Membuat nama itu, kalau memang tidak bisa ya tetap tidak bisa. Sun Qingxia toh tidak merasa ada masalah dengan dirinya.
Tapi serangkaian nama yang pernah diucapkan Tuan Ba Wu kepada Qi Xun ini, saat diulanginya kembali kini, membuat Sun Qingxia merasa memang ada yang janggal.
Terutama nama samaran yang belum sempat disebut Qi Xun, pilihannya juga sangat asal-asalan.
Misalnya Sun Gonghong.
Sun Qingxia sendiri sampai terdiam saat teringat lagi.
Dia juga tidak ingat lagi apa yang dipikirkannya saat itu, mungkin nama temannya Gongsun Yangmei dan nama senior yang juga seperti guru baginya, Changsun Feihong, digabungkan bersama.
Sekarang dia merasa nama aslinya yang tertinggal di sana juga tidak masalah, dibandingkan nama samaran tersebut, nama asli terdengar lebih normal.
Lagipula ini bukan dunia asalnya, rasa malu pun tidak akan menyebar kemana-mana.
Setelah pertarungan antara Six and a Half Hall dan Menara Angin Emas di Bianjing, Sun Qingxia membantu Menara Angin Emas dengan senjata api untuk melawan senjata api dari Pilidang Jiangnan di Six and a Half Hall, lalu mengundurkan diri setelah sukses.
Sebagai imbalan, dan karena yang bertahta sekarang bukan Zhao Ji melainkan Wuqing, Changsun Feihong yang dijebloskan ke Penjara Bawah Tanah dengan tuduhan mencoba membunuh kaisar bahkan mendapat gelar "Raja Malang", akhirnya dibebaskan.
Inilah permintaan yang disetujui Sun Qingxia saat itu untuk bekerja dengan Menara Angin Emas.
Sesuai rencana Sun Qingxia, yang harus dia lakukan selanjutnya adalah melunasi hutang budi pada Wen Sibian di ibu kota, kemudian pergi ke Klub Senjata Shandong untuk membantu Changsun Feihong merebut kembali posisi ketua Yiguan Tang.
Tentu saja selama periode ini, Changsun Feihong yang bertahun-tahun tidak melihat matahari, sebenarnya masih membutuhkan bantuan Wen Sibian untuk menetralkan racun aneh yang membuatnya tidak boleh terpapar sinar matahari.
Justru di masa transisi penyangga ini, tiba-tiba pandangannya gelap seketika tanpa alasan yang jelas.
Ketika berhasil pulih dari sensasi pusing yang membuatnya merasa dunia terbalik, dia melihat Qi Xun di hadapannya, dan Di Feijing yang masih seperti hantu bayangan di belakangnya.
"..." Tunggu, situasi apa ini?
Bukannya dia harus kembali ke Istana Air Suci dulu?
Sun Qingxia mengakui bahwa dia telah mengalami banyak badai dan gelombang dalam hidupnya, dan dia adalah seseorang yang bisa berperan sebagai pembunuh maupun pelayan warung tanpa kesulitan. Namun, dia benar-benar belum pernah melihat trik kotor yang tiba-tiba memindahkannya ke tempat lain seperti ini.
Yang lebih menakutkan adalah fakta bahwa sebelumnya dia berada dalam kegelapan malam, bahkan sudah kembali sendirian ke kamar untuk tidur, namun kini dihadapannya terhampar siang yang terang benderang.
Tapi dia tak sempat memikirkan hal itu sekarang. Matanya sudah tertuju pada kondisi khusus Qi Xun di hadapannya.
Rambutnya yang sebelumnya hanya memiliki dua helai uban di pelipis, kini berubah sepenuhnya menjadi putih salju. Situasi ini langsung mengingatkannya pada kasus Wen Sibian.
Sun Qingxia tahu betul, Wen Sibian berani mencoba mengobati penyakit Changsun Feihong sekalipun, tapi tak bisa menyembuhkan penuaan dini yang diidapnya sendiri.
Qi Xun menyerahkan Shenzhao Jing kepada Wen Sibian bukan melalui pertemuan terbuka, apalagi ilmu bela diri ini tidak terlihat secara fisik. Perubahan warna rambutnya dari putih ke hitam tidak terjadi, sehingga Sun Qingxia masih berpegang pada informasi sebelumnya.
Kini tiba-tiba melihat kondisi serupa muncul pada Qi Xun...
Sun Qingxia hanya bisa menduga ini adalah penyakit turunan keluarga Wen She, dan sang adik pun tidak luput darinya.
Maka ketika mendengar klaimnya bahwa "dengan uang cukup akan bisa meracik obat", Sun Qingxia pun mempercayainya sepenuhnya.
Semakin aneh suatu penyakit, semakin banyak percobaan diperlukan untuk memecahkannya. Biaya besar untuk hal ini cukup masuk akal.
Mengapa dia bisa dibawa Qi Xun ke dunia lain? Lebih baik tuduhkan saja pada metode mistis Istana Air Suci.
"Jadi ini alasan Tuan Ba Wu membuka berbagai toko di mana-mana?" Sun Qingxia kembali bertanya saat itu.
Tidak... Sebenarnya mungkin dia hanya sedang tidak ada kerjaan.
Qi Xun tidak bisa menahan diri untuk merenungkan hal ini.
Namun cara berpikir Sun Qingxia seperti ini jelas menguntungkan baginya.
