Sejak muda, Qi Xun sudah menyimpan banyak pemikiran tentang teknik tangan kiri-kanan, tentu sebelum transmigrasi dengan sistem game.
Siapa yang tidak punya masa lalu memegang ranting pohon sebagai pedang sakti, menyelipkan lengan ke dalam lengan baju untuk pura-pura jadi pendekata satu lengan? Menonton drama populer di TV, mengikuti ucapan "Jalan Langit, mengurangi kelebihan dan menambah kekurangan" (*) dengan kenaifan khas remaja, memeragakan jurus Naga Marah Menampar Pohon juga hal yang biasa.
Apalagi teknik Si Tua Nakal yang mengajari Guo Jing dan Naga Kecil menggambar kotak dengan satu tangan sambil lingkaran dengan tangan lain, itu pernah menjadi tren sesaat.
Qi Xun juga bukan tidak pernah mencoba.
Ketika dunia bela diri menjadi kenyataan, Qi Xun menyadari bahwa menggambar lingkaran dengan satu tangan dan persegi dengan tangan lain sebenarnya tidak sulit bagi praktisi bela diri dalam keadaan pikiran jernih, terutama bagi mereka seperti dirinya yang mempelajari teknik inti Mingyu Gong.
Namun menggunakan kedua tangan untuk mengeluarkan jurus berbeda, meski dengan bantuan sistem game, jelas tidak mungkin baginya menggunakan tangan kiri untuk jurus Shi Po Tian Mao sementara tangan kanan mengeluarkan Yin Fen Yang Xiao -
Meskipun kedua jurus ini adalah serangan tunggal yang bisa dikeluarkan hanya dengan satu tangan.
Sepertinya Si Tua Nakal masih memiliki trik rahasia lainnya.
Meskipun metode inti Quanzhen yang "satu jiwa menjaga dalam, satu jiwa menjelajah luar" (*) menjadi salah satu alasannya, Qi Xun merasa harus bertemu langsung untuk memahami keindahan teknik tersebut.
【Sistem】【Anda telah memasuki Dungeon Mimpi Elite·Pulau Persik】
【Sistem】【Pendekar dapat membawa keuntungan yang diperoleh di dungeon ke dunia utama, perhatikan batas inventory. Dapat membuka slot tambahan dengan mengeluarkan sejumlah tael perak.】
【Sistem】【Apakah ingin memanggil karakter pendukung?】
【Tidak!】
Kali ini tidak perlu menarik orang lain, Qi Xun sudah memiliki rencana di hatinya.
Dia akan bertindak sendiri!
Meski nama dungeon adalah Pulau Persik, bukan berarti Qi Xun akan langsung dilempar ke pulau tersebut.
Titik munculnya berada di gang gelap sebuah kota.
Qi Xun "meminjam" satu set pakaian dari rumah penduduk, meninggalkan beberapa keping tael perak, menyimpan pakaian Wakil Pemimpin Istana Air Suci ke inventory, baru kemudian berjalan dengan percaya diri ke jalanan.
Tidak butuh waktu lama baginya untuk mengetahui bahwa tempat ini adalah Jiaxing, dan sekarang adalah akhir Mei.
Setelah bertahun-tahun, Qi Xun juga tidak yakin tepatnya bulan apa kompetisi perjodohan dengan tiga ujian di Pulau Persik diadakan, dia hanya bisa mengingat tahun perkiraannya -
Selama beberapa tahun ini, dia sering menulis informasi novel silat yang masih diingatnya di kertas, menyimpannya di tas bawaannya.
Tapi untuk detail sampai level bulan, dia benar-benar tidak mampu.
Tidak ada yang memiliki daya ingat sehebat itu.
Setelah merenung cukup lama, dia hanya samar-samar ingat perjanjian pertarungan di Paviliun Pemabuk Immortal jatuh pada musim panas, entah tanggal 15 Juli atau 15 Agustus. Kemungkinan besar jatuh pada pertengahan musim gugur tanggal 15 Agustus. Sementara Guo Jing seharusnya berangkat ke Pulau Persik 1-2 bulan sebelumnya untuk menerima hukuman, agar tidak ketinggalan janji di Paviliun Pemabuk.
Jadi waktu akhir Mei sekarang ini tampaknya tidak terlalu jauh lagi.
Merujuk pada situasi dungeon Kerajaan Jinpeng sebelumnya, Qi Xun memperkirakan saat ini masih ada sedikit waktu sebelum Guo Jing tiba di Pulau Persik, tepat untuk pemain memilih faksi dalam periode ini.
Entah mencari Guo Jing dan Huang Rong, atau mencari Ouyang Ke dan Ouyang Feng, harus ada ruang untuk menyelidiki informasi dan buffer.
