Gagasan mengajari Si Tua Nakal menggunakan kuàibǎn untuk melawan Lagu Pasang Surut Lautan Hijau Huang Yaoshi memang melalui pertimbangan matang, bukan sekadar lelucon.
Dalam cerita aslinya, ujian kedua Huang Yaoshi untuk Guo Jing dan Ouyang Ke justru meminta mereka memberi ketukan pengiring untuk Lagu Pasang Surut Lautan Hijau.
Guo Jing sama sekali tidak mengerti musik, hanya bisa memukul batang bambu kering mengikuti irama Bihai Chaosheng Qu Huang Yaoshi, mengandalkan ilmu tenaga dalam untuk melawan bujukan seruling, menghasilkan suara yang tidak selaras dengan melodi.
Ilmu tenaga dalam Lao Wantong, meski mungkin tidak diakuinya, jelas meningkat pesat selama 15 tahun ditahan, pasti tidak kalah dari Guo Jing - terutama Guo Jing yang belum mulai belajar Jiu Yin Zhen Jing.
Sayangnya pikirannya kacau, tidak seperti Guo Jing yang punya daya tahan terhadap Bihai Chaosheng Qu, jadi Qi Xun harus mencari jalan lain untuknya.
Tampaknya Lao Wantong kurang mahir dalam perlawanan biasa seperti memukul bambu.
Kalau sama-sama menggunakan bambu, main kuaiban pasti bisa!
Dengan efek "gua da gua da" kuaiban yang hipnotis dan memabukkan, alunan ombak bergulung dan burung camar terbang dalam Bihai Chaosheng Qu mungkin akan berubah jadi disko air.
Ditambah lagi, Lao Wantong yang selama 15 tahun ini selain "bermain akal-akalan" dengan Huang Yaoshi, juga hanya bisa berbicara sendiri dengan pelayan tuli-bisu di Pulau Persik, hampir tidak punya kesempatan ngobrol dengan orang. Sudah lama dia ingin meluapkan segudang cerita yang tertahan.
Orang yang punya bakat cerewet seperti ini dipasangkan dengan alat musik pengiring sakti, selain "pasangan sempurna", Qi Xun juga bingung mau bilang apa lagi.
Soal seni memainkan kuai ban yang kontras dengan melodi tinggi dan sepi "Bihai Chaosheng Qu", apakah ada rasa canggung? Qi Xun hanya bisa berkata—
Lagian yang main kuai ban kan bukan dia!
Citra dirinya di mata Huang Yaoshi saat ini jelas adalah tamu misterius dari jauh yang berkunjung, karena masih muda dan bersemangat langsung memberi teka-teki, bukan badut yang ngejoget gegap gempita bawa kuai ban keliling gang.
Lao Wantong lain cerita.
Bukannya katanya "kebebasan lebih berharga"? Asal bisa keluar dari Pulau Persik, buat apa pusing soal caranya.
Jelas Lao Wantong juga tidak terlalu memperhatikan citra dirinya——
Kalau tidak, yang Qi Xun lihat seharusnya bukan penampilan berambut acak-acakan dengan alis dan janggut panjang seperti ini.
Bagi orang yang ahli bela diri, memangkas alis dan jenggot dengan kekuatan jari sebenarnya bukan hal yang sulit.
Setelah Qi Xun melompat turun dari pohon, menjelaskan cara menggunakan kuaiban, lalu mengeluarkan buku lirik kuaiban yang sudah ditulis sebelumnya, sorot mata Lao Wantong semakin berbinar.
"Ini mungkin benar-benar bisa mengalahkan Huang Laoxie. Sumpah, aku sudah sangat kesal dengan suara serulingnya!" Alis Lao Wantong nyaris berdiri, "Aku selalu tahu ilmu silat Huang Laoxie aneh-aneh, tapi tak menyangka dia memasukkan ilmu tenaga dalam tingkat tinggi ke dalam nada seruling, dan terus berkembang sampai sejauh ini, benar-benar menyebalkan!"
“Tapi sekarang tidak perlu takut lagi.” Lao Wantong memainkan kuaiban yang dilempar Qi Xun, dengan lincah menggerakkan bilah bambu. Setelah mencoba beberapa kali, ia mulai menghasilkan irama, “Huang Laoxie punya senjata, aku Lao Wantong juga punya senjata.”
“Ini alat musik…” Qi Xun berusaha meluruskan pernyataan Lao Wantong.
“Alat musik atau senjata sama saja, yang penting mematikan.” Lao Wantong semakin yakin ini adalah senjata ampuh melawan Huang Laoxie.
Kuaiban pemberian Qi Xun disertai petunjuk permainannya, bagaikan sebuah kitab rahasia ilmu bela diri.
Saat mahir nanti, inilah saatnya Lao Wantong membalas dendam.
Memikirkan hal ini, Lao Wantong merasa pertukaran ini agak memberatkan.
Seperti yang pernah dipikirkan Qi Xun, Lao Wantong sebenarnya memiliki prinsip jelas dalam memilah ilmu yang boleh dan tidak boleh diajarkan, meski terlihat sembrono dan kekanak-kanakan.
