Qi Xun selalu terkenal dengan aksinya yang cepat.
Lebih lagi orang-orang dari Bangsa Pengemis juga cukup kooperatif, mengantarkan Qu Wurong bertiga beserta kursi mewah itu kepada Qi Xun, sehingga dia sama sekali tidak berniat basa-basi menanyakan Ketua Ren Ci apakah mereka perlu membagi hasil jarahan.
Bagaimanapun, Ren Ci tidak seperti Nan Gongling yang perlu mengeluarkan uang untuk membeli dukungan, mungkin tidak membutuhkan uang sedikit ini darinya.
Tentu saja sebelum membongkar, Qi Xun tidak lupa memastikan pada Qu Wurong apakah kursi ini dibeli atau dirampas.
Sebagai salah satu murid Shi Guanyin yang masih memiliki batasan dan hati nurani, Qu Wurong memandang Qi Xun dengan sedikit keheranan atas pertanyaan ini, baru setelah beberapa saat menjawab: "Awalnya dana ini digunakan untuk mengurus kebutuhan Pangeran Kedua."
Mengerti, Shi Guanyin dan putranya punya pemikiran yang sama.
Pantas saja dia masih mengincar harta karun Kerajaan Kucha meski sudah membangun kekuatan di gurun besar.
Mengingat ini uang Shi Guanyin, yang berarti sama dengan jarahan perangnya, maka Qi Xun pun semakin tidak ragu untuk mengambilnya.
Tirai dan permata berharga dengan cepat dilepas oleh Qi Xun, sementara rangka kayu yang tersisa ditolak oleh Sistem dengan pernyataan 【Barang ini terlalu rusak, Sistem tidak menerima】. Tapi tidak masalah, masih bisa digunakan sebagai kayu bakar untuk sisa manfaatnya.
Liu Wumei mengedipkan mata tak percaya melihat Qi Xun membongkar kereta secara total dengan teknik telapak tangan dan pedang yang luar biasa, bagaikan angsa yang mencabuti bulu saat terbang. "Kayu bakar" itu ditumpuk di sudut ruangan.
Kelincahan gerakannya membuat Liu Wumei tidak meragukan lagi: seandainya diberikan seorang manusia, mungkin Qi Xun juga bisa membongkarnya dengan cara sama. Pikiran untuk kabur pun sirna sementara.
Memang benar pewaris Vila Yongcui terlihat punya ketertarikan padanya, tapi mungkin pria itu tidak akan tahan menghadapi pertanyaan Qi Xun, apalagi bertahan dari satu serangannya.
Lebih baik dia berlaku baik saja.
Melihat Qi Xun pergi membawa permata-permata itu dengan dibungkus tirai, Liu Wumei secara refleks menghela napas lega.
Qi Xun tidak peduli tekanan psikologis yang ditimbulkannya pada murid Shi Guanyin. Melihat barang-barang ini bisa langsung dikonversi menjadi emas dalam Sistem tanpa perlu proses penukaran di luar, dia langsung kembali ke kamarnya.
Bagian yang bisa didaur ulang dari seluruh tandu dapat dikonversi menjadi 7.000 tael emas, lebih banyak 5.000 tael dari setengah karung emas sebelumnya, membuat Qi Xun berdecak kagum akan kemurahan hati Shi Guanyin -
Tidak hanya mengirim dua putra sebagai paket EXP, tapi juga tiga murid sebagai panduan. Bahkan mempertimbangkan kekuatannya yang masih kurang, mendesak untuk belanja dalam game guna meningkatkan panel.
Sungguh semangat pengabdian yang luar biasa!
Terutama ketika mengingat efek menakutkan dari gelar itu, Qi Xun merasa harus memberi apresiasi pada Shi Guanyin.
Urusan belanja dalam game lebih penting, belanja dalam game lebih penting.
Qi Xun membuka Pasar Transaksi.
Sistem ini benar-benar sesuai dengan julukan pribadinya sebagai Sistem Daur Ulang Koin. Setelah pengisian kali ini, dia melihat kembali dana pengembalian yang memberikan tael perak sesuai peningkatan level. Karena sebelumnya dana tersebut sudah habis diambil saat levelnya mencapai 90, kini putaran kedua telah dibuka.
Syukurlah sistem ini masih berperilaku layaknya manusia, tidak menerapkan skema investasi berisiko tinggi, hanya memberikan rasio normal. Jika tidak, dia harus repot menghitung apakah pembelian hari ini menguntungkan.
Itu pasti sangat menyebalkan.
Sebelumnya 880 tael emas memberikan 880.000 tael perak sampai level 90. Kali ini 1880 tael emas akan memberikan 1.880.000 tael perak sampai level 160.
Qi Xun tidak yakin apakah penilaian level sistem ini masih berlaku setelah 160, tapi bagaimanapun juga konversi dana ke tael perak memang sangat menguntungkan.
【Sistem】【Anda telah membeli 1880 dana pengembalian.】
【Sistem】【Telah menerima 250.000 tael perak untuk level 100】
Tidak seperti sebelumnya yang ada paket aktivitas Qingming yang berantakan, di area penukaran mata uang emas pada Pasar Transaksi sistem memang masih ada beberapa barang yang bisa dibeli, seperti pecahan Kitab Rahasia Emas, material senjata emas, dan sejenisnya.
Tapi Qi Xun melihat deretan angka 0 yang membuat putus asa di belakang item-item ini, merasa lebih baik tidak melihatnya terlalu lama agar tidak memicu insiden berdarah.
Ada dua item yang layak dicoba untuk dibeli
yaitu Nanhong Zhu dan Ningshen Wood yang biasanya di-drop oleh Dungeon Elite Mimpi.
Setelah dua kali menjalankan dungeon mimpi, Nanhong Zhu yang awalnya dikira Qi Xun sebagai drop eksklusif bos 3 ternyata juga di-drop oleh setiap bos di Dungeon Pulau Persik. Ini membuatnya curiga apakah ada hubungan dengan level dungeon dan keterlibatan pemain. Material yang terkumpul ditambah investasi sekitar 1500 tael emas memungkinkannya membuat aksesori spesial.
