Qi Xun merasa mendapat keuntungan besar, dungeon kali ini sangat menguntungkan, bahkan pecahan Kitab Rahasia Nine Yin Manual pun berhasil dikumpulkan secara tanpa sengaja.
Kemampuan Guo Jing menghafal Nine Yin Manual dengan lancar dan lolos ujian ketiga Huang Yaoshi——
Tentu bukan kabar baik bagi sebagian orang.
Artinya hasil pertarungan tiga ujian ini, betapapun berat sebelahnya Huang Yaoshi, sudah menjadi keputusan final.
“Tuan Pemilik Pulau, sebelumnya bagian kitab yang Anda tunjukkan pada saya dan saudara Guo ini tidak mencakup bagian yang dia ucapkan belakangan,” Ouyang Ke menantang, “Jika bukan karena dia memegang kitab Nine Yin Manual, bagaimana mungkin bisa melakukan ini?”
Guo Jing menghafal Nine Yin Manual awalnya karena ditipu Lao Wantong, sehingga dengan jujur merasa tidak memegang kitab tersebut.
Ouyang Feng melihatnya menerima penggeledahan dengan tenang, jelas tidak mungkin menyembunyikan kitab di tubuhnya.
Ketika ditanya dari mana belajar Nine Yin Manual, Guo Jing yang tidak bisa berbohong itu menjawab diajarkan Zhou Botong.
Urusan Lao Wantong berada di Pulau Persik tentu saja tidak diketahui Ouyang Feng.
Sedangkan Huang Yaoshi yang mengetahui semua hal mulai dari menipu Zhou Botong untuk mendapatkan volume kedua Nine Yin Manual hingga memenjarakannya di Pulau Persik, hanya mengira bahwa Lao Wantong sudah menghafal isi Nine Yin Manual sebelum merobek kitab aslinya. Kemampuan mengajarkan kepada Guo Jing muncul dari situ. Untuk menutupi fakta bahwa Lao Wantong berada di Pulau Persik, dia berniat mengabaikan masalah ini.
Meski bukan Feng Heng yang bermimpi memberi petunjuk kepada Guo Jing, setidaknya ini adalah jodoh kedua anak muda ini sendiri.
Awalnya dia berpikir jika Guo Jing kalah dalam tiga ujian pertarungan, sebagai murid Hong Qigong, dia harus memberikan sesuatu sebagai bentuk perhatian. Saat itu, dia berencana menghadiahkan suatu keahlian padanya.
Siapa sangka justru Guo Jing yang menang.
Menentukan apa yang harus diajarkan pada Ouyang Ke menjadi agak rumit.
Sebelum sempat membuka mulut, Ouyang Feng sudah membawa Ouyang Ke mengajukan permohonan pamit padanya.
“Mengapa harus buru-buru pergi? Kakak Feng sudah susah payah datang ke Pulau Persik, seharusnya kita minum bersama selama tiga hari.”
“Tidak perlu minum-minum.” Ouyang Feng membawa Ouyang Ke untuk melamar, selain memenuhi keinginan keponakannya, tujuan utamanya adalah Kitab Nine Yin Manual.
Sekarang kitab itu sudah dibaca keponakannya sekali, dan mendengar Guo Jing menghafalkannya, Ouyang Feng ingin segera mencari tempat untuk menguji berapa banyak yang masih diingat Ouyang Ke, lalu mencocokkannya dengan versi yang dia dengar dari kedua pihak.
Barang yang sudah berada di tangan adalah nyata.
Perhitungan licik seperti ini tidak bisa diungkapkan ke Huang Yaoshi.
Selain itu, kemunculan Qi Xun membuatnya sadar bahwa tinggal bertahun-tahun di Barat akibat insiden menyergap Kuil Chongyang dan terluka parah oleh Wang Chongyang, lalu enggan masuk ke daratan Tiongkok, mungkin merupakan keputusan yang salah.
Seberapa hebat kekuatan misterius yang tersembunyi ini, dia merasa perlu menyelidikinya sampai tuntas.
Jika tidak, dia mungkin akan kalah dalam Perbincangan Pedang Gunung Hua berikutnya.
Ia membawa orang-orangnya naik ke kapal bertingkat yang berlabuh di tepi Pulau Persik, mengangkat layar dan segera berlayar menjauh.
Huang Yaoshi juga merasa agak menyesal dengan kedatangan dan kepergian mendadak Ouyang Feng dan keponakannya.
Namun tidak ada waktu untuk berlama-lama dalam penyesalan, tiba-tiba ia mendengar suara yang sangat familiar sekaligus membuat pusing.
Bukan alat kuaiban yang digunakan Guo Jing sebelumnya untuk melawan Lagu Pasang Surut Lautan Hijau-nya itu, lalu apa lagi?
Tapi sekarang Guo Jing hanya berdiam di situ, suara itu jelas bukan berasal darinya.
Ia menoleh ke arah sumber suara, melihat Lao Wantong sedang duduk di dahan pohon persik sambil asyik memainkan empat bilah bambu pendek dan dua bilah panjang.
Bilah-bilah bambu yang dicat merah itu terlihat seperti alat musik yang sebenarnya.
Guo Jing memang kikuk dalam berbicara, berbeda dengan Lao Wantong.
Setelah dipendam bertahun-tahun, ia sangat ingin semua orang mendengar apa yang ingin dikatakannya.
Diiringi suara keprak-keprak yang berirama, Huang Yaoshi dan Hong Qigong sama-sama menatap ke arahnya. Langsung saja dia melantunkan syair.
"Si Racun Tua bawa Si Racun Kecil, ke Pulau Persik ngaku mau lamaran, tapi sebenarnya niat jahat penuh kelicikan..."
Hong Qigong langsung tertawa geli. Memang dasar si jahil Lao Wantong. Kalau perkataan ini diucapkan saat Ouyang Feng belum pergi,
bisa-bisa perkelahian tak terhindarkan.
"Hei Lao Wantong, kapan kau datang ke Pulau Persik? Bertahun-tahun menghilang, dari mana kau dapat barang menarik ini?"
Sambil terus memainkan kuaiban, Lao Wantong melihat ekspresi Huang Yaoshi yang tidak senang. Justru dia semakin bersemangat menjawab: "Kau juga merasa ini bagus? Sayangnya..."
Sayangnya dia melirik ke arah Qi Xun. Rupanya gadis ini tak mau dia ceritakan asal-usul kuaiban ini.
Ya sudah. Toh dia yang sudah banyak membantu, dialah yang berkuasa.
“Sayangnya ini harus dirahasiakan. Tapi Hong Qigong kalau kau mau, aku bisa buatkan satu untukmu. Nanti di Konferensi Gunung Jun-mu itu, kau pukul di atas panggung begini, pasti sangat spektakuler.”
“Ah, tidak perlu...”
Setelah ngobrol, Lao Wantong melanjutkan ucapannya seolah tak ada orang lain di sekitarnya.
Padahal dia sedang berada di wilayah Pulau Persik, tapi langsung membuka mulut dengan, “Huang Laoxie itu orang tua pikun...”