Tapi dia bukan berniat menyelesaikan dungeon dengan cara normal!
Yang penting saat tiga ujian tiba, dia bisa hadir dan mengikuti prosedur mengalahkan bos dari salah satu faksi.
Karena targetnya adalah Si Tua Nakal (Lao Wantong), dia bisa langsung menuju Pulau Persik!
Kalau dungeon bebas masih mengikuti petunjuk pesan, itu tidak seru.
Urusi Guo Jing, Huang Rong, Ouyang Ke buat apa.
Tentu saja sebelum ini, dia harus melakukan beberapa persiapan.
Qi Xun mengakui dirinya tidak memiliki ketulusan dan daya tarik Guo Jing dalam berinteraksi dengan orang, bisa langsung akrab dengan Lao Wantong dan langsung bersaudara, jadi dia harus mencari cara pintas.
Cara pintas ini... dia perlu menyiapkan beberapa hal.
Sebelumnya karena perbedaan zaman dan pakaian yang harus menyesuaikan adat istiadat setempat, dia tidak keberatan menggunakan uangnya sendiri untuk belanja. Tapi sekarang untuk persiapan logistik dungeon yang membutuhkan banyak pengeluaran tael perak dari tabungannya, ini membuatnya agak kesal.
Lagipula pengeluaran ini tidak perlu diakui Sistem sebagai miliknya——
Rampok orang kaya untuk bantu orang miskin!
Situasi pemerintahan Dinasti Song Selatan saat ini, tidak hanya pembaca _The Legend of the Condor Heroes_, mereka yang paham sejarah pun tahu.
Qi Xun berkeliling di Kota Jiaxing dan mendengar banyak penilaian tentang pejabat lokal dalam obrolan santai, lalu memilih target aksinya.
Keesokan harinya, tasnya sudah berisi tael perak yang ditandai dengan cap khusus - tanda itu ia hancurkan dengan kekuatan jari, lalu dipecah menjadi perak pecahan.
Sebagian langsung ia tukar menjadi koin tembaga di berbagai tempat di kota, dibagikan ke keluarga miskin. Sisanya digunakan untuk persiapan kunjungan ke Pulau Persik.
Setelah urusan dana selesai, ia menuju bengkel kota.
Gadis asing dengan wajah tak dikenal di tempat seperti bengkel terlalu mencolok. Qi Xun mengganti pakaiannya menjadi pakaian pria. Wajahnya yang sangat cantik disamarkan dengan teknik rias Asia, membuatnya terlihat seperti pelajar yang jarang keluar rumah.
Masih seorang pelajar yang terlalu tenggelam dalam mempelajari ilmu lima elemen dan numerologi.
Para tukang kayu ini juga tidak merasa aneh dengan benda yang diminta Qi Xun untuk dibuat, toh pelajar yang berpakaian sederhana namun rapi ini sudah membayar dengan cukup.
Hanya saja menurut mereka, orang terpelajar ini jelas-jelas kekenyangan dan tidak ada kerjaan, lebih baik uangnya dipakai untuk beli buku daripada dihabiskan untuk ini.
"Dia" bahkan meminjam sebuah ruangan, membawa potongan bambu kasar yang ditebang di luar kota, lalu mengampelas dan memolesnya sendiri, bahkan meminta cat dari mereka.
"Benda apa yang Tuan Muda buat ini?" tanya tukang tua yang sedang membantu mengikir tusuk bambu di sampingnya, melihatnya mengecat lempengan bambu.
Qi Xun hanya menggeleng misterius, "Sekedar hadiah untuk seseorang, tidak perlu disebutkan."
Karena dia tidak mau bicara, sang tukang tua sebagai pekerja juga tidak perlu bertanya lebih lanjut.
Tenaga kerja saat ini benar-benar murah. Dengan upah yang wajar dan tambahan insentif dari Qi Xun, para pengrajin ini tentu tidak bermalas-malasan dalam bekerja.
Namun persiapan semua barang baru selesai dua hari kemudian.
Sekretaris kantor pemerintahan Jiaxing yang dicuri tael peraknya jelas tak punya kemampuan melacak jejak uangnya dari kepingan tembaga rakyat miskin atau serpihan perak yang dibayarkan Qi Xun.
Qi Xun justru telah membeli persediaan bahan makanan kering lagi, membungkusnya bersama material lain menjadi paket besar, lalu memanggulnya keluar kota.
Di warung kecil depan gerbang kota, dia tiba-tiba tertarik berhenti di lapak topeng dan memilih topeng rubah merah.
Arah perjalanannya menuju Zhoushan.
Adat istiadat dan pemandangan wilayah pesisir sangat berbeda dengan zaman modern.