Jika atribut aksesori khusus tersebut bagus, mungkin dia akan mempertimbangkan untuk menjalankan beberapa putaran dungeon lagi.
Saat ini kebutuhan akan emas tidak terlalu banyak, Qi Xun merasa bisa mengambil risiko.
Setelah menukarkan material dan hasil Dungeon dimasukkan ke antarmuka pembuatan, ketika mendapatkan aksesori khusus pertama, dia bisa memastikan taruhannya tepat.
Tapi sebenarnya ini bukan benar-benar judi, lebih tepat disebut penggunaan mata uang yang rasional.
【Sistem】【Berhasil membuat Kalung Wu Jiu Canglan (Emas)】
Warna emas atau ungu tidak terlalu berpengaruh bagi Qi Xun, kuncinya terletak pada properti 2 set aksesori khusus:【Setelah efek diaktifkan, ilmu elemen Air memasuki status meditasi khusus, level ilmu +1 selama durasi, tidak bisa digunakan dalam pertarungan.】
Ini bagus, sangat bagus!
Bisa digunakan dalam pertarungan atau tidak tidak penting, status meditasi khusus ini benar-benar membuat Qi Xun tergiur.
Perlu diketahui Tianshui Divine Art juga termasuk ilmu elemen Air. Berkat pertempuran di laut, dia sudah menyentuh ambang peningkatan level, tapi untuk naik lebih tinggi lagi benar-benar membuatnya bingung.
Qi Xun sudah sangat puas hanya dengan memiliki lingkungan meditasi.
Tidak bisa berharap Sistem akan menyediakan item yang meningkatkan level kemampuan selama pertempuran, jenis item seperti itu mungkin malah tidak berani dia gunakan.
Tapi pertama-tama, ini adalah atribut 2 set.
Qi Xun melihat sisa persediaan emasnya, merasa mungkin harus mengandalkan kerja keras.
Sayangnya baru saja menyelesaikan dungeon, ditambah dengan drop dungeon dari Wuhua, Nan Gongling, dan Bai Yu Mo, jelas bukan saatnya membuka dungeon baru.
Sebaiknya mencerna hasil yang didapat terlebih dahulu.
Qi Xun menahan godaan kuat untuk menyelesaikan 2 set, lebih dulu memasang aksesori ini ke slot perlengkapan.
Bagaimanapun, tiga aksesori biasa hasil dungeon yang tersisa memiliki bonus atribut berdasarkan 2 set dan 3 set, melepas satu tidak mempengaruhi bonus set.
Emas dan tael perak yang tersisa sementara tidak akan dia gunakan.
Dengan persediaan cadangan, bahkan membeli kembang api untuk pamer pun jadi lebih percaya diri.
Tentu saja, Qi Xun tidak berencana untuk terus melakukan belanja dalam game, terutama tidak ingin menyia-nyiakan tael peraknya untuk membuka Peta Harta Karun Kelas Tinggi. Ini semua ada pertimbangannya sendiri.
Kitab Baiyu Bidu Shou milik Bai Yu Mo memang berisi rahasia pemeliharaan ular berbisa, namun kitab rahasia ini sama sekali bukan metode khusus yang membuat kulit wajah dan tangannya putih sehalus giok.
Teknik Gulungan Kematian, Teknik Hati Merah, dan Yingfeng Yidao Zhan milik Wuhua memang merupakan kitab eksklusif Dongying-nya. Namun kitab penyamaran yang paling diidamkan Qi Xun justru tidak muncul.
Qi Xun menduga sistem drop item ini tidak berdasarkan kemampuan lawan, melainkan murni bergantung pada keberuntungan.
Kalau dipikir-pikir, keberuntungannya belakangan ini memang tidak terlalu baik.
Mungkin keberhasilan mendadak bertemu Wuhua yang menyerahkan nyawa begitu saja di luar sudah menghabiskan sedikit energi keberuntungannya.
Untuk menghindari skenario menyedihkan seperti membuka Peta Harta Karun Kelas Tinggi hanya mendapatkan tumpukan Buku Rahasia Putih dan koin tembaga, lebih baik tidak usah dibuka!
Bagaimanapun, Qi Xun tidak akan mengakui bahwa mungkin juga karena perbuatannya yang tidak manusiawi menyuruh Lao Wantong bermain kuaiban, yang menyebabkan masalah keberuntungan.
Uang di tangan bisa dibelanjakan kapan saja, setidaknya sekarang dapat tambahan dana plus dan aksesoris khusus, dia juga tidak rugi!
Meski begitu, Qi Xun tetap merasa sedikit kesal saat keluar kamar dan melompat ke atap, merenungkan rencana selanjutnya di bawah angin malam.
Dengan Qu Wu Rong dan dua lainnya di tangan, pasti dia akan mencari masalah ke tempat Shi Guanyin.
Walau dungeon tidak perlu buru-buru dibuka, setidaknya harus membuka dua dungeon sebelum bertemu Shi Guanyin, agar punya keberanian menghadapi ahli bela diri aneh ini.
Maka pemilihan dungeon menjadi sangat krusial.
Baru saja berpikir sampai sini, tiba-tiba dia melihat kilatan
cahaya api di kejauhan, sepertinya seseorang menyalakan api unggun di dalam markas Bangsa Pengemis ini.
Dengan tindakan Huang Luzhi yang melindungi pencuri bunga seperti Xiong Niangzi sebelumnya, Qi Xun memang tak bisa disalahkan karena berpikir terlalu jauh, menduga apakah ada yang membakar uang kertas untuk Nan Gongling atau Wuhua.
Jika benar ada perilaku provokatif seperti itu, ini kesempatan bagus untuk meluapkan kekesalan akibat belanja dalam game yang terhenti separuh.
Namun saat dia mendekati sumber cahaya api itu, terciumlah... aroma harum?
Semakin dekat terlihat kompor tanah liat merah milik Zhang San yang khas, dikelilingi oleh trio Zhang San, Chu Liuxiang, dan Dai Duxing.
