Meskipun Qi Xun berpikir demikian, dia sadar bahwa bertemu Chu Liuxiang belum tentu kabar baik baginya.
Wuhua adalah temannya, Nan Gongling juga sama-sama temannya.
Qi Xun mengakui kemampuan beladirinya memang termasuk yang terhebat di generasi muda Jianghu, tapi apakah bisa mengalahkan Chu Liuxiang yang tiga tahun kemudian bahkan mampu bertarung dengan Shui Mu Yin Ji menggunakan teknik presisi, masih menjadi tanda tanya.
Upaya kerasnya merancang strategi bukan hanya untuk memukuli Wuhua, lalu membiarkannya lolos setelah diselamatkan teman baiknya.
Tapi akan sangat disayangkan jika melewatkan kesempatan melibatkan Chu Liuxiang dalam rencana pengumpulan kartu.
Karena itu, pertama-tama dia tidak boleh datang atas kemauan sendiri——datang tanpa diundang akan mengurangi kewibawaannya.
Dia juga harus menunjukkan sikap yang cukup meyakinkan agar Chu Liuxiang mau mendengarkan argumentasinya!
Qi Xun melirik tas punggung lalu membuka Pasar Transaksi dengan sigap, menggunakan sisa emas dua digit yang tersisa untuk membeli tiga kembang api. 18 tael emas per buah, bahkan tidak punya uang untuk membeli yang keempat, tapi itu tidak penting!
Bisa atau tidaknya mengalahkan Chu Liuxiang adalah satu hal, bisa atau tidaknya pamer adalah hal lain.
Di atas Sungai Besar, lingkungan yang seluruhnya berair memang menguntungkan untuk performanya, apalagi dia masih punya properti!
【Sistem】Anda mengirimkan kembang api·Bulan Pucuk Mengalir di Langit (*) kepada diri sendiri, "Bulan purnama menyinari ribuan mil, kilau cahaya hanya untuk satu orang". Durasi kembang api 3 menit. Jika salah pencet tidak masalah, jika sengaja harap hargai waktu menikmati bulan dalam kesendirianmu.
"......?" Sistem sampah ini kok bisa menyerang pribadi?
Tapi dalam opsi yang tersedia selain dirinya sendiri hanya ada Wuhua.
Lebih baik menyalakan kembang api untuk diri sendiri daripada untuk Wuhua.
Sendiri ya sendiri, peri kecil tidak butuh pasangan!
Saat bayangan bulan purnama muncul dalam efek kembang api, dia menggerakkan telapak tangan menyedot aliran air di bawah kapal.
Untuk membuat gelombang air melambung melawan hukum alam, dengan kemampuan yang dimilikinya saat ini jelas tidak mungkin, bahkan di Danau Suci dalam Istana Air Suci sekalipun. Tapi jika hanya ingin meningkatkan kekuatan hempasan air keruh sungai ke kedua tepian, dia bisa mencoba!
Dari sudut pandang Wuhua, kembang api yang meluncur ke udara tidak terlihat. Hanya terlihat dia berdiri di haluan kapal membelakanginya, seolah sedang memperhatikan alur air di depan.
Dalam kegelapan malam tiba-tiba muncul cahaya keemasan menyinari tubuhnya, seolah-olah bulan sedang terbit dari timur.
Tapi dari perspektif orang di tepian, yang terlihat justru pemandangan yang benar-benar mistis.
Chu Liuxiang tidak sendirian di tepi sungai.
Bersamanya di tepian ada sahabatnya yang dijuluki Jaring Cepat Zhangsan.
Nama Zhangsan terkesan asal-asalan, tapi pria ini sangat berbakat. Tidak hanya mahir mengemudikan perahu cepat untuk mencari nafkah di atas air, tapi juga memiliki keahlian memanggang ikan yang tidak kalah dengan koki terkenal Jiangnan.
Chu Liuxiang memuji dua jenis ikan tanpa henti—meskipun hidungnya tersumbat yang sedikit mengurangi kenikmatan rasa, aroma, dan penampilan makanan, hal ini tidak mengurangi apresiasinya.
Salah satunya adalah masakan ikan perch yang dimasak langsung oleh Zuo Qinghou dari Perkebulan Melempar Cangkir. Selain putri Zuo Qinghou yang bernama Zuo Mingzhu, hanya Chu Liuxiang yang beruntung bisa mencicipinya.
Jenis lainnya adalah ikan bakar karya Zhang San si Jaring Cepat.
Zhang San sendiri tidak terlalu memperhatikan kemewahan perahunya—
Meskipun mereka yang mengenalnya tahu bahwa setiap papan kayu dan sambungan mortise di perahu ini telah dipilih dengan cermat, perahu itu tetap terlihat sangat reyek dan usang.
Tapi dibandingkan perahunya, ikan bakarnya adalah karya seni sejati yang sangat kontras dengan gaya hidupnya sehari-hari.
Chu Liuxiang menyaksikan Zhang San mengambil kompor tanah liat merah kecil untuk memanggang ikan dari kapal tua itu, meletakkannya di tepi pantai, lalu mengeluarkan botol dan guci-guci indah dari karung goni tua. Isinya adalah bumbu rahasia untuk ikan panggangnya.
Zhang San yakin rahasia keberhasilan ikan panggangnya terletak pada konsentrasi penuh saat memasak. Karena itu, meski Chu Liuxiang bertanya tentang masalah perawatan kapal terapungnya di laut, dia pura-pura tidak mendengar.
Bagaimanapun juga kapal itu buatannya sendiri. Apakah akan berantakan atau tidak, dia sudah tahu jawabannya.
Tapi kali ini ada suara yang benar-benar tidak bisa dia abaikan
jatuh.
Seorang yang menghabiskan separuh harianya di atas air, mana mungkin tidak mengenali suara perubahan riak air?
Dan suara itu jelas-jelas menuju ke arah mereka.
"Angkat kompornya!"
Zhang San melompat seolah pantatnya terkena api, satu tangan menggenggam ikan setengah matang, tangan lain meraih bumbu-bumbu panggang.
“Dia tidak punya tangan ketiga yang tersisa, terpaksa harus merepotkan teman lamanya di samping ini.”