Qi Xun hanya pernah datang ke pesisir Jiangsu-Zhejiang dua tiga kali. Satu kali ke Kepulauan Nanji di muara Sungai Ao, satu kali ke Putuo Zhoushan. Justru dua pelayaran inilah yang mengingatkannya pada Pulau Persik di perairan Jiangsu-Zhejiang yang sama, akhirnya berhasil mengais sedikit kesan dari ingatannya dan ingat harus pergi ke Zhoushan terlebih dahulu.
Di pelabuhan Zhoushan, meski tidak bertanya pun dia bisa menebas. Gaya bertindak Ong Yaoshi yang agak jahat ini rupanya menimbulkan ancaman besar di daerah tersebut, bahkan ada kabar larangan berlayar sembarangan dalam radius 40 li di luar Pulau Persik.
Benar saja, setelah dia menyebutkan rencana membeli perahu kecil bekas untuk eksplorasi laut, pemilik yang menjual perahu tua itu menyinggung hal tersebut.
“Anda juga lihat, saya cuma orang berpendidikan yang tak punya kemampuan, pasti akan menghindar sejauh mungkin dari tempat berbahaya,” Qi Xun berpura-pura menghela nafas, “Bapak ini orang jujur, harusnya kasih tahu saya arah Pulau Persik biar bisa dihindari. Bagaimana kalau saya langsung berlayar ke arah berlawanan begitu keluar pelabuhan? Sekalipun salah arah tak mungkin nyasar ke sana.”
Melihat Qi Xun hendak mengeluarkan uang lagi untuk membeli peta laut tambahan, sang bos merasa dapat keuntungan lagi sehingga tak berniat menyembunyikan informasi.
“Lihat di sini,” dia menunjuk peta, “Mulai dari posisi ini, daerah bernama Jitouyang, berlayar ke selatan. Pemandangan kepulauan di sana bagus, dan sama sekali tidak akan masuk wilayah Pulau Persik.”
Ngerti, harus ke utara!
Setelah mendapat petunjuk arah, Qi Xun dengan lowkey berlayar menggunakan perahu.
Cuaca laut beberapa hari ini memang tenang. Orang seperti dia yang berlayar mencari pemandangan laut untuk menambah wawasan memang tidak banyak, tapi juga bukan cuma dia seorang, jadi sama sekali tidak mencolok.
Namun, tidak banyak yang seperti dirinya yang bepergian sendirian.
Alasan lain memilih Dungeon Pulau Persik adalah karena sebagai Murid Istana Air Suci dengan Tianshui Divine Art, Qi Xun yakin memiliki keunggulan baik dalam berlayar di laut maupun melarikan diri jika terjadi masalah.
Spesialisasi masing-masing, Istana Air Suci memang ahli dalam urusan air.
Sayangnya, kemungkinan dia belum mampu membanjiri Pulau Persik.
Meski kecepatan kapal Qi Xun terbilang cepat, butuh lebih dari setengah hari untuk mencapai Perairan Jitou, dan setelah berlayar ke utara sehari lebih, baru muncul pemberitahuan di antarmuka Sistem.
【Sistem】【Anda telah memasuki area Dungeon Pulau Persik.】
Di saat seperti ini patut dipuji Sistem yang dapat diandalkan - sebelumnya arah dan lokasi harus ditentukan sendiri, tapi saat sudah dekat tak perlu repot lagi.
Tentu tidak bisa berharap dia menjadi penjelajah laut ulung yang bisa menemukan Pulau Persik di tengah laut luas hanya dengan petunjuk samar.
Perahu kecil melaju cepat. Qi Xun mengikuti arah yang ditunjukkan peta mini selama setengah hari, hingga akhirnya bisa melihat kontur Pulau Persik dari kejauhan.
Sudah lewat bulan Mei, musim bunga persik di Pulau Persik memang telah berlalu. Tapi dari kejauhan di garis cakrawala, mata Qi Xun masih bisa menangkap hamaman pepohonan liar berwarna merah, hijau, kuning, dan merah muda yang indah memesona.
Ternyata Pulau Persik tidak hanya ditanami pohon persik. Pertapa legendaris anggota Lima Jenderal Legendaris yang tinggal di pulau ini juga ahli dalam merawat berbagai jenis tanaman hias.
Sesampainya di lokasi, Qi Xun tak buru-buru naik ke pulau.
Dia punya rencana besar.
Dengan bantuan peta Sistem Game dan pengetahuan tentang lima elemen, numerologi, formasi, serta pengetahuan umum yang dipelajarinya dari buku-buku di Istana Air Suci, menemukan lokasi Si Tua Nakal dengan Qinggong tanpa memancing perhatian tuan pulau sebenarnya tidak terlalu sulit.
Tapi kesulitannya adalah dia tidak sekadar pergi menemui Lao Wantong untuk menyelesaikan tugas, melainkan untuk mempelajari seni bela diri pertarungan tangan kiri dan kanan.