Qi Xun yang misterius asal-usulnya, langsung melempar ular bambu untuk menakuti dirinya, bahkan bisa menyelinap ke Pulau Persik tanpa sepengetahuan Huang Laoxie — dengan topeng yang tidak terlihat seperti penyamaran maupun sekadar main-main ini —
Lao Wantong tidak berani menjadikan ilmu bela diri Quanzhen sebagai alat tawar.
Sayangnya, berbeda dari perkiraan Qi Xun, dia justru merasa ilmu Kongming Quan dan pertarungan dua tangan tak sebanding dengan jurus ampuh untuk mengalahkan Huang Laoxie.
Soalnya
Dengan Kongming Quan pun dia tak pernah menang melawan Huang Laoxie.
Maka Lao Wantong merasa telah menemukan ide brilian.
"Nona kecil, kupikir sudah saatnya aku membalas budimu." Lao Wantong mengangkat dagunya dengan bangga, semakin yakin dirinya jenius karena menemukan ide luar biasa ini sebagai balasan, "Bagaimana kalau kita menjadi saudara sedarah?"
"...?" Qi Xun melemparkan tanda tanya.
“Ilmu silatku semuanya diajarkan oleh kakak seperguruanku Wang Chongyang. Para murid Quanzhen seperti Ma Yu dan Qiu Chuji, meski tak menganggapku layak sebagai senior, tapi secara hierarki tetap harus memanggilku paman.”
Lao Wantong menghitung jari seakan menyebut nama Tujuh Murid Quanzhen, lanjut berkata: “Setelah berpikir keras, kupikir tak ada ilmu silat yang pantas untuk ditukar dengan syaratmu. Lebih baik kita bersaudara saja. Murid-murid Quanzhen yang berkeliaran di Jianghu pasti akan menganggapmu satu tingkat di bawahku. Meski tak harus menuruti perintahmu, tapi jika kau menghadapi masalah (selama tak melanggar prinsip), mereka bisa membantumu.”
“Tentu saja, setelah bebas dari Pulau Persik, Lao Wantong juga bisa jadi tukang pukulmu selama beberapa hari. Menurutmu ide ini hebat bukan?”
Lao Wantong merasa kelebihan lain dari ide ini adalah: hari ini Qi Xun menunjukkan alat tepuk kayu, besok mungkin akan menunjukkan sesuatu yang lebih inovatif.
"Orang ini, bagaimana ya, tindakannya hanya untuk kesenangan dan mengikuti kemauan hati. Kalau tidak, nanti dia tidak akan melakukan hal seperti bertaruh dengan Ouyang Feng untuk melompat ke laut memberi makan hiu, lalu menunggangi hiu berkeliling laut sambil menikmati diri sendiri."
"Saudara seperjuangan" yang menarik tentu semakin banyak semakin baik.
Sayangnya dulu kakak seperguruannya sangat menolak keras kebiasaannya mengangkat saudara seperjuangan ini, sedangkan mencari orang seperti Qiu Chuji sama sekali tidak menarik.
Baru sekarang Si Tomboy Tua menemukan sebuah tujuan.
"……" Qi Xun merasa ide itu tidak bagus.
Kalau benar-benar ingin punya "keponakan laki-laki" yang bisa diandalkan, dia seharusnya sudah membuka versi mimpi Elite·Aliansi Lima Keberuntungan, tidak perlu repot mengangkat saudara dengan Si Tomboy Tua hanya agar Taois Changchun Qiu Chuji atau Taois Danyang Ma Yu memanggilnya "bibi".
Apalagi di dunia ini dia paling lama hanya akan tinggal satu bulan. Jika ada kesempatan datang lagi next time, kemungkinan bukan di timeline yang sama. Punya tujuh keponakan laki-laki/perempuan juga tidak terlalu berguna.
Untunglah Sistem tidak mengeluarkan kartu karakter saat ini, kalau tidak, Qi Xun mungkin akan ragu-ragu. Sekarang dia bisa menolak dengan tegas.
"Tidak perlu. Omonganmu tentang pantas atau tidak sama sekali tidak penting bagiku."
Tiba-tiba Selendang Bai Zhang Han Guang menyembul dari lengan baju Qi Xun.
Di dalam gua ruang gelap, pita sutra yang melesat dari lengan itu seolah membekukan kilauan cahaya. Saat sinarnya memancar, pita sutra itu telah menghantam batu di sudut gua.
Awalnya Si Tua Nakal tidak mengerti maksud gerakan ini. Tiba-tiba dia melihat kotoran batu hitam-putih di dalam batu yang dihancurkan itu, bersama reruntuhan pita sutra, terpisah menjadi dua tumpukan bubuk yang jelas berbeda.
Wah, Jurus ini cukup unik!
Ini adalah Jurus ke-17 dari Seni Pedang Tianyu: Yin Fen Yang Xiao.
Ketika pendiri Seni Pedang Tianyu, Song Zixue, mendemonstrasikan teknik ini kepada Fang Geyin dahulu, dia menggunakan tulang-belulang tua yang juga terpisah menjadi dua tumpukan hitam dan putih.
Qi Xun pernah merasa teknik ini agak kekanak-kanakan, Cinderella tidak perlu khawatir memilih kacang merah dan kacang hijau jika bisa teknik ini. Tapi saat benar-benar melatihnya, dia baru menyadari mengapa Seni Pedang Tianyu menggunakan jurus ketujuh belas ini sebagai garis pemisah—
Karena esensi jurus ini terletak pada penguasaan kontrol yang sempurna.