Baru saja kalimat itu terucap, Huang Yaoshi langsung menyerangnya. Lao Wantong tahu Huang Laoxie marah karena perjanjian "kalahkan aku atau serahkan Nine Yin Manual", menganggap dirinya melanggar kesepakatan dengan keluar dari pengasingan. Bukan semata karena kata-katanya yang tidak sopan.
Kalau benar karena penghinaan, selama bertahun-tahun dia sudah terlalu sering memaki Huang Laoxie sampai telinganya mungkin sudah kapalan.
Tapi Zhou Botong juga merasa kuaiban ini sungguh barang bagus, semua ucapan yang diiringi ketukan ritmis ini, kekuatan sarkasmenya langsung naik ke tingkat lebih tinggi.
Sambil menghindari tiupan angin telapak tangan Huang Yaoshi dengan teknik "Ular Merayap dan Musang Berguling", dia masih sempat melanjutkan: "...Tua pikun oh tua pikun, murid mencari kitab susah payah, tak sadar menantunya dapat kitab lewat jalur gelap."
"Apa yang kau katakan?" Zhou Botong mengucapkan dengan artikulasi jelas, membuat Huang Yaoshi mendengar terang-terangan.
Justru karena mendengar jelas itulah amarahnya membara.
"Kubilang kitab Nine Yin Manual jilid bawah yang dimiliki menantumu itu didapat dari murid kesayanganmu Mei Chaofeng! Kau kira aku bicara apa?"
Lao Wantong yang sudah terbiasa sembarangan ini merasa menggoda Huang Yaoshi sangat menghibur.
Melihat tak hanya dirinya yang bodoh, murid-muridnya bahkan tak sadar kitab Nine Yin Manual jilid bawah di tubuh mereka sudah hilang, membuatnya ingin tertawa.
Apalagi sekarang dia telah mengirim Guo Jing yang telah mempelajari ilmu bela diri Nine Yin Manual ke hadapan Huang Yaoshi, yang juga bisa dianggap sebagai pemenuhan janji tersebut.
Bagaimana mungkin tidak ada posisi membahagiakan untuk menonton pertunjukan?
Begitu kuaiban diketuk, ucapannya langsung bernada percaya diri.
Hanya saja dia tiba-tiba menyadari bahwa gerakan penghindarannya tadi menggunakan ilmu Nine Yin Manual, lalu buru-buru menghentikan langkah.
Andai kata Huang Yaoshi tidak berhenti lebih dulu dan beralih ke arah Guo Jing, mungkin dia benar-benar akan terkena serangan.
Dengan wajah berang, Huang Yaoshi bertanya tepat kepada Guo Jing.
"Apa yang dikatakan Zhou Botong benar? Benarkah kau yang mengambil Nine Yin Manual dari tubuh Chao Feng?"
Murid buta itu masih mencari-cari kitab itu kemana-mana, tapi anak ini malah membawa kitab itu ke Pulau Persik - apa logikanya?
Awalnya dia mengira Zhou Botong yang menghafal kitab itu sebelumnya, mana sangka Guo Jing-lah yang pertama membawa Nine Yin Manual ke hadapan Zhou Botong.
“Yuefu daren, menantu tidak pernah mengambil kitab Kakak Senior Mei.”
Lao Wantong tidak peduli dengan situasi genting, semakin orang lain marah justru semakin ia suka bercanda. Ia langsung menyela: "Bagaimana bisa kau tidak tahu? Kau bilang merebutnya langsung dari Mei Chaofeng, bahkan mengklaim setelah menguasai kitab ini akan menjadi tak terkalahkan di dunia."（*）
Guo Jing hampir menangis karena frustasi.
Kapan ia pernah mengucapkan kata-kata seperti itu?
Setelah susah payah melewati tiga ujian, akhirnya berhasil mendapat panggilan akrab ‘Jing’er’ dari Huang Yaoshi, namun semua itu langsung dikembalikan ke bentuk semula oleh ucapan Lao Wantong.
Wajah Huang Yaoshi semakin muram mendengar hal ini.
Dalam kemarahannya, mana mungkin ia menyangka ini ulah Zhou Botong. Ia justru yakin Guo Jing yang bisa menghafal Nine Yin Manual dengan lancar, dan menggunakan kuaiban untuk melawan Lagu Pasang Surut Lautan Hijau-nya, pasti adalah pengkhianat berkedok kesetiaan.
Bagaimana mungkin ia akan menikahkan Rong’er dengan orang seperti ini!
Meskipun sebenarnya masih banyak hal yang tidak bisa dijelaskan, dan pengalamannya bertahun-tahun dalam menilai orang juga tidak menunjukkan tanda-tanda Guo Jing berbohong, namun prasangka telah terbentuk. Ditambah lagi dengan ejekan "orang tua pikun" yang disampaikan melalui ketukan kuaiban, sungguh luar biasa jika dia masih bisa menahan amarah.
Tapi bertindak gegabah akan kehilangan kewibawaan.
Kapal rombongan Bukit Onta Putih sudah lama menghilang. Dengan gerakan tangan, dia menunjuk ke enam tujuh kapal yang tertambat di tepi pantai sambil berseru: "Kalian juga..."
...ikut pergi saja.
Jika Guo Jing terus muncul di hadapannya, dikhawatirkan dia tidak bisa menahan diri untuk tidak membunuhnya dalam amarah.
Lebih baik memisahkan dia dan Rong’er terlebih dahulu.
Namun sebelum Huang Yaoshi menyelesaikan kalimatnya, Qi Xun sudah mendahului: "Tuan Pulau Huang, bolehkah kita bicara empat mata?"
Setelah berdiskusi tentang ilmu bela diri selama beberapa hari bersama Qi Xun, dengan wawasan yang dibentuk selama di Istana Air Suci, bahkan Huang Yaoshi pun harus mengakui bahwa dia mendapat banyak pencerahan dari diskusi tersebut.
Apalagi Qi Xun yang mengira bakatnya biasa saja, hanya mengandalkan kerja keras sebagai "Workaholic", sebenarnya telah menunjukkan bakat langka di dunia. Bagaimana mungkin Huang Yaoshi tidak memberi sedikit kehormatan padanya.
Wajahnya tidak kunjung membaik, tapi dia tetap mengangguk.
Mereka sebelumnya telah mengantar Ouyang Ke dan Ouyang Feng di tepi pantai. Kini berjalan perlahan di tepi Pulau Persik, tentu tidak ada orang ketiga yang akan mendengar percakapan mereka.
Setelah agak menjauh dari sana, barulah Qi Xun membuka mulut.
"Sebenarnya ada hal yang menyangkut urusan rumah tangga Tuan Pulau Persik yang seharusnya tidak pantas kubicarakan. Tapi karena sebelumnya saya pernah mengatakan bahwa jika Nona Huang merasa hidupnya tidak bahagia, dia bisa ikut saya ke Istana Air Suci, dan kebetulan menjadi penguji di salah satu ujian itu, maka saya harus menyampaikan hal ini."
"Xiao You, silakan bicara."