Chu Liuxiang tentu tahu kalau perkataan Zhang San itu ditujukan padanya.
Untungnya peralatan ikan bakar Zhang San tidak serusak perahunya, setidaknya ada pegangan agar tidak kepanasan.
Baru saja dia mengangkat tungku api, mengikuti langkah Zhang San melompat ke samping, langsung melihat ombak besar yang menerjang tepian memadamkan api unggun tempat mereka duduk tadi.
“Zhang San, Zhang San, kau yang ahli membaca aliran air ini kok bisa salah memperkirakan?” Chu Liuxiang menggoda sambil tertawa.
Ikan bakar setengah matang padam diterjang ombak, cerita ini pasti akan mempermalukan Zhang San dari Jaringan Cepat.
“Ini bukan salahku…” Zhang San menatap ke arah datangnya ombak sambil menjawab tertegun.
Zhang San ini, selain saat melihat mutiara paling langka di dunia, Chu Liuxiang belum pernah melihat ekspresi seperti itu di wajahnya.
Namun ketika Chu Liuxiang mengikuti arah pandangan Zhang San yang terpaku, hampir saja kompor tanah liat merah di tangannya terjatuh.
Saat melihat jelas pemandangan di seberang itu, siapa yang bisa bereaksi biasa-biasa saja?
Langit tanpa bulan, hanya gemintang yang redup.
Tapi di atas sungai ini terbit "bulan purnama" yang diselimuti kabut tipis.
"Bulan" yang mengecil berkali-kali lipat namun tetap bercahaya terang ini, yang menembus selubung kabut untuk menyinari sungai, berada di atas sebuah perahu kecil.
Perahu itu meluncur di sungai, sementara "bulan purnama" itu bergerak bersamanya, seolah gadis yang berdiri di haluan perahu sedang dikhususkan oleh sinar bulan.
Dan mungkin yang mengistimewakannya bukan hanya secuwil cahaya bulan yang turun ke bumi, tapi juga sungai besar ini.
Air sungai terbelah di depan perahu kecil, seolah terpotong oleh sebuah jurus pedang khusus, mengalir deras ke kedua tepian. Ombak yang terangkat memancarkan kilau perak di bawah cahaya bulan yang aneh itu, hingga akhirnya pecah di tepi sungai.
Justru karena kondisi khusus pembelahan sungai inilah, tempat pemanggangan ikan Zhang San yang awalnya dianggap tak bermasalah akhirnya mengalami bencana besar.
Gadis berbaju putih dengan selendang biru berdiri dengan tangan di belakang, dagu sedikit terangkat, seolah memandang bulan purnama di atas yang hanya memancarkan sinarnya untuknya.
Sikap yang agak angkuh ini jika dilakukan orang lain mungkin terlihat sombong, tapi ketika dilakukannya justru menciptakan aura kemurnian yang tak terucapkan.
Memang wajah yang pantas membuat bulan berhenti memandang.
"Menurutku kau harus meletakkan tungku pangganganku dulu. Penampilanmu sekarang sama sekali tidak mirip Chu Liuxiang yang elegan itu dalam kabar angin," gumam Zhang San pelan.
Suara aslinya memang cukup keras, sayangnya kegaduhan yang dibuat Qi Xun benar-benar luar biasa.
Dalam adegan masuk yang penuh efek khusus ini, siapa yang tidak akan bereaksi instingtif seperti "menakuti para dewa di langit"?
"Aku tertegun bukan karena alasan yang kamu pikirkan..." balas Chu Liuxiang, "Hanya saja... wajahnya terasa agak familiar."
"Apa kamu selalu bilang begitu ke setiap cewek? Biasanya gombalan dalam novel roman memang diawali seperti itu." Zhang San mengeluarkan sindiran klasik.
"..." Bagaimana caranya menanggapi ucapan itu?
Setelah terdiam sejenak, Chu Liuxiang meletakkan barang bawaannya. "Aku mau pergi ke sana melihat-lihat."
Dia pernah menyaksikan pemandangan aneh yang mirip seperti ini sebelumnya.
Empat tahun lalu ketika gadis kecil berbaju putih itu membawanya ke istana Kaisar Muda, meski bukan cahaya bulan seperti ini, tapi ribuan lentera yang mengambang itu juga terasa bukan dari dunia manusia.
Selalu ada kesamaan tertentu dengan kejadian saat ini.
Meski sudah empat tahun berlalu, Chu Liuxiang masih sangat mengingat jelas peristiwa ketika dirinya dahulu ditipu untuk mengajarkan Qinggong, bahkan dipaksa membuka mekanisme, mencuri buku pembukuan, serta memikul emas - seolah kejadian itu baru terjadi kemarin.
Pada dasarnya karena
sangat sedikit orang yang bisa menipunya.
Setelah diamati, ternyata ada kemiripan ciri wajah antara gadis kecil berbaju putih itu dengan bidadari sungai di depan mata ini.
Semakin Chu Liuxiang memikirkannya, semakin yakin ia bahwa pasti ada hubungan di antara mereka.
Aliran sungai di wilayah ini memang tenang, namun tak lama lagi akan berlalu.
Dengan kebingungan di hati, ia tak lagi ragu. Dengan sekali hentakan, tubuhnya melesat ke arah "Perahu Bidadari" itu.
Teknik ringan tubuh 'Menginjak Bulan Meninggalkan Aroma'-nya tetap luwes saat melintasi air. Ujung kakinya menyentuh riak ombak tanpa menyipratkan setetes air pun pada helaian bajunya, mungkin bahkan teknik mengarungi sungai dengan sebatang alang-alang pun takkan mampu menandinginya.
Namun, meski gerakannya melesat ke kapal terlihat sangat anggun, saat mendarat di kapal, Chu Liuxiang tiba-tiba merasa mungkin telah membuat keputusan yang salah.
Bukan karena saat menginjak papan kapal, seolah mengganggu mimpi penghuni langit, "bulan purnama" yang semula melayang di atas haluan kapal tiba-tiba berubah menjadi kabut dan menghilang, hanya menyisakan lentera angin di haluan yang menerangi pemandangan.
Melainkan karena sorot mata gadis di kapal yang menatapnya dalam sinar lentera yang bergoyang –
Bagaimana menjelaskannya? Karena terasa familiar, sehingga memicu kewaspadaan dua belas kali lipat.