Jadi dia langsung menggunakan gaya penulisan Musim Semi dan Musim Gugur untuk menyatakan persetujuan terhadap dugaan ini dalam dua kalimat,
bahkan menggunakan beberapa kalimat untuk menyesatkan Sun Qingxia agar percaya alasan mengapa dia memilih metode khusus untuk mencapai dunia lain.
Itu sepenuhnya karena di dunia asli yang penuh dengan kekuatan-kekuatan yang saling bersilangan, sangat sulit untuk mendapatkan imbalan seperti ini.
Sun Qingxia sangat setuju dengan pandangan ini.
Setelah memahami latar belakang dunia ini dari penjelasan Qi Xun dan mengetahui rencana darinya, dia semakin merasa penjelasan ini masuk akal.
Di dunia asalnya, pengembangan senjata api "Teng Teng Teng"-nya membuatnya menembus jajaran tinggi Klub Senjata Shandong, sekaligus menyaksikan bagaimana beberapa orang memaksa Changsun Feihong mengundurkan diri demi imbalan kecil.
Dia juga tahu bahwa di dunia asalnya, tidak mungkin ada situasi seperti pertarungan di Puncak Kota Terlarang yang justru dijadikan ajang taruhan di ibu kota, karena Zhuge Shenhou pasti akan membersihkan ketertiban.
Apalagi Sun Qingxia berpikir, jika Qi Xun sudah mendapat cukup uang dan menemukan cara mengatasi penuaan dini, maka Tuan Ba Wu juga akan diuntungkan. Dengan begitu utang budinya akan lunas, sehingga dia merasa harus membantu Qi Xun mencari keuntungan besar.
Sun Qingxia dengan pemikiran seperti ini pantas disebut sebagai Pekerja yang kompeten.
Bahkan mungkin lebih kompeten daripada Chu Liuxiang sebagai Pekerja.
Qi Xun sampai merenung, apakah alasan Sun Qingxia bisa menjadi protagonis seri Wen Lao Mou karena dia termasuk tipe yang mudah dibohongi...
Tapi ini jelas merupakan kabar baik baginya.
Meskipun Sun Qingxia tidak memiliki konsep "cantik, kuat, dan tragis" dalam pikirannya, hal itu tidak menghalanginya untuk memikirkan kata-kata tersebut saat melihat Qi Xun.
Kini, sementara melepaskan diri dari masalah apakah nama itu kuno atau tidak, ia berusaha keras untuk tidak menunjukkan ekspresi terharu saat memandang rambut putihnya, dan melanjutkan bertanya: "Apa rencana selanjutnya Nona Qi?"
"Kita akan mencari Ximen Chuixue," jawab Qi Xun.
Qi Xun semula mengira, karena dia telah ikut campur lebih awal dalam peristiwa Kerajaan Jinpeng dan menyelesaikan masalah Huo Xiu, Du Gu Yihe yang selamat dari bencana itu masih hidup. Sebagai murid Du Gu Yihe, Sun Xiuqing seharusnya tidak terlibat dengan Ximen Chuixue.
Tapi dari penundaan pertarungan pedang di Puncak Kota Terlarang dan rumor terkini di ibu kota, tampaknya perkembangan benih cinta ini tidak terpengaruh oleh kejadian tak terduga yang dia ciptakan.
Maka kedua orang ini selain ikatan buruk, mungkin tidak ada hal lain yang bisa dibicarakan.
Jadi sekarang lokasi Ximen Chuixue pun mudah ditebak.
Qi Xun telah membawa Sun Qingxia menemukan Toko He Fang Zhai di ibu kota.
Ini juga merupakan tempat sementara Ximen Chuixue tinggal di ibu kota.
Tak ada yang menyangka Ximen Chuixue akan tinggal sementara di halaman belakang toko kue seperti ini.
Empat pintu toko yang terbuka dipadukan dengan papan nama besar bertuliskan "He Fang Zhai" berwarna emas, membuat toko kue ini terlihat sangat layak sebagai Lao Zi Hao.
Seperti diketahui umum, Ximen Chuixue tinggal di Perbukitan Wanmei, bukan penduduk asli ibu kota, maka secara logis seharusnya dia tidak memiliki toko kue seperti ini di ibu kota.
"Serbu masuk?" Sun Qingxia memandang toko yang ramai pengunjung di hadapannya, bertanya.
"Tentu saja dengan memanjat tembok."
Meski mereka datang untuk membuat masalah, Qi Xun tidak berniat mengganggu pembeli kue. Alih-alih menerobos pintu belakang toko menuju halaman, dia langsung mengajak Sun Qingxia memutar dan melompat masuk dari pintu belakang.
Kalau bukan karena Qi Xun sekarang menguasai tanah Wuzheng Villa beserta taman megah hasil renovasi bertahun-tahun, mungkin dia akan merasa iri saat menginjakkan kaki di rumah tradisional ibu kota ini.
Katanya ahli pedang itu selalu miskin, tapi kenapa kamu Ximen Chuixue berbeda?
Oh ya, bukan cuma Ximen Chuixue, Ye Gucheng bahkan punya pulau dan kota sendiri.
Qi Xun menepuk bahu Sun Qingxia si pendekar pedang miskin tulen sebagai bentuk hiburan, hanya mendapat tatapan bingung yang tak memahami maksudnya.
