. Dia sudah paham pentingnya jaringan, apalagi kali ini banyak profesor berpengaruh dan pemimpin industri teknologi bereputasi akan hadir. Memberi kesan di momen seperti ini akan memudahkan langkah selanjutnya.
Jiang Yu Mian mempelajari dokumen online, memahami garis besar semua nama yang tercantum dalam daftar.
Kecepatan membacanya tinggi dengan ingatan yang baik, dasarnya cukup sekali baca saja.
“Pada akhirnya, hanya tersisa Tianyu……”
Tepat saat dia baru membuka situs web resmi Tianyu, telepon genggamnya berdering.
“Halo？”
“Mianmian, apakah rumahmu nyaman? Biarkan aku menginap selama dua hari.”
Xu Tianjiao menjelaskan alasannya lewat telepon, mantan pacarnya yang baru putus minggu lalu terus-menerus mengejar untuk rujuk, dia tak setuju, lalu mantan itu menunggu di depan pintu rumahnya seperti, membuatnya tak bisa pulang.
Setelah mendapat persetujuan Jiang Yu Mian, Xu Tianjiao segera tiba di apartemen. Masuk dengan dandan sempurna sambil bernapas berat penuh dendam: “Cuaca panas begini, ada rumah tak bisa pulang, salah si pria brengsek itu.”
Jiang Yu Mian menyerahkan secangkir air hangat padanya: “Kau juga Gagal total.”
“Kali ini aku kehilangan hitungan, berurusan dengan pemuda nekat.” Xu Tianjiao mengeluh sambil menjulurkan tangan menerima cangkir, baru sadar isinya panas saat sudah di mulut, langsung menaruhnya kembali, “Ada yang es?”
“Air hangat lebih baik, air es melukai tubuh.” Pengalaman pahit haid membuat Jiang Yu Mian sekarang terbiasa minum air hangat sepanjang tahun.
Xu Tianjiao tetap tidak mendengarkan: "Aku tidak bisa minum yang hangat, mati kehausan, beri aku dua keping es saja."
"Baik." Akhirnya Jiang Yu Mian memberinya sebotol minuman es.
Ini adalah minuman fungsi olahraga, Xu Tianjiao merasa ini tidak nyambung dengannya: "Kau minum ini?"
"Ah…" Jiang Yu Mian tersenyum: "Kadang-kadang."
Sebenarnya itu barang bawaan si Lu Xi itu.
Gedungnya dekat dengan trek lari tepi danau, kadang Lu Xi setelah berlatih akan mampir ke sini, juga minta minum air es. Saat Jiang Yu Mian bilang tidak punya, Lu Xi langsung pergi ke supermarket bawah rumah membawa satu kotak, menyuapkan dua botol ke kulkas.
Dia tidak tertarik dengan minuman ini, kebetulan dikontribusikan ke Xu Tianjiao.
Xu Tianjiao untuk sementara tinggal di sini, saat Jiang Yu Mian mempelajari pertukaran laporan, dia juga ikut melihat sekilas.
Saat informasi Tianyu berdenyut di kelopak matanya, Xu Tianjiao tiba-tiba teringat: "Tautan yang Duoduo kirim di grup chat sudah kau lihat?"
"Sudah lihat."
“Direktur utama Tianyu benar-benar pria sempurna di dunia manusia.”
“……Jelas.” Poin ini, dia terpaksa mengakui, bagaimanapun dulu dia selalu terdiam memandangi wajah Lu Yan Chen.
Xu Tian Jiao mengawasi layar sambil bersuara tsk: “Sungguh ingin magang di Tianyu.”
Jiang Yu Mian menuruti topiknya: “Kau bisa mencoba.”
Xu Tian Jiao tidak lagi menyambung pembicaraan.
Dia berbeda dengan Jiang Yu Mian, Jiang Yu Mian mendapat undangan karena kemampuan, dia... karena hutang budi.
Tak terasa, tibalah hari pelaksanaan pertukaran laporan.
Pertukaran laporan akademik dijadwalkan siang hari, Xu Tian Jiao sudah mulai berdandan sejak pagi. Masih mengenakan rok ketat yang dibeli di pusat perbelanjaan bersama Jiang Yu Mian waktu itu, dengan rambut keriting coklat dan gaya berpakaian ini, penampilannya benar-benar seperti wanita metropolitan.
