Hari ini, Lu Yan Chen yang jarang update circle friends tiba-tiba mengunggah foto.
Dua buku merah bersilangan diletakkan berdampingan, latar merah dengan tulisan tinta emas jelas bertuliskan "Surat Nikah".
Qin Zhouyue: What？
Qin Yan: Selamat Selamat.
Sheng Feifei: Hmm? Bukankah Mianmian masih sekolah?
Orang yang familiar tahu, Jiang Yu Mian sedang pertukaran pelajar dan seharusnya berada di luar negeri. Lu Yan Chen tiba-tiba menjemur dua surat nikah, benar-benar sulit dipercaya.
Tapi dengan cepat, circle friends Jiang Yu Mian di-refresh, memastikan pendaftaran kedua orang itu tak diragukan.
Putri Feifei: Sapi sapi, kapan kau mendaftarkan pernikahan?
Mie Mie: Hari ini.
Putri Feifei: Kau sudah pulang ke China?
Mie Mie: Benar.
Para hadirin tahu Jiang Yu Mian pulang ke China dan sudah menikah, tapi tak ada yang tahu dia sengaja pulang untuk mendaftarkan pernikahan.
Lu Yan Chen muncul di luar kelas, berkata akan membawanya kembali untuk menikah. Saat itu dia benar-benar merasa, itu adalah rayuan paling romantis yang pernah didengarnya seumur hidup.
Begitu mendadak, namun terasa sangat wajar.
Hari pendaftaran, Lu Yan Chen mengajaknya ke rumah baru, sebuah bangunan bergaya barat dengan taman.
Dia tidak tahu kapan Lu Yan Chen membeli dan mempersiapkannya, hanya mendengar suara Lu Yan Chen yang mencium lehernya sambil berkata, ini adalah: “Hadiah bulan madu.”
Pasangan pengantin baru ini menghabiskan malam indah di kamar mereka, akibat lama tidak bercinta, pinggangnya sakit dibuat repot.
“Aku masih harus naik pesawat.” Dia mengeluh Yan Chen yang semalam tak terkendali, kupu-kupu kecil yang lembap setelah hujan terlihat manja, seperti sedang merajuk.
Lu Yan Chen menenangkan: “Kau bisa terbang kembali sambil berbaring.”
Pesawat pribadi memang melampaui karakter dasar manusiawi, Jiang Yu Mian tidur nyenyak di pesawat, membuka mata sudah sampai.
Kali ini Lu Yan Chen yang menemani terbang.
Awalnya dia merasa merepotkan, dirinya juga tidak terlalu manja, tapi Yan Chen bersikeras.
Dia tak merasa repot, bahkan senang: “Ini hak istimewa.”
Jiang Yu Mian bertanya: “Hak istimewa apa?”
Lu Yan Chen mengangkat tangannya dan mencium hingga ke jari manis: "Hak istimewa istri."
Terlalu, terlalu, terlalu melanggar aturan!
Meski di malam pendaftaran pernikahan, Lu Yan Chen "memaksa"nya memanggil suami, dalam keadaan sadar sama sekali tidak bisa diucapkannya.
Kini mendengar bisikannya di telinga, rasa malu dalam hati langsung merambat dari leher ke pangkal telinga.
Meski kehidupan bulan madu manis, waktunya terbatas.
Pesawat mendarat, keduanya pun menghadapi perpisahan.
Kegembiraan yang melayang tinggi tiba-tiba jatuh ke tanah, tiba-tiba bertambah sedih.
Saat berpisah, Jiang Yu Mian balik berbisik: "Musim dingin tiba, jaga kondisi kesehatanmu."
Tahun-tahun sebelumnya Lu Yan Chen selalu sakit, tahun ini belum terjangkit, ini hal baik, tapi ia khawatir bila nanti dirinya tak di samping, dia lagi-lagi memaksakan diri diam.
Lu Yan Chen memutar-mutar jarinya sambil bergurau: "Anak kecil, kalimat ini seharusnya kuucapkan untukmu."