“Sebenarnya dengan kecerdasan dan kebijaksanaan Huang Yaoshi, beliau pasti bisa melihat apakah Guo Jing benar-benar sengaja mengambil Nine Yin Manual dari tangan muridnya atau mendapatkannya secara tidak sengaja lalu diajarkan oleh Lao Wantong. Jika ada niat licik seperti itu, seharusnya dia tidak akan membacakan seluruh volume bawah Nine Yin Manual tadi sehingga orang lain bisa menemukan kelemahannya,” kata Qi Xun.
“Lao Wantong suka bercanda, tidak tahu batasan dalam bicara, apalagi memang punya dendam terhadap Huang Yaoshi. Sekarang setelah bebas, wajar kalau dia bicara seperti itu.”
Qi Xun sengaja berbicara setelah berjalan beberapa langkah bersamanya, tepat setelah puncak kemarahannya mulai mereda.
Angin musim panas berhembus di Pulau Persik, pemandangan yang indah sekaligus menenangkan jiwa.
Huang Yaoshi bukan orang bodoh. Tanpa irama kuaiban yang memicu emosi, pikirannya kini lebih jernih.
Perkataannya memang benar. Jika Guo Jing benar-benar memiliki kelicikan seperti itu, dia tidak akan datang ke pulau ini dengan begitu jujur untuk meminta maaf.
Huang Yaoshi tetap diam tanpa menyangkal pernyataan Qi Xun. Gadis itu melanjutkan, "Sebelumnya saya ingin bertanya, mengapa Tuan Pulau tidak puas dengan menantu laki-laki ini? Prasangka itu sangat berbahaya, saya khawatir Tuan akan tertutup matanya karenanya."
Dia menjawab, "Sebelumnya kupikir hanya segelintir orang di dunia ini yang setara ilmu silatnya denganku, salah satunya adalah Racun Barat. Keponakannya yang mewarisi ilmu paman tentu layak disebut bakat berbakat di antara generasi muda."
Baru saja Huang Yaoshi membuka pembicaraan, Qi Xun sudah menggelengkan kepala dan membantah, "Hidup berumah tangga bukan soal siapa yang ilmu silatnya lebih tinggi, pandangan Tuan Pulau ini tidak tepat."
Dia berpikir sejenak lalu melanjutkan, "Alasan kedua adalah karena putriku ini telah kumanjakan hingga memiliki watak nakal. Jika kelak menikah, pasti akan menindas suaminya. Jika ada yang bisa mengendalikannya agar lebih tenang, itu akan menjadi hal baik（*）."
Mendengar alasan kedua ini, ekspresi Qi Xun menjadi agak aneh.
Sikap Huang Yaoshi ini sebenarnya cukup kontradiktif. Alasan kedua ini jelas-jelas lebih lemah dasarnya.
Namun mungkin ketika seseorang sudah terjebak dalam jalan buntu, sulit untuk keluar sendiri. Mereka tetap membutuhkan bimbingan orang lain.
"Tuan Pulau Huang, jika Anda menganggap Nona Huang sebagai mutiara di telapak tangan, mengapa Anda menganggap penindasan terhadap suami sebagai masalah serius? Dalam pernikahan, siapa yang berkuasa di rumah sebenarnya tidak perlu ditetapkan. Pendekar Muda Guo yang jujur, apa salahnya membiarkan Nona Huang yang memegang kendali?"
"Selain itu, kenakalan atau sifat manja yang Tuan Pulau sebutkan, jelas tidak sampai menyentuh masalah karakter kriminal."
，Lalu mengapa harus mengekangnya.”
“Dari yang kulihat di Pulau Persik dan yang kudengar dari gadis Huang, para budak bisu yang dipotong lidahnya di pulau ini adalah orang-orang yang memang terbukti berbuat jahat setelah diselidiki sendiri oleh Tuan Pulau, sama sekali bukan hanya untuk mencegah kebocoran informasi. Jika demikian, mengapa khawatir gadis Huang akan memiliki sifat jahat? Lagipula dia adalah hasil didikanmu sendiri. Kurasa Tuan Pulau Huang tidak akan menganggap dirimu sebagai orang yang akan berbuat jahat tanpa pengawasan.”
“Perkataan Xiao You ini sungguh membuatku tak bisa membantah.”
Memuji sekaligus membela pernikahan Huang Rong dan Guo Jing, benar-benar membuatnya sulit mengucapkan sanggahan.
Dan kalimat selanjutnya dari Qi Xun semakin membuatnya merasa bahwa jika bersikeras terus, justru dirinya yang terlihat kolos di usia setengah baya. "Tuan Huang, julukan Setan Timur ini 'sesat' karena menyimpang dari norma. Jika urusan pernikahan anak masih harus tunduk pada perintah orang tua atau kesetaraan status, maka sebaiknya kata 'sesat' ini serahkan saja padaku."
Huang Yaoshi tertegun sejenak, lalu tertawa, "...Xiao You memang ambisinya tidak kecil."
Nada bicaranya yang jelas lebih santai ini membuat Qi Xun menyadari bahwa pola pikirnya telah mengalami perubahan.
"Ini hanya candaan, sama seperti ucapanku sebelumnya tentang membawa Nona Huang ke Istana Air Suci. Tuan Huang tidak mempersoalkan kedatanganku dengan Siklus Energi Agung Jue Shen yang terkesan menantang, bahkan memberikan banyak bantuan. Aku pun tentu tidak ingin melihat hubungan kalian berdua sebagai ayah-anak menjadi tegang."
Jika bukan karena berbagai kesalahpahaman ini, ditambah dengan aksi Ouyang Feng dan Yang Kang, bagaimana mungkin guru Guo Jing tewas di Pulau Persik, bahkan sampai mencurigai mertuanya sendiri? Qi Xun merasa lebih baik menyelesaikan masalah dari akarnya.
Ini juga bisa dianggap sebagai cara Huang Rong membalas budi.
Ketika dia dan Huang Yaoshi kembali, meskipun ekspresi Huang Yaoshi terhadap Guo Jing masih kurang bersahabat, dia tidak lagi menunjukkan sikap ingin mengusirnya dari Pulau Persik seperti sebelumnya.
Dengan nada tegas dia berkata: "Untuk sementara aku mengakui kemenanganmu dan mengizinkan Rong’er bergaul denganmu, tapi bukan berarti kalian sudah bisa membicarakan pernikahan. Sebagai ayah, aku harus tahu lingkungan seperti apa calon suami anakku dibesarkan, serta karakter dan prilakunya. Aku beri waktu satu tahun untuk menjalani ujianku. Selama itu aku tak akan halangi pertemuanmu dengan Rong’er, tapi kalian dilarang melakukan tindakan melampaui batas. Apa kau sanggup?"
Huang Rong memandang Qi Xun dengan ekspresi terkejut dan senang. Sang ayah tidak langsung menerima Guo Jing sebagai menantu memang sudah diduga, namun syarat yang diajukan sekarang sudah merupakan kejutan yang menyenangkan.
"Kakak Guo Jing" yang bodoh itu kali ini justru tidak melakukan kesalahan. Dia segera menjawab tegas "Bisa!"
Dia tidak bisa tidak menghela napas lega.