Tentu dari perspektif Lao Wantong, mungkin fungsinya sama seperti anggapan awal Qi Xun.
"Aku selalu lebih suka jalur yang tidak biasa. Apakah kau punya teknik yang lebih menarik sebagai gantinya? Itu cukup sebagai pertukaran."
Lao Wantong bertepuk tangan sambil tertawa, "Kau bertanya kepada orang yang tepat! Aku memang punya trik menarik. Jika kau terkunci di tempat sepi seperti ini, pasti akan menciptakan trik serupa."
"Perhatikan baik-baik."
Lao Wantong berbicara sambil menggunakan tangan kiri dan kanannya sendiri untuk saling menyerang.
Wajahnya yang dipenuhi janggut berantakan, saat menggunakan jurus silat paling rumit, justru menampakkan senyum bangga yang
membuatnya tak terlihat kumal lagi.
Menurut Qi Xun, dia memang punya alasan untuk berbangga.
Menggunakan tangan kiri menyerang tangan kanan sendiri, sementara tangan kanan bertahan—biasanya mudah kacau antara fokus menyerang atau bertahan. Tapi Lao Wantong bisa mengoordinasikan serangan dan pertahanan kedua tangannya seolah-olah tangan kiri dan kanan adalah dua orang berbeda.
Qi Xun yang pernah mendapat bimbingan dari Shui Mu Yin Ji memiliki wawasan yang tak kalah dari murid keluarga besar persilatan.
Bagaimana mungkin dia tak menyadari bahwa "Jurus Saling Baku Hantam Tangan Kiri-Kanan" Lao Wantong ini jauh lebih kompleks daripada sekadar menggambar lingkaran dan kotak dengan kedua tangan.
"Nona kecil, apakah jurus ini menarik?" Lao Wantong menarik kembali jurusnya, menyatukan kedua tangan dengan bangga sambil mengangkat alis.
“Memang menarik.” Jawab Qi Xun, “Ajari aku jurus ini saja.”
“Kalau begitu kau harus berhati-hati, jurus ini bukanlah hal yang mudah dipelajari orang biasa.”
Bakat bela diri Lao Wantong memang tidak bisa diremehkan.
Ajaran Wang Chongyang padanya tidak hanya sekadar memberinya kekuatan internal dan jurus-jurus belaka.
Zhou Botong yang terlihat kacau dan seperti orang kasar yang buta huruf, sebenarnya agak dirugikan oleh stereotip itu.
Kitab-kitab Taoisme yang dipelajarinya sebenarnya cukup banyak.
Baru setelah mendengar penjelasannya tentang prinsip "mangkuk kosong" dan "pintu kosong" dalam Dao De Jing, Qi Xun menyadari bahwa saling serang kedua tangannya yang tampak sengit itu sebenarnya menyisakan ruang toleransi.
Namun ruang toleransi ini bukan untuk menghindari melukai diri sendiri, melainkan menggunakan kekosongan untuk mengalahkan kepenuhan, jurus-jurus yang lahir dari kejernihan batin.
Pantas saja 72 Jurus Kong Ming Quan Lao Wantong justru tercipta dari latihan saling bertarung dengan kedua tangannya sendiri.
Melihat gadis kecil bertopeng rubah yang telah menyelesaikan masalah besarnya ini, setelah mendengar inti ajaran pertarungan tangan kiri-kanan dan tiga jurus pertama Kungming Quan, Lao Wantong merasa agak bosan saat melihatnya menyendiri di sudut sambil merenung dengan tangan di belakang.
"Jangan belajar sendiri! Ayo kita latihan bertarung. Aku punya dua tangan, kamu juga punya dua tangan. Jadi total empat orang yang berkelahi, pasti seru!"
Khawatir Qi Xun menolak usulannya, Si Tua Nakal ini mengedipkan mata dan mencari akal, "Kalau kamu tidak mau bertarung, aku... aku akan main kentungan ganggu kamu sampai tidak bisa berpikir!"
Lagipula Qi Xun belum menguasai semua jurus, pasti tidak akan pergi.
Karena itu, dia memilih untuk bertingkah nakal tanpa basa-basi.
Coba-coba bisa berujung petala...
Kelebihan Qi Xun terletak pada ilmu tenaga dalam yang berkembang lebih cepat dari orang biasa, serta teknik Mingyu Gong yang hemat energi untuk pertarungan berlarut-larut. Soal teknik tangan-kaki, mana bisa menyaingi pengalaman bertarung puluhan tahun Lao Wantong.
Bahkan dengan latihan pertarungan tangan kiri-kanan, Si Tua Nakal termasuk salah satu yang paling terkendali dalam bertarung, namun Qi Xun tetap dibuat kewalahan.
"Bagaimana kalau kau hitung satu orang... kita hitung tiga orang yang bertarung?" Si Tua Nakal menggaruk kepala, khawatir Qi Xun akan menyerah jika kalah terlalu telak.
Susah payah dapat teman bermain, jika kabur karena dipukul, tentu tidak seru lagi.
"Tidak perlu." Ia menggelengkan kepala.
Adanya tekanan baru ada motivasi.