Xu Tian Jiao yang sudah siap berdandan mengetuk pintu, sementara Jiang Yu Mian masih mengenakan baju rumah, terlihat sama sekali tidak terburu-buru.
“Hari ini kau pakai apa? Bagaimana kalau kubantu padu-padankan?” Xu Tian Jiao sangat mendalami penelitian tata busana.
Jiang Yu Mian membuka lemari pakaian, tangannya meraba-raba seolah ragu.
"Bukannya kau bilang harus terlihat profesional? Setelan kemeja putih dan celana jas kremmu itu bagus." Fitur wajah Jiang Yu Mian yang lembut justru kontras sempurna dengan setelan formal, menampilkan aura profesional tanpa terlihat kaku.
Jiang Yu Mian perlahan menggelengkan kepala, mengeluarkan blus sifon putih dan gaun ekor ikan merah muda.
Xu Tianjiao terkejut: "Kau akan pakai ini?"
Semula dikira akan berpakaian formal untuk diskusi serius dengan para akademisi, ternyata tetap memilih penampilan estetis.
Jiang Yu Mian tak ambil pusing: "Cuma pakaian kerja biasa."
Warna ini terkesan lembut, tidak mencolok juga tidak salah.
Ia mulai merias wajah alami di depan cermin.
Xu Tianjiao berdiri menyamping di sebelahnya.
Tali blus sifon yang tak terikat memperlihatkan tulang selangkanya, menyibakkan cap kupu-kupu di dekat clavicula-nya.
Seluruh penghuni asrama tahu bahwa pola itu adalah tanda lahir Jiang Yu Mian, mereka bahkan iri karena tanda lahirnya terlihat begitu indah seperti tato yang sengaja dibuat.
Dia tak mengerti mengapa Jiang Yu Mian harus menutupi kupu-kupu secantik itu, justru mendapatkan inspirasi untuk membuat tato yang lebih rumit dengan sengaja.
Tanda lahir alami Jiang Yu Mian terletak agak ke belakang sehingga tertutup pakaian sehari-hari, sedangkan tato Xu Tianjiao sengaja dibuat di depan agar terlihat jelas dengan leher V.
Saat sedang mengamati, Xu Tianjiao menerima pesan singkat lalu menunduk membalas: "Mianmian, yang menjemputku sudah datang. Aku turun dulu."
Jiang Yu Mian menoleh menjawab: "Baik, nanti ketemu lagi."
Tak lama kemudian, telepon Jiang Yu Mian berdering. Shen Qingbai yang tinggal di dekat juga akan ke pertukaran laporan, kebetulan bisa nebeng mobilnya.
Mobil berhenti di pinggir jalan. Dari kejauhan, Shen Qingbai melihat siluet anggun itu melangkah mendekat dengan gemulai.
Ia menurunkan kaca jendela mobil, menunggu Jiang Yu Mian membuka pintu mobil. Pandangannya tertahan pada gaun lembut yang dikenakannya hari ini, "Penampilanmu hari ini bagus."
Jiang Yu Mian membalas dengan sopan, "Kau juga tampan."
Jarang terlihat ia mengenakan dasi.
-
Pertukaran laporan ini dihadiri para elite, secara alami membentuk tiga lingkaran sosial.
Pertama, lingkaran profesor dan ilmuwan yang berdiskusi topik akademis. Kedua, jaringan antar perusahaan yang saling bertukar informasi. Ketiga, bakat muda berbakat yang datang dengan semangat mengejar pengetahuan dan perkembangan masa depan.
"Lihat, dua orang yang baru masuk di pintu itu."
"Aku kenal, Shen Qingbai dan Jiang Yu Mian dari Universitas Jing. Guru di kampus kami sering menjadikan mereka contoh."
Seorang pemuda beraura dingin nan istimewa, bersama gadis secerdas kristal salju. Tingkat kecocokan dalam berbagai aspek sangat tinggi, terlihat serasi saat berdiri bersama.
Topik pembicaraan anak muda selalu lebih hidup dibanding diskusi profesor. Di sini ada senior satu jurusan yang agak segan pada dua orang jenius ini.
Orang yang lebih muda tapi lebih hebat dari dirinya, dengan kehadiran mereka, probabilitas untuk menonjol jadi jauh berkurang.