Dia juga tidak menjelaskan pada Sun Qingxia, hanya langsung melewati pohon delima dan osmanthus di taman, melangkah melewati hamparan bunga krisan awal yang baru bermekaran beberapa rumpun, hingga tiba di paviliun segi enam di tengah taman.
Ximen Chuixue sedang berada di paviliun, bersama istrinya Sun Xiuqing.
Mungkin karena tidak terbebani stigma "meninggalkan Sekte Emei setelah kematian Shifu (Guru) lalu menikahi Ximen Chuixue", sifat asli Sun Xiuqing yang ceria dan lugas terpancar jelas dari sorot matanya yang penuh kejernihan.
Kekhawatiran akan duel maut yang semakin dekat hampir tak terlihat di wajahnya. Mungkin karena Ximen Chuixue sudah menjelaskan konsekuensi "kalah berarti mati", sehingga ia memilih untuk tidak larut dalam kesedihan.
Apalagi kini ia sedang hamil, kondisi yang tidak cocok untuk gejolak emosi berlebihan.
Adapun Ximen Chuixue——
Pada kunjungan sebelumnya ke dunia ini, Qi Xun tidak pernah bertemu dengannya, sehingga tidak bisa membandingkan perbedaan sebelum dan sesudah pernikahannya. Dia hanya bisa merasakan bahwa dibandingkan dengan kabar Jianghu yang menyebutkannya dingin seperti es, kini dia memiliki sisi kemanusiaan.
Mungkin karena alasan inilah, ketika menyadari wilayahnya dimasuki orang, Ximen Chuixue tidak langsung menghunus pedang. Diam-diam dia menghalangi Sun Xiuqing yang ada di belakangnya.
"Tuan memiliki kabar yang sangat cepat." Suara dingin Ximen Chuixue menggema.
Dengan kedok Toko Hefangzhai yang menjual kue manis - sesuatu yang kontras dengan citra Ximen Chuixue - bahkan Lu Xiaofeng dengan jaringan informasinya yang luas dan koneksi seperti Dazhi Datong pun tak bisa melacaknya. Tapi ternyata masih ada yang berhasil menemukannya.
Hanya saja orang ini tampaknya tidak seperti para pencarinya yang lain, yang tujuannya adalah memastikan apakah dia punya keyakinan bisa mengalahkan Ye Gucheng.
Pandangannya tertahan sejenak pada tangan yang memegang pedang, lalu beralih ke pedang di punggungnya, baru kemudian dia berkata: “Aku pernah mendengar tentang pedangmu, juga tentang pertarungan yang kau janjikan dengan Ye Gucheng.”
“Gadis ini boleh berbicara langsung.” Ximen Chuixue berkata.
“Orang yang menekuni ilmu dan orang yang berlatih ilmu pedang itu mirip, pagi mendengar kebenaran malam mati pun tak masalah, bukankah begitu?” Qi Xun bertanya.
Ximen Chuixue: “Benar.”
“Kesempatan untuk bertarung dengan Tuan Kota Awan Putih, Tuan Zhuang Ximen tak ingin melewatkannya, temanku juga tak ingin melewatkannya.”
Ucapan Qi Xun ini membuat alis Ximen Chuixue berkerut tipis, tapi dia tidak alur pembicaraannya yang terus berlanjut.
“Pendekar pedang terhebat di dunia ini paling takut tidak memiliki lawan yang sesuai. Pertarungan antara Tuan Kota Baiyun dan Tuan Zhuang Ximen pasti akan berakhir dengan kematian salah satu pihak. Yang bertahan hidup mungkin sulit meraih kemenangan dan meninggalkan luka yang mempengaruhi ilmu pedang, atau benar-benar mendapatkan kesempatan breakthrough dalam Jalan Pedang, namun sudah mencapai lapisan berikutnya.”
“Kebetulan sekali, teman saya ini juga sedang dalam masa kemacetan dalam latihan ilmu pedang, jadi——”
“Tuan Zhuang Ximen, apakah kalian keberatan menambahkan satu orang lagi dalam diskusi pedang?”
“……”Apakah pertarungan pedang bisa sembarangan menambah peserta?
Ximen Chuixue meragukan pendengarannya sendiri.
Mungkin dia yang tidak normal atau lawan bicaranya yang tidak waras.
Tapi Qi Xun justru menatapnya dengan tenang, sementara Sun Qingxia di sampingnya yang bahkan pernah mengalami perpindahan dunia pun tidak merasa masalah dengan label "perkembangan ilmu pedang mencapai masa kemacetan" yang diberikan padanya.
“Jika Tuan Zhuang Ximen merasa teman saya tidak layak, silakan uji kemampuannya. Jika kau berhasil membunuhnya dengan satu tusukan pedang, kebetulan saya di sini bisa menjadi pengurus jenazahnya.”
Qi Xun tidak membuat keputusan ini secara sembarangan.
Dia percaya pada ilmu pedang Sun Qingxia.
Sun Qingxia yang terkenal dengan 33 Jurus Pedang Melambung, paling cocok bertarung di lingkungan yang benar-benar terbuka. Bahkan cara menggunakan pedangnya adalah "setiap jurus harus dimulai dengan pedang mengarah ke langit, atau ditutup dengan mengarah ke langit" (*), sehingga dijuluki Pedang Menghadap Langit.
Saat pertama kali bertemu Sun Qingxia di warung teh Bengdawan, Qi Xun bisa mengalahkannya karena memanfaatkan ruang gerak pedangnya yang terbatas dan keengganannya merusak warung teh itu, sama sekali bukan pertanda ilmu pedang Sun Qingxia lemah.