Jika sekarang sudah menyerah, untuk apa belajar teknik tangan kiri-kanan ini? Lebih baik pulang ke Istana Air Suci sebelum Shi Guanyin datang menagih dua putranya.
Untungnya dia tidak berharap berlebihan soal bakat beladirinya, apalagi untuk teknik rumit yang membutuhkan konsentrasi ganda ini. Lebih baik dialihkan dulu perhatian Huang Yaoshi dengan sesuatu.
Kalau tidak, sudah beberapa hari dia tinggal di Pulau Persik ini, belajar ilmu bela diri dari Zhou Botong, pasti seharusnya ketahuan oleh pemilik Pulau Persik. Mana mungkin bisa seenak ini.
Qi Xun memberi dirinya acungan jempol, sambil menyampaikan terima kasih tulus dari jarak jauh kepada Ri Hou Niangniang yang memberikan Formasi Jatidiri Agung Siklus Energi.
Untungnya yang disebut "bakat bela diri" nya itu tidak setinggi tipe yang bisa menghafal sekilas dan langsung meniru jurus hanya dengan melihat.
Jika dia benar-benar bebal seperti itu, bahkan Shui Mu Yin Ji pasti akan meragukan asal-usul dua tebasan pedang Tianyu Qijian yang memutus lengan Huang Luzhi itu.
Sistem bisa memuatkan ilmu bela diri untuknya, tapi tidak bisa membuatnya benar-benar menguasai. Dalam hal ini tetap bergantung pada dirinya sendiri.
Berpetualang di Jianghu, kini
Di tengah pilihan antara dipukul sekarang atau meregang nyawa nanti, Qi Xun memilih mantap yang pertama.
Seiring semakin mahirnya ia dalam menguasai ruang gerak telapak tangan dan teknik menghindari tenaga, pertarungannya dengan Lao Wantong yang sedikit menahan tangan pun bisa berlangsung bolak-balik.
Tapi……
"Bisa tidak kamu berhenti main kuaiban saat aku latihan sendiri……" Qi Xun berhenti putus asa sambil menatap Lao Wantong yang semakin bersemangat.
Kuaiban ini belum sempat menjebak Huang Yaoshi, malah hampir menjebaknya dulu.
Saat sedang fokus mengelak dan menyerang, tiba-tiba muncul suara latar "gua-da gua-da", Qi Xun hampir saja menampar tangan kirinya sendiri dengan tangan kanan mengikuti irama.
Tapi mungkin ini bukan permainan tepuk-tepukan, jadi tidak perlu terlalu berirama……
Untunglah latihan□□ yang menyiksanya ini akhirnya berakhir.
Ia terus memantau pergerakan budak bisu yang mengantar makanan untuk Lao Wantong di Pulau Bunga Persik, juga perkembangan Huang Yaoshi dalam memecahkan Formasi Siklus Energi Penghancur Dewa.
Formasi Siklus Energi Terlarang yang tidak dibantu tenaga manusia tidak lengkap. Dengan penguasaan Huang Yaoshi terhadap lima elemen dan Yin-Yang, memang sudah saatnya dia bisa memecahkan formasi dan keluar.
Ini berarti waktu bagi dirinya untuk secara resmi menginjakkan kaki di Pulau Persik sudah tiba.
Dalam notifikasi dungeon mimpi dari Sistem, entah karena dia tidak memilih bergabung dengan salah satu faksi, bahkan muncul pemberitahuan bahwa Guo Jing dan Huang Rong sudah tidak jauh dari Pulau Persik.
Qi Xun sama sekali tidak merasa panik.
Sama seperti dungeon Kerajaan Jinpeng, dungeon Pulau Persik juga memiliki tiga .
pertama yang sama adalah Formasi Lima Elemen di Pulau Persik.
Qi Xun menggali sebagian pohon persik dan memaksakan Formasi Siklus Energi Terlarang di sudut pulau, yang ternyata tetap dianggap sebagai penyelesaian dungeon olehnya.
Hadiah yang dijatuhkan masih termasuk bahan pembuatan aksesoris khusus——
Tapi barang ini sudah pernah dia pelajari sebelumnya, hampir tidak mungkin disintesis tanpa membuka lebih dari 10 Dungeon Mimpi, jadi anggap saja mengisi 2 slot di Tas punggung.
Hadiah reputasi Istana Air Suci, reputasi Jianghu, tael perak, dan gulungan pembuka inventory juga tidak berbeda dengan sebelumnya.
Dua bos berikutnya adalah keunikan dari dungeon ini.
Jika memilih faksi Guo Jing dan Hong Qigong, maka bos No.2 adalah Ouyang Ke, bos No.3 adalah Ouyang Feng. Jika memilih faksi paman-keponakan Ouyang, maka urutannya terbalik.
Tapi Qi Xun baru-baru ini terlalu asyik bermain strategi adu domba, bahkan muncul ide agak berbahaya -
Mengingat ini sudah menjadi dungeon bebas, bisakah dia tidak memilih salah satu dari kedua faksi ini, dan langsung menjadi wasit?
Apakah mengalahkan Guo Jing dan Ouyang Ke sekaligus akan memberikan hadiah ganda?
Apakah mengalahkan Hong Qigong dan Ouyang Feng sekaligus akan memberikan EXP selesai dungeon dua kali lipat?