“Siapa yang disebut anak-anak.” Dia menggerutu, mengangkat cincin di antara jari-jarinya untuk memamerkan, “Aku ini istrimu!”
Lu Yan Chen memandanginya, mengakui: “Ya, istriku.”
Jiang Yu Mian hampir ambruk mabuk oleh sorot mata yang memabukkan itu.
Setelah itu, keduanya tetap mempertahankan komunikasi via video call atau panggilan suara.
Tak lama kemudian, Lu Yan Chen menghadiri konferensi pers peluncuran produk baru Tianyu. Wartawan menyorot kamera ke arahnya tanpa henti, foto-foto yang dirilis membuat netizen jeli menyadari——
Cincin yang semula dikenakan di jari tengah Lu Yan Chen telah berpindah ke jari manis.
Kabar gembira terbesar sepanjang hidupnya ini, mengubah musim dingin nan dingin menjadi hangat bagai musim semi.
Yang lebih mengejutkan, Lu Yan Chen sama sekali tidak sakit selama musim dingin ini. Ia yakin, ini adalah keberuntungan yang dibawa oleh sang istri kecilnya.
Menjelang Tahun Baru Imlek, Jiang Yu Mian sibuk dengan penelitian akademisnya. Lu Yan Chen terbang ke luar negeri untuk menemaninya, mereka pun mengatur pertemuan dengan keluarga Jessie.
Jessie yang dulu salah mengira dirinya sebagai “Nyonya Lu”, kini benar-benar menjadi Nyonya Lu yang sah.
Putri Jessie, Lily telah dewasa, fitur wajah campurannya elegan dan dalam.
Gadis yang dimanjakan itu ceria dan bersinar, saat bertemu Jiang Yu Mian bahkan menyapa "Kakak" dalam bahasa Mandarin. Jessie bingung apakah harus membetulkan panggilan itu, antara memanggil Jiang Yu Mian "Tante" atau menyebut Lu Yan Chen sebagai "Kakak".
Skenario pertama membuat terkesan tua, skenario kedua langsung merendahkan tingkat generasi.
Lu Yan Chen tak mempermasalahkan: "Masing-masing memanggil sesuai yang baik."
Dalam interaksi antar manusia, kebahagiaan adalah prioritas, tak perlu terbelenggu aturan rumit.
Namun justru karena itu, terjadilah insiden kesalahpahaman kecil.
Saat Jiang Yu Mian bermain dengan Lily di halaman, tetangga sebelah melihatnya. Putra mereka adalah pemuda asing yang blak-blakan dan romantis, langsung memetik bunga dari rumahnya untuk mengungkapkan cinta pada Jiang Yu Mian.
Jiang Yu Mian ketakutan mundur beberapa langkah, buru-buru menjelaskan status pernikahannya dalam bahasa Inggris.
Pemuda itu menyesal, memberikan bunga sebagai hadiah permintaan maaf atas kelancangannya.
Mengingat si pemuda ini mengenal keluarga Jessie, Jiang Yu Mian tidak menolak langsung dan menerima hadiah tersebut, berencana memberikannya pada Lily setelah mereka pergi. Namun sebelum rencana terlaksana, adegan ini terlihat oleh Lu Yan Chen.
Lu Yan Chen mendekatinya, dengan tenang merangkul pinggangnya, lalu berterima kasih dalam bahasa Inggris yang sempurna kepada pemuda itu: "Terima kasih telah memberi bunga untuk istriku."
Senyum mengembang di wajahnya, tapi Jiang Yu Mian merasakan tekanan kuat dari tangan yang melingkari pinggangnya.
Setelah tetangga pergi, Lu Yan Chen dengan lembut meminta Lily mengubah panggilan "Kakak" menjadi "Tante".
Jiang Yu Mian protes: "Panggilan begitu membuatku terasa tua."
Lu Yan Chen dengan wajah datar: "Kau akan selamanya muda di mataku."
Jiang Yu Mian: !
Baiklah, dia mengakui dirinya berhasil dihibur.