Di samping kompor itu terbaring beberapa elang yang sudah dibelah perutnya.
"Kalian ini?" Qi Xun menunjuk beberapa "korban" di tanah sambil bertanya.
“Tadi Chu Liuxiang mendengar ada elang berputar-putar di langit, tidak seperti yang sedang lewat melainkan seperti hendak menyerang markas, lalu memanggil Penatua Dai untuk bertanya,” jawab Zhang San sambil cekatan mengolah daging elang. “Kami menduga ini mungkin dibawa oleh beberapa murid Shi Guanyin, jadi kami menembaknya.”
Dugaan mereka memang tepat.
Kendaraan Shi Guanyin di padang pasir bukan unta, melainkan perahu.
Lambung kapal ringan dengan "papan luncur" di bawah dan tarikan elang terbang, bisa bergerak cepat di atas pasir bagai kapal hantu.
Sayangnya Qi Xun tidak memberi kesempatan pada Changsun Hong untuk memanggil elang-elang yang biasa diberi makan daging ini.
Tentu kini mereka semakin tidak punya kesempatan.
Lagipula semuanya sudah berbaring di sini.
Prinsip Chu Liuxiang untuk tidak membunuh manusia memang benar, namun bukan berarti dia vegetarian. Berburu beberapa elang bukanlah hal yang tabu baginya.
Bahkan di era perlindungan hewan, beberapa elang ini seharusnya dianggap sebagai peliharaan keluarga Changsun Hong...
Zhang San terus melanjutkan dengan cerewet, "Lalu mereka berdua memintaku untuk memanggang elang ini, kebetulan bisa jadi makanan tambahan. Tapi aku juga bilang ke mereka, meski aku ahli memanggang ikan, ini pertama kalinya aku memanggang daging elang. Aku bisa menghilangkan bau prengusnya, tapi daging elang ini lebih alot dibanding ayam, apalagi kalau dibandingkan dengan ikan--"
"Wakil Pemimpin Istana, hakimilah - menurutmu apakah dua orang ini ingin merusak reputasiku?"
Qi Xun hampir tertawa.
"Kalau hasil panggangannya gagal, bawa saja ke murid Shi Guanyin. Lagipula ini elang mereka."
"Membunuh sekaligus menghancurkan hati... Wakil Pemimpin Istana..." Chu Liuxiang tak bisa menahan gumamannya.
Mereka bertiga paling-paling hanya melakukan penghilangan barang bukti, setelah dibagikan ke anggota Bangsa Pengemis yang berjaga malam, bagaimanapun tak ada yang tahu apakah elang-elang ini benar-benar terbang ke Bangsa Pengemis atau kabur karena tuannya ditangkap.
Jika Qi Xun mengantarkan daging elang bakar ke depan Changsun Hong, itu sama saja mengatakan terang-terangan pada mereka: meski kalian punya sayap tambahan seperti elang, akhirnya hanya akan menjadi makanan di piring.
Tentu saja Chu Liuxiang tidak tahu bahwa Qi Xun sudah memperlihatkan aksi membongkar tandu dengan kekerasan di depan mereka bertiga.
"Jadi kita hanya bisa berharap Zhang San tampil normal." Qi Xun duduk.
Zhang San memang punya keahlian.
Meski botol-botol dan wadah yang dia siapkan sebenarnya untuk memanggang ikan, hasilnya cukup baik untuk memanggang daging elang. Tentu Qi Xun tidak berani memakai metode zaman modern - dengan segudang bumbu yang dia tambahkan, mungkin memanggang sandal jepit pun rasanya masih bisa dimakan.
Saat aroma daging panggang menyebar sepenuhnya, tidak hanya dirinya yang tertarik oleh cahaya api yang datang.
Penatua Wang yang membawa gentong anggur dan jelas sudah banyak minum, berjalan limbung mendekat.
Sebelumnya Qi Xun pernah dengar, dia menganggap Nan Gongling seperti anak sendiri. Saat pertama kali menahan Wuhua dan Nan Gongling, Penatua Wang masih mengira Wuhua yang merusak Nan Gongling. Ketika perbuatan Nan Gongling terbongkar, dia diam saja dan minum sendirian.
Kini setelah setengah mabuk dan kesedihannya mulai reda, kebetulan mencium aroma daging panggang lalu mendatangi tempat ini.
Mendengar daging elang ini adalah "sumbangan" dari trio yang berpura-pura sebagai Shi Guanyin tadi, mata Penatua Wang berbinar.
"Jangan lihat aku begitu, aku tidak berniat memindahkan emosi ke daging elang atau ingin mengunyahnya mentah-mentah," Penatua Wang memberi isyarat pada Dai Duxing untuk minggir,
“Dari cara Shi Guanyin ini bertindak, jelas dia tidak punya pengalaman menyelamatkan orang. Siapa yang melihat orang-orang dikirim cuma-cuma begini tidak akan memujinya sebagai dermawan. Sayangnya saya ini sudah menjelajah ke mana-mana tapi belum pernah ke gurun pasir, kalau tidak pasti akan saya hajar orang yang berani main-main dengan Bangsa Pengemis kami ini.”
“Tinggal di gurun terlalu lama, daging elang jadi alot, manusia mungkin juga jadi keras. Lebih baik Penatua Wang tidak bertemu dengannya.”
“……” Tak disangka, Wakil Pemimpin Istana Air Suci ini cukup tajam juga sarkasmenya.
Qi Xun akhirnya kembali ke halaman sambil membawa piring berisi daging panggang, lalu langsung menuju kamar ketiga "tawanan".
Tentu saja Qi Xun tidak sekejam itu benar-benar membawa daging elang untuk dipamerkan ke Changsun Hong.
Gadis ini ngotot menganggap Wuhua sebagai harta karun, sekarang hatinya mati karena kekasihnya tewas. Qi Xun malas menambah luka.
Bagaimanapun dari ketiganya, yang menarik minatnya hanya Qu Wu Rong.