Chu Liuxiang merasa ini akan berakhir buruk.
Qi Xun justru merasa sangat puas.
Sekarang Chu Liuxiang yang datang sendiri, jadi bisa dibilang dia sepenuhnya menguasai inisiatif dan posisi moral untuk memanfaatkan kesempatan.
Ini bukan dia yang mencari!
Tak sia-sia dia pertama menyalakan kembang api untuk mencari inspirasi pose, lalu menyalakan yang kedua untuk memulai pertunjukan namun ternyata jaraknya masih agak jauh, ombak air yang dikendalikannya tak bisa mencapai tepian.
Saat kembang api ketiga meluncur ke langit, akhirnya segala persiapan matang, dan dia berhasil melakukan sesuatu yang besar.
Efeknya seharusnya setara dengan kejutan visual yang ditimbulkan oleh kolam air Shui Mu Yin Ji yang melesat ke udara.
Setelah empat tahun pelatihan di Istana Air Suci, Qi Xun yang mendapat gelar "Wakil Pemimpin Istana Air Suci" sebagai ijazah pelatihan, merasa telah memberikan jawaban yang memuaskan.
Sekarang tinggal bagaimana membujuk Chu Liuxiang tentang masalah Nan Gongling palsu ini.
Sebelum pertunjukannya, dia sudah menekan titik bisu Wuhua.
Bukankah apa yang dia katakan pasti terjadi!
Tanpa pancaran cahaya bulan purnama yang memantul di wajah, aura ilahiah gadis di depannya berkurang, membuat Chu Liuxiang semakin yakin bahwa kesan familiar yang dirasakannya bukanlah ilusi untuk mencari alasan berkenalan, melainkan benar-benar nyata.
Meski senjata di tangannya bukan buatannya sendiri, kemampuan menangkap fitur wajah dengan akurat jelas merupakan keahliannya.
Empat tahun memang cukup untuk mengubah seorang gadis kecil yang masih polos menjadi seperti sekarang.
Chu Liuxiang nyaris terpanggil menyebut julukan yang dulu dipakai untuk menyamarkan identitas, "Qi... Qi Guniang?"
Tapi sebelum Qi Xun sempat menjawab, pendengarannya yang tajam menangkap suara dari kabin kapal.
Penglihatan malamnya yang terlatih memungkinkannya melihat sosok yang terikat bagai bakcang di sudut gelap kabin.
Bagaimana mungkin Chu Liuxiang tidak mengenali sahabatnya sendiri?
Sosok yang terbaring di perahu, separuh wajahnya diterangi lampu kapal miring, bukankah itu Nan Gongling?
Mendengar kabar bahwa belakangan ini dia berkunjung ke daerah Hengyang dan Yueyang, untuk melakukan inspeksi bagi Bangsa Pengemis di sana, perkiraan perjalanan pulang ke Jinan saat ini. Jika muncul di kapal yang berlayar di sungai ini sebenarnya tidak terlalu aneh.
Tapi diikat sampai seperti ini sudah sangat aneh!
Meski saat pandangan "Nan Gongling" bersentuhan sekejap, Chu Liuxiang merasa ekspresinya tidak seperti biasanya, terlihat terlalu tenang dalam keadaan terkekang, tanpa alasan timbul rasa bersalah.
Kira-kira seperti tuduhan diam-diam: "Aku sudah diikat, kok kamu masih sempat mengajak orang ngobrol?"
"……" Chu Liuxiang mengusap hidungnya.
Dia merasa sekarang bukan saatnya memikirkan hubungan gadis di hadapannya dengan perempuan aneh tahun lalu, tapi harus menanyakan mengapa Nan Gongling diperlakukan seperti ini, serta permusuhan apa antara gadis ini dengannya.
Namun Qi Xun menghentikannya dengan kalimat, "Urusan Istana Air Suci ku tidak boleh diintervensi orang lu
"Orang luar tidak berhak mencampuri urusan" dan "Tuan datang tanpa undangan, sudah melanggar tata krama" menjadi serangan kombinasi yang sama sekali tidak memberi kesempatan pada Chu Liuxiang untuk berbicara lebih dulu.
Pemandangan ajaibnya di atas sungai sebelumnya semakin membuat Chu Liuxiang tidak berani sembarangan menyelamatkan Nan Gongling.
Siapa tahu dia masih punya jurus misterius seperti itu lagi!
Yang membuatnya merasa seperti terdesak mundur adalah pernyataan Nyonya Qi Xun yang mengaku sebagai Putri Muda Istana Air Suci, bahwa dia akan membawa Nan Gongling ke markas besar Bangsa Pengemis.
Jika dia benar-benar bersalah, seharusnya tidak akan melakukan tindakan seperti ini.
"Menurut Putri Muda, ketika Saudara Nan Gongling beraktivitas di sekitar Hengyang, dia menyinggung Istana Air Suci. Senior Yin Ji menghormati reputasi Ketua Ren Ci, berharap Ketua Ren bisa mendidik calon penerusnya dengan baik. Dan karena ingin menguji Putri Muda di Jianghu, maka Ibu menyuruhmu mengantar calon ketua ini ke Bangsa Pengemis untuk dihukum?"
"Benar." Qi Xun mengangguk membenarkan.
“……” Wuhua merasa seperti kena serangan jantung.
Bukan begitu yang dia katakan sebelumnya!
Chu Liuxiang yang selalu cerdik, ternyata tak menyadari ucapannya bukan kebenaran. Malah lega karena rencana menemui Ketua Ren Ci ini.
Chu Liuxiang memang tidak tahu seluruh fakta.
Ia hanya berpikir: Dengan begini, sekte Istana Air Suci yang jarang turun ke Jianghu sepertinya tidak berniat jahat pada Bangsa Pengemis. Tidak perlu bertarung dengan murid Istana Air Suci yang misterius ini—tentu itu hal baik.
Hanya heran, bagaimana Nan Gong Ling yang biasanya bijaksana dan licik ini bisa membuat Istana Air Suci marah sampai tak diberi kesempatan bicara.
Jangan-jangan dia menyusup ke Istana Air Suci untuk mencuri Tianyi Shenshui...
