Seandainya ada orang lain di posisi Guo Jing sekarang, pasti akan merasa urutan pengajaran Lao Wantong ini ada yang salah.
Tapi masalahnya, pertama-tama Guo Jing adalah orang yang sangat polos -
Saat di Mongolia, ia belajar dari Master Ma Yu (Danyang Zhenren) dan menguasai teknik pernapasan Quanzhen, bahkan menggunakan ilmu tenaga dalam ini untuk menguasai qinggong yang bisa menaklukkan puncak tertinggi.
Berkat jasa guru ini, meski telah bersaudara dengan Lao Wantong, ia tetap menganggapnya sebagai sesepuh.
Ia mengenal Taois Qiu Chuji yang memiliki ikatan persahabatan dengan enam gurunya di Paviliun Orang Mabuk, juga pernah berinteraksi dengan Taois Wang Chuyi dan tahu karakter sejatinya. Rasa hormatnya pada Quanzhen membuatnya memandang Lao Wantong yang eksentrik ini sebagai sesepuh bijak nan luar biasa.
Kedua, Guo Jing sebenarnya juga merasa bahwa si Tua Nakal telah terkurung di Pulau Persik selama lima belas tahun, yang jauh lebih menyedihkan dibandingkan dirinya yang saat ini tidak bisa bertemu Rong'er.
Cuma menemaninya main kuaiban untuk menghabiskan waktu sepertinya bukan masalah besar... kan?
Tapi mungkin hanya dia yang bisa tidak tertawa terbahak-bahak saat mendengar cerita sedih tentang Wang Chongyang pura-pura mati, menampar Ouyang Feng yang berusaha merebut Kitab Sembilan Yin hingga mundur, lalu benar-benar meninggal setelahnya - semua diceritakan dengan irama kuaiban yang kencang itu.
Wang Chongyang di alam baka mungkin ingin bangkit dan memukuli adik seperguruannya sendiri.
Qi Xun jarang merasakan sedikit rasa bersalah.
Tapi semakin dipikir, semakin jelas bahwa kemampuan mengubah kuaiban menjadi media mendongeng yang bikin ketagihan ini sebenarnya bakat alamiah si Tua Nakal sendiri.
Lagipula, salahkan saja si pemakai topeng rubah itu. Apa hubungannya dengan Qi Xun?
Baju sama kenapa, tidak bolehkah orang berpakaian serupa?
Dengan tenang, dia berjalan kembali ke pondok di Pulau Persik.
Saat ini tengah malam, seharusnya tidak ada yang beraktivitas di luar, namun Qi Xun melihat bayangan seseorang melesat keluar dari kamar, tidak lari ke luar melainkan menuju ke arah dapur.
Dari postur tubuhnya, tak lain tak bukan adalah Huang Rong.
Qi Xun pun mengikuti dari belakang.
Dengan kekuatan Mingyu Gong lapisan enam dan dasar meridian Ren Du yang telah dibuka melalui Shenzhao Jing, Huang Rong jelas tidak mungkin menyadari bahwa dia diikuti.
Dibantu sinar bulan samar yang masuk melalui jendela lain ke dapur, dia melihat Huang Rong menyelipkan kapsul lilin ke dalam bakpao di kukusan, jelas bakpao ini akan dikirim ke Zhou Botong besok pagi, dan cara inilah yang akan dipakainya untuk menyampaikan pesan kepada Guo Jing.
Hanya saja dia merasa metode penyampaian pesannya ini sangat baik, selama tidak meninggalkan area sekitar vila juga tidak akan ketahuan oleh Huang Yaoshi. Setelah hubungan ayah-anak berdamai, dia akan menjadi penengah, dan pasti punya cara agar ayahnya mengizinkan Guo Jing datang menghadapnya.
Namun dia tidak tahu bahwa bukan hanya Qi Xun yang menyadari gerak-geriknya, bahkan Huang Yaoshi juga melihat seluruh aksinya dengan jelas, hanya saja malas menghalanginya.
"Tak kusangka Tuan Pulau Persik yang sudah menetap bertahun-tahun di Pulau Persik, masih punya hobi berkeliling menikmati pemandangan di malam hari?" Setelah Huang Rong kembali ke kamar, Qi Xun berjalan menuju bayangan pohon di hutan yang menurut penglihatannya agak aneh, dan benar melihat Huang Yaoshi berdiam diri disana.
Dungeon Pulau Persik sebenarnya memiliki bos tersembunyi, yaitu Si Pendekar Sesat Timur ini.
Hanya saja saat ini tidak dalam status bos tersembunyi aktif, dia juga tidak bisa dianggap sebagai nama merah. Qi Xun tidak bisa melihat posisinya di peta.
Hanya bisa menggunakan sedikit trik.
“Xiao You Qi juga punya minat berjalan-jalan di malam hari.” Suara Huang Yaoshi tetap tenang, sama sekali tidak terlihat kesal karena formasi lima elemen Pulau Persik dianggap seperti taman belakang.
“Itu berkat petunjuk jalan dari Tuan Pulau yang pernah saya lewati, kalau tidak, formasi tumbuhan di pulau ini begitu rumit, besok mungkin Tuan Pulau harus repot mengangkat saya keluar.”
Qi Xun memang tidak berbohong. Jika bukan karena Huang Yaoshi yang membawanya ke pondok, sehingga berhasil membuka kunci separuh peta Pulau Persik, sebenarnya dia tidak bisa bergerak begitu leluasa.
Hanya saja, di telinga Huang Yaoshi, perkataan ini terdengar agak merendahkan diri.
Pantas saja dia berani menantang dengan formasi Dazhou Tianjue Shenzhen.
“Kalau begitu dua tamu di pulau ini, pastinya sudah Xiao You Qi temui.” Dengan karakter Huang Yaoshi yang blak-blakan, pertanyaan ini diajukan tanpa perlu basa-basi.