"Ilmu tenaga dalam mereka sudah disegel oleh Qi Xun, jadi tidak perlu khawatir mereka akan melakukan trik kabur. Qi Xun pun melepas tali yang mengikat mereka, membiarkan ketiganya yang sudah kelaparan setengah hari ini makan dulu."
Qi Xun bertanya lagi: "Ngomong-ngomong aku penasaran, seperti apa sebenarnya tempat Shilin Dongfu itu?"
Qu Wurong menatapnya.
Gadis penanya ini duduk di satu-satunya kursi di ruangan, satu tangan memegang ular kecil sementara tangan lain memegang ramuan tak dikenal yang sedang diberikan ke ular. Meski di atas panggung siang tadi terkesan anggun bagai dewi, kini ada aura mistis yang terpancar darinya.
Tapi mungkin justru sikap seperti inilah yang membuat mereka tak berani bertindak sembarangan.
"Mengapa kau bertanya seperti itu?"
Qi Xun tak bisa menjelaskan bahwa dia sangat penasaran dengan bagaimana wujud sebenarnya Shilin Dongfu - perahu di padang pasir, formasi batu karang runcing, dan labirin batu berliku di dalamnya.
Pemandangan di Istana Air Suci memiliki keanggunan alami yang lebih kaya dibandingkan deskripsi tertulis, lalu bagaimana sebenarnya bentuk formasi batu aneh dan puncak-puncak ganjil di Shilin Dongfu yang digambarkan seperti monster purba, seolah-olah berada di ujung gurun dan ujung dunia?
Dia hanya berkata pada Qu Wurong: "Mungkin karena aku dengar Shi Guanyin juga hanya menerima murid perempuan, aku ingin tahu apa perbedaannya dengan Istana Air Suci kami?"
Qu Wurong memandangi Putri Muda Istana Air Suci yang memiliki aura ksatria yang bebas ini, jelas-jelas tidak dibesarkan dalam kekangan, tiba-tiba merasa kesulitan memulai pembicaraan.
Lagipula dia selalu orang yang sangat menutupi perasaan.
Seberapapun buruknya perlakuan Shi Guanyin padanya, seberapapun tidak manusiawinya perlakuan pada murid-murid di Shilin Dongfu, nyatanya Shi Guanyin telah membesarkannya hingga sekarang dan mengajarinya ilmu bela diri.
Untuk mengatakan hal-hal buruk tentang Shi Guanyin saat ini, Qu Wurong sendiri tidak bisa menerimanya dalam hati.
Melihat mata Qi Xun yang penuh keingintahuan, ia tak bisa mengucapkan kata-kata yang memperindah kenyataan.
Si bintang kejora di hadapannya jelas menunjukkan rasa ingin tahu yang besar terhadap Shilin Dongfu, namun tak berniat mengintip wajah di balik cadarnya, membuat Qu Wurong tak bisa tidak merasa lebih simpati padanya.
"Shilin Dongfu tidak seperti Istana Air Suci yang konon hanya menerima perempuan. Tapi tempat itu adalah neraka bagi pria." Demikian jawaban akhir Qu Wurong.
Qi Xun merasa caranya menjawab cukup unik.
Ini adalah jawaban jujur yang tidak menciptakan kesan Shilin Dongfu sebagai tempat baik, sekaligus tak bisa disebut memfitnah gurunya.
Soal apakah Shilin Dongfu pantas disebut neraka bagi pria, Qi Xun sudah punya gambaran sendiri.
Tiga atau empat tahun kemudian dalam alur cerita gurun pasir, ketika Chu Liuxiang dan rombongan menyusuri jantung Shilin Dongfu, mereka menyaksikan para pria tampan langka yang sedang menyapu debu tak habis-habisnya dan tulang-belulang di bawahnya.
Namun mereka tak lagi memiliki ekspresi hidup, bagaikan kehilangan jiwa hingga menjadi mati rasa.
Huangfu Gao dari Tujuh Pendekar Gunung Hua yang diculik Shi Guanyin, setelah dicungkil matanya diperbudak bagai keledai penggiling, menarik batu gilingan tanpa henti selama setahun penuh. Dialah "Unta Batu" yang kemudian diselamatkan Ji Bingyan dan ikut menyelamatkan orang di gurun.
Mendengar kisah-kisah ini, Qi Xun merasa ucapan Qu Wurong yang terkesan ringan itu menyimpan kisah yang sangat berat.
Namun sepertinya
Qu Wurong sudah enggan bicara lebih banyak.
Sifatnya seperti ini bisa dibilang baik sekaligus tidak baik. Tapi untungnya dia bukanlah orang yang benar-benar loyal buta. Setelah semua utang budi dan perseteruan antara Shi Guanyin dengannya terselesaikan, gadis dengan pikiran jernih ini mungkin bisa mulai menjalani kehidupan yang diinginkannya.
Qi Xun melihat ketiganya sudah makan cukup sehingga takkan mati kelaparan, lalu mengikat mereka kembali. Dia membawa nampan kosong dan keluar dari ruangan.
Setelah suara pintu tertutup berlalu cukup lama, Liu Wumei tiba-tiba berkata, "Dia sudah memperlakukanmu secara khusus, mengapa tidak memanfaatkan kesempatan ini?"
Qu Wurong dan Qi Xun hanya berbicara sebentar. Liu Wumei sangat paham bahwa dengan karakter Qu Wurong yang keras, mustahil dia akan menjilat orang lain—
Bahkan ketika masih di bawah Shi Guanyin pun dia selalu bersikap terlalu keras dan kaku, tak mengerti sedikit pun fleksibilitas. Mana mungkin sekarang tiba-tiba berperilaku aneh.
Tapi fakta bahwa dia diperlakukan secara istimewa tanpa melakukan apapun, benar-benar membuat Liu Wumei tak bisa menahan rasa iri.
Jika kesempatan ini diberikan padanya… dia pasti tidak akan menyia-nyiakannya seperti ini!