Sun Qingxia yang bisa menahan serangkaian misi pemburuan Shen Qiang Hui setelah keluar dari organisasi itu, bertarung melawan Raja Selatan, mengalahkan Panggil Tianwang, bahkan dalam kisah asli seharusnya menjadi kontribusi penting bagi Qi Shaoshang setelah menggantikan Menara Angin Emas dalam menghadapi Tianxia Di-Qi, Luo Shuijiao, dan Six and a Half Hall. Apalagi dia hidup di dunia Shuo Yingxiong yang lebih tinggi tingkat seni beladirinya dibanding dunia Lu Xiaofeng. Pedangnya sama sekali tidak kalah dengan Ximen Chuixue.
Bagaimanapun, dia adalah teman kakak kandungnya. Qi Xun belum ada rencana untuk membiarkan Sun Qingxia menyerahkan diri pada kematian.
“Bagaimana pendapat Tuan Zhuang Ximen?”
Ucapan Qi Xun ini sungguh membuat Ximen Chuixue kesulitan mengutarakan alasan penolakan.
Maksudnya sudah sangat jelas: Jika kemampuan Sun Qingxia pantas untuk bertarung dengan Ximen Chuixue, kali ini hanya konfirmasi kualifikasi, pertarungan sesungguhnya tetap pada 15 September.
Rencana penguluran waktu pertarungannya sebenarnya untuk merencanakan pengaturan bagi istrinya, sama sekali tidak terpengaruh.
Dan jika kemampuan Sun Qingxia tidak memadai, maka Ximen Chuixue bisa langsung menebasnya di tempat ini. Seperti yang dikatakan Qi Xun, dia akan mengurus jenazahnya.
Di zaman sekarang, orang-orang Jianghu yang memiliki kesadaran seperti ini memang sudah jarang.
Ximen Chuixue tidak merasa tantangan Sun Qingxia kali ini bertujuan untuk mengincarnya.
Pendekar pedang yang seumuran dengannya ini memancarkan ketajaman yang tak terbendung di sorot matanya, ditambah sikap keras kepala yang tak mau dikungkung aturan duniawi. Orang seperti ini pasti enggan menggunakan cara kotor.
Orang seperti ini sangat cocok dijadikan lawan, terutama dalam hal kemajuan ilmu pedang.
Alasan Qi Xun memilih Sun Qingxia sebagai pendukung pertarungan memang karena ini.
Dia sepenuhnya bisa memanfaatkan karakternya sendiri sebagai alasan tambahan untuk meyakinkan Ximen Chuixue.
"Sepertinya tidak ada alasan untuk menolak." Ximen Chuixue tidak berlama-lama merenungkan hal ini.
Dibandingkan dengan situasi di mana dia sudah bersiap untuk diinterogasi secara tidak langsung, pendekatan langsung Qi Xun dan Sun Qingxia yang terbuka justru lebih sesuai dengan seleranya.
Setelah mengucapkan kata "baik" itu, Ximen Chuixue mencabut pedangnya.
Pedang tua berpamor gelap itu mengeluarkan suara dering halus saat terhunus dari sarungnya.
Hembusan angin dari pedang itu membawa hawa dingin yang seolah menyapu sisa panas akhir musim panas.
"Pedang ini adalah senjata pamungkas di dunia, panjangnya tiga chi tujuh cun, berat bersih tujuh kati dua belas tael." (*)
Jika yang dihadapi adalah Ye Gucheng atau pendekar pedang lain yang mengikuti aturan, pasti akan memuji "pedang bagus". Tapi Sun Qingxia yang tidak normal ini hanya mengangguk: "Cukup."
Sebagai balasan, dia pun perlu memperkenalkan pedangnya sendiri.
"Pedang ini bernama Chaotian, panjangnya tujuh chi tiga cun..."
Saat Sun Qingxia mengatakan ini, tiba-tiba ia merasa perbedaan panjang dua pedang ini terlalu mencolok. Satu tiga chi tujuh cun, satu lagi tujuh chi tiga cun, terdengar seperti sengaja mencari masalah.
Tapi kini kedua pedang sama-sama mengarah ke lawan masing-masing, dan siapa pun bisa melihat bahwa panjang yang disebutkannya bukanlah kebohongan.
"Tuan Zhuang Ximen, mari kita mulai." Sun Qingxia malas memusingkan hal sepele. Setelah menyadari ini, ia melemparkan qin Jiao Wei di punggungnya ke Qi Xun agar tidak mengganggu serangannya.
Pedang Chao Tian □□ yang terlalu panjang ini, di tangannya tak berbeda dengan pedang pendek biasa.
Dan taman luas ini sama sekali tak memiliki penghalang baginya.
Cahaya pedang seperti kilat, tapi yang lebih cepat mencapai depan Ximen Chuixue adalah energi pedang yang melesat darinya!
Sorot mata Ximen Chuixue berbinar, "Pedang yang bagus!"
Bukan hanya pedangnya, tapi juga pendekar pedang yang luar biasa!
Qi Xun bersyukur Ximen Chuixue tidak mempermasalahkan tamannya dirusak orang.