Setelah Tahun Baru Imlek, musim semi segera tiba dengan gemuruh kompetisi bunga-bunga mekar.
Jiang Yu Mian sibuk dengan studinya, sementara Lu Yan Chen memimpin perkembangan Tianyu. Seperti dulu, mereka sibuk dan berkembang di tempat yang berbeda, akhirnya bertemu kembali di tempat tinggi.
Selama studi pascasarjana, Jiang Yu Mian kembali mempublikasikan dua makalah di jurnal SCI. Tawaran gaji tinggi dari luar negeri pun tak bisa menahannya.
Di musim panas saat Jiang Yu Mian kembali setelah menyelesaikan pendidikannya, Yuan Qingli melahirkan seorang anak perempuan bernama Qin Zhaozhao.
Jiang Yu Mian mengunjungi mereka dengan membawa hadiah. Bayi mungil berkulit putih bersih itu sangat menggemaskan.
Setelah pulang ke China, Jiang Yu Mian juga menjenguk Kakek Lu di rumah keluarga Lu.
Setahun tak bertemu, ia terlihat lebih renta dan rapuh dibanding dulu.
Kini Kakek Lu jarang beraktivitas. Ia lebih sering berjemur sendirian di halaman atau berjalan pelan dengan tongkat. Teman-teman tua yang dulu sering mengajaknya main catur dan minum teh pun jarang dihiraukannya.
Kakek Lu berkata, "Pergi keluar terlalu melelahkan. Lebih nyaman berbaring saja."
Jiang Yu Mian berdiri di samping orang tua: "Kakek, kadang kita juga pantas pergi menggerakkan badan."
Kakek Lu kembali bertanya tentang kehidupan belajarnya di luar negeri. Jiang Yu Mian menjawab satu per satu, sampai akhirnya Kakek Lu bertanya: "Kapan dijadwalkan hari pernikahan?"
Dia menjawab: "Musim gugur."
Musim semi sudah terlambat.
Lu Yan Chen berkata, musim panas terlalu panas, musim gugur lebih pantas.
-
Ritual pernikahan megah tiba tepat waktu di musim gugur.
Acara digelar di tempat termewah di Jingcheng dengan tamu undangan yang sangat banyak.
Selain keluarga Lu dan mitra bisnis, hadir juga keluarga Song dari Ningcheng, Jessie dari luar negeri, serta Li Wenfeng yang mengawasi tumbuh kembang Jiang Yu Mian sejak kecil bersama istri dan anaknya untuk menyaksikan upacara.
Tanpa kehadiran orang tua kandung, ayah/ibu angkat pun tak ingin merebut posisi tersebut. Saat ritual berlangsung, dia tidak berjalan sendirian di atas karpet merah.
Panggung bundar di lokasi pernikahan didekorasi dengan cermat, menampilkan efek galaksi berkilauan. Pengantin perempuan yang mengenakan gaun pengantin putih duduk di atas bulan sabit yang turun perlahan, bagai bintang paling berkilau di galaksi.
Pada detik tatapan mereka bertemu, Lu Yan Chen mengulurkan tangannya, menuntunnya langkah demi langkah mendekati dirinya.
Saat pembawa acara bertanya "Apakah ingin", penonton tak hanya mendengar tiga kata. Medan magnet yang tak tertembus melingkupi mereka - senyuman dan kerling mata, setiap gerakan dan pandangan, semuanya berbicara "Aku setuju".
Kakek Lu duduk di barisan depan. Orang luar tahu dia adalah kakek kandung pengantin pria. Beberapa tamu bahkan menjilat dengan memuji-muji di telinganya: "Cucu Tuan muda berbakat", "Calon cucu mantu juga berkemampuan", "Benar-benar pasangan serasi, jodoh bawaan lahir".
Melihat pasangan yang begitu cocok di atas panggung, Kakek Lu merasakan penyesalan yang mendalam dalam hati.
Sampai sekarang, dia masih ingat gambaran saat Lu Yan Chen menggenggam tangan Jiang Yu Mian, meninggalkan keluarga Lu untuk selamanya di hari itu.