Beberapa tahun lalu, saat Shi Guanyin mengaku telah membunuh orang tua Qu Wurong, Liu Wumei mulai meragukan asal-usulnya sendiri. Dia semakin merasa bahwa berada di dekat wanita berhati baja dan tak terduga ini lambat laun akan mendatangkan malapetaka.
Kalau begitu, lebih baik mencari pelindung untuk membebaskan diri.
Pemuda dari Vila Yongcui yang sebelumnya terkesan dengan kecantikannya jelas tidak bisa diandalkan. Justru Istana Air Suci merupakan tempat yang tepat.
Kematian Wuhua dan Nan Gongling di hadapannya semakin menguatkan tekad Liu Wumei.
Meski Shi Guanyin mungkin tidak punya ikatan emosional dengan keturunannya, ini sama dengan menggagalkan rencananya memperluas pengaruh ke dunia persilatan Zhongyuan – itulah inti permasalahannya.
Qi Xun masih khawatir murid-murid Shi Guanyin akan kabur, terutama Liu Wumei yang paling licik. Tak disangka, si licik ini malah mulai merencanakan pengkhianatan.
Semakin Liu Wumei memikirkannya, semakin ia merasa bahwa jika kembali ke bawah komando Shi Guanyin, ia tak akan mendapat hasil baik.
Namun kesempatan yang dihargai oleh putra mahkota Istana Air Suci ini justru jatuh ke tangan Qu Wu Rong.
"Wu Yi, kau seharusnya tidak memiliki pikiran seperti ini," jawab Qu Wu Rong dengan nada datar.
Liu Wumei yang tertekan titik akupresurnya hingga tak bisa bergerak, mengangkat alis tipis hasil polesan pensil alisnya saat mendengar perkataan Qu Wu Rong, "Wu Yi, Wu Yi... Dia menyuruh kita tanpa pikiran dan kenangan, apakah kau rela menjadi mayat hidup yang hanya patuh pada perintahnya? Manusia harus merencanakan hidupnya sendiri. Wajahmu sudah dirusak tapi kau masih tunduk padanya. Aku tidak ingin berakhir seperti itu."
Liu Wumei sangat paham, jika ia mengungkapkan penyebab kematian orang tua Qu Wu Rong, mungkin benar-benar bisa membujuk Qu Wu Rong.
"Tetapi dia selalu merupakan orang yang tidak pernah melakukan sesuatu tanpa imbalan, bagaimana dia bisa memastikan bahwa Qu Wurong tidak akan meninggalkan dirinya dan Zhangsun Hong begitu saja setelah bergabung dengan pihak musuh Shi Guanyin."
"Karena itu dia harus tetap menyimpan informasi kunci ini."
"Perkataan Liu Wumei, atau Wu Yi ini, sama sekali tidak menggugah emosi Qu Wurong."
"Wajahnya yang selalu tertutup kerudung membuat orang tidak bisa membaca ekspresinya, bahkan matanya yang tersembunyi di balik kain putih pun tak terlihat jelas."
"Jika kau bersikeras berpikir demikian, aku juga tidak bisa membantahmu."
"Benar-benar kayu mati." Liu Wumei bergumam penuh kekecewaan.
"Sayangnya kayu mati ini justru mendapat apresiasi dari seseorang."
"Keesokan harinya mereka dibawa ke gerbang markas Bangsa Pengemis. Kereta kuda yang telah disiapkan Ren Ci untuk Qi Xun menunggu di sana. Saat mereka naik ke kereta sebagai tahanan, terlihat Qu Wurong ditopang lebih lama oleh Putri Muda Istana Air Suci ini."
Perbedaan perlakuan ini sudah cukup menunjukkan perbedaannya.
Tidak tahu akan dibawa ke mana, dia hanya bisa menyimak suara di luar kereta kuda.
Tiba-tiba mendengar Ren Ci berkata: "Lebih baik Wakil Pemimpin Istana pergi. Wuhua dan Nan Gongling tewas di Bangsa Pengemis, Shi Guanyin mungkin akan menuntut balas. Wakil Pemimpin Istana sebaiknya secepatnya kembali ke Istana Air Suci."
Liu Wumei: Benar-benar! Seharusnya pergi ke Istana Air Suci, biar dia punya tempat berlindung.
Tak disangka, di detik berikutnya dia mendengar Qi Xun berkata: "Guru saya memberikan beberapa tugas saat saya pergi kali ini. Masih ada urusan yang belum selesai jadi belum bisa pulang. Sekarang saya ingin mencarinya..."
"...seorang teman lama yang pernah saya temui bertahun lalu. Saya harus pergi ke Gunung Hua. Shi Guanyin takkan bisa menghadang di perairan. Nanti belum tentu siapa yang lebih diuntungkan."
Mendengar kata "Gunung Hua", Liu Wumei tiba-tiba merasa ada firasat buruk.
Shi Guanyin pernah membunuh empat dari Tujuh Pendekar Gunung Hua sebelum memasuki gurun, untuk membalas dendam Keluarga Huangshan. Kedua pihak ini bisa dikatakan memiliki permusuhan berdarah.
Jika mengetahui orang yang membunuh dua putranya pergi ke Gunung Hua, dengan dendam lama dan baru yang bertumpuk, dia mungkin benar-benar akan terdorong untuk mendatangi Gunung Hua.
Liu Wumei mulai meragukan apakah mempertaruhkan segalanya pada Istana Air Suci adalah keputusan yang salah.
Chu Liuxiang tiba-tiba tertawa mendengar perkataan Qi Xun "tidak tahu siapa yang lebih diuntungkan", mungkin teringat pemandangan ajaib saat kapalnya berlayar di sungai dengan ombak yang terbelah sendiri, jelas menunjukkan warisan sejati dari Shui Mu Yin Ji.
Ucapannya tentang keuntungan di perairan mungkin bukan sekadar kiasan sembarangan.
"Boleh tahu siapa teman lama Wakil Pemimpin Istana ini? Untuk pergi ke Gunung Hua, saya punya kenalan." kata Chu Liuxiang setelah Ren Ci kembali ke markas besar Bangsa Pengemis.