Senjata paling menghancurkan milik Sun Qingxia, "Teng Teng Teng", kini berada di tangannya. Namun hal ini tidak mengurangi kecepatan pedangnya yang bergerak cepat seperti angin. Energi pedang vertikal yang penuh kekuatan penghancur dan penetrasi ini, justru mencari keteguhan mutlak layaknya pedang di ujung cakrawala.
Pedang Ximen Chuixue memang sama cepatnya, namun sama sekali tidak memiliki gaya tusukan pedang yang secara esensi lebih mendekati kegilaan seperti milik Sun Qingxia.
Paviliun segi enam yang berdekatan dengan tembok pagar ini menjadi saksi. Begitu energi pedang Sun Qingxia dilepaskan, takkan ada penarikan kembali. Satu sabetan pedang ini menyapu bersih rerumputan, namun yang lebih mengerikan - angin pedang yang sunyi itu langsung melubangi tembok pagar.
Toko He Fang Zhai milik Ximen Chuixue memang terletak di pusat keramaian. Jika sebelumnya ada keuntungan "bersembunyi dalam hiruk-pikuk", kini tembok yang runtuh itu langsung membuat pejalan kaki mengenali salah satu dari dua petarung ini sebagai Ximen Chuixue!
"Ximen Chuixue ada di sini!" Teriak seseorang tiba-tiba, menarik lebih banyak orang.
Namun cahaya pedang yang semakin panjang ini memantulkan sinar matahari yang berkilauan, dari bawah reruntuhan
retakan tembok halaman yang roboh, hampir membelah para penonton yang ingin mendekat, membuat orang-orang persilatan yang mengerumuni hanya berani melihat dari kejauhan.
Chunhua Lou dan He Fang Zhai tidak berada dalam arah yang sama dengan ibu kota.
Urusan Qi Xun yang mengajak Sun Qingxia berjudi di Chunhua Lou belum sampai ke telinga orang sini. Para pengamat hanya merasa ilmu pedang Ximen Chuixue memang sesuai reputasinya, sementara rumor tentang ketakutannya bertarung lebih dianggap sebagai kabar yang tak bisa dipercaya.
Tapi, siapa sebenarnya orang yang sedang bertarung dengannya ini?
Jurus pedang Sun Qingxia yang penuh semangat membuatnya terlihat lebih dominan. Namun karena kedua pihak sejak awal berniat menghentikan pertarungan tepat pada batas, pertemuan ini tentu tak bisa disebut sebagai pertaruhan nyawa.
Tapi meski begitu, tidak semua orang bisa menciptakan situasi seperti ini saat berhadapan dengan Ximen Chuixue.
Orang-orang yang menyaksikan pertarungan itu melihat, di tengah pertempuran pedang yang tiba-tiba memanas, Qi Xun dan Ximen Chuixue secara mòqì menarik gerakan secara bersamaan. Keduanya memasukkan pedang kembali ke sarungnya.
Ini jelas merupakan sinyal gencatan senjata sementara dengan hasil imbang.
"Kau memang layak." Ekspresi Ximen Chuixue tetap tenang, tapi hanya Qi Xun dan Sun Qingxia yang sama-sama ahli pedang di hadapannya yang bisa melihat secercah kepuasan di wajahnya.
"Maksud Tuan Zhuang Ximen adalah..."
"Jika tidak ada halangan lain, aku akan menantimu di Puncak Kota Terlarang." Ximen Chuixue memberikan jawabannya.
"Baik, sampai jumpa nanti." Qi Xun mengulang kalimat yang pernah diucapkannya di Chunhua Lou sebelumnya. Dengan angkuh ia membawa Sun Qingxia keluar melalui tembok halaman yang rusak, bahkan sempat berpapasan dengan para pengganggu yang mengerumuni area tersebut.
Mengingat gaya bertarung Sun Qingxia yang ganas tadi, tak ada yang cukup nekat untuk menghalangi jalan mereka.
“Dan orang-orang yang membuka jalan ini pun menyaksikan gadis berambut putih dan baju biru itu, bersama pendekar pedang berjubah putih salju di sisinya, menghilang di ujung jalan.”
“Setelah mereka sadar kembali, barulah mereka menyadari bahwa Ximen Chuixue sudah tidak ada di tempat ini lagi, entah ke mana ia pergi bersama istrinya.”
“Tadi itu siapa…?”
“Tanya saja di ibu kota, pasti tahu! Orang seperti itu pasti bukan orang sembarangan!”
“Nama tambahan dalam taruhan Chunhua Lou segera dikaitkan dengan pendekar pedang berjubah putih salju ini.”
“Kabar tentang seri antara Tuan Zhuang Perkebunan Wanmei dengan pendekar bernama norak Sun Qingxia menyebar ke seluruh ibu kota kurang dari setengah jam, mengingat pertarungan di Puncak Kota Terlarang memang menjadi sorotan utama dunia persilatan.”
“Bersamaan dengan itu, tersiar kabar bahwa Ximen Chuixue setuju untuk melibatkan Sun Qingxia dalam pertarungan ini.”
Dia bukan Ye Gucheng, dalam pertempuran puncak ini tidak ada makna politik tambahan, hanya merasa ini adalah kesempatan baik untuk membuat terobosan dalam jalan pedang.
Sun Qingxia juga membuktikan dengan kemampuan nyata bahwa dirinya memang layak menjadi lawannya.
Jadi mengapa harus menolak seseorang yang menggunakan 33 Jurus Pedang Melambung bagai pedang langit yang ingin menghancurkan rintangan di jalan pedang?