Chu Liuxiang sendiri mengaku mungkin tidak memiliki kemampuan itu.
Qi Xun yang diundang Chu Liuxiang ke darat untuk berbicara menunjukkan sikap bahwa jika bukan karena klaimnya sebagai teman Nan Gongling dan statusnya sebagai Jagoan Pencuri Chu Liuxiang yang termasyhur, mustahil bisa mengganggu perjalanannya.
Gadis berpenampilan masih agak kekanak-kanakan ini duduk di batu yang tidak basah oleh ombak setelah diundang Zhang San, baru menunjukkan senyum samar saat Chu Liuxiang mengusulkan untuk menemani mereka ke Prefektur Jinan.
Secara lahiriah, rencana Chu Liuxiang untuk ikut serta ini adalah memastikan Qi Xun benar-benar mengantar Nan Gongling ke Prefektur Jinan, bukan sekadar alasan yang dicari setelah bertemu orang.
Pada kenyataannya——
Saat tiba di Prefektur Jinan, menghadapi anggota Bangsa Pengemis yang pasti akan berdatangan melihat calon pemimpin mereka ditahan, Qi Xun merasa bisa menghemat tenaga berdebat dan menghemat konsumsi MP sampai bertemu Ketua Bangsa Pengemis Ren Ci.
“Teman Nan Gongling ini, Chu Liuxiang, saja tidak berkomentar, orang lain ngapain ikut campur.”
“Rencana berjalan lancar!”
Menyadari rencananya selangkah lebih maju, Qi Xun mulai memperhatikan orang lain di tempat itu.
Zhang San yang sibuk menggarap ikan bakar setengah jadi setelah mempersilakannya duduk, kini jongkok di sampingnya sambil membawa ikan bakar yang sudah matang.
Karena insiden dengan Wuhua, rencana Qi Xun untuk berpesta daging ala karnivora akhirnya gagal di tengah jalan.
Sampai-sampai memukul Wuhua terasa lebih mudah daripada menahan pandangan agar tidak melirik ikan bakar.
“Nona Pemimpin Istana, aku mau bertanya sesuatu.” Zhang San dengan sigap menyodorkan ikan bakar sebagai imbalan. “Cahaya bulan yang tadi… itu bukan proyeksi dari mutiara khusus, kan?”
“Tentu bukan. Ini rahasia Istana Air Suci yang tak boleh dibocorkan.” Qi Xun menjawab dengan wajah poker face.
Zhang San mengangguk penuh arti, pandangannya sesaat melirik mutiara-mutiara kecil yang menghiasi rambut Qi Xun.
Qi Xun memperhatikan gerak-geriknya, tapi karena tidak ada niat jahat, ia memilih untuk mengabaikannya.
Sebenarnya cukup mudah memahami reaksinya itu.
Dalam cerita aslinya, dia bahkan sampai dikejar-kejar ke pemandian umum hanya karena mencuri mutiara mahkota Jin Lingzhi – wajar saja jika efek cahaya "Su Yue Liu Tian" langsung diasosiasikannya dengan mutiara malam.
Tapi ilmu yang satu ini memang tidak mungkin ditirunya.
"Sudahlah, ini jelas bukan kemampuan yang bisa dipelajari orang normal." Zhang San menghela napas penuh kekecewaan sambil
kembali duduk.
Di atas kompor kecil dari tanah liat merah yang sudah padam, masih tersisa beberapa ikan bakar. Saat duduk, ia menyodorkannya ke Chu Liuxiang yang kemudian malah membalikkan badan menghadap arah "Nan Gongling".
Secara logis, seorang Pemimpin Muda Bangsa Pengemis yang ingin makan sesuatu seharusnya tidak dibatasi, tetapi secara nominal Nan Gongling masih merupakan tawanan Qi Xun, jadi memang seharusnya meminta pendapatnya terlebih dahulu.
"Putri Pemimpin Istana, apakah boleh jika Saudara Nan Gong memakan sesuatu?" tanya Chu Liuxiang.
Qi Xun yang kembali ke kondisi omnivora yang menyenangkan setelah lama menjadi hewan herbivora, suasana hatinya memang sedang baik.
Dengan kehadiran Chu Liuxiang sebagai tameng dalam misi Jinan, semakin membuktikan efek besar Ilmu Tianshui di daerah berair, sambil memikirkan variasi teknik lain, suasana hatinya semakin baik dan tentu tidak mau mengurusi hal ini.
Apalagi menurut pemikirannya, tindakan Chu Liuxiang yang mencegah "Nan Gongling" mati kelaparan justru menjerumuskan Wuhua. Daripada menghentikan, dia lebih ingin menyaksikan drama ini.
"Tuan Chu silakan berbuat sesuka hati."
Tidak mendengar panggilan khusus "Prajurit Chu", Chu Liuxiang mulai meragukan apakah penilaiannya tentang Putri Muda Istana Air Suci ini sebagai "Adik ke-7" dari dulu memang keliru.
Apalagi Chu Liuxiang tidak bisa bertanya pada Putri Muda ini: "Seperti apa bentuk seragam murid lain di Istana Shenshui kalian?"
Pertanyaan seperti itu terdengar sangat tidak pantas, seperti yang akan ditanyakan orang sinting.
Chu Liuxiang berjalan menghampiri "Nan Gongling" sambil membawa ikan bakar.
Ekspresi Wuhua yang tersembunyi di balik topeng kulit manusia berubah berkali-kali.
Kini ia sedikit menyesal mengapa membuat penyamaran ini begitu sempurna.
Penampilan Chu Liuxiang yang menggunakan teknik penyamaran bukan buatannya sendiri, benar-benar tak terlihat bahwa ini bukan Nan Gongling asli.
Dan saat dia menyerahkan ikan panggang, Wuhua tetap menyisihkan sebagian perhatiannya ke arah Qi Xun. Bagaimana mungkin dia tidak menyadari bahwa sang gadis melirik ke arah ini dan membentuk gerakan bibir yang membuatnya kalut.
Yang dia "ucapkan" adalah——
Botak.
Chu Liuxiang yang membelakangi Qi Xun tidak melihat teror tanpa suara ini. Zhang San yang sedang memutar badan untuk membungkus alat panggangan dengan hati-hati ke kapalnya, juga tidak melihat gerakan bibirnya.