Hal terpenting dalam belajar ilmu bela diri adalah ketenangan.
Setidaknya dalam beberapa hari setelah dia tiba di pulau, dia tidak ingin diganggu oleh Huang Yaoshi yang mengganggu proses belajarnya.
Lao Wantong sudah dikurung oleh Huang Yaoshi di pulau ini selama 15 tahun, bahkan saat Guo Jing datang ke pulau, Huang masih mencoba mengusirnya dari gua dengan menggunakan "Lagu Pasang Surut Lautan Hijau" yang dimainkan melalui seruling gioknya. Ini membuktikan bahwa Tuan Pulau Huang benar-benar terus memantau Lao Wantong.
Itu bukanlah situasi yang diinginkan Qi Xun.
Dia tidak mau proses belajarnya diawasi, apalagi berisiko diusir dari Pulau Persik.
Oleh karena itu, dia berencana membuat kesibukan untuk Tuan Pulau Huang, setidaknya untuk mendapatkan beberapa hari ketenangan.
Inilah alasan mengapa sebelumnya dia melakukan persiapan di Kota Jiaxing.
Di laut yang tak berangin dan tak bergelombang, Qi Xun duduk di haluan kapal menunggu dengan tenang hingga matahari terbenam dan bintang-bintang bertaburan di langit, baru kemudian mengarahkan perahu kecilnya menuju Pulau Bunga Persik.
Di bawah cahaya bintang dan bulan, pepohonan bunga di Pulau Bunga Persik membentuk siluet runcing dan hitam pekat yang memancarkan kesan misterius.
Pulau itu sunyi senyap tanpa suara manusia, seolah-olah awan merah cerah yang terlihat dari kejauhan di siang hari telah lenyap.
Qi Xun sama sekali tidak merasa ini menakutkan.
Tujuannya sangat jelas.
Kali ini ia membawa tiga hadiah ke pulau tersebut, salah satunya adalah untuk Huang Yaoshi.
Untuk membuat Huang Yaoshi tidak sempat mengawasi kondisi Zhou Botong setidaknya selama tujuh hari, tentu perlu memberikan sesuatu yang sesuai minatnya.
Sang Tuan Pulau ini ahli dalam ilmu Qimen Dunjia, tatanan tanaman bunga di Pulau Bunga Persik sendiri merupakan formasi besar. Hadiah yang diberikan Qi Xun pun berupa satu set formasi.
Formasi yang ia pikirkan sendiri tidak memiliki kemampuan seperti itu, tetapi siapa sangka ia bersandar pada Istana Air Suci dan merupakan murid terakhir Shui Mu Yin Ji.
Lebih dari 30 tahun yang lalu, ketika Ye Di dan Ri Hou sama-sama termasyhur di Jianghu, Ye Si yang berwatak romantis ini berniat mengunjungi Ri Hou di Pulau Changchun. Begitu tiba di pulau itu, langsung dihadang oleh Siklus Energi Agung Jue Shen yang terpasang di pesisir.
Sejak itu ia dipenjara di gua laut seberang Pulau Changchun, terkunci selama lebih dari 10 tahun.
Saat itu Siklus Energi Agung Jue Shen masih belum sempurna, membutuhkan kerja sama lebih dari 100 ahli di Pulau Changchun
sekaligus, dan memanfaatkan kelemahan Ye Di yang tidak terbiasa dengan ombak laut serta kondisi kekuatannya yang berkurang.
Tiga puluh tahun kemudian, Ri Hou yang berubah dari istri terbuang Great Banner Gate menjadi nomor satu dunia persilatan, semakin mendalami seni formasi. Siklus Energi Agung Jue Shen pun semakin sempurna, berubah menjadi formasi yang bisa diwujudkan melalui susunan pepohonan.
Dengan persahabatan antara Ri Hou dan Shui Mu Yin Ji, atau lebih tepatnya hubungan guru-murid, cukup untuk membuat naskah formasi yang telah disempurnakan ini muncul di Istana Air Suci, dan dihafal luar kepala oleh Qi Xun dengan kesadaran seorang workaholic.
Ye Di sebenarnya mirip dengan Huang Yaoshi. Sama-sama jenius langka yang tidak hanya menguasai ilmu bela diri, tapi juga mahir dalam berbagai bidang ilmu. Perbedaan utamanya mungkin hanya pada reputasi Ye Di sebagai playboy yang sudah terkenal seantero dunia.
Siklus Energi yang bisa mengurung Ye Di - seorang yang memiliki ingatan fotografis dan menguasai multidisiplin ilmu - tentu juga mampu membuat Huang Yaoshi terkunci dalam penelitian selama beberapa hari.