Meski Ximen Chuixue dingin dan sedikit bicara, dia bisa membaca karakter lawan. Sifat pantang mundur Sun Qingxia sudah terlihat jelas dalam puluhan jurus pertarungan singkat.
Walau keduanya belum mengeluarkan kemampuan sepenuhnya, Ximen Chuixue sudah yakin ini memang peserta yang memenuhi syarat untuk pertempuran di Puncak Kota Terlarang.
"Ximen Chuixue tidak sengaja mengalah, kan?" Begitu bertemu Li Yanbei, Lu Xiaofeng langsung mendengar pertanyaan ini.
Lu Xiaofeng merasa temannya ini benar-benar unik.
Beberapa hari terakhir, semakin banyak orang yang bertaruh pada kemenangan Ye Gucheng, tapi dia sama sekali tidak menunjukkan kecemasan dan tetap mempertahankan kebiasaan berjalan seperti biasa.
Kini muncul peserta baru, justru dia mulai khawatir.
Jika Li Yanbei tahu pikiran Lu Xiaofeng ini, mungkin hanya akan berkata: "Intuisiku hanya mengatakan Ye Gucheng akan kalah, bukan Ximen Chuixue yang akan menang. Bagaimana jika pemenangnya justru orang baru ini?"
Ini benar-benar hal yang tidak pasti.
Namun hingga kini, yang memasang taruhan pada kemenangan Sun Qingxia masih hanya Qi Xun seorang.
Aturan taruhan adalah menyetor tael perak sesuai jumlah taruhan di Four Great Heng Banks sebagai saksi. Selain
melempar perak ke piringan baru yang melanggar aturan, Qi Xun juga menyetor 300.000 Tael di bank ini sebagai modal taruhan yang sesungguhnya.
Selain Du Tongxuan dan Li Yanbei yang mempertaruhkan nyawa dan harta mereka, bagi sebagian besar orang lain, 300.000 tael sudah merupakan taruhan yang besar, sekaligus menunjukkan keyakinan yang kuat terhadap orang yang mereka dukung.
Namun meski berpikir demikian, untuk sementara belum ada yang berani mengikuti tren tersebut.
"Menurutmu apakah Ximen Chuixue tipe orang yang akan memberikan kelonggaran?" Lu Xiaofeng menggelengkan kepala menjawab pertanyaan Li Yanbei ini.
Li Yanbei juga bukan tidak tahu hal ini.
Tapi fakta bahwa Ximen Chuixue tiba-tiba bertarung dengan seseorang dan mengakui kekuatan lawannya sambil menunda waktu duel terakhir, tetap membuat Li Yanbei merasa situasi sedang berlari kencang seperti kuda liar yang lepas kendali ke arah yang sama sekali tidak dia duga.
Karena itu dia masih tak bisa menghindari argumen ngotornya, "Lihatlah Sun Qingxia, nama Sun Xiuqing - siapa tahu apakah pemuda ini adalah ipar laki-laki Ximen Chuixue? Jika Ximen Chuixue ingin membangun popularitas untuk iparnya sendiri, bukankah itu mungkin saja?"
Meskipun kabar Sun Xiuqing meninggalkan Emei dan menikahi Ximen Chuixue tidak tersebar luas di Jianghu, Li Yanbei yang berani mempertaruhkan 30 rumah peristirahatan bersama 600.000 tael perak pasti telah menyelidiki semua detail situasi.
"Berani kau mengucapkan kata-kata ini di hadapan Ximen Chuixue?" tanya Lu Xiaofeng sambil terkekeh.
"......" Li Yanbei menatap Lu Xiaofeng dalam diam dengan mata berkantung hitam dan penuh urat darah.
Dia tidak berani.
Kuota Ximen Chuixue membunuh empat orang per tahun masih belum terpenuhi di tahun ini.
Li Yanbei yang telah kokoh berdiri di ibu kota sejak sepuluh tahun lalu, meski tidak melakukan bisnis kotor seperti Du Tongxuan, tetap memiliki beberapa transaksi yang tidak bisa terpapar cahaya.
Meminta konfirmasi ke Ximen Chuixue apakah Sun Qingxia adalah iparnya atau mempertanyakan apakah ada kelonggaran dalam pertarungan di He Fang Zhai kemarin, sama saja dengan menghadap langsung sambil berkata "Silahkan tebas saya sekarang".
“Lupakan, tidak usah ditanya lagi.” Li Yanbei berbaring kembali di kursi goyangnya.
Ia terlalu lama memikirkan masalah ini sampai tidak bisa tidur, kini setelah harapannya ditumpas langsung oleh Lu Xiaofeng, rasa kantuknya baru terasa.
“Lagipula aku belum benar-benar bangkrut, persetujuan Ximen Chuixue saja tidak cukup.”
“Jika lawan yang diakui oleh Ximen Chuixue, kemungkinan besar Ye Gucheng juga akan mengakuinya.” Tanpa ragu Lu Xiaofeng kembali menghantam Li Yanbei.
“Yang kumaksud bukan Ye Gucheng.” Li Yanbei menutup matanya, masih berharap bisa tidur sebentar lagi, “Yang kumaksud adalah Kaisar saat ini.”
Pertarungan Ye Gucheng dan Ximen Chuixue di Puncak Kota Terlarang sebenarnya sama dengan menantang kekuasaan kerajaan.