“Yang Tuan Pulau ingin tanyakan mungkin bukan apakah saya sudah bertemu kedua tamu ini, melainkan apakah ada niat untuk menyelamatkan mereka.” Qi Xun tersenyum menjawab, “Tuan Pulau tak perlu khawatir, murid Istana Air Suci jarang turun ke Jianghu. Kali ini saya keluar gunung hanya karena menerima pesan minta tolong. Tapi soal menyelamatkan atau tidak, saya punya pertimbangan sendiri.”
“Kalau dihitung, justru belajar dari Tuan Huang Yao Shi lebih penting bagi saya.”
“Apa itu... pesan minta tolong?” Melihat Qi Xun tidak bermaksud menyembunyikan hal ini, Huang Yao Shi langsung bertanya.
“Istana Air Suci terletak di tempat terpencil. Selain menerima permintaan tolong dari perempuan, kami biasanya tidak keluar.” Qi Xun tanpa ragu memperkuat latar belakang sektenya dengan karakteristik ini.
Tapi jika dihitung lebih detail, perkataannya ini setengah benar setengah palsu. Sebenarnya yang lebih sesuai dengan pernyataan ini adalah Pulau Changchun milik Ri Hou Niangniang.
Ujian yang ditinggalkan Qi Xun saat pertama kali mendarat di pulau inilah yang membuat Guo Jing datang memenuhi janji. Huang Yaoshi jelas melihat bahwa kedatangan Qi Xun bukan karena si bodoh Guo Jing, melainkan karena Lao Wantong.
Tapi Lao Wantong ini...
Jika bukan karena komentar menyakitkannya saat berkabung atas kematian Feng Heng yang menyatakan "kehilangan istri justru membuat latihan silat lebih baik, harusnya dirayakan", Huang Yaoshi takkan marah sampai segitunya.
Ditambah status Zhou Botong sebagai adik seperguruan Wang Chongyang, sejak peristiwa Lima Pendekar di Gunung Hua dulu, Huang Yaoshi sudah mendengar bahwa mereka berdua saling kenal sebelum menjadi biksu, dan tak punya keluarga lagi.
Sungguh langka ada wanita yang sampai memohon bantuan ke Istana Air Suci untuknya.
“Empat helai kain sutra, sepasang mandarin duck tenun ingin terbang bersama. Sayang rambut memutih sebelum tua, saling memandang dalam jubah merah（*）. Tuan Pulau Huang, inilah kalimat dalam surat yang kami terima. Jika Tuan tidak percaya, tanyakanlah pada Si Nakal Tua. Pasti ingatannya masih baik dan akan mengingat kalimat ini.”
Qi Xun berjalan dengan tangan di belakang punggung, wajahnya yang elok bak dewa memancarkan kedinginan yang mengasingkan diri dari dunia. “Tapi si penghianat ini tak ada hubungan denganku. Ini hanya alasan untuk menjelajah dunia persilatan.”
Inilah dalih yang digunakan Qi Xun saat menyaksikan Huang Rong memasak untuk dua "tahanan" itu.
Namun ketika membicarakan hal ini dengan Huang Rong, dia menambahkan beberapa informasi tambahan.
Misalnya, Ying Gu, musuh bebuyutan Lao Wantong, saat ini tinggal menyendiri di rawa. Lirik "duka sebelum tua rambut memutih" ini bukanlah omong kosong belaka. Jika suatu hari Huang Rong bertemu Ying Gu, pasti bisa menebak asal-usulnya.
"Alasan aku meninggalkan Pulau Persik sebelumnya adalah karena menemukan ada orang yang dikurung di pulau, dan Ayah melarangku menemuinya. Setiap hari selalu dilarang ini-itu, hiburan di pulau pun terbatas. Aku kabur karena marah." Huang Rong terus mengaduk-aduk masakannya sambil bercerita. "Tak disangka Lao Wantong di pulau ini punya kisah seperti itu."
Mana mungkin dia tahu bahwa Nona Qi ini bukan datang untuk menemani ngobrol, melainkan sekadar numpang makan.
Hong Qigong yang pernah "tinggal sebentar" di istana dan mencicipi masakan koki kekaisaran saja memuji masakan Huang Rong sebagai inovatif, lezat, dan aromatik. Apalagi Qi Xun yang harus mencobanya.
Bahan-bahan di Pulau Persik sebagian berasal dari tumbuhan di pulau, sebagian lagi dari pembelian di Zhoushan.
Para penjahat yang ditangkap Huang Yaoshi dan dibuat tuli-bisu di pulau ini justru sangat patuh padanya, tidak mencoba melarikan diri meski ada kesempatan.
Tapi ini jelas kabar baik bagi Qi Xun, semakin beragam bahan masakan Huang Rong semakin luas ruang kreativitasnya.
Musim panas sedang berlangsung, kolam teratai di Pulau Persik pun menghijau. Daun teratai dan akar teratai sangat cocok dijadikan bahan masakan musim ini.
Rupanya Huang Rong membuat Sup Haoqiu lagi untuk memberi sinyal pada Guo Jing bahwa kebebasannya tidak dibatasi.
Daging burung tekukur dimasukkan ke dalam ceri dengan teknik lihai, hiasan ceri di atas kuah bening berbahan daun teratai dan tunas bambu terlihat sangat estetis.
Ceri yang segar dan manis, daun teratai yang ringan dan unik, daging tekukur yang memberikan rasa gurih setelah dimakan—mengubah syair Guan Ju menjadi hidangan, memang hanya karakter cerdik seperti Huang Rong yang bisa memikirkan ini.
Entah karena latihan kungfu seperti Lanhua Fuxue Shou yang membutuhkan ketepatan gerakan, saat mengeluarkan biji ceri dan mengisi daging tekukur, dia berhasil mempertahankan bentuk ceri dengan sempurna.
Tapi hidangan ini enak
Memang enak dipandang dan lezat, tapi Huang Rong teringat bahwa di gua itu tinggal dua pria dewasa yang pasti mudah lapar.
Apalagi di usia Guo Jing yang sedang dalam masa pertumbuhan dan butuh banyak energi, hidangan ikonik ini saja tidak cukup—perlu ditambah dua lauk besar.