Mengenai bagaimana caranya mengalahkan, apakah dengan trik atau sejenisnya, yang penting ada tiga ujian level di sana, dia bisa mencoba melakukan sesuatu di dalamnya untuk menguji ide tersebut.
Jika benar-benar tidak bisa, dia bisa segera menjual kuaiban ke Bangsa Pengemis, dan beralih ke pihak Hong Qigong juga sangat memungkinkan.
Belajar ilmu bela diri harus dilakukan dengan tekun, tapi menaklukkan dungeon adalah permainan bagi yang berani mengambil risiko.
Qi Xun memutuskan untuk melakukannya!
"Tenang saja, setelah aku pergi, kamu akan segera punya teman bermain baru." Qi Xun menepuk bahu Si Tua Nakal, "Dan aku tidak akan meninggalkan Pulau Persik dalam waktu dekat, akan kembali mengunjungimu. Dua hari ini kamu bisa berlatih sesukamu saat aku tidak ada."
Suara latihan kuaiban berlangsung diam-diam di bawah kondisi Huang Yaoshi yang akhir-akhir ini kurang memperhatikan Si Tua Nakal, dengan pengantar makanan yang tuli, membuat Qi Xun menjadi satu-satunya penonton.
Zhou Botong ini bisa dibilang sedang berusaha diam-diam, berlatih untuk mengejutkan semua orang setelah mahir.
Meski tidak tahu apakah kejutan ini sama dengan yang dimaksud……
"Teman main dari mana…" Lao Wantong tak tahan bergumam, "Kamu tidak tahu betapa keterlaluannya Huang Laoxie ini. Waktu itu ada gadis cantik yang mengantarkan makanan, tapi keesokan harinya dia tidak datang lagi. Siapa tahu apakah dia dikurung Huang Laoxie. Kalau bukan karena kamu yang menemani bicara akhir-akhir ini, aku masih harus menyapa semut tiap pagi."
"Tenang saja, sebentar lagi kamu akan punya saudara seperjuungan yang bodoh." Qi
Xun berkata dengan penuh keyakinan membuat Lao Wantong setengah percaya setengah ragu.
Tapi mengingat Qi Xun memang tidak punya alasan untuk membohonginya, dia pun tidak menghalangi kepergian Qi Xun.
Yang mengejutkan Qi Xun adalah, sistem tidak mengaktifkan kartu persaudaraan Zhou Botong, tapi justru menampilkan dua pemberitahuan sistem setelah dia menguasai jurus saling serang dengan kedua tangan.
Menginformasikan bahwa dia mendapatkan dua kartu karakter.
Satu adalah 【Zhou Botong·Jernih Hati Kosong】, yang sesuai dengan 72 Jurus Kosong Jingga.
Satu lagi adalah 【Zhou Botong·Pertarungan Tangan Ganda】, yang tidak perlu dijelaskan lagi korespondensinya.
Dan kedua kartu karakter ini adalah kartu hati!
Formasi ikatan takdir untuk tiga kartu hatinya akhirnya lengkap!
Efek bonus khusus dari kombinasi ini semakin memperkuat rencananya untuk menyerang boss kedua pihak sekaligus.
Sekarang tinggal menunggu kesempatan yang muncul.
Saat Huang Rong dan Guo Jing tiba di Pulau Persik, Huang Rong buru-buru menemui ayahnya dan langsung memasuki area hutan, sedangkan Guo Jing tersesat di kebun persik ini.
Tapi ia tidak mendengar suara seruling yang seharusnya menjadi penunjuk arah.
Karena calon mertuanya yang seharusnya menggunakan Melodi Pasang-Surut Lautan Hijau untuk memaksa Si Tukang Main meninggalkan gua, kebetulan sedang berhasil memecahkan Formasi Siklus Energi Terputus yang ditinggalkan Qi Xun di Pulau Persik.
Memecahkan formasi yang sangat rumit dan sama sekali asing ini merupakan pengalaman yang sangat bermanfaat bagi Huang Yaoshi.
Dalam konsentrasinya sebelumnya, ia sama sekali tidak menyadari bahwa putri kesayangannya telah kembali ke Pulau Persik.
Yang ia lihat hanyalah——
Saat ia keluar dari formasi menuju tepi pantai, sesosok figure biru-putih sedang meluncur dari kejauhan.
Qiu Qianren, Pemimpin Kelompok Telapak Besi, terkenal dengan julukan "Telapak Besi Melayang di Atas Air" yang membuktikan kemahirannya dalam Qinggong, namun melayang di laut sama sekali berbeda dengan jarak pendek di atas danau.
Huang Yaoshi merenung, bahkan dirinya sendiri belum tentu bisa berjalan di laut bagai menginjak tanah datar, namun gadis yang melangkah di atas ombak ini terlihat begitu ringan dan luwes, dengan ujung kainnya berkibar-kibar seiring hembusan angin.
Seolah-olah ombak di bawah kakinya memiliki kepentingan khusus padanya, pasang-surut dengan lembut mendorongnya mendekat.
Lautan berbeda dengan Danau Tai yang memungkinkan orang seperti Qiu Qianzhang memasang pijakan di air terlebih dahulu untuk mencari jalan pintas.
Kemampuannya melintasi laut jelas berasal dari keahlian sejati.