Namun kaisar muda ini sepertinya juga tidak ingin pertarungan dua pendekar pedang terhebat di dunia ini gagal. Bahkan melalui empat pendekar istana, dia secara tersirat menyatakan bahwa dirinya tidak terlalu keberatan menyerahkan tempat ini, dengan syarat mereka tidak boleh datang terlalu banyak orang.（*）
Wei Ziyun Sang Pendekar Pedang Xiaoxiang, Tu Fang Sang Elang Gurun Pasir, Yin Xian Sang Pedang Kemakmuran, Ding Ao Sang Penangkap Bintang—empat pendekar istana F4 ini telah menjalin hubungan dengan Lu Xiaofeng saat menangkap Huo Xiu dan mengejar Shangguan Feiyan, sehingga membocorkan informasi ini.
Saat ini aturan spesifik yang membatasi jumlah pengunjung masih belum diumumkan. Namun Li Yanbei yang mendapat kabar dari Lu Xiaofeng merasa, seleksi itu mungkin tidak akan mudah.
Pasukan Penjaga Istana sebenarnya bisa mengandalkan strategi mengerahkan pasukan dalam jumlah besar untuk mengalahkan pendekar-pendekar terhebat saat ini, tetapi semakin banyak orang, semakin sulit mengontrol situasi.
Jika pada saat genting ini muncul seorang pendekar misterius yang tidak diketahui latar belakangnya, situasi ini mungkin tidak akan bisa diterima oleh mereka.
Meskipun dua dari Empat Pendekar Istana adalah ahli pedang, dan mereka memang ingin menyaksikan pertarungan puncak antara maestro pedang terhebat di dunia, namun jika gagal mengendalikan situasi hingga membahayakan keselamatan Kaisar saat ini, hal itu akan menjadi urusan mematikan yang berisiko kehilangan kepala bagi mereka.
Pertarungan pedang masih bisa disaksikan di kesempatan lain, nyawa hanya ada satu. Tak ada yang akan membuat pilihan salah dalam pertimbangan seperti ini.
Li Yanbei merasa dirinya masih bisa bertahan hidup.
Seandainya Kaisar melarangnya bertanding di Puncak Kota Terlarang, maka persetujuan dari Ximen Chuixue pun tak akan berguna.
Bisnis yang ingin mengambil keuntungan dari kedua belah pihak melalui opsi ketiga ini, bukanlah perkara mudah.
Tentu bahkan Li Yanbei harus mengakui, jika Qi Xun benar-benar meretas jalan berdarah dengan kemampuannya sendiri, menjadikan Sun Qingxia sebagai salah satu peserta dalam pertarungan puncak di Kota Terlarang, dan benar-benar mengalahkan Ximen Chuixue serta Ye Gucheng secara bersamaan, maka klaimnya untuk mengambil keuntungan dari kedua belah pihak bukanlah tanpa dasar.
Hanya saja terlalu banyak masalah yang masih harus dia selesaikan.
Terutama seperti yang dia katakan tentang Kaisar saat ini.*
Qi Xun sebenarnya juga berpikir demikian.
Jadi setelah menemui Ximen Chuixue, dia langsung membawa Sun Qingxia menghadap kaisar.
Qi Xun selalu orang yang sangat efisien.
Dia juga tidak lupa bahwa empat setengah tahun sebelumnya (setengah tahun sebelumnya dalam timeline dunia ini), dia pernah mengunjungi Kaisar Muda ini.
Bahkan untuk menutupi keterbatasan kemampuan bertarungnya saat itu, dia memainkan sandiwara menyamar sebagai dewa.
Tapi kali ini dia tidak berniat melakukannya lagi.
Adapun apakah orang akan menyadari hubungan antara kedua peristiwa ini——
Qi Xun dari empat setengah tahun lalu yang menyamar sebagai dewa, apa hubungannya dengan Qi Xun empat setengah tahun kemudian ini?
Lagipula, yang dia bawa untuk membantu bukanlah Chu Liuxiang melainkan Sun Qingxia. Bahkan pakaiannya sendiri sudah berubah dari busana siswa inti Istana Air Suci menjadi busana Putri Muda Istana Air Suci. Ini memberi dua alasan lagi untuk menyangkal hubungan tersebut.
Alasan lain yang tidak bisa terus menggunakan pendekatan sebagai makhluk surgawi adalah, berdasarkan pemberitahuan sistem saat poin hubungan baik Wuqing mencapai 40 sebelumnya, jika Qi Xun ingin membangun anchor point di dunia dungeon 【Puncak Kota Terlarang】, dia harus meningkatkan poin hubungan baik Kaisar Zhu Tang.
Dalam kondisi seperti ini, dia tidak boleh menjadi dewa, melainkan lebih sebagai seseorang yang bisa memberikan bantuan nyata bagi kaisar yang berwawasan ini.
Terhadap rasa takjub pada makhluk surgawi, Qi Xun sudah melihat hasilnya di dungeon sebelumnya.
Kaisar Zhu Tang mungkin berterima kasih atas informasi yang dia berikan, bahkan menawarkan imbalan seperti membuat arca emas dan persembahan buah/dupa, tapi poin hubungan baik tidak akan meningkat.
Untungnya, meski tidak menggunakan efek visual kembang api yang bertentangan dengan logika umum, dengan kemampuan Qi Xun dan Sun Qingxia, menyusup tanpa memancing perhatian pasukan penjaga istana maupun ahli bela diri istana sama sekali bukan masalah.