“Tuan Chu maksudnya pendekar wanita Qingfeng Gao Yanan?” Qi Xun terlihat berpikir.
Mengingat hubungan rumit antara Gao Yanan dan Hu Tiehua, ia merasa sebutan "kenalan lama" dari Chu Liuxiang ini kemungkinan besar akan berakhir dengan dia diusir.
Mengenai Hu Tiehua, apakah sifatnya memang begitu atau hasil didikan Gerbang Besi Berdarah, Qi Xun malas menganalisis. Yang pasti dia statusnya nama merah, pertemuannya nanti akan membuktikan.
Gerbang Besi Berdarah dulu pergi ke perbatasan demi balas dendam, tidak mengizinkan perempuan ikut - termasuk istri - agar tidak terganggu saat latihan silat. Mereka juga ingin melatih generasi berikutnya menjadi kejam tanpa kasih sayang ibu (*).
Peraturan ini mungkin berubah setelah Tie Zhongtang menjadi Pemimpin Gerbang Besi Berdarah.
Dan kemungkinan besar ilmu bela diri Hu Tiehua diajarkan oleh Chizu Han dari Great Banner Gate, meski tidak diketahui seberapa banyak yang diturunkan.
Menghadapi pengakuan cinta Gao Yanan, dia langsung kabur tanpa jejak, bahkan bersembunyi di sebuah kedai kecil di Dataran Tinggi Loess. Siapa yang tidak bilang orang ini benar-benar sakit jiwa?
Tapi apakah dia sakit jiwa atau tidak sekarang, tidak ada hubungannya dengan Qi Xun.
Tujuan naik ke Gunung Hua bukan untuk ikut campur dalam perseteruan ini.
Pedang Wanita Angin Segar Gao Yanan tetaplah Gao Yanan, atau calon penerus kepemimpinan Gunung Hua di masa depan, bukan seseorang yang ditelantarkan Hu Tiehua.
Ke Gunung Hua hanya untuk dua hal: pertama, menepati janji dengan Hua Zhenzhen dulu.
Pedang kayu kecil yang diberikan dulu masih tergantung di lehernya, sekaligus menjadi kartu karakter tambahan.
Kalau bisa menggagalkan rencana Yuan Suiyun mengincar Kitab Rahasia Tiga Belas Gerakan Angin Segar milik Gunung Hua, tentu lebih baik, sebagai balas budi dukungan Hua Zhenzhen di masa lalu.
Hal lain yang ingin dia coba adalah apakah mungkin menemukan kelemahan Shi Guanyin dari Ilmu Pedang Gunung Hua, sehingga menambah kekuatannya sendiri.
Jurus andalan Shi Guanyin yang paling terkenal tentu saja Tianwu Shenjing dan "Pria Tak Boleh Melihat", namun Qi Xun merasa seseorang sulit melepaskan diri sepenuhnya dari lingkungan asal dan ilmu bela diri yang dipelajari sejak kecil. Keluarga Huangshan tempat Shi Guanyin berasal telah bermusuhan lama dengan Sekte Pedang Gunung Hua, pastinya ada teknik yang saling menaklukkan.
Apalagi selama penundaan kunjungannya ke Gunung Hua ini, dia bisa menyelesaikan rencana mencerna hadiah yang dimilikinya dan membuka dua Dungeon baru.
Kalau dipikir-pikir——
"Tuan Chu, sepertinya lebih baik aku pergi ke Gunung Hua sendiri."
"Ini tidak bisa disebut pergi sendiri," Chu Liuxiang menunjuk ke arah gerbong kereta, "masih membawa tiga orang."
"Dia menemani Qi Xun berjalan beberapa langkah, melihatnya duduk di depan kereta, lalu naik ke atas kuda. 'Sebelumnya, Wakil Pemimpin Istana mengatakan di atas panggung bahwa meski Shi Guanyin datang sendiri, Anda bisa menyampaikan pesan Pemimpin Istana Air Suci. Tampaknya meski Anda tidak mengenali orang yang datang itu bukan Shi Guanyin, Anda tetap berani mengatakan hal itu.'"
"'Awalnya aku berpikir, mungkin Wakil Pemimpin Istana langsung membawa ketiga orang ini untuk menyerang sarang Shi Guanyin. Itu benar-benar seperti sesuatu yang akan dilakukan Wakil Pemimpin Istana.'"
Qi Xun menoleh ke arahnya, "
'Lalu bagaimana jika aku benar-benar punya rencana itu?'"
Chu Liuxiang mengusap hidungnya sambil tersenyum, "'Kurasa Wakil Pemimpin Istana tidak ingin mendengar kebohongan. Ungkapan 'mengorbankan nyawa menemani orang bijak' tidak akan kukatakan. Aku akan pergi menyampaikan kabar kepada Senior Yin Ji atas nama Wakil Pemimpin Istana.'"
"'Istana Air Suci belum tentu kalah dari Shilin Dongfu, tetap saja merupakan sarang naga dan gua harimau.' Qi Xun membalas."
“Kalau begitu hanya bisa menganggap diri sial.” Suara Chu Liuxiang terdengar santai, tapi janjinya ini memang tidak seperti omongan sembarangan.
Qi Xun tak bisa tidak merasa, alasan orang ini memiliki begitu banyak teman di Jianghu dan mendapat perlakuan khusus dari orang seperti Tuan Zuo Er yang rumahnya selalu ramai pengunjung, mungkin tidak terlalu sulit dipahami.
Dia bilang tidak akan mengucapkan kata-kata "mengorbankan nyawa menemani orang bijak", tapi faktanya orang ini berani menerobos gurun besar demi Su Rongrong dkk, meski Ji Bingyan berulang menyebutkan bahaya gurun.
Orang yang lebih banyak bertindak daripada sekadar bicara, pada akhirnya tidak akan menimbulkan perasaan tidak suka.
“Atas dasar ucapan Tuan Chu ini, jika suatu hari nanti saya benar-benar yakin bisa mengalahkan Shi Guanyin, pasti akan mengajak Tuan Chu menikmati pemandangan unik di gurun.”