Dia merasa bersalah pada cucunya, tak pernah menjalankan tanggung jawab sebagai Kakek, bahkan memisahkan sepasang kekasih karena keras kepala dan kesombongannya.
Mengingat kembali semuanya terasa sangat menggelikan.
Kini dia duduk di posisi ini, seperti cangkang kosong.
Lu Xi yang duduk di sebelah melihat ekspresi kompleks di wajah Kakek, dalam hatinya tak enak, namun dia tetap tersenyum cerah dengan nada bicara riang: "Kakek, Kau sangat menyukai Jiang Yu Mian. Kini dia menikahi Kakakmu. Istri kakakku ini hampir seperti cucu perempuan kita sendiri."
Nyonya Song yang duduk di sisi lain hampir menitikkan air mata.
Adegan ini benar-benar memberi perasaan menyaksikan anak perempuan sendiri tumbuh dewasa dan menikah. Nyonya Song menoleh ke suaminya: "Dia akhirnya mendapatkan yang diinginkannya."
Tuan Song sangat memahami isi hati istrinya, menggenggam tangan sang istri dengan penuh kasih: "Selama bertahun-tahun ini, terima kasih sudah bersamaku."
Sama seperti saat Jiang Yu Mian mendekati Lu Yan Chen, dia juga sangat berterima kasih pada istri yang memberanikan diri berpegangan tangan bersamanya.
Li Wenfeng yang duduk di sebelah tampak legah, bergumam memanggil nama ayah Jiang Yu Mian: "Sekejap mata, Mianmian sudah menjadi istri orang. Kau dan adik ipar perempuan di alam baka pasti sangat senang."
Hari ini Shen Qingbai juga hadir. Duduk di kerumunan orang, memandangi pengantin cantik, teringat kembali kompetisi belasan tahun lalu. Gadis berbaju gaun tipis berdiri di panggung dengan senyuman percaya diri, sama sekali berbeda dengan jagoan lain yang ikut kompetisi.
Dia terlihat begitu murni dan indah, namun berhasil mengalahkan semua orang meraih kemenangan.
Dulu yang menariknya adalah kemampuannya, kemudian yang memikat adalah daya tarik pribadinya.
Selama tahun-tahun di kampus, dia selalu merasa perlu tunggu sebentar lagi - menunggu mereka saling lebih familiar, hubungan lebih dekat, Jiang Yu Mian lebih percaya padanya.
Belakangan baru tahu, saat dirinya terus merindukan seseorang, ternyata pihak lawan juga memiliki seseorang yang tak terlupakan.
Untunglah, di antara mereka setidaknya ada satu orang yang mendapatkan keinginannya.
Dan untungnya pula, orang itu adalah dia.
-
Setelah ritual usai, Jiang Yu Mian mengganti baju dan bersama Lu Yan Chen menerima tamu.
Usai berganti pakaian, saat hendak pergi, Sheng Feifei sang bridesmaid segera mengingatkan: "Kau belum ganti sepatu!"
Jiang Yu Mian menunduk melihat sepatu hak tinggi perak di kakinya: "Ah?"
Sheng Feifei menyambar sepasang sepatu flat dari kotak di samping: "Kak Yan Chen sengaja mengingatkan untuk mengganti dengan ini."
"Oh ooh." Jiang Yu Mian duduk di situ sambil membungkuk mengganti sepatu.
Sheng Feifei berkata dengan iri: "Kak Yan Chen sangat baik padamu, sampai hal kecil seperti ini pun dia pikirkan."
Hal-hal ini tak terlalu mencolok, para tamu hanya melihat betapa mahal dan cantiknya sepatu pengantin itu, hanya Lu Yan Chen yang khawatir kakinya lecet.
“Tahukah kau, tadi Xiao Xi bilang padaku kalau Song Junlin sedang mendekatinya.”
Xiao Xi adalah Yan Xi yang dulu menyewakan kos kepada Jiang Yu Mian, kini juga kuliah di Universitas Jing.