Qinggong yang luar biasa!
Ia takkan lupa saat pertama kali melihat Formasi Siklus Energi Besar ini, tulisan di kertas itu jelas-jelas menyebut...
Setelah ia memecahkan formasi ini, tamu istimewa yang sementara menetap di pulau ini akan datang menghadap.
Maka identitas gadis muda dengan qinggong puncak ini tak perlu dipertanyakan lagi.
Tepatlah sang Pemuda Arogan itu!
Huang Yaoshi membesarkan putrinya dengan sifat eksentrik, dirinya sendiri adalah pemberontak konvensi, sementara mendiang istrinya Feng Heng memiliki daya ingat fotografis yang bahkan melebihinya. Melihat tamu ini seorang gadis bukan pemuda, ia tak merasa terkejut.
Ia menyaksikan gadis ini mendarat di tepi Pulau Persik. Langkah-langkahnya yang tampak ringan menyimpan seni langkah tingkat tinggi, dengan dasar kuda-kuda yang kokoh. Rasa ingin tahunya tentang asal-usul murid ini mulai muncul.
“Dia mengatakan datang dari jauh, tidak tahu apakah ‘berpuluh ribu mil’ ini kiasan atau merujuk arah tertentu.”
Huang Yaoshi mengaku menguasai berbagai ilmu bela diri, tapi tetap tak bisa mengenal asal-usulnya dalam waktu singkat.
Saat dia merenung, Qi Xun telah menghampirinya.
“Murid Istana Air Suci, Qi Xun, mengganggu. Saya datang untuk menemui Tuan Pulau Huang.”
Sebelumnya hanya memantau pergerakan di malam hari, kini baru Qi Xun bertatap muka langsung dengan Huang Yaoshi.
Di masa depan, frasa ‘semegah dewa’ seolah menjadi julukan khusus Huang Yaoshi.
Huang Yaoshi yang dilihat Qi Xun baru saja bebas dari perangkap formasi, tetap memancarkan kharisma dan keanggunan yang sesuai dengan julukan itu.
Mesin rambutnya mulai memutih, aura kebijaksanaan dan ketenangannya tetap memancar laksana kabut di lereng gunung.
Di antara semua orang yang pernah Qi Xun temui sejak datang ke dunia ini, Huang Yaoshi tetaplah yang paling berwibawa.
Sikap Wuhua yang berpura-pura agung seperti awan menyelimuti sembilan langit, jika dibandingkan dengan Huang Yaoshi
, mungkin benar-benar bisa dianggap sebagai penghinaan terhadap Si Iblis Timur.
"Istana Air Suci?" Huang Yaoshi menggelengkan kepala setelah menguras ingatannya, tak menemukan nama organisasi semacam itu.
Tapi melihat murid secemerlang Qi Xun, mustahil perguruan tempatnya belajar tidak terkenal.
Kini ia mulai percaya pada klaim "menempuh ribuan mil" yang ditinggalkan Qi Xun.
"Tepat." Jawabannya mantap karena memang tak berbohong.
Menariknya, saat ucapannya menggema, bilah notifikasi sistemnya memunculkan pesan baru.
【Sistem】【Menyebarkan reputasi perguruan ke seluruh Jianghu adalah kewajiban penerus pemimpin yang kompeten. Pemimpin Pulau Persik mengetahui nama Istana Air Suci dari Pendekar, Pengaruh Istana Air Suci +1, Pendekar memperoleh Reputasi Istana Air Suci +500, Reputasi Jianghu +50. Silakan terus berusaha.】
【Sistem】【Data pengaruh Istana Air Suci telah ditampilkan di Panel Karakter, selanjutnya akan dikonversi dengan rasio setara tanpa pemberitahuan tambahan.】
Ekspresi Qi Xun berubah sedikit sejenak.
Meski hadiah ini tidak banyak, tapi dia baru saja bertemu Huang Yaoshi sebentar saja sudah bisa mendapatkan statistik pengaruh ini, yang sepenuhnya setara dengan hadiah cuma-cuma.
Kalau dipikir-pikir, jika waktu memungkinkan, setiap kali sampai di dunia lain seharusnya dia mengunjungi dan mengumpulkan para pemimpin sekte dari berbagai aliran.
Tapi mengingat sistem payah ini bahkan tidak mengizinkannya mencari celah untuk sumber dana belanja dalam game, kemungkinan ide ini juga tidak punya jalan pintas aneh yang bisa dimanfaatkan. Sistem ini sangat cerdik dalam hal ini.
Sepertinya tetap tidak bisa menggunakan cara memanfaatkan kesempatan dengan jaring luas.
Kabar baiknya, tugas menyebarkan nama besar Istana Air Suci ini memiliki keuntungan alami baginya: ketika dunia lain tidak memiliki Istana Air Suci, orang-orang cenderung membayangkan citra aliran tersembunyi.
Selama dia bisa mempertahankan sikap sebagai ahli, dia juga memiliki senjata rahasia tambahan untuk menyelamatkan diri.
Pikiran Qi Xun hanya melenceng sejenak sebelum kembali fokus pada Huang Yaoshi di hadapannya.