Kombinasi lima rasa daging yang rumit seperti "Yu Di Shui Jia Ting Luo Mei" benar-benar memakan waktu. Jangan sampai masakan belum selesai, malah dihentikan oleh Huang Yaoshi yang merasa anak perempuannya direbut si bocah nakal.
Huang pergi menangkap ayam yang dipelihara di pulau, lalu menangkap setengah baskom ikan perak kecil, lalu kembali ke dapur.
Memikirkan kekhawatirannya akan kondisi Guo Jing, kebetulan ada teman sebaya untuk mengobrol, membuat hatinya lebih lega. Lalu dia bertanya pada Qi Xun ingin makan apa.
Qi Xun menatap ke luar jendela dan berkata: "Aku tidak punya pantangan makanan. Di luar paviliun Pulau Persik ada rumpun bambu lebat, bagaimana kalau membuat nasi bambu?"
Lagipula, bukankah Lao Wantong sedang menunggu ruas bambu untuk dibuat kuaiban untuk saudaranya?
Qi Xun tidak keberatan membantunya.
Tapi Huang tetaplah Huang.
Qi Xun hanya mengusulkan nasi bambu, tapi Huang Rong menggunakan daun bambu sebagai alas untuk mengukus daging pantat domba.
Keberadaan bambu berarti ada rebung. Sebagian rebung masuk ke dalam Sup Haoqiu yang berwarna hijau daun teratai dan merah ceri, membentuk tiga warna: hijau-merah-putih. Sebagian lagi dipadukan dengan kacang pinus dan plum asam menjadi hidangan kecil bernama Tiga Sahabat Musim Dingin.
Qi Xun merasa Dungeon Mimpi yang dijalaninya kali ini terlalu menguntungkan.
Pulau Persik benar-benar tempat yang bagus, tidak hanya mengajarinya teknik bertarung dengan kedua tangan, tapi juga menyediakan akomodasi dan makan gratis.
Apa masalahnya kalau dia numpang makan berkat kebaikan Guo Jing? Yang penting bisa makan, tak perlu banyak bicara.
Qi Xun merasa sangat puas setelah kenyang.
Guo Jing sedang belajar alat musik kastanyet, ilmu bela diri, serta secara kebetulan ditemukannya gulungan bawah Kitab Nine Yin Manual yang dibawanya oleh Zhou Botong, bersama gulungan atas yang tersimpan di gua oleh si tua nakal itu. Qi Xun sendiri sama sekali tidak tinggal diam.
Selama empat tahun mempelajari koleksi buku Shui Mu Yin Ji di perpustakaan, ditambah wawasan dari kitab rahasia Sistem—terutama fondasi dari dua ilmu tenaga dalam terhebat Shenzhao Jing dan Mingyu Gong—Qi Xun mampu memberikan kontribusi berarti dalam diskusi dan pertarungan latihan dengan Huang Yaoshi.
Meski Huang Yaoshi menguasai banyak bidang ilmu, pengetahuannya tidak semrawut seperti Chai Yuguan—pemimpin kekacauan di Gunung Heng yang mencaplok berbagai kitab kuno secara serampangan—hingga tingkat yang tidak teratur sama sekali.
Setelah diamati, sebagian besar teknik bela diri Huang Yaoshi memiliki ciri khas yang anggun dan bebas. Pertama, kekacauan yang tersusun rapi seperti Telapat Pedang Bunga Berhamburan. Kedua, serangan kilat bagai angin yang langsung mengincar titik vital, seperti Pedang Perak yang Digerakkan Jam Giok, atau Jurus Jentikan Jari. Langkah kaki Ling Ao yang digunakannya juga mengikuti aliran pergerakan angin.
Qi Xun sama sekali tidak meragukan bahwa kartu karakter Huang Yaoshi termasuk dalam elemen Angin. Teknik Tendangan Angin Menyapu Daun yang diciptakannya untuk memulihkan kemampuan berjalan murid-murid yang kakinya dipatahkan dan diusir, juga menjadi bukti karakter angin dalam ilmu beladirinya.
Kombinasi Tendangan Angin Menyapu Daun dengan Telapat Pedang Bunga Berhamburan bahkan dijuluki sebagai Teknik Dongfeng yang Legendaris.
Manfaat yang diperoleh Qi Xun dari berdiskusi dengannya tidak kalah banyak dibandingkan penguasaan teknik bertarung dengan kedua tangan secara bersamaan.
Siapa yang menyangka bahwa gerakan tubuhnya, bila ditelusuri asal-usulnya, berasal dari teknik ringan tubuh milik , kemudian didominasi oleh dari dan . Pantas disebut sebagai bayangan yang selincah angin.
Sedangkan teknik inti serangannya, , memang bergerak samar bagai kabut namun secepat kilat, jelas memiliki keselarasan aura dengan ilmu bela diri .
Perbedaan hanya terletak pada dan yang membuat -nya lebih condong ke sifat "air", tampak lembut namun menyimpan gelombang tersembunyi.
Untuk melangkah lebih jauh, mungkin perlu terobosan dalam .
Tapi paham betul bahwa peningkatan detail kecil juga penting.
Untuk mengalahkan , levelnya sekarang masih jauh. Tapi untuk membuatnya merasa dirinya sulit dihadapi dan mengeluarkan lebih banyak jurus, sudah ahli.
“Awalnya kupikir sudah bertemu semua jagoan di dunia, ternyata masih meremehkan pertapa sejati.” Huang Yaoshi menghela napas penuh kesan.
“Sayangnya Shifu tidak suka bergaul dengan dunia luar, kalau tidak, prestasi Tuan Pulau Huang pasti layak menjadi tamu kehormatan di Istana Air Suci kami.” Qi Xun menjawab.
Bisa dibilang mereka saling memuji.
Qi Xun yang masih muda namun sudah mahir ilmu silat membuat pujian ini terasa lebih tulus.
Huang Yaoshi menambahkan, “Jurusan terakhir Xiao You tadi cukup menarik, meski hanya menggunakan cabang pohon biasa, efeknya tidak kalah dengan jurus pedang.”