Para subjek utama tak menghiraukan desas-desus yang dibisikkan, menemukan posisi masing-masing lalu duduk. Kebetulan Shen Qingbai berada di sebelah Jiang Yu Mian.
Saat acara hampir dimulai, Xu Tianjiao juga ikut duduk di situ.
Mungkin karena melihat mereka semua mahasiswa Universitas Jing, jadi diatur untuk duduk bersama.
Xu Tianjiao dengan santai bersandar ke Jiang Yu Mian sambil mengeluh: "Membosankan, setelah dilihat-lihat, ga ada yang cocok di mata."
Sejak masuk ke sini, dia terus mencari target di kerumunan orang, tapi semua bukan pilihan terbaik.
Susah payah bisa datang ke sini, harus bisa dapatkan imbalan lebih besar biar pantas dengan hutang budi yang sudah dikeluarkan.
Jiang Yu Mian hendak membalas, tiba-tiba keriuhan pecah di antara kerumunan.
Kata-kata seperti "Grup Tianyu" perlahan terdengar dari belakang, para hadirin serentak menoleh ke arah sumber suara. Kerumunan yang semula berdesakan pelan-pelan membuka jalan di tengah.
Pandangan Jiang Yu Mian menembus kerumunan, menangkap sosok tegap di kejauhan.
Postur pria itu ideal: pinggang ramping, bahu bidang, kaki panjangnya yang mencolok terbungkus rapi dalam celana jas. Kemeja hitamnya terkancing rapi hingga ke leher, dipadukan dengan dasi abu-abu keperakan yang memancarkan kesan elegan.
Sorot matanya yang penuh keteguhan seolah membawa cahaya ke mana pun ia melangkah.
Dari kerumunan terdengar bisikan-bisikan yang tersendat, "Itu Lu Yan Chen."
Benar, Lu Yan Chen.
Pria bertekad baja yang kembali membawa mimpi, siap memulai perjalanan baru.
Para undangan hampir lengkap, presentasi pun resmi dimulai.
Salah satu penanggung jawab acara, Lao Wu, setia mendampingi Lu Yan Chen sambil memaparkan kondisi dalam negeri: mulai dari perkembangan teknologi hingga seleksi bakat-bakat muda.
Lao Wu menunjuk ke arah grup dari Universitas Jing: "Lihat dua orang di sebelah sana, pasangan serasi dari jurusan Ilmu Komputer Jingda. Kemampuan individu mereka sangat mumpuni."
Lu Yan Chen tetap menjaga ekspresi lembutnya, dengan tenang merespons: "Menurutku tidak terlihat begitu."
Lao Wu: "Ah?"
Lu Yan Chen menoleh ke arah kelompok mahasiswa di seberang jalan, akhirnya tidak menjelaskan makna "tidak seperti" yang dimaksud.
Presentasi akademis ini berlangsung selama tiga jam penuh, panitia mengumumkan bahwa acara minum sore dengan hidangan melimpah telah disiapkan di aula lantai lain.
Pertukaran laporan ini memiliki dua tujuan: meningkatkan nilai akademis melalui presentasi, serta menyediakan platform sosial terbuka bagi peserta.
Para pendengar yang telah selesai menyimak mulai beranjak pergi, Jiang Yu Mian yang terbiasa tinggal paling akhir, Shen Qingbai dan Xu Tian Jiao juga masih bertahan.
Saat kerumunan telah bubar, barulah mereka bangkit dari tangga panjang yang berkelok untuk turun berjalan kaki.
Di tengah perjalanan, Xu Tian Jiao melirik ke belakang dan sengaja menjauhkan diri dari dua orang di depannya.
Sejak pertama melihat Lu Yan Chen, dia telah yakin pria luar biasa ini adalah kandidat terbaik malam ini - tidak ada duanya.
Dia harus memperlambat langkah, tapi tidak terlihat terlalu sengaja, berusaha menjaga jarak dengan Jiang Yu Mian di depannya. Dari sudut matanya, siluet pria ber-setelan jas rapi itu muncul. Xu Tianjiao tetap tenang, tapi tiba-tiba Lu Yan Chen melintasinya.