Chu Liuxiang tidak terlalu memedulikan perkataan Qi Xun.
Konon Shi Guanyin cantik seperti peri tapi usianya sudah lebih dari 40 tahun, ditambah bakat bela dirinya yang luar biasa. Qi Xun yang masih muda ini mustahil bisa menghadapinya dalam 3-5 tahun ke depan.
Tapi Chu Liuxiang tak ingin menyakiti hati gadis pendatang baru yang mulai terkenal di Bangsa Pengemis ini. Dengan tenang dia menjawab: "Chu pasti akan menemani."
Ini dia yang bilang.
Qi Xun merencanakan bahwa sesuai alur cerita asli dimana Chu Liuxiang harus pergi ke gurun, mungkin bisa mendapatkan kartu karakter. Dia minta saluran komunikasi ke Chu Liuxiang sebelum melanjutkan perjalanan ke utara.
Tujuan Qi Xun adalah Gunung Hua. Jaraknya cukup jauh tapi rutenya tidak terlalu sulit.
Dari utara Prefektur Jinan ada Sungai Kuning. Menyusuri sungai ke barat lalu belok ke Sungai Wei di tikungan pertama bentuk huruf "".
Gunung Hua terletak di sebelah selatan Sungai Wei.
Seluruh perjalanan ini melalui jalur air, inilah alasan Qi Xun tidak takut dihadang Shi Guanyin di tengah jalan.
Chu Liuxiang mengantarnya ke dermaga, ditemani oleh Zhang San si Jaring Cepat yang turut datang.
"Sayangnya Wakil Pemimpin Istana tidak mau menambah biaya untuk menyewaku," kata Zhang San yang semakin menyesal setelah mengetahui Qi Xun membongkar tandu itu, "Kalau tidak, pasti akan kuantarkan Wakil Pemimpin Istana sampai ke Gunung Hua dengan selamat."
Saat Qi Xun melirik ke arahnya, entah karena penglihatannya bermasalah atau tidak, seolah-olah ia melihat kilau perak menyambar di pergelangan tangan lawannya, bagaikan ular yang merayap, membuat punggungnya merinding tanpa alasan.
Dipicu oleh insting bahaya, Zhang San dengan sigap mengubah ucapannya, "Tapi Wakil Pemimpin Istana tidak perlu khawatir, demi komisi sebelumnya, pasti akan kupilihkan nahkoda paling ahli dan andal untuk Anda."
Prefektur Jinan memang bukan kota kecil, di dermaga terkumpul banyak nahkoda kapal.
Jika Qi Xun bepergian sendirian mungkin tidak masalah, tapi sekarang dia membawa tiga beban, tentu harus memilih nahkoda kapal yang terlihat jujur dan ahli dalam navigasi sungai dari kalangan Jianghu berpengalaman.
Zhang San menyelusup ke kerumunan orang dan berputar sebentar, lalu kembali ke sisi Qi Xun sambil menunjuk ke suatu arah.
"Wakil Pemimpin Istana, menurut saya, orang biasa yang datang ke dermaga ini pasti akan memilih nahkoda berbadan kekar. Mengarungi Sungai Kuning yang berombak besar sambil mengangkut empat penumpang memang butuh tenaga. Tapi mata saya tajam, sekilas langsung tahu itu orang yang paling berpengalaman di sini."
Qi Xun mengikuti arah tunjukan Zhang San dan melihat seseorang bertopi lebar bertubuh pendek, bahkan bisa dibilang kurus kering.
Orang ini tidak hanya bertubuh biasa-biasa saja, wajahnya pun tidak terlihat baik.
Di wajahnya dipenuhi bercak-bercak merah, kuning, dan putih seperti panu. Orang lain berdiri dengan tongkat perahu penuh semangat hendak berlayar, sementara dia terlihat sangat lelah dan lesu karena matanya dipenuhi urat-urat darah merah.（*）
Zhang San yakin dengan penilaiannya, terus menjelaskan pada Qi Xun: "Wakil Pemimpin Istana mungkin paham arus air karena ilmu bela diri Istana Air Suci, tapi kami para
pelaut sejati berbeda. Lama tidaknya bergulat dengan air pasti tercermin di penampilan luar."
"Tuan lihat wajahnya, tapi bercak putih itu bukan panu melainkan karat air. Hanya penyelam yang bisa menahan napas lama di dalam air yang punya ciri fisik begitu. Matanya yang merah juga bukan karena begadang judi atau mabuk, tapi akibat sering melihat di dasar air yang terendam lama."
“Kalau orang ini bukan ahli di perairan, maka Zhang San ini akan menghadiahkan kapal buatannya yang khusus kepada Wakil Pemimpin Istana.”
“Untuk apa dia mau kapalmu?” Chu Liuxiang menahan senyum dengan kipas di bibir. “Tapi ciri-ciri yang kau sebutkan tadi bukannya agak tidak masuk akal...”
“Mengapa seorang tukang dayung perlu memiliki ciri-ciri penyelam seperti itu? Apa dia selalu terbalik kapalnya setiap kali?” Qi Xun mengajukan pertanyaan yang juga membingungkan Chu Liuxiang.
Zhang San menggaruk kepalanya, menyadari dirinya memang tak bisa menjelaskan masalah ini.
Namun dia memperhatikan Qi Xun sepertinya tidak berniat mempermasalahkan hal ini.
Dengan membawa tiga gadis yang masih dalam kendalinya, dia sudah berjalan mendekati tukang kapal itu, hanya meninggalkan pesan, “Rahasia tidak masalah, yang penting punya kemampuan. Terima kasih atas petunjukmu, kita akan bertemu lagi.”
Zhang San terdiam lama sebelum berkata, “Putri Muda Istana Air Suci ini benar-benar pribadi langka... yang sangat santai.”
“Chu Liuxiang, dalam hal ini, kau belum tentu bisa mengalahkannya.”