Qi Xun agak malu mengakui, jurusnya itu mengandalkan kartu karakter, bukan kemampuan aslinya, dan berterima kasih pada kontribusi Old Urchin.
【Zhou Botong·Jernih Hati Kosong】【Kaisar Zhu Tang·Pelita Abadi】【Hua Manlou·Aroma di Jari】Tiga kartu hati ini kini tertata rapi dalam sistem kartu takdirnya.
Efek yang terpicu berada dalam buff Status Hati Tenang, setiap serangan biasa akan memberikan damage statistik sebesar 5% dari HP sendiri.
Selama serangan biasa bisa mengenai, jurus ini akan menjadi senjata ampuh saat menghadapi boss.
Tentu saja dalam banyak kasus serangan biasa ini mungkin gagal kena (miss), hanya saja jurus tadi kebetulan tepat sasaran sehingga terlihat sangat mematikan.
Tentunya hal ini tidak bisa dijelaskan seperti itu kepada Huang Yaoshi, dia hanya berkata: "Ini cuma status khusus dari teknik sekte, tidak worth disebutkan."
Begitu kata-katanya selesai, dia melihat misi promosi pengaruh Istana Air Suci yang menjadi tugas duta besar-nya melonjak satu angka lagi.
Huang Yaoshi ini ternyata punya imajinasi yang bagus, benar-benar orang baik!
Qi Xun menyebutnya orang baik, terutama karena Huang Yaoshi kemudian mengajarkan dua teknik istimewa padanya: Luo Ying Shen Jian Zhang (Telapat Pedang Bunga Berguguran) dan Tan Zhi Shen Tong (Keahlian Jentikan Jari).
Tapi jelas ini bukan sinyal penerimaan murid.
Asal-usul Qi Xun misterius, ilmu bela diri Istana Air Suci pada generasi muda seperti dirinya mampu memancarkan kekuatan sehebat ini, sama sekali tidak terlihat seperti orang yang akan pindah aliran. Ini lebih mirip bentuk bimbingan untuk generasi muda persilatan.
Jurus Sword Rain of Falling Blossoms sebenarnya ada dalam Buku Rahasia Biru sistem, Qi Xun bahkan masih menyimpan beberapa pecahan buku rahasia yang sebenarnya bisa ditukarkan.
Teknik Divine Finger Flick ini cukup aneh. Dalam Pedang Golok Pembantai, Yang Xiao juga menggunakan ilmu ini. Secara logika sistem yang biasanya merekam ilmu penting tokoh-tokoh kunci, anehnya tidak ada ini. Kebetulan bisa melengkapinya.
Perolehan dua ilmu ini berhasil membuka dua kartu karakter [Huang Yaoshi·Sword Rain of Falling Blossoms] dan [Huang Yaoshi·Divine Finger Flick].
Seperti dugaan, atributnya adalah elemen Angin.
Saat ini dia tidak kekurangan kartu karakter yang perlu dipasang perlengkapan, tapi setiap penambahan kartu tetap memberikan sedikit peningkatan atribut dasar.
Nyamuk sekecil apa pun tetap ada dagingnya, jangan remehkan atribut koleksi yang sedikit ini!
Apalagi siapa tahu kapan dia perlu menggunakan lima kartu angin untuk kabur, setiap karakter yang masuk kategori kartu angin akan menambah peluang lolosnya.
Beberapa kartu ini memang perlu dikumpulkan.
Setelah berpikir, dia menyatukan pecahan Kitab Rahasia Seruling Giok dan menyusunnya menjadi satu kitab lengkap. Saat bertarung dengan Huang Yaoshi berikutnya, dia menggunakan jurus ini dengan alasan belajar darinya, berhasil meningkatkan pengaruh Istana Air Suci dua tingkat.
Sekaligus membuka kartu 【Huang Yaoshi·Bayangan Seruling Giok】.
Sayangnya, hanya Kitab Seruling Giok yang kurang sedikit pecahannya sehingga bisa disusun cepat, lainnya tidak sepadan biayanya.
Tiga kartu, dua kitab rahasia, dan peningkatan kemampuan tempur - inilah hasil jerih payahnya selama beberapa hari ini!
Meski level karakternya tidak banyak berubah, jika harus berhadapan dengan Wuhua lagi, dia yakin tidak perlu lagi mengandalkan teknik telapak tangan Zen untuk mencari keuntungan.
Terima kasih Sistem (Edisi Terbatas)!
Guo Jing menyelesaikan latihan kuaiban, belajar teknik Kong Ming Quan dan pertarungan tangan kiri-kanan di bawah bimbingan Lao Wan Tong. Teknik Luo Ying Shen Jian Zhang Qi Xun telah berevolusi menjadi gaya telapak tangan yang lebih cocok untuknya berkat kombinasi dengan Selendang Bai Zhang Han Guang.
Guo Jing mulai menghafal "Jalan Surga...", sementara Qi Xun sudah menguasai teknik Tanzhi Shen Tong dengan presisi, bahkan sempat berkonsultasi dengan Huang Yaoshi tentang beberapa bagian yang tidak dipahami dalam Mingyu Gong Lapisan Ketujuh.
Qi Xun semakin yakin dirinya telah mendapatkan setengah aura protagonis!
Bahkan jatah makannya pun sama persis dengan Guo Jing.
Namun setelah tiga hari berlalu, dia melihat Huang Rong berlari keluar dari ruang belajar sambil menangis, ekspresi sedih dan tertekan yang sama sekali berbeda dengan keceriaan sebelumnya
Ketika memasak beberapa hari terakhir, ada ketenangan.
Benar, hari-hari tenangnya berlatih pun telah sampai pada akhirnya.
Saatnya untuk 【peristiwa kunci】.
Dengan kehadiran Qi Xun, generasi muda yang menarik di pulau ini, Huang Yaoshi yang awalnya sudah teralihkan perhatiannya, bisa menganggap masakan yang dibuat putrinya dengan KOSONG itu entah untuk si anak nakal itu atau untuk dirinya sendiri sesuai pemahamannya sendiri.