Keduanya jelas-jelas percaya betul pada statusnya sebagai putri muda Istana Air Suci, mana mungkin menyangka dia tiba-tiba melakukan tindakan seperti ini.
Tapi Wuhua melihatnya dengan jelas.
Mustahil dia salah melihat dua kata yang bahkan mengandung sedikit niat jahat ini.
Lalu kapan sebenarnya dia mengetahui identitasku?!
Wuhua merenungkan bahwa topeng wajahnya tidak terasa dilepas oleh siapa pun. Mungkin sang gadis hanya menemukan rambut palsunya setelah dia pingsan.
Namun, dengan tekad yang begitu bulat untuk menuju ke Bangsa Pengemis, bagaimana mungkin Wuhua tidak khawatir bahwa dia sebenarnya telah mengetahui identitasnya.
Hingga ketika ikan bakar yang disodorkan Chu Liuxiang—seharusnya sebagai bentuk kebaikan hati seorang teman—kini terasa seperti pisau tajam yang menghunjam di hadapannya.
Jika tidak makan, siapa tahu sifat Qi Xun yang suka menyerang secara tiba-tiba ini akan membuatnya melarangnya makan sama sekali. Masih belum jelas apakah bisa selamat sampai Jinan.
Makan...
Memang benar Wuhua telah melanggar sumpah selibat dalam aturan Shaolin selama perjalanan dakwahnya, tapi tentu dia tidak akan mengumbar hal itu secara terang-terangan.
Jika tindakan memakan daging ini disaksikan langsung oleh Putri Istana Air Suci, Chu Liuxiang, dan Zhang San, selama adiknya Nan Gongling tidak sempat menyelamatkannya dengan menukar identitas, maka pelanggaran aturan ini akan menjadi bukti nyata yang tak terbantahkan.
Segala upayanya untuk menjadi Pemimpin Shaolin di masa depan tidak boleh ternoda oleh cela yang bisa dijadikan senjata orang lain.
Dia awalnya mengira dirinya selalu unggul, namun terus-menerus kalah di tangan Qi Xun.
Wuhua hampir curiga ada ketidakcocokan antara mereka berdua.
Dia hanya bisa bertaruh—
Adik baiknya itu tidak sebodah itu.
Tentu Wuhua tidak tahu bahwa Kuil Shaolin Putian tidak pernah berencana menyerahkan kepemimpinan padanya.
Dengan harapan memecahkan kebuntuan, dia memakan setengah ikan kecil dengan rasa seperti mengunyah lilin.
Ikan hasil tangkapan Zhang San Si Jaringan Cepat pertama kali diperlakukan seperti ini. Dia menarik Chu Liuxiang ke samping dan berbisik, "Menurutmu apakah pemimpin muda Bangsa Pengemis ini benar-benar baik? Bagaimana reaksimu jika tiba-tiba dituduh Istana Air Suci melakukan penghinaan?"
Sebenarnya Wuhua juga pernah memikirkan masalah ini.
Bahkan ketenangan yang ditunjukkan sebelumnya justru untuk menghindari kecurigaan, namun dua kata "biksu botak" yang tiba-tiba dilontarkan Qi Xun berhasil menghancurkan ketenangan Wuhua.
Sekarang kekuatan internalnya disegel, dia juga tidak bisa mendengar keraguan yang diungkapkan Zhang San ini.
Ekspresi Chu Liuxiang berubah kaku.
Pertanyaan Zhang San ini sebenarnya tidak sulit dijawabnya. Berdasarkan pemahamannya terhadap Nan Gongling sebelumnya, dia merasa seharusnya demikian. Tapi sekarang dia merasa mungkin memang tidak begitu memahami saudara seperguruannya ini.
Untungnya ini bukanlah vonis sepihak yang ditetapkan Istana Air Suci.
Tujuan mereka adalah Jinan, untuk menemui Ketua Bangsa Pengemis yang paling berbelas kasih dan adil di dunia.
Kemampuan bela diri Ren Ci tidak termasuk yang terbaik di dunia, bahkan Chu Liuxiang pernah berpikir bahwa jika Nan Gongling diberi waktu 2-3 tahun lagi, dia pasti bisa melampaui Ren Ci. Namun dalam hal keadilan dan kemampuan membuat orang sungguh-sungguh yakin bahwa ketua Bangsa Pengemis haruslah sosok seperti ini, Nan Gongling masih memiliki terlalu banyak yang harus dipelajari untuk mencapai tingkat Ren Ci.
Bahkan sebelum benar-benar mencapai markas besar Kuil Tian Guan di Prefektur Jinan, semakin mendekati arah markas utama di daerah yang mereka lalui, semakin terasa keteraturan para anggota Bangsa Pengemis.
Sayangnya meski terlihat seperti pangeran muda Istana Air Suci yang pertama kali keluar istana, dia jelas menyadari bahwa membiarkan "Nan Gongling" terus muncul di wilayah Bangsa Pengemis yang penuh mata-mata saat ini bukanlah ide bagus. Akhirnya dia memesan peti mati dan memasukkan "Nan Gongling" ke dalamnya.
Tentu saja dia tidak menutup rapat peti mati tersebut, masih ingat untuk menyisakan lubang udara.
Meski begitu, Chu Liuxiang tetap merasa situasi ini agak absurd.
Orang mungkin pernah melihat pengangkutan manusia dengan kereta kuda atau peti, tapi mengangkut orang dengan peti mati? Ini benar-benar pertama kali.
Bagaimana Qi Xun bisa menjelaskan pada Chu Liuxiang: Kalau bukan karena Wuhua masih bisa dimanfaatkan untuk misi prestasi, dan karena persekutuan serigala Wuhua-Nan Gongling ini terkait dengan perolehan kartu karakter Ren Ci, tentu sudah lama dikuburkan. Bukankah peti mati adalah tempat paling tepat untuknya sekarang?
Yang lebih membuat Chu Liuxiang geleng-geleng kepala adalah: Selain menggunakan peti mati, dia juga menyewa seorang figuran.
"Figuran" yang bertugas memerankan pelayat palsu ini tak lain adalah Zhang San Si Jaring Cepat.