Setelah mengantar pergi Ouyang Feng (Racun Barat) dan Ouyang Ke si racun kecil, serta mendengar jawaban pasti dan sinyal penerimaan dari Ayah, batu besar di hatinya akhirnya terangkat.
Yang merasa terkejut dengan ucapan ini tentu bukan hanya Huang Rong sendiri.
"Aku bilang Huang Laoxie, rupanya kau tidak terlalu sulit diajak bicara. Baru saja masih marah, sekarang sudah setuju menerima saudaraku ini sebagai menantu," Zhou Botong mengamatinya lama, merasa ucapan itu tidak seperti pura-pura, "Jujur saja, tadi saat kau pergi, aku bahkan sudah memikirkan akan naik kapal mana untuk meninggalkan pulau ini."
“Lao Wantong, lebih baik kamu sedikit bicara.” Hong Qigong tak tahan lagi menghentikan.
“Apa yang tidak bisa dikatakan?” Zhou Botong menyandarkan satu tangan di pinggang sambil menunjuk ke kapal bertingkat yang baru dicat di kejauhan, menjawab dengan bangga, “Huang Laoxie bahkan menerima si bodoh Guo Jing, masa tidak setuju aku naik kapal itu pulang ke daratan Tiongkok? Aku mau naik kapal besar!”
“Kapal itu memang tidak boleh kamu naiki.” Melihat kapal yang ditunjuk Lao Wantong, ekspresi Huang Yaoshi berubah.
Sebelumnya mungkin dia masih ingin menutupi fungsi kapal itu, bahkan punya niat mengubur Nine Yin Manual di laut. Tapi sekarang karena ujian untuk Guo Jing bukan lagi kebencian, maka permintaan Lao Wantong naik kapal hias itu jelas tidak mungkin.
“Aku Lao Wantong tidak layak naik kapal besar? Lihat kapal Lao Duwu (Xi Du) itu megahnya. Kalau bukan karena takut ular, aku pasti sudah naik!”
Lao Wantong baru saja hendak mengeluarkan cara lamanya merengek dan berguling-guling di tanah, tiba-tiba mendengar Huang Yaoshi berkata: "Lambung kapal ini tidak dipaku dengan paku keling, tapi direkatkan dengan lem khusus. Dari luar terlihat megah, tapi begitu menghadapi ombak laut
yang ganas, pasti akan hancur berantakan. Jika kau ingin mencoba rasanya menjadi santapan ikan, silakan coba berlayar."
"...Oh, tidak usah deh." Lao Wantong terkekeh canggung sambil menjawab.
Ia bisa menangkap makna tersirat dari perkataan itu, semakin dipikir semakin terasa ada maksud lain di balik kapal tersebut.
Tapi meski tak bisa naik kapal besar, ia tetap menggerutu, "Ngapain juga bikin kapal yang tidak bisa dinaiki semewah ini, cuma buang-buang bahan saja."
"Itu bukan urusanmu. Yang penting aku sudah mengingatkan, kapal ini benar-benar tidak layak dinaiki."
Huang Yaoshi tidak berniat mengungkapkan bahwa kapal ini awalnya dibuatnya untuk mencegah jenazahnya dirusak oleh para Budak Bisu jika ia gugur di pulau cinta. Lebih baik mengarungi lautan dengan kapal hias ini dan menemui ajal di ombak, itulah akhir yang baik.
Lagipula, seperti yang disebut Qi Xun tadi, jika ia benar-benar menyimpang dari norma, mengapa tak bisa menerima putri kesayangannya mengungguli menantunya, terus hidup dimanja? Ia masih harus menilai apakah Guo Jing layak dipercaya.
"Ikuti aku dulu. Jika kau nekat naik kapal besar, dua tael lagi akan kusuruh orang bawa kapal besar yang berlabuh di pelabuhan Zhoushan, jemput Zhou Botong pulang ke daratan Tiongkok dengan meriah."
Zhou Botong tertawa, "Ucapanmu baru seperti manusia. Aku harus minum bersamamu. Tapi meski aku saudara angkat menantumu, jangan harap atur senioritasmu mengungguliku. Hubungan ini harus kujelaskan dulu."
Huang Yaoshi menjawab kesal, "Aku tak mau mengambil untung darimu."
“Ini baru benar, aku juga tidak akan mengeluarkan kuaiban untuk mempersulitmu.” Zhou Botong bergumam.
Makan malam ini bisa dibilang berlangsung harmonis antara tuan rumah dan tamu.
Meskipun masih terasa agak sunyi.
Huang Yaoshi juga sering kali menunjukkan pandangan kritis terhadap menantunya ini, bahkan merasa cara makannya yang kasar seperti kerbau mengunyah peony membuatnya tidak puas, namun secara keseluruhan bisa disebut sebagai komunikasi yang relatif damai tanpa mengusir orang tersebut.
Huang Rong sangat memahami bahwa perubahan seperti ini sudah termasuk sulit, nasi harus dimakan sesuap demi sesuap, jalan juga harus dilangkahi setahap demi setahap.
Bisa membuat ayahnya dan Guo Jing duduk semeja saja sudah merupakan kemajuan besar.
Namun keesokan harinya mereka menyadari ada seseorang yang hilang di pulau itu.
Huang Yaoshi bertanya, “Ke mana perginya Xiao You Qi?”
Huang Rong menjawab, “Kemarin aku ingin berterima kasih pada Gadis Qi karena telah membujuk ayahku, jadi aku mengobrol sebentar dengannya. Awalnya aku juga ingin menawarkan masak hari ini dan memintanya memilih menu, tapi dia bilang ada urusan penting terkait aksi Istana Air Suci dalam memperjuangkan keadilan untuk perempuan. Karena dia terlihat benar-benar buru-buru, aku tidak menghalanginya. Sekarang pasti dia sudah jauh pergi...”
“Ada yang tidak beres?”
Itu sangat tidak biasa.
Sebesar apapun urusan memperjuangkan keadilan, tak perlu terburu-buru. Mengingat lokasinya sudah di luar negeri, informasi pasti akan terlambat. Kalau di daratan, siapa tahu lokasinya berubah sebelum dia sampai.
Berpikir berangkat lebih awal bisa mengejar—
“Tidak! Dia mungkin mau membuat masalah dengan Si Monster Tua!” Huang Yaoshi tiba-tiba tersadar.
Berapa kati dan tael kemampuannya Qi Xun, dia sudah tahu persis.
Dia bisa melawan Ouyang Ke dan Guo Jing sekaligus sepenuhnya mengandalkan kekuatan licik. Jika benar-benar menghadapi ahli Martial Arts berpengalaman seperti Ouyang Feng (Racun Barat), tentu sulit mendapat keuntungan.
Ini benar-benar tindakan yang terlalu nekat!
Huang Yaoshi segera berniat mengejar, meski terlambat mencegah sebelum pertarungan, setidaknya harus menyelamatkan nyawa Qi Xun.
Tapi kecepatan perahu kecil yang ditumpangi Qi Xun dengan bantuan Tianshui Divine Art, mana mungkin bisa dikejar mereka.
Setelah setengah hari berlayar, kapal Bukit Onta Putih sudah terlihat di depan mata.