Setelah lama tidak bertemu, melihat Huang Rong tidak langsung menyebut "kakak Jing" melainkan berniat berdamai, suasana hati Huang Yaoshi pun sangat baik.
Huang Rong melihat harapan untuk membujuk ayahnya melepaskan mereka, hatinya pun semakin lega.
Siapa sangka hari ini datanglah petir di siang bolong.
Ia memanggil sepasang burung elang putih Guo Jing, menyuruh mereka mengantarkan surat yang ditulisnya tergesa-gesa kepada Guo Jing.
Baru saja Huang Yaoshi bahkan melarangnya mengurus makanan untuk gua, ia pun harus mencari cara lain.
"Mendengar langkah kaki Qi Xun dari belakang, Huang Rong berusaha menyembunyikan mata yang memerah, namun gagal. Wajahnya yang biasanya penuh kelincahan kini terlihat jelas kesal dan gelisah."
"Awalnya ia tak ingin bicara apapun, tapi saat burung elang putih segera membawa balasan surat Guo Jing yang hanya berisi enam kata tegas 'Hidup bersama, mati bersama', ekspresinya memancarkan campuran duka dan sukacita sebelum akhirnya membuka mulut."
"Ouyang Feng Si Racun Barat datang ke Pulau Persik untuk melamar atas nama keponakannya Ouyang Ke. Ayahku sudah... sudah menyetujui. Paman dan keponakan ini akan segera datang ke pulau untuk melamar, tapi sekarang aku bahkan tak bisa bertemu Jing-gege."
"Qi Xun memiliki kesan yang cukup baik terhadap Huang Rong."
Meskipun dia tidak terlalu menyukai Pemimpin Huang dalam "The Return of the Condor Heroes" yang menjadi terlalu perhitungan di usia paruh baya, dia tetap menghormati semangat patriotiknya yang tetap mengikuti Guo Jing bertempur sampai mati di Xiangyang. Sikap seperti ini cukup untuk menutupi kesalahan-kesalahan kecilnya.
Apalagi Huang Rong sekarang masih muda dan cantik, terlihat jelas sebagai gadis dengan emosi yang kuat dan semangat membara. Bagaimana mungkin Qi Xun tidak mau membantu?
Lagipula dia masih merasa berhutang budi karena sering mendapat makanan dari mereka.
Selain itu, dia juga tidak lupa tujuan awalnya masuk ke dungeon ini.
Ambisi sebelumnya untuk mengalahkan dua bos sekaligus di cabang if, setelah posisinya sebagai tamu terhormat di Pulau Persik benar-benar mapan, bukan tidak mungkin tercapai.
Sekarang。
“Tuan Pulau Persik hanya punya satu anak perempuan, sepertinya tidak mungkin sampai terjadi pernikahan buta. Aku justru merasa karena Xidu dan dia sama-sama tokoh besar dunia persilatan, sangat mungkin dalam kata-kata lamaran, Ouyang Ke dibahasakan terlalu baik oleh pamannya, sehingga Tuan Pulau Persik mendapat kesan yang salah.”
Ouyang Ke yang kakinya hancur tertimpa batu besar di pulau ini, saat bilang ke Huang Rong "jangan sampai paman tahu ini ulahmu", sebenarnya ada sedikit ketulusan dalam hatinya.
Tapi seperti Qi Xun yang tak percaya orang seperti Xiong Niangzi bisa menghapus masa lalunya meski sudah bertobat, Ouyang Ke dalam perjalanannya ke dunia persilatan Zhongyuan sudah menghancurkan berapa banyak gadis, nyaris tak beda dengan pencuri bunga.
Sebelumnya saat Huang Rong dan Guo Jing hendak ke Pulau Persik melewati Baoying, mereka menemui kasus Ouyang Ke berusaha menculik Nona Cheng. Kalau bukan karena campur tangan mereka, kasus empat gadis hilang dalam tiga hari (*) akan menjadi lima.
Kata orang, hati bajak laut yang berbalik, mana bisa menandingi ketulusan hati yang murni.
“Nona Huang, kecintaan ayahanda terhadap almarhumah istrinya begitu mendalam, bahkan orang luar seperti saya pun dapat melihatnya. Sejak datang ke Zhongyuan, saya sering mendengar reputasi Ouyang Ke. Sekalipun Tuan Pulau Huang ingin mencarikan jodoh yang setara derajat untukmu, pasti beliau tidak akan memilih orang dengan perilaku seperti itu.”
Huang Rong yang tenggelam dalam kesedihan tidak menyadarinya. Setelah mendapat dukungan dari Qi Xun, dia hanya memegang tangan sang gadis seolah mencari tumpuan kekuatan.
Qi Xun sebagai orang luar justru mendengar suara tarikan napas yang tidak sempurna dari balik pepohonan di belakangnya, mengungkapkan keberadaan seseorang.
Pastilah Huang Yaoshi yang mengikuti mereka.
Hal ini semakin memperkuat keyakinannya untuk berbicara.
Huang Rong menghela napas: "Ouyang Ke si racun kecil itu, aku sama sekali tidak mau menikahinya. Jika ayah tetap memaksaku, lebih baik aku mati saja."
“Jangan bicara seperti orang putus asa, di ujung jalan pasti ada jalan keluar. Ouyang Ke adalah orang macam apa, kalau dia berani datang ke Pulau Persik, biarkan Tuan Pulau Huang melihat baik-baik.” Qi Xun menenangkan
kan, “Tenanglah, kalau ayahmu memaksamu masuk ke lubang api ini, aku akan bawa kau ke Istana Air Suci! Biar dia tak bisa menemukanmu seumur hidup!”
Setelah berhasil menenangkan Huang Rong, Qi Xun berhadapan dengan wajah Huang Yaoshi.
“Membawa Rong'er ke Istana Air Suci?” Suaranya datar tanpa ekspresi.