Qi Xun dengan tenang menghadapi pandangan sekitarnya, memesan sehidangan makanan dan minuman di restoran, menikmati dua gelas anggur dengan lauk daging kenari tumis bawang prei dan bebek panggang potong kecil.
Sun Qingxia juga tidak terlalu memperhatikan pandangan sekitar, menerima isyarat dari Qi Xun bahwa urusan baru bisa ditangani setelah kenyang, bertingkah dengan sangat santai.
Bagi mereka yang mencoba mendapatkan informasi dari keduanya, sikap tenang ini seolah menunjukkan keyakinan penuh akan kemenangan.
Namun ketika malam tiba, semua orang kehilangan jejak keberadaan kedua orang ini.
Karena mereka telah menyusup diam-diam ke dalam istana terlarang.
Kunjungan terakhir Qi Xun ke tempat ini di awal musim semi, kini di penghujung musim panas menjelang gugur, genteng kaca berlapis emas dan perak di atap istana masih persis seperti yang dilihatnya dulu.
Setelah menjelajahi beberapa dungeon, melihat istana Dinasti Yuan dan istana Dinasti Song, Qi Xun merasa pemandangan di hadapannya lebih sesuai dengan selera estetikanya.
Dia memimpin Sun Qingxia mendarat tanpa suara di Ruang Studi Selatan.
Wei Ziyun yang berjaga di Ruang Studi Selatan yakin bisa menjamin tidak akan ada seekor lalat pun mengganggu Kaisar Zhu Tang yang sedang memeriksa laporan, tapi tak menyangka keduanya lolos.
Hanya Kaisar Zhu Tang seorang di dalam ruangan.
Kaisar muda yang cukup percaya diri dalam urusan pemerintahan ini, meski telah mengisi kas negara dengan menggulung operasi Gedung Qingyi dan aset Huo Xiu, masih punya banyak urusan pelik.
Kebijakan negara tak bisa dijalankan hanya dengan uang, apalagi uang tak pernah cukup. Saat ia asyik dengan laporan di depannya, tak terasa dua sosok telah muncul tiba-tiba.
Sampai tiba-tiba ia menyadari bayangan menghalangi sedikit cahaya lilin di hadapannya, barulah dia refleks mengangkat kepala. Dua tamu tak diundang yang tiba-tiba muncul hampir membuatnya kaget.
Karena warna rambut Qi Xun yang unik, pandangan kaisar langsung tertuju padanya. Matanya yang tajam segera menangkap
kemiripan wajahnya dengan "peri kecil" dari setengah tahun lalu.
Tidak... mungkin ini hanya kebetulan belaka.
Pertama, Qi Xun tidak muncul dengan efek dramatis seperti dulu. Kedua, legenda selalu menyebut "satu hari di surga setara setahun di bumi", bukan sebaliknya "setengah tahun di bumi sama dengan lima enam tahun di surga".
Setelah menyadari hal ini, Zhu Tang segera menyimpan kecurigaannya.
Ia bukanlah kaisar yang mudah kehilangan wibawa dan kesantunan.
Meskipun kedua orang di hadapannya jelas-jelas adalah petualang Jianghu, qin yang dibawa di punggung tak bisa menyembunyikan kenyataan bahwa pedang mereka lebih tinggi dari badan manusia, dan jika mereka berniat membunuh, pasti bisa menyelesaikannya sebelum Kaisar sempat memanggil pengawal istana, sang Kaisar tetap tak menunjukkan ekspresi panik sedikitpun.
"Mengapa kalian datang tanpa diundang?"
Zhu Tang meletakkan kuas merahnya dengan tenang, lalu bertanya.
Sun Qingxia mengira Qi Xun akan bertindak seperti saat mendatangi Ximen Chuixue—langsung menyatakan tujuan datangnya untuk mendapatkan perintah lisan dari Kaisar Muda mengizinkan pertarungan di Puncak Kota Terlarang. Namun kenyataannya, Qi Xun tak berniat melakukannya.
Izin semacam ini tak pantang keluar dari mulut sang kaisar.
Dia boleh memberi isyarat samar kepada bawahannya tentang kelonggaran aturan ini, tapi tak boleh mengatakannya secara gamblang.
Kalau tidak, "melakukan tindakan ksatria yang melanggar hukum dengan kekuatan martial" akan menjadi sesuatu yang terang-terangan, bahkan membuat orang berpikir bahwa sang kaisar ini mudah ditindas.
Jadi Qi Xun tidak datang untuk meminta izin ini, dia datang untuk menjalin persahabatan.
Dia menjawab, "Aku dengar masakan di istana berbeda dengan masakan rakyat. Ada sebuah cerita yang menyebutkan hidangan legendaris bernama Yuan Yang Wu Zhen Kuai ( merpati mandarin), benarkah hidangan seperti itu ada?"
"......" Kaisar Zhu Tang terdiam sejenak.
Alasanmu menerobos istana ini... sangat tidak sesuai prosedur...
Tapi Kaisar Zhu Tang bukan orang biasa. Setelah merenung sejenak, dia menjawab, "Jika nama itu ada, maka hidangan itu bisa ada."
Qi Xun menepuk tangan sambil tertawa, "Kalau begitu, mohon Tuan berikan harga."
Dia akan membayar (menyuap) uang (kecil) untuk (kaisar) hidangan ini dengan merampok orang lain.