Pernikahan Lu Yan Chen mengundang banyak orang, keluarga Yan pun tentu termasuk di dalamnya.
Yan Xi akrab dengan Sheng Feifei, saudari-saudari ini bisa berbagi cerita dengan bebas. Kebetulan, Song Junlin adalah kakak angkat Jiang Yu Mian, hubungan mereka pun terjalin begitu saja.
“Hmm? Kapan mereka berdua saling mengenal?”
“Sekitar dua bulan lalu, saat kakak Yan Xi merayakan ulang tahun. Song Junlin bertemu dengannya di sana dan langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.”
“Sebenarnya Yan Xi sama sekali tidak menyadarinya, tapi kakakmu terlalu terang-terangan, langsung mendekati dan bilang ingin mengejarnya.”
“Haha, Kak Junlin memang seperti itu.”
Menyukai seseorang lalu mengucapkannya dengan lapang dada, apa salahnya?
Keduanya terus mengobrol sambil berjalan, meninggalkan kamar.
Bagaimanapun ini pernikahan dua orang, Jiang Yu Mian harus menemani Lu Yan Chen menangani tamu. Namun Lu Yan Chen tidak tega membuatnya lelah, sekitar waktu yang cukup, dia mengantarkannya kembali ke kamar istirahat.
Mereka tidak termasuk Malam Pengantin Baru, tapi hari pernikahan yang dijadwalkan juga memiliki keistimewaan tertentu.
Lu Yan Chen tidak mengizinkan orang lain masuk membuat keributan, Jiang Yu Mian pun merasa nyaman tinggal di kamar.
Malam hari, Qin Zhouyue dan lainnya menarik-narik Lu Yan Chen untuk minum anggur.
Dokter Qi juga duduk semeja dengan grup junior mereka.
Ia teringat, baik Lu Yan Chen maupun Jiang Yu Mian pernah menjadi pasiennya, dan keduanya mengandalkan kegigihan yang menular untuk berani mengalahkan kegelapan hati.
Ia masih ingat, saat Jiang Yu Mian baru masuk kampus, karena perasaan yang murung, takut penyakitnya kambuh sehingga sering mencarinya untuk menangani emosi.
Dalam cerita-cerita tak terhitung yang dicurahkan itu, ia merasakan obsesi dan keirihatian seorang gadis.
Lu Yan Chen diam-diam menelepon untuk menanyakan kondisi Jiang Yu Mian. Sebagai psikolog yang diwajibkan merahasiakan informasi pasien, ia tidak membocorkan sedikit pun.
Lu Yan Chen berkata, dia akan pulang ke China untuk menyelidiki sendiri.
Dokter Qi membongkar strategi: "Lu Yan Chen, kau memiliki hasrat mengendalikan dirinya."
Hasrat mengendalikan itu tidak terlihat dominan secara kasat mata, namun secara halus menjerat orang ke dalam bidang pengaruhnya hingga sulit melarikan diri.
Jiang Yu Mian beruntung. Karena menyukainya, dia proaktif mendekat sehingga sama sekali tidak merasakan kejanggalan.
Baginya, semua tindakan Lu Yan Chen adalah bentuk kepedulian dan cinta.
Lu Yan Chen pun beruntung.
Gadis yang disukainya memilihnya secara khusus, takkan meninggalkan atau mengabaikannya karena orang lain.
-
Saat kembali ke kamar pengantin baru, aroma alkohol melekat pada Lu Yan Chen. Tanpa mendekati Jiang Yu Mian, dia langsung pergi mandi sendiri.
Perilaku ini tiba-tiba mengingatkan Jiang Yu Mian pada bertahun-tahun lalu, saat dia berada di ruang baca keluarga Lu, Lu Yan Chen berdiri merokok di luar balkon tanpa memberitahunya.
Dia tidak pernah merokok di hadapannya, bahkan berganti baju dulu sebelum mendekat. Belakangan saat Jiang Yu Mian bilang merokok tidak baik, Lu Yan Chen langsung berhenti merokok.