Inilah waktu belajar yang dia sediakan untuk dirinya sendiri!
Qi Xun mendaki Pulau Persik di kegelapan malam tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.
Setelah merapatkan kapal di dermaga Pulau Persik, dia menggotong tiang-tiang formasi yang telah dibuat di kota Jiaxing keluar dari kabin kapal.
Kemudian tanpa ragu sedikitpun, dia mengulurkan "cakar setan"-nya ke pepohonan di sekitar area dermaga.
Saat fajar hampir tiba, Qi Xun akhirnya menyelesaikan pemindahan pohon terakhir.
Ia mengusap keringat di dahinya yang muncul akibat buru-buru bekerja, lalu dengan cepat mengemudikan kapal meninggalkan Pulau Bunga Persik sebelum ada patroli yang datang ke area tersebut.
Baru setelah ia mendarat di pulau terdekat, matahari merah terbit sepenuhnya dari permukaan laut, memantulkan kilauan keemasan yang berkilauan di atas air.
Sekarang tinggal menunggu reaksi Huang Yaoshi.
Di Villa Guiyun Danau Taihu, setelah reunifikasi dan perpisahan dengan putri tercinta, serta kesepakatan dengan Guo Jing di pulau itu, Huang Yaoshi kembali ke Pulau Bunga Persik bukan untuk menunggu Guo Jing, tetapi agar putrinya kembali dan mereka bisa menikmati kebahagiaan keluarga.
Mendekati tanggal yang disepakati, Huang Yaoshi bangun lebih awal dari biasanya.
Tuan Pulau Bunga Persik yang santai dan anggun, penuh wibawa bak dewa ini membuka pintu kamarnya, disambut angin laut awal musim panas yang membuat pepohonan berbunga di depan rumahnya bergoyang, menciptakan pemandangan yang subur dan megah.
Siapa pun yang hidup di lingkungan seperti ini, mungkin sulit memiliki perasaan buruk, bahkan terasa sebuah keanggunan yang melampaui dunia.
Namun tiba-tiba, ia melihat budak bisu pulau itu berlari panik melewati jalan setapak di hutan, menghampirinya sambil menunjuk ke arah dermaga seolah ingin menyampaikan sesuatu.
Tapi budak bisu itu tak bisa bicara, juga tak mampu mengisyaratkan penyebab kepanikannya.
Alis Huang Yaoshi berkerut sedikit, ia pun melesat mengikuti arah tunjukan budak itu untuk memastikan keadaannya.
Formasi Lima Elemen Pulau Persik adalah karya Huang Yaoshi sendiri. Berpindah melalui formasi mistis ini, jubah birunya berkibar dengan lincah yang tak terungkapkan, dalam sekejap ia telah sampai di tepi pulau.
Saat mendeteksi keanehan di depan, tiba-tiba langkahnya terhenti.
Pantas budak bisu itu panik.
Pulau Persik sejak dulu tak ada yang berani masuk tanpa izin.
Namun sekarang, di dua pohon persik di depannya, tergantung selembar kertas panjang di masing-masing pohon. Di atas kertas tertera beberapa karakter besar dengan tulisan kaligrafi yang indah dan berani.
——Jelas-jelas ada seseorang yang terang-terangan menyatakan kedatangannya ke pulau ini.
Selama empat tahun, di bawah tekanan Shui Mu Yin Ji dengan alasan "Bagaimana mungkin muridku tidak bisa menulis dengan baik?", Qi Xun telah berhasil menguasai kaligrafi. Tulisan tangan Qi Xun sekarang sudah jauh berbeda dengan empat tahun lalu.
Yang dilihat Huang Yaoshi tentu bukan coretan acak-acakan, melainkan dua baris tulisan yang megah dan berwibawa.
Pada salah satu kertas tertulis: "Murid muda ini datang dari jauh karena mendengar reputasi Tuan Pulau Huang. Dengan hormat mempersembahkan Formasi Zhou Tian Jue Shen."
Di kertas lainnya tertulis: "Sementara menetap di pulau kecil tanpa memasuki wilayah Tuan. Murid akan datang sendiri setelah Tuan berhasil memecahkan formasi."
Ilmu bela diri Shui Mu Yin Ji tak tertandingi di dunia. Meskipun kumpulan kaligrafi yang dikoleksinya terlihat tenang, tetap terkesan sombong dan angkuh. Qi Xun meniru sepenuhnya gaya ini, membuat dua kalimat tersebut terlihat sangat sombong.
Huang Yaoshi yang tidak pernah terlalu mementingkan etiket, bahkan bisa disebut sebagai pemberontak, tak bisa tidak merasa bahwa penerus yang terus menyebut diri "junior" ini justru lebih berani darinya.
Tapi orang ini... benar-benar memiliki modal untuk bersikap arogan!