Sangat mudah mengenali pemilik kapal ini - bendera putih besar di kapal itu dihiasi ular bermata dua, persis seperti tongkat ular Ouyang Feng, benar-benar berbeda dari desain kapal lain.
Tanda dua nama merah di peta mini serta posisi utama-kedua di kapal memungkinkan Qi Xun menentukan lokasi Ouyang Ke.
"Gerakan kakinya tak sedikit pun terhambat, ujung kaki menjejak ringan lalu melompat dari perahu, mengalir bak awan dan air."
Dia memanjat sisi kapal dengan lincah, masuk melalui jendela kabin yang terbuka.
Ouyang Ke sedang murung karena gagal meminang Huang Rong, hanya bisa menghabiskan waktu dengan menyalin ayat-ayat jilid bawah Nine Yin Manual demi membantu pamannya. Ketika melihat penyusup di jendela, ia kaget lalu segera meraih kipas lipatnya, namun wajahnya berseri saat mengenali sang tamu.
"Nona Qi..."
Bagi Ouyang Ke, Huang Rong menarik karena kecantikan dan statusnya sebagai putri Huang Yaoshi (Setan Timur). Sedangkan Nona Qi ini, jika dihitung, justru melebihi dalam segala aspek.
Terlepas dari alasan kedatangannya ke kapal Gunung Onta Putih ini, selama ada waktu berinteraksi, ia yakin bisa memikat sang gadis dengan pesonanya.
Ouyang Ke mana tahu, Qi Xun yang terlihat biasa-biasa saja ternyata datang dengan niat membunuh yang mutlak.
Seperti sebelumnya dia merasa tak perlu membandingkan siapa yang lebih banyak merusak gadis antara Xiong Niangzi dan Wuhua untuk menilai tingkat kejahatan, tetap pantas dihukum mati—
Ouyang Ke juga sama.
Tokoh yang sejak kemunculan pertamanya langsung dikejar-kejar Tujuh Pendekar Jiangnan karena □□ dan menculik perempuan, bahkan setelah terang-terangan menyatakan ketertarikan pada Huang Rong masih nyaris menculik Cheng Yaojia ini, biar pun berbalut kulit pria tampan berbusana rapi dan bicara jenaka, tetaplah sampah masyarakat yang pantas dibunuh.
Tak perlu banyak bicara!
Saat Ouyang Ke baru hendak bangun menyapa Qi Xun, tiba-tiba dia merasakan dingin menyengat di dadanya.
Semburan energi pedang yang menembus tubuhnya itu berasal dari Jurus Buddha Menaklukkan Iblis yang dilepaskan Qi Xun dengan gerakan telapak tangan seperti pedang.
Dia sama sekali tidak menyangka bahwa wanita cantik yang datang sendiri ini langsung melancarkan serangan mematikan yang tak terduga.
Ini sangat berbeda dengan sikapnya yang adil dan objektif di Pulau Persik, yang sama sekali tidak menunjukkan keberpihakan pada pihak manapun.
Tapi Ouyang Ke sudah tidak bisa lagi mengeluarkan pertanyaan, apalagi mengetahui alasan kematiannya.
Apalagi mengetahui bahwa Qi Xun bahkan malas mengotori senjatanya dengan darahnya.
Pemuda berbaju putih mewah ini roboh, tepat di atas Nine Yin Manual yang baru ditulisnya beberapa baris.
【Sistem】【Anda telah membunuh Ouyang Ke, memperoleh reputasi dasar Istana Air Suci+6000, reputasi Jianghu+500】
【Sistem】【Memperoleh drop: Nine Yin Manual tidak lengkap (salah menulis sistem tidak mau), Kitab Rahasia Snake Fist tingkat menengah (dapat dipelajari), mayat Ouyang Ke*1 (barang ini terlalu rusak, sistem tidak menerima)】
“……？” Sistem drop-mu ini sangat lucu ya?
Untungnya diikuti dua pesan lagi.
【Sistem】【Memutuskan efek lanjutan kematian Ouyang Ke di Dungeon Mimpi...】
【Sistem】【Penilaian berhasil, Pengaruh Istana Air Suci +10】
Nilai Pengaruh Istana Air Suci ini cukup bagus.
Qi Xun mengalihkan pandangannya dan melihat kotak brokat di samping Ouyang Ke yang terlihat familiar, sepertinya benda yang semula ingin diberikan Ouyang Feng kepada Huang Yaoshi saat pertemuan awal paman-keponakan Ouyang dengan Huang Yaoshi di pulau itu.
Saat membuka kotak, ia menemukan sebuah bola kuning kusam seukuran telur merpati di dalamnya.
Meski penampilannya berbeda dari yang pernah dilihatnya di serial TV, benda ini tetap bisa ditebak asal-usulnya.
Ini pastilah Pil Tongxi Dilong yang rencananya akan diberikan Ouyang Feng sebagai hadiah perkenalan untuk Huang Rong.
Benar saja, saat Qi Xun mengambil benda ini, pemberitahuan sistem langsung muncul.
【Sistem】【Mendapatkan Pil Tongxi Dilong: Dapat dipakai untuk menangkal 100 racun (kecuali racun spesial), dapat dipasang di posisi kantong senjata rahasia】
Ini bisa dianggap sebagai drop tambahan, setidaknya lebih terlihat seperti rampasan perang dibandingkan dua benda yang tidak diterima sistem itu.
Sejujurnya, penempatan di kantong senjata tersembunyi ini agak aneh. Bahkan jika dikatakan bisa dipakai di slot aksesoris khusus, itu akan terlihat lebih normal.
Tapi kalau dipikir-pikir, bola padat ini mungkin memang bisa dijadikan senjata tersembunyi dalam situasi darurat.
Lagipula Qi Xun tidak menggunakan senjata tersembunyi. Memasang benda ini di kantong senjata tersembunyi untuk mengaktifkan buff penangkal racun dari Tongxi Dilong Pill justru tepat, bukan?
Apalagi sekarang tidak ada kesempatan baginya untuk ragu-ragu.
Beberapa detik setelah ia mengambil bola kuning ini, pintu kabin Ouyang Ke tiba-tiba dihancurkan dari luar, memperlihatkan wajah Ouyang Feng yang berdiri di luar.
Melihat mayat keponakannya, wajah yang sudah terlihat muram karena kontur mata yang dalam itu tiba-tiba dipenuhi badai amarah.
Suara perahu kecil yang dikemudikan Qi Xun mendekat, mustahil sama sekali tidak terdengar oleh Ouyang Feng yang memiliki ilmu bela diri tinggi dan pendengaran tajam.
Namun orang yang datang ini bukannya langsung mengucapkan kata-kata provokasi, melainkan lebih seperti menyelinap mengikuti mereka untuk ikut dalam perjalanan.
Ouyang Feng sangat paham watak keponakannya. Selama ini, selain Huang Rong yang bersikap dingin pada Ouyang Ke, gadis-gadis lain selalu membiarkannya berbuat semaunya. Mana mungkin dia menyangka bahwa kedatangan Qi Xun bukan untuk membahas masalah asmara dengan Ouyang Ke, melainkan untuk mengambil nyawanya.