Dengan segenggam permata mutiara pemberian Qi Xun, Zhang San berakting dengan penuh dedikasi layaknya aktor profesional.
Meski dia tidak tahu, seandainya Qi Xun bisa memasukkan barang pemberian orang lain ke dalam Sistem untuk dikonversi menjadi tael perak, atau menggadaikan barang lalu menyimpan tael perak langsung, dia pasti tidak akan memberikan mutiara yang diberikan saudari Istana Air Suci ke dalam kantongnya ini kepada Zhang San.
Hal seperti menaikkan poin hubungan baik NPC yang belum tentu berhasil, jelas tidak sebanding dengan kenyamanan melihat angka tael perak di Pasar Transaksi yang konkret.
Tentu saja Qi Xun juga tidak sepenuhnya rugi memberikan hadiah.
Karena setelah melakukan serangkaian operasi aneh ini, dia malah mendapatkan dua kartu karakter.
【Wuhua·Pura-pura Mati Demi Hidup (Racun)】
【Zhang San·Hadiah Mutiara (Air)】
Dibandingkan kartu Zhang San yang mungkin bisa diaktifkan hanya dengan memberi sebutir mutiara, Qi Xun jelas lebih tertarik pada kartu Wuhua yang diaktifkan dengan cara aneh ini.
Ternyata Wuhua memang memiliki kartu ber-elemen Racun, berarti tebakannya sebelumnya tidak salah.
Tapi yang menarik justru nama kartu ini.
Menurut alur cerita asli, setelah peristiwa Tianyi Shenshui berakhir dan identitas asli Wuhua terbongkar, dia akan memalsukan kematiannya dengan cara meminum racun, lalu kembali ke Gurun Besar menemui ibunya Shi Guanyin. Tampaknya yang menguburkan Wuhua yang pura-pura mati itu adalah Chu Liuxiang.
Qi Xun yang sedang duduk di atas kuda melirik Chu Liuxiang yang saat ini menunjukkan ekspresi jijik melihat situasi di depan mata, lalu menatap peti mati yang benar-benar berisi mayat palsu. Dalam hati dia merasa, dari sudut pandang tertentu, dirinya seperti jenius kecil yang memulihkan adegan ikonis.
Dan lagi—
Setelah dipikir-pikir,
aktivasi kartu ini juga membawa kabar baik.
Prosedur kematian palsu sudah selesai dijalankan, kebutuhan untuk memanfaatkan kartu yang mungkin ada ini pun hilang. Jadi lain kali Wuhua bisa langsung mati beneran!
Qi Xun dengan puas melemparkan dua kartu tersebut ke dasar peti penyimpanan.
Cara khusus mengangkut orang ini memang tidak mencurigakan anggota Bangsa Pengemis.
Di dunia ini banyak orang yang meninggal di perantauan dan perlu diangkut kembali ke kampung halaman untuk dimakamkan. Di zaman ini kremasi belum populer, sehingga jasad harus dikuburkan di tanah setelah dibawa pulang dan disemayamkan.
Hanya saja ekspresi sedih sang kusir yang duduk di samping peti mati terlihat kurang tulus, sementara dua orang yang mengikuti di belakang peti mati tidak terlihat seperti orang biasa... itu saja.
Untungnya gerobak yang membawa peti mati memang menanggung beban setara satu orang, jadi bahkan jika ada yang memeriksa kedalaman jejak roda, tidak akan ditemukan masalah.
Setelah mengganti metode perjalanan ini, empat hari kemudian mereka telah sepenuhnya memasuki kota Prefektur Jinan.
Tidak aneh Bangsa Pengemis memilih mendirikan markas besar mereka di Prefektur Jinan.
Sejak Tahun ke-4 Hongwu, tembok kota Prefektur Jinan telah diubah dari tembok tanah menjadi tembok batu bata. Meskipun markas besar Bangsa Pengemis tidak perlu memiliki keunggulan seperti mudah dipertahankan dan sulit diserang, gelar sebagai organisasi terbesar di dunia ini tetap pantas memiliki bentuk markas yang sesuai.
Qi Xun turun dari kudanya dan memasuki kota.
Baru saja kakinya melangkah masuk ke kota ini, pemberitahuan sistem langsung bermunculan dengan gesit seperti SMS pemberitahuan area layanan.
Bahkan tidak hanya satu.
【Sistem】【Anda telah memasuki Prefektur Jinan.】
【Sistem】【Terdeteksi afiliasi kekuatan kota saat ini, reputasi Bangsa Pengemis diaktifkan.】
【Sistem】【Perubahan lokasi karakter mengaktifkan reputasi faksi, atribut reputasi Jianghu berlaku. Gelar reputasi terkait otomatis aktif, membentuk penilaian pengaruh regional berdasarkan statistik.】
【Sistem】【Gelar reputasi Jianghu "Uji Kemampuan Dasar" telah diaktifkan】
【Sistem】【Toko reputasi Jianghu aktif. Reputasi Jianghu dapat dikonversi 1:10 ke statistik reputasi faksi positif. (Faksi yang tidak dapat dikonversi saat ini: Shilin Dongfu, Gerbang Besi Berdarah)】
【Sistem】【Terdeteksi gelar "Bangsa Terbesar di Jianghu", misi utama 2 "Pemimpin Tertinggi Dunia Persilatan" diaktifkan. Silakan cek informasi detail di menu misi.】
Wah, Pemimpin Tertinggi Dunia Persilatan!
Misi Utama 1 adalah perkembangan dari Murid Istana Air Suci menjadi Pemimpin Istana Air Suci, sedangkan MisI Utama 2 adalah menjadi Pemuncak Dunia Persilatan.
Sistem ini harus diakui cukup ambisius dalam hal karier.
Sayangnya, berbagai informasi seperti barang apa saja yang ada di Toko Reputasi Jianghu dan properti apa dari gelar reputasi "Uji Kemampuan Awal", belum sempat ia selidiki lebih lanjut sebelum akhirnya dihadang orang, memaksa fokusnya beralih ke situasi saat ini.
Sebelum memasuki kota, ia sudah membuang peti mati agar tidak terlihat seperti ingin membuat masalah dengan Bangsa Pengemis.