“Bukankah suatu keberuntungan bagi kita bisa bertemu orang yang berpikiran nonkonvensional seperti ini?” Chu Liuxiang menyaksikan Qi Xun memulai percakapan dengan tukang perahu spesial itu sebelum akhirnya berbalik pergi.
Qi Xun yakin bisa menangani situasi ini, maka tak perlu dia ikut campur segalanya.
Seperti dia juga tak pernah menanyakan kemana Zhang San ini akan pergi selanjutnya.
Pasti ada waktu untuk bertemu kembali.
Qi Xun kini telah berdiri di hadapan tukang perahu itu.
Tukang perahu bertubuh pendek ini sudah beberapa hari di dermaga Prefektur Jinan tanpa mendapatkan penumpang.
Namun sebenarnya dia tak terlalu mempedulikannya. Matanya yang terlihat kosong itu sesungguhnya terus mengawasi sekeliling, merekam wajah setiap orang yang berlalu-lalang.
Dia terkejut melihat seorang gadis yang terlihat istimewa mendekat dengan tiga orang, tapi ketika melihat tiga wanita yang ditahan di belakangnya, raut wajaknya berubah menjadi tenang.
Perubahan ekspresi ini tidak luput dari pengamatan Qi Xun.
Dia merasa ini agak menarik.
Yang lebih menarik adalah ketika mendengar mereka akan pergi ke barat bukannya ke timur, dia kembali tertegun seolah hal itu bertentangan dengan yang dia duga.
"Tidak mau menerima pesanan ini? Aku hendak ke Gunung Hua. Perjalanan menyusuri sungai ini cukup jauh, upahnya tentu tidak akan sedikit. Jika kau takut terlibat pertarungan Jianghu, tak usah menerima pesanan ini juga tak apa."
"Terima." Jawab tukang perahu dengan suara parau. "Mengapa tidak?"
Sudah berhari-hari dia di sini namun belum melihat gerombolan yang pernah dia lihat sebelumnya. Rupanya frekuensi mereka melewati Dermaga Prefektur Jinan tidak sering. Orang yang bergerak di bisnis gelap seperti mereka mungkin tidak berani selalu mengambil rute yang sama.
Tapi jalur Sungai Kuning yang mereka lewati mungkin sama.
Karena tidak mendapat hasil di sini, lebih baik memanfaatkan dalih mengantar tamu ini untuk menyelidiki petunjuk di perairan yang paling dia kenal.
Sayangnya, pasukan terbesar yang dimilikinya bukan di Sungai Kuning, melainkan di Sungai Panjang.
Kelompok di perairan memiliki aturan sendiri, dan tidak pantas baginya membawa pasukan besar ke utara.
Tapi dengan dirinya sendiri dan beberapa saudara yang berpatroli di sungai, itu sudah cukup.
Ia menekan tepi topi anyamannya, lalu mulai mengemudikan kapal setelah Qi Xun dan yang lain duduk di kabin kapal.
Berlayar melawan arus di Sungai Kuning memang membutuhkan nahkoda berpengalaman.
Zhang San tidak salah mengatakan nahkoda misterius ini ahli dan terampil. Perahu kecil di sungai besar terombang-ambing oleh gelombang, tapi tetap stabil. Bahkan Liu Wumei yang sudah mengaku mabuk laut sebelumnya tidak menunjukkan reaksi khusus, membuktikan keahlian nahkoda ini.
Tapi keahlian adalah hal lain. Meski Qi Xun yakin kemampuan beladirinya di air takkan kalah, ia tak ingin terjungkir di selokan kecil.
Jadi meski sudah larut malam
，dia tetap menjaga kewaspadaan penuh dengan mengedarkan energi Mingyu Gong.
Di saat paling mengantuk dan lelah seperti biasa, tiba-tiba dia mendengar suara perahu cepat mendekati arah mereka.
Qi Xun mengerutkan kening, dengan hati-hati bergerak ke tepi pintu.
Pada saat kedua perahu saling mendekat, Qi Xun mendengar suara sehalus nyamuk dari perahu lawan yang meneriakkan "Paman Kedua Yun".
"Ada melihat jejak gerombolan penjual manusia itu?" tukang perahu di kapal mereka bertanya.
"Kelompok ini sangat licik. Terakhir kali kami menemukan jejak mereka di aliran Sungai Yangtze, menyelamatkan korban yang dicegat, lalu melacak ke utara sampai Prefektur Jinan. Ternyata sumber pasokan mereka dari barat laut. Mereka pasti bersembunyi lebih dalam. Paman Kedua, menurutmu apakah kita harus..."
"Tak usah dibahas. Lanjutkan patroli dua minggu. Jika masih tak terdeteksi, kita kembali."
“Kelompok ini benar-benar tidak punya perikemanusiaan, gadis-gadis baik diculik mereka... Pantas saja Erye marah besar, cepat atau lambat pasti akan menangkap ekor rubah mereka.”
“Jangan banyak bicara, pergilah.”
Percakapan samar antara dua orang ini terhenti. Andai bukan karena kedalaman ilmu tenaga dalam Qi Xun yang tak sesuai usianya, mungkin dia tak akan mendengar dialog mereka.
Kini dia baru mengerti mengapa penampilan tukang perahu itu seperti itu.
Yun Erye, Yun Erye...
Bukankah ini Yun Conglong, Ketua Perkumpulan Naga Sungai Yangtze yang tewas dalam konspirasi Yuan Suiyun?
Perkumpulan Naga Sungai menguasai jalur air Sungai Yangtze, setiap hari menyelesaikan berbagai sengketa. Yun Conglong dikenal jujur, hidup sederhana, dan memiliki kecakapan diplomasi luar biasa. Tanpa kemampuan ini, mustahil dia bisa mempertahankan kursi ketua perkumpulan.
Target yang dikejar Yun Conglong dari muara Sungai Yangtze ke utara sampai Prefektur Jinan, lalu ke barat untuk melacak jejak... Hampir bisa dipastikan hanya satu kemungkinan.
Yang ia selidiki mungkin adalah kekuatan Pulau Kelelawar yang saat ini belum sepenuhnya berkembang!