Qi Xun tak merasa bersalah, hanya tersenyum menjawab, “Tuan Pulau Huang tentu paham ini hanya gurauan. Tapi aku tak tega melihat gadis baik terjatuh ke tangan mantan pencuri bunga. Tuan yang menganut kesetiaan sehidup semati, tapi menyiksa anak seumur hidup – apa logikanya?”
“Saya sudah mengatakan segalanya, saya lebih suka Nona Huang bergabung ke Istana Air Suci saya sejak awal, daripada menunggu surat permintaan tolong sampai di depan pintu saya suatu hari nanti.”
Huang Yaoshi diam sejenak sebelum berbalik dan pergi.
Yang tak disangka Qi Xun, dia melihat pengaruh Istana Air Suci melonjak dua angka.
“……？” Ini juga bisa?
Tapi dengan begini, ketika Ouyang Feng dan Ouyang Ke tiba di Pulau Persik, Qi Xun yang ikut dengan alasan ingin membantu Huang Rong memberi penilaian, sepenuhnya diterima secara diam-diam oleh Huang Yaoshi.
Ouyang Feng benar-benar menganggap Pulau Persik seperti rumah sendiri. Sebelum rombongan mereka tiba, suara ular-ular gaib pembuka jalan sudah terdengar dari hutan.
Saat rombongan Bactrian Camel Mountain yang dipandu budak bisu muncul di depan Huang Yaoshi, putrinya, dan Qi Xun, terlihatlah lautan ular berbisa yang bergerak di bawah sinar bulan—berkeliaran begitu banyak hingga mungkin mencapai ratusan bahkan ribuan ekor, diikuti beberapa pengendali ular di belakang.
Setelah itu, puluhan wanita berbaju putih yang membawa lentera merah di tangan mereka, beberapa di antaranya bahkan mengenakan pakaian remaja pria.
Di belakangnya baru terlihat Ouyang Feng dan Ouyang Ke, paman dan keponakan ini.
Ratusan ular bergerak meliuk-liuk, sungguh pertunjukan yang megah.
Untungnya racun ular-ular ini belum mencapai tingkat yang bisa membuat tetumbuhan layu seketika, kalau tidak, Pulau Persik yang dilintasi gerombolan ular berbisa ini mungkin langsung memicu kemarahan Huang Yaoshi sebelum sempat ada dialog.
Meski begitu, saat Huang Yaoshi melihat barisan gadis cantik dari Barat itu, alisnya berkerut samar mengingat argumen Qi Xun yang meyakinkan Huang Rong sebelumnya.
Hanya karena malam yang gelap gulita, ekspresi ini tak mudah terlihat.
Sekalipun 32 gadis cantik ini bukan selir atau pelayan Ouyang Ke, melainkan hadiah dari Ouyang Feng untuk Huang Yaoshi, keraguan itu tetap tak bisa dihilangkan.
Awalnya dia setuju karena melihat surat Ouyang Feng yang tulus, dan menyebutkan keponakannya jatuh cinta pada Rong'er pada pandangan pertama.
Tapi jika benar-benar datang dengan niat baik, buat apa memamerkan gebyar seperti ini.
Pulau Persik sendiri hanya berpenghuni sedikit, kedatangan rombongan ini malah membuat tak jelas siapa tuan rumah dan tamu.
Qi Xun yang juga datang ke pulau, meski telah mencabut pohon bunganya dan memasang Formasi Siklus Energi Pemusnah Dewa, toh datang sendirian. Ditambah usianya yang masih muda, pantas mendapat perlakuan khusus.
Sebaliknya, pertunjukan Lao Duwu yang disebut sebagai kemewahan ini—entah benar-benar penghormatan atau ancaman terselubung—jelas tidak mencerminkan sikap sesama pendekar sejati.
Ouyang Ke telah berjalan keluar dari barisan dayang yang berjajar di kedua sisinya.
Pangeran berbaju putih dengan pakaian mewah ini memang memiliki wajah tampan, terlihat lebih menarik dibanding Guo Jing. Langsung bersujud memberi hormat besar kepada Huang Yaoshi, mengetuk kepala empat kali ke lantai, menyebut "ayah mertua" dan "menantu" dengan sangat lancar.
Saat dia berlutut, Huang Yaoshi tentu mengulurkan tangan untuk menopangnya, namun bukan sekadar sentuhan biasa. Jelas menggunakan teknik yang terampil.
Ouyang Ke sebenarnya sudah mempersiapkan diri menghadapi ujian Huang Yaoshi di pulau ini, seharusnya tidak ceroboh. Meski kalah, semestinya tetap menjaga martabat.
Tapi saat mengangkat kepala, matanya tertumbuk pada calon tunangannya dan si cantik beraura dingin di sampingnya, membuatnya tertegun sejenak.
Pertarungan antar ahli saja tak boleh lengah, apalagi kemampuan Huang Yaoshi jauh di atas Ouyang Ke.
“Dia langsung terlempar ke belakang, terhuyung-huyung beberapa langkah hampir tak bisa berdiri tegak. Jika bukan karena Ouyang Feng menopangnya, mungkin dia langsung mempermalukan diri.”
“Kakak Yao, apa logikanya memberikan hadiah perkenalan untuk menantu dengan membuatnya terjatuh?”
”Begitu Ouyang Feng membuka mulut, tanda kedalaman ilmu tenaga dalamnya langsung terasa dari suaranya yang keras bak logam dan batu,”Pertemuan kita terakhir di Gunung Hua sudah lebih dari 20 tahun lalu, tapi sifat anehmu tetap tak berubah sedikitpun.”
Huang Yaoshi berkata: “Aku hanya memberinya kesempatan. Dalam surat balasanku pun sudah kusampaikan demikian. Untuk apa buru-buru menyebut diri sebagai menantu? Kelanjutan perjodohan ini masih harus lihat apakah dia cocok di mataku, dan apakah ada jodoh pernikahan dengan Rong’er.”
Ucapannya ini memang fakta.