Baru ketika dia samar-samar mendengar ucapan terpotong keponakannya, dan melihat ular kecil di ujung tongkatnya bergerak tak wajar karena bau darah yang mulai tercium, Ouyang Feng tiba-tiba tersadar bahwa sesuatu di luar perkiraannya telah terjadi.
"Dan begitu dia membanting pintu terbuka, yang terlihat adalah mayat Ouyang Ke tergeletak dalam genangan darah, bahkan tidak sempat mengambil senjata. Perempuan kejam ini dengan tenang menyimpan butir Tongxi Dilong Wan ke dalam sakunya."
"Apakah dia menganggap Ouyang Feng ini mayat hidup?!"
Darah Ouyang Feng naik ke kepala, hampir-hampir gagap memegang tongkat ularnya.
"Bajingan kecil berani-beraninya!"
Itu adalah penerus masa depan Pergunungan Onta Putih Barat mereka, satu-satunya putra Ouyang Feng!
Bertahun-tahun dia menceburkan diri dalam Ilmu Beladiri, hanya memiliki seorang putra ini. Bisa dibilang memperlakukannya seperti mutiara berharga.
Sekarang tewas di tangan lawan, bagaimana mungkin hatinya tidak mendidih bagai minyak mendidih?
"Bajingan kecil memanggil siapa?" Qi Xun tanpa pikir panjang menggunakan kalimat klasik anak angkat Ouyang Feng untuk membalas.
"Bajingan kecil memanggil..." Ouyang Feng segera menyadari kesalahan. Tongkatnya menyambar angin, tapi Qi Xun sudah melompat keluar jendela dengan gesit.
Dengan langkah kaki teknik Langkah Harum Ribuan Bayangan, meskipun Ouyang Feng sudah cukup cepat, tetap gagal menyentuh helai bajunya sedikitpun.
Ia pun melompat keluar dari jendela.
Gadis misterius dengan latar belakang istimewa menurut Huang Yaoshi ini, meski tahu telah membunuh dan pasti akan dibalas dendam, justru tidak melompat kembali ke perahu.
Di atas ranting pinus ia masih bisa bergerak leluasa, bahkan melangkah di sisi lambung kapal seolah berjalan di tanah datar.
Saat Ouyang Feng menyambar keluar, ia tiba-tiba berbalik arah ke atas.
Kecepatan qinggong-nya jauh lebih tinggi dari yang terlihat sebelumnya.
Ouyang Feng mana tahu, Qi Xun kini memasang satu kartu angin tambahan milik Hua Zhenzhen. Kecepatan tiga kartu angin yang ditumpuk demi gerakan secepat angin ini, bahkan rela mengorbankan efek serangan biasa dari tiga kartu karakter, serta peningkatan serangan dasar tiga kartu air.
Bagaimanapun, untuk menghadapi orang seperti Ouyang Feng, jelas tidak bisa mengandalkan kekuatan serangan.
Qi Xun masih belum bisa mengalahkan Huang Yaoshi, dalam pertarungan langsung tentu juga bukan lawan Ouyang Feng.
Tapi siapa sangka sekarang kita berada di tengah laut!
Sebagai murid Shui Mu Yin Ji, jika dia kalah berkelahi di air, pantaskah dia masih disebut anak didiknya?!
"Bahkan kau bersembunyi di puncak tiang kapal pun takkan selamat!" Ouyang Feng bergemuruh marah, "Kembalikan nyawa anakku!"
"Siapa bilang aku mau bersembunyi di puncak tiang kapal?"
Qinggong-nya yang lincah membuat Ouyang Feng bahkan tak menyadari, sebelum naik ke tiang kapal, dia lebih dulu menyentakkan kaki dengan tenaga dalam di dasar tiang. Gerakan melayangnya bagai menginjak awan, bahkan masih sempat mengobrol dengannya.
Terdengar ucapan Ouyang Feng "kembalikan nyawa Kè'érku" yang mengingatkan bahwa tuan muda di kapal ini tewas secara tidak wajar. Kini tuan besar sedang memburu si pembunuh. Para budak kapal yang panik keluar dari kabin kapal, menyaksikan tiang kapal besar ini tiba-tiba roboh saat Ouyang Feng menginjaknya, membawa serta layar kapal yang terkembang penuh menghantam berbagai benda di dek.
Tiang kapal itu bahkan menghantam haluan kapal hingga terbuka celah lebar.
Kotak kayu yang semula tertata rapi di dek kapal bersama-sama dengan papan kayu haluan
yang sudah rusak, semuanya terlempar ke perairan di depan kapal.
Sosok yang dikejar Ouyang Feng itu sama sekali tidak terlihat kerepotan. Dengan memanfaatkan robohnya tiang kapal, ia melangkah tenang bagai awan yang melayang santai, mendarap di atas papan kayu yang mengambang di air.
Bahkan saat sudah mantap berdiri, ia mengangkat tangan membuat gerakan sangat provokatif ke arah Ouyang Feng.
Terjemahannya kira-kira: "Ayo, pukul aku!"
Ouyang Feng yang sudah lama murka, atau lebih tepatnya pikirannya telah dikabuti oleh kebencian atas kematian anak tercintanya, mana lagi punya tenaga ekstra untuk memikirkan apakah Qi Xun menyembunyikan jebakan di dalam air. Seluruh hatinya hanya ingin memberi pelajaran pada si pembunuh ini, segera melompat dari kapai sambil membawa tongkat ular.
Papan apung di air sulit untuk dijadikan pijakan, untungnya bagi pendekar tingkat atas sepertinya masih bisa diatasi.
Begitu dia mendarat, pita panjang dari lengan Qi Xun langsung melemparkan serangan ke arahnya.
Melihat jurus ini dari bawah pohon, rasanya benar-benar berbeda saat berhadapan langsung dengannya.
Aura garang dari serangan licin dan cepat yang keluar dari pita panjang itu, meski gelombang air di bawah kaki tidak stabil, tetap terasa jelas melalui serangan yang melesat di udara ini.
Namun, Ouyang Feng bukanlah petarung sembarangan. Berasal dari Asia Barat, ilmu bela dirinya memang lebih aneh dari kebanyakan orang. Dalam mengontrol tenaga saat menarik dan melepaskan serangan, meski tidak memiliki dasar ajaran Tao seperti Lao Wantong, ia memiliki pemahaman unik tersendiri.
Saat ini menggunakan tongkat ular sebagai pedang untuk menangkis jurus pedang yang tersembunyi di balik pita Qi Xun, siapa sangka itu adalah teknik luar biasa yang layak disebut "empat tael mengangkat seribu kati".
Ia bahkan memanfaatkan serangan menyamping ini untuk mendapatkan kesempatan melangkah maju dan menyerang pusat pertahanan lawan.
Tapi justru dari pertarungan inilah Ouyang Feng menyadari mengapa di Pulau Persik dulu, Qi Xun bisa langsung melontarkan senjata Ke'er dengan pita panjang ini. Senjata ini jelas bukan barang biasa, bahkan dengan ilmu tenaga dalam setingkat dirinya pun, pita di lengan ini tetap tidak bisa diputuskan.