Mampu merusak formasi Pulau Bunga Persik dalam semalam dengan mengandalkan
cara kekerasan menggali satu sudut dan memasukkan formasi lain, jelas bukan hal yang bisa dilakukan orang biasa.
Huang Yaoshi yang menyendiri di Pulau Bunga Persik, mendalami prinsip saling mengatasi lima elemen serta seni Yin Yang dan Bagua, tentu langsung mengenali bahwa formasi bernama Siklus Energi Pemutus Dewa ini benar-benar bukan formasi sembarangan.
Meski dia bisa mundur ke pantai dari sisi lain pulau, berkeliling mengamati formasi yang terbentuk semalaman untuk melihat seluruh kondisi tepian, dia sendiri mengakui tidak memiliki keyakinan penuh bisa langsung keluar dari formasi ilusi ini saat pertama kali masuk.
Setelah hari-hari belakangan ini mempelajari seni bela diri, susunan formasi yang disempurnakannya memang bukanlah hal yang biasa.
Huang Yaoshi akhirnya menemukan lawan yang sepadan.
Ia menyimpan dua baris tulisan di pohon, lalu wajahnya berubah muram seakan teringat sesuatu, kemudian berlari menuju suatu area di Pulau Bunga Persik.
Tempat itu tepatnya adalah makam mendiang istrinya, Feng Heng.
Dengan adanya penyusup di Pulau Bunga Persik, wajar jika ia khawatir tempat peristirahatan Feng Heng terganggu.
Untungnya, tidak ada keanehan di lokasi tersebut.
Setelah lega, ia mengecek lokasi Zhou Botong, namun juga tidak menemukan jejak pendatang.
Mana mungkin Huang Yaoshi menyangka bahwa tindakan Qi Xun yang terlihat terang-terangan mengirimkan surat permohonan via formasi ini, pada hari pertama memang tanpa tujuan tertentu, tapi hari kedua belum tentu.
Kini sang gadis sedang bersantai di pulau lain.
Sejak transmigrasi ke dunia asing ini, ia belum sempat mencicipi ikan laut.
Ketika Huang Yaoshi menemukan formasi dan "surat permohonan" itu, dia sedang menggunakan Tianshui Divine Art untuk menangkap ikan.
Saat Huang Yaoshi memeriksa potensi bahaya di pulau, dia sedang membersihkan ikan dan mendirikan tempat memanggang.
Ketika Huang Yaoshi mulai mempelajari Formasi Besar Siklus Energi Pemusnah Dewa ini, dia dengan tenang duduk menikmati hidangan...
Ah, sepertinya ini tidak bisa disebut makanan lezat.
Pokoknya tidak sebagus ikan panggang Zhang San si Jaring Cepat.
Qi Xun agak kesal karena kemampuan bertahan hidup di alam bebasnya ternyata tidak sehebat yang dia bayangkan.
Tapi kemudian dia berpikir, saat dia benar-benar menginjakkan kaki di pulau itu nanti, dia harus mengandalkan wajahnya untuk menikmati hidangan Huang Rong seperti "Bulan di Jembatan Dua Puluh Empat Malam", "Seruling Giok di Atap Siapa", "Tiga Sahabat Musim Dingin", dan lainnya.
Ah, gadis yang pandai memasak adalah harta karun.
Dia berbeda - dia adalah pecinta kuliner.
Qi Xun menghela napas lalu membuang ikannya, pasrah melanjutkan mengunyah makanan kering.
Saat malam tiba, dia berganti kembali ke pakaian khas Istana Air Suci, melangkah menuju Pulau Persik dengan mengarungi ombak.
Target operasi kali ini adalah si Old Urchin (Lao Wantong).
Berkat navigasi otomatis Sistem, dengan bantuan penjejakan NPC di peta mini, Qi Xun tidak kesulitan menemukan gua persembunyian Old Urchin.
Hanya saja...
Sistem, navigasimu sebenarnya tidak perlu terlalu cerdas.
Qi Xun memandang lesu ke peta mini yang bahkan menandai "Gua Zhou Botong", "Toilet Zhou Botong", "Tempat Zhou Botong pura-pura BAB tapi sebenarnya keluar jalan-jalan" - membuat kepalanya pusing.
Untungnya Huang Yaoshi meskipun eksentrik, tidak memanfaatkan celah ini untuk merebut Nine Yin Manual saat Old Urchin ke toilet.
Adapun Zhou Botong sendiri benar-benar sosok yang unik.
Tapi bagaimanapun, dia tidak datang untuk mendiskusikan bagaimana Zhou Botong bisa mengatakan "Istrimu sudah mati, ini kesempatan bagus untuk fokus latihan kungfu, selamat ya (*)" setelah kematian istri Huang Yaoshi, Feng Heng.