Alis Xu Tianjiao sedikit berkerut. Dia menyadari pria itu berjalan di depannya dengan jarak yang tidak terlalu dekat maupun jauh, tanpa mempercepat langkah.
Dirinya dan Jiang Yu Mian terpisah oleh bayangan tubuh Lu Yan Chen. Memanfaatkan kesempatan, Xu Tianjiao sengaja berteriak ke depan: "Mianmian, tunggu aku!"
Sambil berkata begitu, dia menyelinap melewati sisi Lu Yan Chen.
Suara dan penampilan visual menjadi elemen kunci untuk menarik perhatian. Xu Tianjiao ingin meninggalkan kesan secara halus.
Teriakan itu membuat Jiang Yu Mian berhenti dan menoleh ke belakang.
Tepat di tengah, tanpa diduga pandangannya terjebak dalam sorot mata hitam pekat seperti tinta milik pria itu, dalam dan memikat.
Dia juga sedang menatapnya.
Dua orang yang dulu begitu akrab, akhirnya bersua kembali di jalan mereka menuju masa depan.
Gadis kecil yang dulu rentan sensitif, yang menangis sambil memeluknya saat takut, kini telah dewasa menjadi sosok yang cerah bersinar, penuh percaya diri dan memesona.
Ia berusaha mencari sorot mata familiar di balik sorot mata yang jernih itu, namun justru menyaksikannya mengalihkan pandangan dengan tenang, mengabaikannya sepenuhnya.
Shen Qingbai-lah yang berbalik memanggil, "Mr. Lu."
Baru-baru ini Lu Yan Chen pulang ke China, dan Shen Qingbai telah bertemu dengannya.
Lu Yan Chen dari Tianyu Group adalah pemain utama di industri ini. Bahkan sosok dingin seperti Shen Qingbai pun memahami aturan pergaulan bisnis.
Saat ini ia tak lupa membawa Jiang Yu Mian, memperkenalkan Lu Yan Chen terlebih dahulu, lalu menyebutkan pada Mr. Lu: "Ini adik kelas langsung saya, Jiang Yu Mian."
Lu Yan Chen tak pernah menyangka, gadis kecil yang dulu selalu mengikutinya dan bersembunyi di belakangnya, kini berdiri di hadapannya dengan status "orang asing".
Meski terpisah sejengkal, hubungan mereka bagai langit dan bumi.
Jiang Yu Mian mengulurkan tangan terlebih dahulu: “Mr. Lu, Halo, saya Jiang Yu Mian.”
Orang lain rela memberikan segalanya untuk menarik perhatian Direktur Utama Tianyu dengan nilai gemilang, sementara perkenalan dirinya datar tanpa embel-embel status.
Lu Yan Chen menoleh, sorot matanya menetap pada tangan putih bersinar laksana giok itu, pandangan sampingnya menangkap tangan kirinya yang terurai di samping badan - pergelangan tangannya tak ada perhiasan.
Di jalan menuju masa depan dekat pondok di hutan, Jiang Yu Mian yang terjatuh di punggungnya mengucapkan pamitan, melepas gembok giok, sejak itu tali merah pelindungnya tak pernah terlihat lagi.
Gadis cerdas itu berhasil dewasa dengan selamat berkat kemampuannya sendiri.
Di depan umum, Lu Yan Chen meraih tangan Jiang Yu Mian: “Halo, saya Lu Yan Chen.”
Hari ini mereka berdiri di sini, kembali berkenalan.
Saat telapak tangan mereka bersentuhan, Jiang Yu Mian merasakan dengan jelas kehangatan yang familiar mengalir di antara jari-jarinya, membungkusnya erat.
Saat berpisah, jempol Lu Yan Chen mengait ringan di punggung tangannya, entah disengaja atau tidak...
Kelopak mata Jiang Yu Mian berkedut, tapi dilihatnya pria itu tersenyum sambil memandanginya dengan fokus.
Jiang Yu Mian menarik kembali tangannya, ujung jarinya sedikit melengkung.
Para pengamat berdecak kagum.
Ini? Apakah perkenalan ini agak tidak tepat?
Orang biasa saling memperkenalkan diri seperti ini tak masalah, tapi di kesempatan hari ini, seorang mahasiswa belum lulus dengan pengusaha berpengaruh seluas langit—Lu Yan Chen berjabat tangan saja sudah luar biasa, ternyata juga memperkenalkan namanya?