Untungnya, si bocah ini mengira telah mendapatkan lingkungan pertarungan yang menguntungkan untuk mengekspresikan teknik Qinggong-nya, tapi akhirnya dia berhasil merebut kembali inisiatif serangan.
Dia masih terlalu hijau!
Namun saat dia melesat maju dengan tekad untuk keunggulan serangan jarak jauh Qi Xun, dia melihat gadis muda itu mengangkat matanya dengan senyum penuh teka-teki yang mengancam.
Tapi kini mustahil baginya untuk menghentikan jurus maut yang diyakininya hampir pasti berhasil.
Bahkan dalam hatinya, dia telah merencanakan segalanya: Tongkat ular berkepala dua yang digunakan dalam serangan, orang-orang biasanya hanya waspada pada tongkatnya saja. Tapi dua ular perak yang tersembunyi di dalamnya telah dibesarkan selama bertahun-tahun dengan harta karun dunia dan racun tumbuhan-hewan. Jika ular Liang Ziwen adalah harta pemulih energi, maka dua ular ini adalah racun mematikan yang bahkan dewa pun tak bisa menangkal.
Tongkatnya sudah tidak pendek, siapa lagi yang akan mengantisipasi bahwa dua ular akan menyembul dari dalam tongkat itu, memperpendek jarak selangkah lagi.
Racun ular ini jika mengenai orang dengan ilmu tenaga dalam yang tinggi tidak akan langsung mematikan, hanya akan melumpuhkan ilmu tenaga dalam secara bertahap dan membuat korban berada di ambang kematian. Dia ingin membuat bajingan ini merasakan penderitaan sepenuhnya sebagai ganti nyawa Keke-nya.
Tepat ketika kepala ular di tongkatnya hendak menyembul dari topeng hantu itu, Ouyang Feng tiba-tiba merasa kakinya menginap kosong.
Kaki menginap di permukaan air, mana mungkin kosong!
Tidak, yang terbuka di bawah kakinya adalah pusaran air yang muncul tiba-tiba.
Sesaat kemudian, gelombang air yang deras menyapu dirinya tanpa memberi kesempatan bereaksi.
Terjunan air biru yang menggulung langit bukan hanya menelan Ouyang Feng, tapi juga papan kayu dan peti di permukaan laut, bersama dengan si pembunuh itu.
Kitab Suci Shen Shui, Ilmu Dewa Tianshui.
Teknik ini diciptakan oleh Shui Mu Yin Ji setelah mengamati pasang surut laut siang dan malam, bukan dengan merenungkan kolam di Istana Air Suci, sehingga kekuatan terbesarnya memang terletak di tengah lautan.
Seandainya Qi Xun merasa kemampuannya masih sedikit kurang, target pertama jurus mematikan Tianshui Divine Art di laut seharusnya bukan Ouyang Feng, melainkan Shi Tianwang dari dunia Chu Liuxiang yang menguasai lautan.
Ouyang Feng segera menyadari ini bukan sekadar ombak laut biasa.
Dan saat ini dia bukan sekadar jatuh ke air secara normal.
Jelas itu akal-akalan Qi Xun.
Mengapa lawannya memiliki kemampuan seperti itu tidak dia ketahui, yang dia tahu adalah, dalam perubahan drastis ini, responsnya yang terlambat sepersekian detik telah membuatnya terseret ke bawah permukaan laut.
Ouyang Feng langsung merasa situasi memburuk.
Kemampuan renangnya tidak baik!
Namun dalam upaya melepaskan diri, dia merasakan sepasang tangan masih menariknya turun, menyeretnya ke dalam penjara gelap tanpa cahaya ini.
Qi Xun bukanlah Hong Qigong yang akan menyelamatkan Ouyang Feng yang hampir tewas dalam kebakaran, dia juga bukan Guo Jing yang akan menghentikan serangan saat lawan sedang kesulitan di air.
Lingkungan pertarungan yang telah dia persiapkan dengan susah payah memang ditujukan untuk momen ini, apalagi Ouyang Feng saat ini berstatus sebagai Boss di Pulau Persik yang merupakan nama merah sejati.
Membiarkan Ouyang Ke bertindak semena-mena, pantaskah disebut ahli bela diri sekalipun!
Jika bisa membunuh Ouyang Feng, maka tidak akan ada insiden penculikan Huang Rong untuk Nine Yin Manual, maupun aksinya membantu Pangeran Keenam Jin mencuri Warisan Strategi Militer dari istana.
Durasi dungeon sangat terbatas, dampak lanjutannya sulit diprediksi. Untuk mencapai akhir dengan dampak tertinggi sekaligus memenuhi prinsip balas dendam ala pendekar, hanya satu cara: Bunuh Ouyang Feng!
Ini tidak sepenuhnya karena belum berhasil membunuh Xiong Niangzi, si pencuri bunga yang seharusnya mati empat tahun lalu, atau menghadapi gangguan dari Wuhua yang masih diselidiki Bangsa Pengemis.
Soal apakah ini pertarungan yang adil—
Coba tanya para korban Ouyang Ke dan Ouyang Feng, apakah mereka mendapat kesempatan hidup yang adil!
Terutama para gadis yang telah dinodai oleh Ouyang Ke.
Di tengah amukan ombak tak berperasaan, Qi Xun menggunakan tenaga dalam Tianshui Divine Art untuk melindungi diri. Meski belum bisa menciptakan pusaran naga air seperti Shui Mu Yin Ji, ia cukup lihai bergerak di dalam air.
Ia langsung menyambar tongkat ular Ouyang Feng saat pria itu terjatuh ke air. Ombak menggulung dua ular perak itu hingga mati lemas, tanpa sempat mengeluarkan bisa mematikan.
Tiongxi Dilong Wan mungkin bisa menangkal racun biasa, tapi pasti takkan mampu melawan racun mematikan dari tongkat ular berkepala dua Ouyang Feng. Satu-satunya cara adalah mencegahnya menggunakan senjata itu.
"Kodok ma saja masih bisa berenang di air, Tuan malah seperti anjing liar yang tenggelam." Qi Xun menyindir dingin.
Ouyang Feng ingin membalas, namun begitu membuka mulut, air laut langsung membanjiri masuk ke kerongkongannya.
Dia juga ingin membunuh gadis terkutuk di depannya untuk membalaskan kematian keponakannya—tidak, anak kandungnya. Tapi di tengah hempasan arus yang seolah tunduk pada kendali sang gadis, Ouyang Feng baru sadar: medan pertempuran terkuatnya bukanlah di dahan pinus dengan keunggulan qinggong, melainkan justru di dalam air.
Lagu Pasang Surut Lautan Hijau milik Huang Yaoshi hanya menyembunyikan fenomena pasang-surut laut dalam alunan musik, sementara dia benar-benar menguasai teknik kontrol air yang sangat tinggi.
Saat kekuatan tempurnya melemah drastis, lawannya justru sedang dalam kondisi paling ideal seperti ikan di air.
Dengan susah payah menangkis tenaga telapak tangan yang menyembul dari celah ombak setelah Qi Xun melepaskan cengkeramannya, dia hampir berharap bisa langsung lolos dari arus bawah laut ini.