"Ouyang Feng sedang bersiap mengeluarkan Pipa Tongxi Dilong yang akan dijadikan mas kawin sebagai tanda ketulusan, tiba-tiba terdengar suara bergaung dari kejauhan berteriak, 'Menurutku tidak ada jodoh dan tidak cocok di mata! Si racun tua ini telah membiakkan racun kecil bermuka tikus. Dengan selera estetika Huang Laoxie, pasti tidak sudi melihat!'"
"Salah! Salah! Si pengemis tua ini salah bicara. Mereka membawa begitu banyak ular, jelas lebih pantas dikategorikan sebangsa ular yang berhati kalajengking. Huang Laoxie, kau tidak bisa menyaingi kejahatan mereka. Lebih baik pernikahan ini dibatalkan!"
Saat kata terakhir mengudara, Hong Qigong yang baru tiba tepat pada saat itu mendarat di sisi Paviliun Jicui.
Huang Rong mendapat pendukung baru yang juga adalah gurunya sendiri, tentu saja girang bukan kepalang.
Dan yang membuatnya semakin terkejut tak terduga adalah——
Guo Jing awalnya keluar karena Zhou Botong takut ular, namun tak sengaja mengikuti gerombolan ular yang dikendalikan manusia hingga menemukan jalan ke arah pondok Pulau Persik. Kini dia tiba tepat pada momen ini.
Secara perhitungan, kemunculannya benar-benar tepat waktu.
Qi Xun juga cukup menikmati situasi ini.
Bukankah ini seperti menyaksikan alur cerita yang sedang berjalan?
Segmen cerita ini memang dipenuhi tokoh-tokoh penting, penuh kelucuan, plus ada kecantikan yang bisa dinikmati.
"Kecantikan" yang dimaksud adalah gadis-gadis hadiah dari paman dan keponakan Ouyang Feng.
Mereka berasal dari Asia Barat, dengan alis mata yang tegas dan pesona memikat. Meski sama-sama mengenakan baju putih, aura mereka berbeda dengan kecantikan yang pernah kulihat sebelumnya.
Memang kehadiran ular-ular itu agak merusak pemandangan, tapi anggap saja sebagai bagian dari latar belakang.
Sistem tiba-tiba memberi peringatan: Dungeon Pulau Persik akan memasuki fase kedua. Silakan Pendekar segera pilih kubu.
Pilih apaan? Aku nggak mau pilih! Aku mau jadi penguji!
Hong Qigong telah menyatakan segera setelah muncul bahwa Si Racun Tua datang untuk melamar atas nama keponakannya, maka dia sebagai |Shifu (Guru)|Istilah kehormatan untuk guru/murid akan datang untuk melamar atas nama |Guo Jing|Nama karakter.
|Qi Xun|Nama karakter sebenarnya juga bisa melihat, kalau bicara tentang kesetiaan dalam cinta, Guo Jing jelas lebih unggul. Sayangnya Huang Yaoshi menganggap dirinya jenius tak tertandingi.
Dengan bahasa yang lebih mudah dipahami, dia lebih menyukai kaum terpelajar dan memandang rendah orang buta huruf seperti Guo Jing.
Tapi performa Ouyang Ke jelas juga tidak sepenuhnya memuaskan hatinya.
Sebelumnya di daerah Taihu Gui Yun Zhuang, sudah ada permusuhan lama dimana Ouyang Ke menyerang Mei Chaofeng. Kini ketika Huang Yaoshi mengingatnya kembali, timbul sedikit rasa tidak nyaman.
Hanya karena Guo Jing jelas bukan gambaran calon menantu ideal dalam pikirannya, membuatnya tidak meledak saat ini.
Setelah bolak-balik berpikir, dia memutuskan untuk menguji dengan tiga ujian.
Ujian pertama adalah pertarungan fisik.
“Tuan Pulau Huang,” Qi Xun tiba-tiba berbicara, “Anda ingin mencari suami yang baik untuk Rong'er dengan menguji kemampuan bela diri kedua pemuda ini. Tapi menurutku, pertarungan langsung antara mereka berdua bisa menimbulkan ketidakharmonisan. Mereka sama-sama pendekar muda terkenal di Jianghu. Jika bertarung setengah hati, dikhawatirkan lawan akan melancarkan serangan mematikan. Jika bertarung terlalu serius, kabar luka-luka demi memperebutkan Nona Huang akan merusak reputasinya di Jianghu.”
“Ujian langsung dari Anda juga kurang tepat. Sebenarnya, Tuan Ouyang lebih sesuai dengan harapan Anda dibanding Tuan Guo. Tentang hal ini, saya rasa tidak perlu dijelaskan panjang lebar. Memiliki preferensi pribadi itu wajar, tapi dalam situasi ini kurang pantas.”
“Tentu ada cara lain dengan meminta Ketua Hong bertarung melawan Tuan Ouyang, sedangkan Senior Xidu menghadapi Tuan Guo. Yang kalah lebih dulu dianggap kalah. Tapi metode ini juga bermasalah. Saat menghadapi musuh, karakter tiap orang berbeda. Ada yang suka bertarung langsung, ada yang lebih suka menghindar. Mana yang lebih cepat menentukan kemenangan, saya rasa tidak perlu dijelaskan lagi.”
“Kalau begitu maksud Xiao You Qi?” Pulau Master Huang bertanya.
Panggilannya terhadap Qi Xun ini jelas tidak biasa.
Ouyang Feng yang awalnya
ingin mengatakan "Apa hak seorang gadis kecil ikut campur?" sekarang terpaksa menahan diri untuk tidak menanyakan.
Pulau Master Huang tidak akan bersikap seperti itu terhadap orang yang tidak berkemampuan.
"Saya baru saja keluar dari sekolah, beberapa tuan pasti tahu saya tidak punya hubungan dekat dengan Ouyang Gongzi maupun Guo Gongzi. Bagaimana kalau saya yang menguji kemampuan beliau berdua?"
"Menggunakan jumlah jurus untuk mengalahkan nona sebagai standar memang masuk akal." Ouyang Feng berpikir ini ide bagus.