Wajah "Nan Gongling" yang dipamerkan Wuhua ini cukup membuat anggota Bangsa Pengemis cepat menerima kabar dan bergegas ke gerbang kota untuk menyelamatkan pemimpin muda mereka.
Orang yang datang ini jelas memiliki posisi cukup tinggi di Bangsa Pengemis.
Penampilannya kurus kering seperti orang tua berambut putih, namun sorot matanya yang tajam membuat siapa pun tak meragukan vitalitas tubuhnya.
“Mungkin Shaogongzhu tidak mengenalnya, dia memiliki julukan di Jianghu bernama Perjalanan Solo Sepuluh Ribu Li.” Sambil Chu Liuxiang bergegas mendekat untuk berbincang dengan pihak lawan, Zhang□□ mendekati Qi Xun dan berbisik pelan.
Perjalanan Solo Sepuluh Ribu Li, Dai Duxing.
Nama tokoh ini tercantum dalam daftar pendekar Jianghu yang dipaksa dihafal Qi Xun oleh Gong Nanyan sebelum meninggalkan Istana Air Suci. Tentu dalam hal menghafal informasi semacam ini, Gong Nanyan jauh lebih mahir dibanding Qi Xun.
Qi Xun lebih menyukai kitab-kitab rahasia itu, tidak seperti Gong Nanyan yang lebih suka mempelajari orang lain.
Dai Duxing terkenal dengan julukan "Pendekar Perjalanan Solo Seribu Li" di Jianghu, hingga kini sudah hampir enam puluh tahun.
Asal usul julukan ini berasal dari kecepatan langkah sang sesepuh yang benar-benar luar biasa.
Membuat pendekar solo terkenal seperti ini bekerja sama dengan anggota Bangsa Pengemis lainnya jelas bukan hal mudah, namun Ren Ci berhasil
melakukannya, membuktikan dirinya sebagai pemimpin organisasi yang kompeten.
Dai Duxing yang sudah berumur tidak memiliki temperamen sekeras yang lain.
Setelah mendengar bahwa meskipun orang itu menahan Putra Mahkota Bangsa Pengemis, mereka datang untuk menemui Ketua Bangsa Pengemis dengan tindakan yang sesuai dengan tata krama, Dai setuju menjadi penunjuk jalan.
"Menurutku, kemudahan Dai Duxing berkompromi juga ada hubungannya dengan Chu Liuxiang," lanjut Zhang San. "Sekitar setahun lalu, Senior Dai ini pernah bertanding kecepatan kaki dengan Chu Liuxiang, tepatnya dalam pertarungan kejar-kejaran."
"Bagaimana hasilnya?" tanya Qi Xun.
"Chu Liuxiang selalu enggan menyinggung orang, tapi dia tidak bisa dikatakan kalah. Dia hanya berkata, jika di dunia ini masih ada orang yang tidak bisa dikejar Qinggong-nya, pastilah Senior Dai itu."
Zhang San bergumam, "Puteri muda masih terlalu muda untuk mengerti. Orang-orang sepuh yang terlihat baik hati sebenarnya lebih tidak mudah mengaku kalah. Tapi pujian dari rekan seprofesi yang kompeten tentu lebih menyenangkan. Makanya sejak itu, Dai Duxing jadi sangat ramah pada Chu Liuxiang."
Qi Xun merasa keputusannya mengutus Chu Liuxiang untuk bernegosiasi benar-benar tidak bisa lebih tepat lagi.
Dengan panduan Dai Duxing, mereka segera bertemu dengan Ren Ci, Pemimpin Bangsa Pengemis yang sedang berada di markas besar.
Sebagai pemimpin Bangsa Pengemis, Ren Ci tentu tidak mungkin mengenakan pakaian mewah.
Ia mengenakan jubah biru sederhana dengan dua tiga tambalan, sementara di tangannya menggenggam tongkat pemukul anjing - simbol kepemimpinan Bangsa Pengemis yang diwariskan turun-temurun.
Sayangnya, akibat perang bertahun-tahun silam, Ilmu Tongkat Pemukul Anjing yang asli telah hilang. Kalau tidak, tidak akan ada rumor bahwa kemampuan bela diri Nan Gongling bisa melampaui Ren Ci.
Meski kemampuan bela diri Ren Ci tidak setinggi pemimpin Gerbang Besi Berdarah Tie Zhongtang atau Shui Mu Yin Ji dari Istana Air Suci yang termasyhur, kehadiran pria paruh baya yang berwibawa dan teguh ini sama sekali tidak mengurangi kesan sebagai pemimpin organisasi terbesar di Zhongyuan.
“Meski tahu Qi Xun datang dengan maksud ‘menuntut pertanggungjawaban’ Wakil Ketua Bangsa Pengemis, raut wajah Ren Ci tetap memancarkan ketenangan dan kebaikan hati.”
“Kemampuan mengendalikan emosi seperti ini benar-benar memiliki daya pikat yang bisa menaklukkan hati orang.”
“Hanya ketika melihat ‘’ yang dibawa ke hadapannya, wajah yang selalu tersenyum itu baru menunjukkan keseriusan dengan mengerutkan alisnya.”
“Pemimpin Istana Muda, orang lain mungkin mengira ini adalah ,” kata Ren Ci dengan tegas, “Tapi aku seorang ayah. Seorang ayah tak mungkin tak mengenali anaknya sendiri. Jadi aku bisa pastikan padamu——”
“Ini pasti bukan Ling'ku!”
“Kalau begitu di manakah ?” tanya Qi Xun dengan nada datar, seolah tak terkejut telah membawa orang yang salah.
“Mengenai pertanyaan ini, Wuhua juga ingin tahu.”
Jika bukan karena tindakan Qi Xun yang tiba-tiba memasukkan dirinya ke dalam peti mati, anggota Bangsa Pengemis yang tersebar di wilayah tenggara seharusnya sudah menerima kabar bahwa wakil pemimpin muda diculik.
Setidaknya lebih cepat daripada penyebaran berita dari markas Junshan.
Pesan melalui jaringan intelijen Bangsa Pengemis tentu bisa diterima Nan Gongling. Sebelum mereka tiba di Jinan, masih ada kemungkinan untuk menyelamatkan atau menukarnya.