Karena tidak bisa menemukan asal-usul Istana Air Suci, dia pun tak lagi memikirkannya. Gadis yang terlihat seusia Rong'er ini jelas bukan musuh, hanya bertingkah sedikit aneh. Sebagai senior di dunia persilatan, tak pantas baginya untuk mempermasalahkan hal sepele.
Apalagi Qi Xun segera menjelaskan bahwa formasi yang dia pasang di Pulau Persik bukanlah karyanya sendiri, melainkan warisan Guru Besarnya. Dengan kata lain, dialah yang mengambil keuntungan dari ilmu warisan ini. Tujuannya hanya ingin membuktikan apakah salah satu dari Lima Ahli Terhebat di dunia persilatan Zhongyuan benar-benar sehebat reputasinya.
"Lalu apa pendapatmu sekarang?" tanya Huang Yaoshi.
“Kepiawaian Tuan Pulau Huang memang sesuai dengan reputasinya. Namun karena aku baru saja menyeberang laut, dan ada kilau kekaguman di mata Tuan Pulau, itu membuktikan bahwa Qi Xun-ku juga memiliki kelebihan yang tak biasa. Jika demikian, beberapa tahun mendatang bukan tak mungkin aku bisa meraih ketenaran sebesar Tuan Pulau Huang di Zhongyuan. Bukankah logika ini benar?”
Huang Yaoshi meliriknya. Ekspresi wajahnya yang penuh semangat sama sekali tidak terlihat dibuat-buat atau sekadar menjaga gengsi. Malah terpancar ambisi tajam bak pedang baru terhunus.
Sifat ambisius ini selaras dengan pesan yang dia tinggalkan di Pulau Persik. Namun masih tersirat rasa hormat kepada senior, sehingga tidak menimbulkan kesan menjengkelkan.
Bahkan harus dikatakan sangat sesuai dengan seleranya.
Orang berbakat boleh saja seangkuh apapun, itu wajar.
Dengan tawa berderai dia berkata, “Benar katamu. Jika aku masih mempersoalkan kelancanganmu setelah kau berkata demikian, tentu tak pantas sebagai senior. Ikutlah, Pulau Persik bukan tempat yang tak tahu tata krama menjamu tamu.”
Qi Xun mengikuti Huang Yaoshi memasuki Formasi Lima Elemen Pulau Persik, baru menyadari bahwa area menuju tempat Zhou Botong berada relatif sederhana penataannya, sedangkan jalur menuju pemukiman di pulau jelas lebih rumit.
Jika formasi pertahanan aktif, tingkat pertama dungeon ini tidak akan mudah dilewati, masih harus memanfaatkan celah dalam sistem penyelesaian dungeon.
Saat tiba di Paviliun Jicui di Pulau Persik, Qi Xun melihat pasangan kaligrafi "Bayangan Persik Berjatuhan" yang muncul dalam pengantar dungeon.
"Bagaimana pendapat Xiao You Qi tentang pemandangan di sini?" Tanya Huang Yaoshi saat melihat pandangan Qi Xun tertahan pada meja dan kursi bambu di paviliun.
"Tidak kalah dengan Istana Air Suci," jawab Qi Xun.
Jawaban ini cukup diplomatis.
Huang Yaoshi meliriknya sejenak, tidak menunjukkan ketidaksukaan atas respons tersebut.
"Jika muridku berada di luar, pasti mereka akan menjaga reputasi sekte kita," pikirnya. Namun kemudian ia teringat bahwa semua muridnya telah diusir satu per satu dari sekte. Mana mungkin ada bakat muda yang masih berkeliaran di luar? Perasaan melankolis pun menyelinap dalam hatinya.
Tapi saat sampai di depan pondok, semua kesedihan itu lenyap seketika. Matanya menangkap sosok gadis berbaju kuning yang familiar sedang bergegas keluar dari pintu.
"Rong’er! Mau ke mana ini?" Wajah Huang Yaoshi bersinar kegirangan melihat putrinya pulang.
Sayangnya jawaban sang putri sama sekali tidak membawa kebahagiaan baginya.
Melihat ayahnya ditemani seorang gadis asing yang tidak diketahui kapan datang ke pulau, ekspresi keheranan Huang Rong terlihat sejenak sebelum tergantikan oleh kecemasan, "Aku harus mencari Kakak Jing. Barusan terlalu sibuk menemui Ayah, lupa dia tidak sefamiliar aku dengan jalan di Pulau Persik. Mungkin sekarang dia tersesat di pulau, aku harus menjemputnya."
"Jangan pergi!" Seruan Huang Yaoshi memutuskan gerakan putrinya. "Kalau dia tersesat dan tidak bisa keluar, itu bukti ketidakmampuannya. Lagipula, orang sebesar itu mana mungkin kelaparan sampai mati di pulau ini?"
"Ayah... Ayah tidak masuk akal!" Huang Rong paham betul begitu ayahnya bertekad, pasti tidak akan mengizinkannya bertemu Guo Jing.
Apalagi ingin menerobos keluar, itu semakin mustahil.
Dengan geram, dia melemparkan kalimat itu lalu berbalik masuk kamar, membanting pintu keras-keras bagai protes diam-diam pada sang ayah.
"Memalukan sekali membuat Qi Xiaoyou melihat kejadian ini." Huang Yaoshi menghela napas baru teringat ada tamu tak terduga di sampingnya.