Kalau mau bertarung, lebih baik kembali ke kapal yang memiliki pijakan darat.
Tapi Qi Xun mana mungkin memberinya kesempatan itu.
Laut yang kejam dipersenjatai penuh oleh Tianshui Divine Art yang memperkuat kekuatan alam yang ganas ini.
Jika tidak yakin dengan Tianshui Divine Art, mana mungkin Qi Xun berani mengambil risiko ini!
Boneka pengganti dari hadiah check-in 666 hari memang menjadi jalur mundur alternatifnya, tapi dia enggan menggunakan item itu di sini.
Untungnya, dari membunuh Ouyang Ke hingga saat ini, semuanya belum melampaui perkiraannya.
Dalam situasi yang menguntungkan ini, dia tentu tidak akan memberi kesempatan bagi Ouyang Feng untuk membalikkan keadaan. Bagaimanapun, siapa yang tahu apakah pria yang bahkan bisa sembarangan melatih Nine Yin Manual hingga mencapai hasil ini akan mengeluarkan teknik tak terduga.
Qi Xun hanya bisa mengendalikan gelombang air terdekatnya. Namun gelombang-gelombang ini seperti tembok dari empat penjuru yang menyempit ke tengah, membentuk lapisan demi lapisan belenggu yang begitu padat, dengan Ouyang Feng di pusatnya.
Dia bisa menilai durasi persediaan napas melalui _breathing bar_ di depan matanya.
Mingyu Gong yang saat ini hampir sepenuhnya menahan napas dan mengurangi konsumsi energi menjadi keunggulan, sementara Ouyang Feng tak mampu melakukan hal serupa.
Orang-orang di kapalnya menatap nervous ke pusaran air di laut yang seolah bukan buatan manusia.
Gelembung-gelembung jahat yang bergemuruh itu menimbulkan rasa panik tak beralasan.
Mereka hanya ingin melihat Ouyang Feng menang dengan mengalahkan pembunuh putra muda itu, tetapi mana tahu sang pemilik Gunung Onta Putih sedang berada di ambang hidup dan mati.
Ouyang Feng bukanlah orang berbakat seperti Chu Liuxiang yang bisa bernapas melalui pori-pori kulit di dalam air.
Dalam keadaan hipoksia yang mencekik, Tinju Ular Licin-nya yang seharusnya lentur seperti tak bertulang dan bebas berubah arah setelah kehilangan tongkat ular berkepala dua, kini berubah menjadi gerakan mekanis instingtif.
Selendang Bai Zhang Han Guang tetap perkasa menyatu dengan riak air.
Di antara gelombang biru kehijauan, selendang putih bulan yang hampir transparan itu semakin tak terlihat jejaknya.
Namun di bawah tekanan air laut, pita panjang yang dilempar Qi Xun jelas-jelas masih menggunakan jurus pedang.
Sama seperti caranya menjatuhkan Ouyang Ke dari ranting pinus sebelumnya, kini ia menggunakan jurus yang identik.
Di tengah gelombang air yang sudah kacau dan tertekan, seolah-olah muncul lapisan-lapisan riak getaran tambahan dari udara kosong.
Jurus Sembilan Busur Mengguncang Matahari yang semakin kuat setiap serangannya, jika tidak bisa , bahkan Ouyang Feng yang menerimanya di darat harus berhati-hati, apalagi di dalam air.
Itu adalah jurus yang cukup untuk merenggut nyawa.
Sama sekali tidak seperti jurus pedang mematikan yang biasa digunakan di air, Selendang Bai Zhang Han Guang langsung menghancurkan perlawanan terakhir Ouyang Feng dan mencekik lehernya.
Energi pedang yang melekat pada pita panjang ini bagai pisau tajam yang menembus gelombang air, menyayat tenggorokannya.
Dia bahkan tidak sempat mengucapkan kata-kata terakhir.
Tapi bagi Qi Xun, membiarkan musuh meninggalkan pesan sebelum mati adalah tindakan bodoh yang bisa menyebabkan masalah.
Setelah susah payah membunuh nama merah, sekaranglah saatnya memanen hasil.
【Sistem】【Anda telah membunuh Ouyang Feng Si Racun Barat, memperoleh reputasi dasar Istana Air Suci +8000, reputasi Jianghu +600】
【Sistem】【Memperoleh drop Tongkat Ular Berkepala Dua (otomatis masuk inventory, bisa diperdagangkan), Kitab Racun Pegunungan Onta Putih Barat (bisa dipelajari), Hama Gong (bisa dipelajari), Kitab Rahasia Lanjutan Tinju Ular Sakti (bisa dipelajari), Mayat Ouyang Feng*1 (item terlalu rusak, sistem tidak menerima)】
【Sistem】【Memverifikasi efek lanjutan kematian Ouyang Feng Si Racun Barat di dungeon mimpi...】
【Sistem】【Verifikasi berhasil, pengaruh Istana Air Suci +50】
【Sistem】【Deteksi total stat reputasi Jianghu melebihi 5000, gelar reputasi Jianghu 'Awal Kemunculan Bakat' otomatis naik ke tahap berikutnya - 'Angin-Awan Lahir dari Generasiku'.】
Angin-Awan Lahir dari Generasiku!
Gelar ini membuat Qi Xun merasa perjalanannya kali ini sangat berharga.
Qi Xun merenung lagi, berpikir untuk meningkatkan efek peringatan ini sekaligus menggemilangkan nama Istana Air Suci ke seluruh penjuru.
Dia langsung mengangkat mayat Ouyang Feng dan melemparkannya ke dek kapal, lalu kembali ke perahu kecil yang ditumpanginya saat datang.
Sambil menengadah melihat kapal besar di depannya, dia berpikir kalau menulis "sampai di sini" atau "orang ini kubunuh" pasti terlalu membosankan.
Seharusnya lebih megah dan berkesan.
Ouyang Feng (Racun Barat) sebagai salah satu Lima Ahli Terhebat yang berbuat jahat pun tak luput dari maut, tentu harus menjadi peringatan bagi penjahat kelas rendah lainnya.
Pita sutra dari lengan Qi Xun melesat keluar, menggantikan pedang untuk mengukir beberapa karakter besar di lambung kapal Pegunungan Unta Putih ini.
Terima kasih kepada Shui Mu Yin Ji dan Gong Nanyan yang memaksanya berlatih kaligrafi!
Meski tidak sebanding dengan goresan baja dan perak tulisan Zhang Cuishan di Pulau Wangpanshan yang menceritakan Pedang Langit dan Golok Naga, setidaknya masih terlihat pendidikan budaya Istana Air Suci cukup baik!
Puas menepuk-nepuk tangan, dia mengemudikan perahu kecil menjauh. Setelah menemukan pulau tak berpenghuni dan menghancurkan kapalnya, barulah dia keluar dari dungeon.
Ketika Huang Yaoshi dan yang lain tiba kemudian, yang mereka lihat adalah mayat Ouyang Feng (Racun Barat) dan keponakannya di atas kapal tak bertuan ini, serta tulisan pahatan yang menakjubkan.
【Sampah tak layak berlayar di perairan - Hormat Istana Air Suci】