Di sini siapa yang tidak mengenalnya.
Namun, seorang gadis jenius berpotensi cerah dan putra terkasih Tianzi yang berdiri di puncak piramida—mungkin hubungan mereka tak bisa diukur dengan status.
Ada yang berbisik diam-diam: "Apakah Lu Yan Chen ingin merekrut Jiang Yu Mian ke Tianyu?"
“Jiang Yu Mian memang lihai.” Cari namanya di internet, langsung muncul segudang hashtag penghargaan, bahkan sudah mengajukan paten pribadi. Bakat langka seperti ini di mana pun berada pasti bisa membawa imbalan yang besar.
“Tianyu Group kini perkembangannya pesat sekali, banyak orang mati-matian berebut ingin masuk.”
“Susah ah...”
Keriuhan diskusi terus bergema. Xu Tianjiao berjalan melewati kerumunan sambil membawa piring kue, teringat saat dia berdiri di samping tadi. Di mata Lu Yan Chen terlihat kekaguman pada Jiang Yu Mian, dan sesuatu yang lain...
Emosi yang terpancar itu terlalu kompleks, sulit dipahami.
Tapi satu hal yang pasti, kini Lu Yan Chen pasti punya kesan mendalam pada Jiang Yu Mian.
Xu Tianjiao sedikit kesal. Awalnya dia ingin suaranya didengar dan penampilannya dilihat Lu Yan Chen, malah jadi mempersembahkan gaun pengantin buat orang lain.
“Nonaku, Anda...”
Banyak pria memang tertarik pada penampilan luarnya yang mencolok. Xu Tianjiao akan menilai status mereka sebelum menentukan kedalaman pembicaraan, namun begitu seseorang mendekat, langsung diusirnya.
Karena pada detik ini, dia merasakan arah pandangan Lu Yan Chen.
Saat mencoba berpura-pura tak sengaja menatap, ketika menoleh, ternyata Lu Yan Chen sudah pergi.
Meski hanya sesaat, dia yakin pandangan Lu Yan Chen sempat berhenti di tubuhnya. Pria memang selalu makhluk visual.
Kecantikan dan bentuk tubuh selalu menjadi modal kebanggaannya. Setiap kali Xu Tianjiao turun tangan, belum pernah gagal. Selain itu, Lu Yan Chen sudah memperhatikannya. Asal mau memutar otak, yakin mendapatkan pria ini bukan hal sulit.
-
Lu Yan Chen hampir sepanjang waktu dikelilingi orang. Dengan tenang dia menangani interaksi sosial, lalu tanpa sengaja menemukan Xu Tianjiao.
Xu Tianjiao adalah teman sekamar Jiang Yu Mian. Tak tahu seberapa erat hubungan mereka, sampai-sampai cap kupu-kupu pun sama persis.
Namun sayangnya, dia tidak menemukan bayangan yang terasa familiar di dekat Xu Tianjiao, lalu pergi tanpa menoleh dari tempat itu.
Di halaman rumput luar, Jiang Yu Mian baru saja keluar untuk menghirup udara segar.
Li Wenfeng mengirimkannya kabar, dia berdiri di bawah pohon membalas pesan. Tanpa terasa beberapa menit berlalu, Jiang Yu Mian merasa pipinya agak gatal. Tak tahan, dia menggaruk ringan dengan jari. Saat mengangkat ponsel untuk memotret, terlihat titik merah sebesar kacang di pipinya.
Lu Yan Chen baru menemukannya. Melihat gadis berbaju lengan pendek dan gaun panjang itu berdiri di bawah pohon, dia menghela napas dan berbalik untuk meminta dua barang.
Alis Jiang Yu Mian berkerut.
"Ada apa dengan wajahmu?" Shen Qingbai menangkap keanehan itu.
"Mungkin tadi digigit nyamuk." Khawatir akan merambat, Jiang Yu Mian tak berani menggaruk lagi.
"Tunggu sebentar." Shen Qingbai kembali ke aula megah mencari pelayan, dan segera memperoleh obat gatal berupa salep herbal berwarna hijau.
Lu Yan Chen terlambat selangkah.
Jiang Yu Mian mengoleskan obat sambil memegang ponsel, Shen Qingbai membantunya mengangkat botol obat.