Apalagi bertanya bagaimana dia bisa mengikat persaudaraan dengan generasi muda semudah makan dan minum.
Tujuannya hanya untuk mempelajari ilmu bela diri saling serang dengan kedua tangan.
Jadi masalah kecerdasan emosional Zhou Botong yang rendah dan hubungan rumitnya dengan Yinggu, tidak ada hubungannya dengannya.
Saat ini Zhou Botong sedang bersembunyi di dalam gua.
Selama 15 tahun dia menjaga kitab Jiu Yin Zhen Jing yang disembunyikan di gua, bahkan di malam hari tetap waspada siaga 12 tingkat.
Siapa tahu kapan Huang Laoxie yang tidak sabar ini akan mengingkari janji, mengandalkan kedudukannya di Pulau Persik yang terisolasi, lalu menyerbu masuk untuk merebut kitab itu langsung.
Zhou Botong mengakui dirinya mungkin tidak terlalu serius, namun sesungguhnya sangat menepati janji.
Orang.
Seniornya melarangnya mempelajari jurus 'Sembilan Yin Manual', maka ia tidak mempelajarinya. Seniornya menyuruhnya menjaga kitab itu agar tidak jatuh ke tangan orang jahat, maka ia pun menjaganya mati-matian.
Seandainya ada yang melihat keadaannya sekarang, pasti mengira melihat manusia liar.
Bertahun-tahun tidak merawat diri membuat rambutnya kusut menjuntai ke tanah, alis dan janggut panjangnya menutupi hidung dan mulut, hanya sepasang mata yang berkilau dalam kegelapan.
Tiba-tiba, ia mendengar suara napas tambahan di luar gua.
Pasti bukan Huang Laoxie.
Huang Laoxie selalu menunjukkan kehadirannya dengan sangat mencolok setiap kali muncul, mustahil datang secara diam-diam seperti ini.
Ini juga bukan budak bisu yang biasa mengantarkan makanan ke pulau.
“Budak-budak bisu-tuli ini konon adalah penjahat yang ditangkap Huang Laoxie, dihancurkan ilmu tenaga dalamnya hingga menjadi tuli dan bisu, di Pulau Persik hanya bisa menuruti perintahnya. Tapi menurut Zhou Botong, hidup tanpa bisa bicara dengan orang lain sungguh mengurangi banyak kesenangan.”
“Orang-orang ini setiap kali mengantar makanan selalu buru-buru pergi, apalagi berdiam di luar gua.”
“Apalagi sekarang sudah tengah malam.”
“Dia ingin keluar melihat, tapi khawatir ini sebenarnya siasat licik Huang Laoxie untuk memancingnya keluar gua. Akhirnya tetap mengurung diri di dalam, menggunakan teknik ilmu tenaga dalam aliran ortodoks Xuanmen untuk menekan gejolak dalam hatinya.”
“Namun tepat saat itu, sebuah batu dilempar ke dalam gua.”
“Rasa ingin tahu bisa membunuh kucing, jangan bergerak jangan bergerak!” gumam Lao Wantong.
“Detik berikutnya, sekuntum bunga dilemparkan masuk.”
“……” Akal-akalan macam ini persis seperti ulah anak kecil yang iseng.
Lao Wantong masih berniat untuk tidak bergerak, tapi kemudian ia melihat seekor ular dilemparkan masuk.
“！！” Ia langsung melompat berdiri.
Ia tak takut apapun kecuali ular, kenapa ada ular yang dilempar ke sini!
Namun setelah ia tenang dari kepanikan sesaat, bahkan menginjak "ular" itu, barulah sadar ini bukan ular asli. Ular palsu dari anyaman bambu ini langsung hancur saat terinjak.
Hanya karena cahaya di gua terlalu gelap, membuatnya salah menilai.
"Kurang ajar kau! Daripada lempar ular palsu, mending lempar benda lain. Asyik ya menakut-nakuti orang?" Lao Wantong melompat ke mulut gua sambil bersumpah takkan keluar, tapi memastikan akan memaki habis-habisan si brengsek yang bernapas ringan di kegelapan itu.
Namun yang ia lihat bukanlah anak kecil iseng, melainkan seorang gadis yang dianggapnya seperti binatang buas yang menakutkan.
Gadis berbaju putih dan berselendang biru itu bersandar di ranting bunga, ringan bagai kelopak yang tertiup angin. Tubuhnya bergoyang lembut bersama ranting yang diterpa angin musim panas, tapi sama sekali tidak membebani dahan tersebut.
Ular palsu yang baru saja dilemparkannya ke dalam gua masih melilit di tangannya. Meski penampilannya anggun seperti peri, kehadiran ular palsu ini justru menciptakan nuansa misterius.