"Qi Xun hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum, \"Nona Huang jelas-jelas adalah putri yang dimanja oleh pemilik pulau dengan sifat polos dan ceria, mana ada yang perlu ditertawakan. Justru kedatanganku ke sini yang mungkin mengganggu.\""
"\"Karena tamu kehormatan, mana mungkin disebut mengganggu.\""
Suara Huang Yaoshi datar, namun mengandung nada keputusan akhir.
\"Aku justru ingin melihat, kemampuan apa lagi yang dibawa Xiao You Qi kesini.\""
Berhasil mendapatkan status tamu kehormatan yang cukup diakui di Pulau Persik, Qi Xun akhirnya bisa menetap dengan tenang.
Dibandingkan Huang Rong yang terus diawasi ayahnya, pergerakan Qi Xun jauh lebih leluasa.
Pada hari kedua, dia merasa sudah waktunya menepati janji pada Lao Wantong untuk mengunjunginya.
Entah memang takdir, sebelumnya tanpa panduan seruling Pulau Master Huang, Guo Jing tetap bisa menemukan wilayah Lao Wantong.
Dari porsi makanan yang dikirim budak bisu ke gua - jelas untuk dua orang - terlihat Huang Yaoshi mengetahui hal ini.
Ucapan seperti "tidak akan mati kelaparan" memang cocok keluar dari mulut seorang ayah mertua yang suka berkata tidak sesuai hati.
Hanya saja entah apa pemikirannya, dia membiarkan Guo Jing tetap tinggal di sana.
Perlu diketahui, kali ini berbeda dengan cerita aslinya. Gara-gara gangguan Guo Jing, rencana Huang Yaoshi untuk mengeluarkan ular dari sarangnya menjadi buyar, yang berarti Guo Jing kembali membuat marah Huang Yaoshi.
Saat ini dia hanya datang ke pulau ini untuk menerima hukuman terkait masalah Mei Chaofeng dan Chen Xuanfeng.
Tinggal bersama Lao Wantong sebenarnya tidak bisa dianggap sebagai hukuman.
Lao Wantong pandai bicara dan menghidupkan suasana. Memiliki "teman sel" seperti ini cukup menyenangkan, apalagi dia diam-diam mengajarkan Kitab Yin Yang Tulen Sembilan.
Tapi mungkin bagi Guo Jing, tidak bisa bertemu Huang Rong adalah hukuman yang sesungguhnya.
Namun ketika Qi Xun tiba di luar gua tempat Lao Wantong tinggal, dia merasa bahwa kerinduan Guo Jing pada kekasih hatinya pasti akan buyar sepenuhnya di tengah suara kretak-kretak berirama dari kuai ban itu.
Dia samar-samar ingat, dalam cerita aslinya saat ini seharusnya Lao Wantong sedang menceritakan asal-usul "Jiu Yin Zhen Jing" dengan gaya yang menghibur kepada Guo Jing.
Sekarang cerita yang disampaikan memang tentang hal itu, namun suara yang mengiringi permainan kuai ban terdengar seperti:
"Dahulu ada pejabat bernama Huang Shang, memimpin pasukan menyerang Sekte Ming..."
"Kretak-kretak..."
Huang Shang memanglah penulis kitab "Jiu Yin Zhen Jing".
Kini Zhou Botong menuturkannya dengan gaya bermain kuai ban ini, menghilangkan sama sekali nuansa tragis tentang seorang ahli bela diri yang mempelajari ilmu silat selama puluhan tahun untuk balas dendam,
hanya untuk menemukan bahwa semua musuhnya telah tiada ketika ia keluar dari pengasingan.
Sungguh tidak sesuai dengan nuansa aslinya.
“Gua dengarkan sampai akhir, rasa-rasanya di kepalaku ada BGM yang terus bergema.”
Yang lebih kocak adalah, Si Tua Nakal Zhou Botong yang dapat pendengar tambahan bahkan tidak menyadari bahwa Qi Xun sedang mendengarkan pertunjukannya di luar gua. Setelah bertanya pada Guo Jing apakah cara mendongengnya lebih mudah diingat dan mendapat jawaban positif, dia semakin jumawa.
“Dasar anak bodoh, tapi selera kamu memang bagus!”
“Saudaraku, karena kita sudah bersumpah menjadi saudara, maka semua ilmu yang kumiliki akan kuajarkan padamu. Sayang di sini tidak ada bambu, harus ke wilayah Huang Laoxie. Kalau tidak, pasti kubawa kamu membuat peralatan lagi. Tapi untuk sementara cara mengajar seperti ini juga cukup.”
“Setelah kuajari kamu kemampuan nomor satu yang wajib dipelajari di Pulau Persik ini, supaya tidak bernasib seperti aku Si Tua Nakal, baru akan kuajarkan teknik Pertarungan Tangan Kiri-Kanan dan 72 Jurus Kosong. Dengan mengatur urutannya, kita tidak akan kebingungan.”
“……”
Ekspresi tenang Qi Xun hampir tidak bisa ditahan lagi.
Bagaimana ya, semoga Pemilik Pulau Huang bisa tahan ketika melihat menantunya memainkan kuaiban (alat musik bambu).
Dan mungkin menantu ini akan mengajak kakak angkatnya untuk berduet bersama.