Setelah meratakan obat dengan sederhana, Jiang Yu Mian memutar tutup botol dan mengucapkan terima kasih. Pemuda dan gadis itu berdiri di hamparan rumput, matahari sore oranye terang membayangi dari belakang.
Gambaran penuh aura masa muda ini benar-benar... menimbulkan rasa tak nyaman.
Bukan main, Lao Wu keluar mencari dia. Lu Yan Chen menyimpan balsem anti gatal, mengulurkan lingkaran tali di tangannya: "Serahkan gelang anti nyamuk ini ke gadis di sebelah itu."
Dia menunjuk ke arah pohon.
Lao Wu mengikuti arahnya, namun melihat dua perempuan.
Xu Tianjiao yang baru datang, gaya mereka sama sekali berbeda. Satu memancarkan kelembutan feminin, satu lagi berani dan mencolok.
Jiang Yu Mian dan Shen Qingbai adalah "sepasang", sementara yang bisa menarik perhatian pria asketik seperti Lu Yan Chen, seharusnya wanita lebih matang dan menggoda di sebelahnya kan?
Lao Wu yakin tebakannya tak meleset, langsung memanggil pelayan dan menyuruh mengantarkan gelang anti nyamuk ke Xu Tianjiao.
Setelah memberi perintah, ia merasa kurang puas lalu memanggil pelayan itu untuk berbisik khusus di telinganya: "Jika ada yang bertanya, katakan ini dari Mr. Lu... Jangan sampai tersebar luas."
Bagaimanapun, sebelum hal ini terwujud, cukup pihak terkait yang mengetahuinya.
Xu Tianjiao yang menerima gelang itu Ternyata menunjukkan wajah berbinar. Pelayan hanya diam-diam memberitahu nama pengirim barang, sementara Jiang Yu Mian yang tak tahu menahu masih sempat bercanda: "Entah siapa penjaga bunganya yang teliti begini."
Xu Tianjiao tersenyum misterius: "Mianmian, aku masuk dulu ya."
"Ngomong-ngomong, mulai malam ini aku akan pulang ke rumah. Nanti kalau ada waktu baru ke tempatmu mengurus barang-barang."
"Baik." Urusan orang lain, Jiang Yu Mian pun tak terlalu ikut campur.
Setelah Xu Tianjiao pergi, Shen Qingbai juga dipanggil melalui telepon oleh chairman sebuah perusahaan yang ingin berdiskusi dengannya.
Jiang Yu Mian tetap berada di luar, untuk sementara tak ingin pulang.
Awalnya dia sudah siap untuk mengikuti seminar akademis. Presentasi para senior memang sangat bagus, namun diskusi setelah acara menjadi terlalu komersil. Orang-orang itu seolah sangat tertarik padanya. Dengan cepat dia menyaring di benaknya objek-objek yang layak dipererat hubungan, lalu mendapatkan informasi kontak mereka.
Sebenarnya di antara para pengusaha yang hadir hari ini, yang paling berpengaruh adalah Lu Yan Chen dari Grup Tianyu.
Jiang Yu Mian mengangkat tangannya. Punggung tangan yang sempat tersentuh ujung jari panas itu seolah masih menyisakan kehangatan.
Dia tidak sengaja menghindari orang itu, tapi juga tidak proaktif mendekati. Sulit dijelaskan sikap mental seperti apa yang muncul saat saling memperkenalkan diri tadi.
Tiga tahun cukup untuk membuat perubahan drastis, contohnya dirinya.
Jiang Yu Mian asal memetik daun dari pohon pendek di sampingnya. Tujuannya sudah tercapai, kini dia hanya ingin mencari ketenangan.
Tiba-tiba, kotak dialog yang lama terbengkalai muncul di urutan teratas daftar pesannya.
L: "Teman-temanmu sudah pergi. Bagaimana kalau kita makan bersama?"
Catatan Penulis：
Masih ingatkah saat pertama kali Mie Mie berbohong? Fengshui berganti arah
"Lagu Perjuangan" babak pertama akhir bulan akan segera ditutup! Para harta karun, mari berikan dukungan terakhir untuk Mr. Lu dan Mianmian! (Detail lihat halaman keterangan) Tinggal beberapa hari lagi, maaf kalau cerewet, cinta kalian semua!