Di wajahnya terpasang topeng rubah yang menutupi separuh wajah bagian atas.
Dengan senyum samar yang tak terselami, ia menatap Lao Wantong sambil mengangkat ular palsu lainnya di tangannya.
Dalam gerakan ini, Lao Wantong merasa sudut bibirnya yang tersenyum sangat cocok dengan topeng rubah yang dikenakannya. Bahkan ketika dia menghancurkan ular palsu di tangannya di detik berikutnya, pemikiran ini tak berubah.
Bagaimanapun, gadis yang melempar ular ini jelas tidak semenarik gadis yang mengirimkan arak untuknya.
"Siapa kau?" Lao Wantong menggertakkan kumisnya marah.
Kalah dari Huang Laoxie dan terperangkap di Pulau Persik saja sudah memalukan, bagaimana bisa sekarang bahkan seorang gadis kecil pun bisa mengganggunya?
"Hanya bercanda. Kalau tidak begini, bagaimana kau mau keluar dari gua?" tanya Qi Xun.
"Aku akan keluar sendiri ketika sudah ingin," kata Lao Wantong dengan penuh keyakinan.
"Aku tidak bisa menunggu lama. Kebetulan lewat saja. Kalau tidak mendapat jawaban, aku akan pergi."
Alis dan mata Qi Xun di balik topeng melengkung tersenyum.
Berurusan dengan orang seperti Lao Wantong tidak bisa menggunakan cara bicara yang serius. Pernyataan "kesempatan tidak datang dua kali" seperti ini justru lebih efektif untuk menggugah selera
dan menjebaknya masuk ke dalam perangkap.
Benar saja, ia menyibak rambut acak-acakan yang hampir menutupi wajahnya, menampakkan wajahnya dengan penuh antusias bertanya, "Apa yang ingin kau tanyakan?"
Ujung jari Qi Xun menekan ranting bunga, seolah mengandalkan tenaga itu untuk melayang di udara. Sikap santai dan lihai ini tidak kalah dari keahlian Qinggong aliran Quanzhen yang mampu mendaki tebing seperti berjalan di tanah datar.
Lao Wantong berpikir, pantas saja dia begitu percaya diri bisa memasuki Pulau Persik tanpa ketahuan Huang Laoxie. Entah dari perguruan mana muridnya, di usia muda sudah memiliki kemampuan seperti ini.
Orang berbakat yang melakukan lelucon kecil tidak menjengkelkan, lagipula sifat Lao Wantong sendiri juga seperti itu.
"Apa kau tertarik membuat kesepakatan denganku?"
Gadis bermuka rubah di pucuk pohon melemparkan sesuatu ke arah Lao Wantong, "Aku akan mengajarkan satu keahlian untuk melawan Pulau Master Huang. Kamu juga ajarkan satu keahlian yang setara dan bisa diajarkan padaku, bagaimana?"
Qi Xun sudah mempertimbangkan semuanya dengan matang.
Kemampuan untuk melawan Lagu Pasang-surut Laut Biru Huang Yaoshi tentu harus ditukar dengan harta paling berharga milik Lao Wantong.
Tapi Qi Xun tidak berniat masuk Sekte Quanzhen. Ilmu tenaga dalam Quanzhen tidak layak jadi alat tawar. Kitab Sembilan Yin yang bahkan Lao Wantong sendiri tidak mau berikan pada Huang Yaoshi sampai kakinya patah, jelas juga tidak bisa ditukar. Sisanya hanya tersisa 72 Jurus Kongming Quan dan Pertarungan Tangan Kiri-Kanan.
Nanti saat bernegosiasi, cukup sedikit membimbing pembicaraan.
Lao Wantong menangkap benda yang dilemparnya, agak bingung memahami apa yang dia lemparkan.
Seperti ular palsu tadi, benda ini juga terbuat dari bilah bambu.
Itulah hadiah ketiga yang dibawa Qi Xun ke Pulau Persik.
Beberapa bilah bambu berwarna merah ini terdiri dari empat bagian pendek di satu sisi dan dua bagian panjang di sisi lain, masing-masing diikat dengan tali. Ini hanyalah potongan bambu sederhana tanpa mekanisme tersembunyi.
"Berbisnis boleh saja. Tapi, dengan benda ini bisa mengalahkan Huang Laoxie?"
Di balik topengnya, sorot mata Qi Xun berkilau penuh arti, "Benar, cukup dengan ini."
Seandainya Si Tua Nakal berasal dari zaman modern, atau setidaknya lahir setelah era awal Dinasti Ming saat seni "Shùláibǎo" (rap bambu) mulai populer, pasti dia akan mengenali benda di tangannya ini.
Itu adalah sepasang kuàibǎn (alat musik perkusi bambu).