Begitu tiba di wilayah kekuasaan Bangsa Pengemis, tentu Nan Gongling bisa berbicara sesuka hatinya.
Tapi kini benar-benar rumit: anggota Bangsa Pengemis baru mengetahui kabar ini saat memasuki kota. Wuhua yang mengira penyamaran sebagai Nan Gongling sudah semirip kembar pun, tetap langsung dikenali oleh Ren Ci yang membesarkannya.
Sial! Jangan-jangan Nan Gongling ini malah masuk ke Prefektur Jinan tanpa menerima kabar apa-apa.
Sayangnya, Wuhua benar-benar harus menghadapi rekan yang tidak kompeten.
Nan Gongling memasuki Prefektur Jinan dengan penuh keyakinan dan kebanggaan.
Setelah mendapatkan kabar tentang orang tua kandung dan kakak yang sangat berbakat ini, Wuhua membimbing Nan Gongling untuk mencetuskan ide merebut kekuasaan Bangsa Pengemis.
Di Bangsa Pengemis saat ini, reputasi Ren Ci hampir tidak mungkin terkikis atau digantikan olehnya, kecuali—
Kecuali Ren Ci jatuh sakit parah, sampai-sampai hanya bisa menyerahkan urusan internal kepada calon Pemimpin Bangsa Pengemis seperti dirinya.
Namun Nan Gongling
Juga menyadari, hanya mengandalkan dirinya sendiri tidak cukup. Dia membutuhkan orang untuk menyingkirkan saingan dan melakukan hal-hal yang tidak bisa terang-terangan, hingga dia resmi menjadi Ketua Bangsa Pengemis.
Dia menetapkan target ini pada Bai Yumo.（*）
Lebih dari sepuluh tahun lalu, serangkaian kasus pemerkosaan dan pembunuhan di Huqiu, Suzhou adalah ulah Bai Yumo. Mantan sesepuh Bangsa Pengemis yang gila ini berhasil melarikan diri dengan cara tak diketahui setelah dikejar bersama oleh Ketua Yongcui Villa Li Guanyu dan Ketua Bangsa Pengemis Ren Ci.
Alasan Nan Gongling bisa menemukan jejak Bai Yumo kali ini adalah karena niat balas dendam Bai Yumo terhadap Li Guanyu dan putranya di Yongcui Villa yang tanpa sengaja membocorkan lokasinya.
Kabar bahwa Li Guanyu mengurung diri selama empat tahun terakhir akibat gangguan energi dalam saat latihan, meski tak diketahui banyak orang di Jianghu, mustahil tak terdengar oleh anggota Bangsa Pengemis.
Andai bukan karena ambruknya Li Guanyu yang menjadi tiang utama villa, Bai Yumo takkan berani berniat kembali beraksi di Huqiu.
Sayangnya, sebelum tombak kail penangkap jiwa-nya menembus dada Li Yuhan yang tak berdaya, Bai Yumo sudah lebih dulu dihadang oleh Nan Gongling.
Alasan yang diberikan Nan Gongling memang berhasil meyakinkannya.
Daripada membunuh Putra Pemilik Vila Yongcui namun tetap menjadi buronan seluruh Bangsa Pengemis, terusir dan mengembara di perantauan, lebih baik membantunya Nan Gongling naik ke posisi ketua. Nanti dia bisa kembali secara terhormat ke posisi sesepuh Bangsa Pengemis.
Dengan dukungan ketua Bangsa Pengemis, siapa yang berani mencelanya?
Bai Yunmo bahkan menyerahkan racun kronis langka yang ditemukannya beberapa tahun terakhir kepada Nan Gongling, demi mencapai tujuannya "kondisi fisik Ren Ci yang lemah sehingga terpaksa menyerahkan urusan perkumpulan kepada Nan Gongling".
Hadiah besar lainnya untuk Nan Gongling adalah jasa menyelamatkan nyawa Li Yuhan.
Li Guanyu yang sedang mengalami gangguan qi akibat latihan, bahkan belum diketahui apakah bisa pulih. Namun sebagian besar jaringan pertemanan yang dibangun Li Guanyu di Sumur Teh Lu Yu dan Kolam Pedang Gunung Harimau Suzhou dulu, masih menunjukkan perhatian kepada Li Yuhan.
Atas jasa penyelamatan ini, Nan Gongling tentu tidak akan memanfaatkannya untuk memeras balasan. Ia hanya ingin diam-diam mendapatkan dukungan Li Yuhan.
Untuk itu, ia bahkan mengundang Li Yuhan untuk bersama-sama pergi ke Jinan, barangkali Bangsa Pengemis bisa menyelesaikan masalahnya.
Dalam euforia mendapatkan calon tangan kanan sekaligus menjalin hubungan dengan tokoh muda berpengaruh, mana ada waktu bagi Nan Gongling untuk memperhatikan kondisi Wuhua yang saat ini sedang pergi ke Hengyang membuatkan bukti kehadiran palsu, demi menutupi jejak pencariannya terhadap Bai Yumo sebelumnya.
Tak ada pula yang memberitahunya kabar tentang penculikan putra muda pemimpin Bangsa Pengemis.
Karena Li Yuhan menyukai kebersihan, Nan Gongling pun melarang anggota Bangsa Pengemis mendekat.
Ia merenungkan bahwa waktu yang dihabiskannya mencari orang sebelumnya bertepatan dengan kemunculan Wuhua di area Yueyang-Hengyang untuk urusan tertentu. Saat kembali, ia kebetulan menyelamatkan Li Yuhan. Kini bepergian ke utara bersama terasa sangat logis.
Mungkin bahkan ayah angkatnya pun akan memuji caranya berteman.
Ia tidak tahu bahwa sebenarnya ia hanya terpaut setengah hari dengan kembalinya Qi Xun dan rombongan.
Nan Gongling segera berteriak saat menginjakkan kaki di Prefektur Jinan dan melihat anggota Bangsa Pengemis, "Cepat laporkan pada ayah angkat! Katakan Putra Pemilik Vila Yongcui ikut saya ke Jinan untuk berkunjung."
Namun yang ia lihat bukanlah orang yang buru-buru pergi memberi kabar, melainkan tatapan penuh arti yang mengarah padanya.
“……”
Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres...