Dia tahu persis kemampuan keponakannya. Sebelumnya mendengar kekalahan di Baoying dari Guo Jing karena Hong Qigong mengajarkan 18 Telapak Naga secara mendadak, pasti karena Ke'er meremehkan musuh. Dalam pertarungan jujur, Ke'er seharusnya lebih unggul.
Dan seberapa besar tenaga yang bisa dikeluarkan oleh seorang gadis kecil ini? Sehebat apapun bakatnya, paling-paling hanya gerakan indah namun tak efektif.
Jurus Ke'er lincah, menangkap gadis kecil seperti ini pasti mudah.
Metode ujian ini jauh lebih baik daripada membiarkan Huang Laoxie bertindak yang mungkin tidak tahu batasan kekuatan.
Tapi mana dia tahu, dirinya sendiri adalah bos yang harus dikalahkan Qi Xun di sini.
"Saudara Feng salah bicara. Menurutku, kekuatan Saudara Qi bahkan melebihi keponakanmu. Seharusnya yang diuji adalah berapa jurus yang bisa ditahannya di tangan Saudara Qi." Kata Huang Yaoshi, lalu menoleh ke arah Qi Xun, "Kau benar, metode lain pasti tidak adil."
Meski dari kata-kata penghiburan Qi Xun pada Huang Rong, dia tahu gadis ini punya prasangka terhadap Ouyang Ke, tapi karena dia sendiri yang mengajukan ujian ini, tentu tidak akan bermain curang. Apalagi soal apakah menggunakan kekuatan penuh, mustahil orang sepertinya yang sudah sering berlatih dengannya tidak bisa melihatnya.
"Baiklah, mari kita ikuti sarannya. Mohon bantuan Saudara Qi."
“Tuan Pulau Huang belum mendengar semua peraturanku,” Qi Xun menggeleng sambil tersenyum, menunjuk ke pohon pinus tua di samping Paviliun Jicui. “Biarkan saya menggunakan trik, tempat pertarungan kita akan di atas pohon ini. Saya akan melawan kalian berdua, siapa yang jatuh ke tanah lebih dulu akan kalah.”
“Baiklah, pertarungan ini cukup sampai titik tertentu saja.”
Huang Yaoshi tahu Qinggong Qi Xun mungkin tak tertandingi di dunia ini. Saat bertarung dengannya, dia pernah melihatnya menggunakan jurus bela diri dengan kedua tangan secara terpisah. Melawan dua lawan sekaligus bukanlah hal mustahil baginya.
Siapa pun yang meremehkannya pasti akan menyesal.
Ujung kaki Qi Xun menyentuh cabang pinus, bayangan-bayangan Langkah Harum Ribuan Bayangan berkelebat.
Ouyang Ke menyombongkan diri bahwa Qinggong-nya adalah yang terbaik di generasinya, apalagi usianya lebih tua dari gabungan usia Qi Xun dan Huang Rong.
Melihat Qi Xun menginjak dahan pinus dengan kecepatan dan kestabilan yang luar biasa, tanpa sedikitpun goyangan pada dahan, jelaslah bahwa keahlian Qinggong-nya sudah tak tertandingi di dunia.
Jika kemampuan bertarung tangannya lebih unggul lagi, seperti dikatakan Huang Yaoshi, pasti aku akan kalah darinya.
Katanya melihat kecantikan di bawah lentera itu indah, apalagi di bawah sinar bulan.
Cahaya bulan keperakan menyinari gaun putih dan selendang birunya, bulu-bulu halus di rambutnya berkibar, sungguh seperti bidadari turun ke bumi.
Ouyang Feng seolah memberi semangat dengan menepuk pundak Ouyang Ke, membuatnya tersadar.
Setelah menerima pandangan peringatan dari Ouyang Feng, Ouyang Ke baru menyadari bahwa ia sama sekali tak boleh lengah selama pertarungan ini.
"Jika ayah mertua setuju dengan cara bertarung ini, hamba tentu patuh." Ia memberi hormat ke Huang Yaoshi lalu melompat ke dahan pinus.
Awalnya, gerakan memanjat pohonnya juga terlihat luwes dan ringan, sayangnya di depan keanggunan Qi Xun, gerakannya jadi terlihat agak kikuk.
"Terus-terusan bilang menantu, nanti lidahmu keseleo," gumam Huang Rong dalam hati, berharap Qi Xun bisa menghajar Ouyang Ke seburuk-buruknya.
Dibanding Ouyang Ke, teknik Qinggong Guo Jing dalam memanjat pohon terlihat lebih lambat, tapi saat sudah mantap di dahan, semua bisa melihat kuda-kuda kakinya sangat kokoh.
"Apa ini khayalanku saja? Aku merasa sejak berpisah di Baoying dulu, ilmu silat anak ini berkembang pesat," kata Hong Qigong.
Tapi sekarang jelas bukan saatnya membahas itu. Begitu ketiga pihak berdiri, Qi Xun langsung menyambar duluan dengan niat mengalahkan kedua pihak sekaligus.
Mari perhatikan pohon pinus
tempat pertarungan berlangsung—inilah hal terpenting.
Senjata seperti Bai Zhang Han Guang ini memang sangat langka, gerakannya yang menyembul dari lengan baju lebar pun luar biasa cepat.
Dia terlihat seperti menyerang Guo Jing yang lebih dekat dengan telapak tangan mirip Jurus Pedang Rontok Bunga, namun sebenarnya pita sutra dari lengan bajunya melesat seperti kilat, menembus celah-celah ranting pinus, menyerang Ouyang Ke dengan gaya bagai pedang menembus langit.
Itu adalah jurus Kai Dao Zhan She dari Seni Pedang Tianyu.
Seperti kata Hong Qigong, ular berbisa seperti Ouyang Ke ini memang pantas dihadapi dengan teknik pemusnah ular!
Dua jurus yang dikeluarkan bersamaan dengan konsentrasi terbagi ini, sama-sama tak bisa ditentukan mana yang lebih dahsyat.
Dia sama sekali tidak memberi keringanan ke salah satu pihak!