Setelah mandi, Lu Yan Chen keluar dan melihat istri kecilnya sedang tertawa terbahak-bahak sambil menatap telepon genggam.
“Sedang melihat apa?” tanyanya.
Jiang Yu Mian membuka foto di telepon genggam: “Lili bilang Qin Yan mabuk, ingin memeluk Zhao Zhao, tapi Zhao Zhao malah menendang wajahnya dengan kaki kecil.”
Sungguh hal yang sangat lucu.
Qin Yan dan Qin Zhouyue ingin memberi minuman keras pada Lu Yan Chen, tapi Lu Yan Chen tidak ambruk malah Qin Yan yang mabuk berat.
Saat ingin menggendong putrinya, Zhao Zhao yang berusia empat bulan tidak tahan bau menusuk itu, menggerakkan tangan dan kaki sambil mengoceh riang hingga kaki mungilnya menendang wajah Qin Yan.
Anak perempuan mereka sendiri bisa apa lagi, memanjakan Lah.
Sebagai budak anak perempuan, Qin Yan tidak hanya tidak menghina, malah berpikir: "Tak heran anakku, kaki mungilnya harum sekali."
Yuan Qingli bersama putrinya ikut merendahkan dia.
Ini hanya insiden kecil.
Melihat Lu Yan Chen keluar, Jiang Yu Mian segera meletakkan ponsel dan mengantarkan dia.
Di bawah perlindungan Lu Yan Chen, dia malas-malasan, sedangkan Lu Yan Chen benar-benar kelelahan seharian.
Dia merentangkan tangan memeluk Lu Yan Chen, mencium aroma anggur samar yang tidak menusuk hidung, ditambah wangi sabun mandi yang harum.
“Berapa banyak yang Kau minum hari ini?” Jiang Yu Mian menengadah bertanya.
Lu Yan Chen menunduk memandanginya: “Tidak tahu.”
Jiang Yu Mian menggesek-gesekkan dagunya di depan tubuhnya: “Kurasa Kau masih cukup sadar.”
Setiap kali Lu Yan Chen selesai minum, seluruh kondisinya menjadi memikat, tapi saat ini terlihat cukup wajar.
Lu Yan Chen berbisik sinis, tiba-tiba bertanya padanya: “Menyukainya anak ini?”
“Masih cukup suka.” Dia pernah melihat anak laki-laki Zhao Manxi, melakukan kontak dengan anak perempuan Qin Zhouyue yang berusia empat tahun, memeluk Zhao Zhao. Anak-anak itu sangat menyukainya, dan dia juga merasa mereka sangat menggemaskan.
Lu Yan Chen melilitkan rambutnya di ujung jari: "Membesarkan anak bukan hal mudah, apalagi jika kau harus bertanggung jawab penuh pada mereka."
Untuk kalimat pertama, Jiang Yu Mian sangat sepakat.
Kalimat kedua mengingatkannya pada masa kecilnya yang bahagia, sementara kasih sayang yang diterima Lu Yan Chen hanya berasal dari materi.
Dia tidak mengangkat masa lalu, malah mengalihkan topik: "Kakak lebih suka anak laki-laki atau perempuan?"
"Baik laki maupun perempuan, mereka sama-sama kehidupan kecil yang patut dinantikan." Ekspresinya penuh logika, seluruh tubuhnya memancarkan kilauan emas.
Jiang Yu Mian mengedipkan mata dengan nakal, sengaja memberi isyarat: "Jika Kakak membesarkan anak, pasti akan sangat bertanggung jawab ya?"
Jiang Yu Mian ternyata memanggilnya "Kakak" di saat seperti ini.
Lu Yan Chen mengaitkan bibir, tangan kiri meraih, mendorongnya ambruk di ranjang: "Melahirkan satu langsung tahu."
--------------------
Penulis punya pesan:
Seharusnya tinggal dua tiga bab lagi akan sepenuhnya usai~ Kalian menanti anak laki atau perempuan~
