Bab 75 Puncak Kota Terlarang 06

　　Ye Gucheng menghentikan langkahnya. 　　Awalnya ia melangkah di atas kelopak bunga, membuat semua orang yang melihat merasa ini adalah pemandangan penuh aura surgawi. 　　Terutama hujan bunga yang masih terus turun di udara, menambah nuansa romantis yang meski kurang cocok untuk seorang pendekar pedang, tapi sangat sesuai dengan sosok Ye Gucheng. 　　Tapi dengan iringan kuaiban ini, tiba-tiba suasana menjadi tidak karuan. 　　Bukan hanya Ye Gucheng, bahkan Lu Xiaofeng yang berada di Chunhua Lou bersama Li Yanbei tak kuasa menahan diri untuk menoleh ke arah sumber bunyi kuaiban. 　　Siapa jenius yang tiba-tiba memberikan iringan musik seperti ini? 　　Pada masa Dinasti Ming, kuaiban telah berkembang menjadi alat yang digunakan pengemis jalanan untuk pertunjukan. 　　Namun meskipun mereka mengaku bahwa leluhur penggunaan kuaiban adalah Kaisar Hongwu di masa lalu, tampaknya tidak ada niatan untuk tampil di mana-mana di ibu kota. 　　Lu Xiaofeng bukan tidak pernah melihat alat ini, tapi dia tahu betul apakah seharusnya benda ini muncul di depan Chunhua Lou... 　　Matanya langsung mengenali sosok yang sedang memukul kuaiban di jalanan itu - orang yang menambahkan musik latar yang sangat konyol pada penampilan Ye Gucheng. 　　Itu pasti Sikong Zhaixing! 　　Lu Xiaofeng memang punya cara khususnya sendiri untuk mengenali Sikong Zhaixing. 　　Kini anak ini entah kenapa tiba-tiba nekat, sengaja membuat Ye Gucheng tersinggung dengan cara seperti ini tepat saat sang pendekar muncul. 　　Yang membuat Lu Xiaofeng semakin yakin bahwa level nekatnya Sikong Zhaixing naik ke tingkat lebih tinggi adalah ketika dia melihat - persis saat Ye Gucheng menoleh ke arah Sikong Zhaixing - si tukang onar ini tiba-tiba bersiap untuk berbicara. 　　Kemampuan mulut Sikong Zhaixing dalam membuat orang kesal, Lu Xiaofeng sendiri sudah mengalami berkali-kali. Baik kelincahan bicara maupun tingkat sindirannya bisa dibilang kelas satu. 　　Jika ditambah dengan kuaiban, Lu Xiaofeng hampir sangsi apakah dia bisa sukses menduduki puncak daftar target pembunuhan di hati Ye Gucheng. 　　Tentu saja soal ada tidaknya daftar seperti itu di sini sang Tuan Kota Awan Putih ini adalah cerita lain. 　　Sikong Zhaixing, kau benar-benar luar biasa! 　　Diiringi suara kuaiban ini, bahkan Tuan Tang Tianrong dari Tang Men yang berada di lokasi, menyimpan kembali tangannya yang tadinya hendak meraih kantong senjata tersembunyi berbahan kulit macan di pinggangnya. 　　Sejak melihat kemunculan Ye Gucheng tadi, dia sudah punya firasat tidak baik. 　　Kehadiran Ye Gucheng yang utuh berarti reputasi senjata rahasia Tang Men yang katanya tak terbantahkan telah runtuh. 　　Untuk mempertahankan nama besar senjata rahasia Tang Men, seharusnya dia bertindak, hanya saja dia juga tahu dirinya mungkin bukan lawan Ye Gucheng. 　　Kini ada orang yang lebih dulu nekat melawan arus, Tang Tianrong sendiri jadi bisa menghemat tenaga. 　　Bagaimanapun, jika ada yang bertanya nanti, dia bisa bilang saja bahwa dirinya tidak sempat bereaksi. 　　Tang Tianrong memberikan alasan untuk dirinya sendiri dan merasa itu sangat masuk akal. 　　Memang bukan dia pemeran utama di tempat ini. 　　Ye Gucheng telah memandang ke arah Sikong Zhaixing dengan tatapan dingin. 　　Kemarahan di wajahnya yang memancarkan kewibawaan dan aura dewa turun ke bumi ini terasa jauh lebih menggentarkan dibanding orang biasa. 　　Ditatap dengan pandangan seperti ini, meski Sikong Zhaixing sudah mempersiapkan diri, punggungnya tetap merasakan hawa dingin. 　　Dalam kasus Perampok Bordir sebelumnya, Sikong Zhaixing pernah mendengar dari Lu Xiaofeng tentang kabar kemunculan Ye Gucheng di Istana Pangeran Nanping. 　　Dia juga tahu bahwa bahkan "Jari Sakti" Lu Xiaofeng pun hanya bisa menahan satu tuskan pedang Ye Gucheng dengan susah payah. 　　Lari mungkin masih bisa dia lakukan, tapi menahan pedang? Jangan harap. 　　Hampir tepat sebelum menyadari niat Ye Gucheng untuk menyerang, dia telah memutuskan permainan kuaiban-nya dan melemparkan alat itu ke arah Ye Gucheng. 　　Di pandangan semua orang, pemuda berpakaian pengemis yang tampak biasa-baik saja lari secepat kilat, sambil berlari tak lupa mengikuti permintaan Qi Xun dengan berteriak, "Lain kali Tuan Kota Ye bisa membawa lebih banyak alat musik, kuaiban yang memiliki ambang pemula rendah sangat cocok." 　　Langkah kakinya sangat cepat, hampir menciptakan bayangan samar. 　　Tapi belum dua langkah dia lari, angin dingin tiba-tiba menyapu atas kepalanya - saat Ye Gucheng melihatnya menyelinap ke seberang jalan menuju Chunhua Lou dan mencoba kabur di kerumunan orang dengan lompat-lompat atap, sang pendekar mengirimkan energi pedang yang membelah garang ke arah Sikong Zhaixing. 　　。 　　Ekspresi Ye Gucheng dingin bagai air membeku. 　　Kunjungannya ke Chunhua Lou sebenarnya adalah taktik pengalihan perhatian. 　　Kabar bahwa dia terluka oleh Tang Tianyi jelas tidak benar. 　　Tapi kedatangannya ke ibu kota punya tujuan tersembunyi - sekarang dia perlu menunjukkan pada semua orang bahwa secara terbuka masih bisa menggunakan Tian Wai Fei Xian, sambil menyembunyikan "luka"-nya yang sebenarnya. 　　Terutama untuk membuat orang pintar seperti Lu Xiaofeng menebak bahwa dia memang terkena serangan licik. 　　Hanya saja untuk memastikan diskusi pedang ini bisa diadakan sesuai jadwal, sama sekali tidak ingin melewatkan lawan itu, maka dia memutuskan untuk memaksakan diri, bertahan dengan luka, menciptakan ilusi bahwa tubuhnya masih sehat. 　　Dia juga ingin membuat orang yang menyadari kondisinya tidak sehat menghubungkan, bahwa bunga-bunga yang dihamburkan sepanjang jalan ini dimaksudkan untuk menutupi bau busuk dari luka racun pasir yang kambuh di tubuhnya. 　　Dengan begitu tentu tidak akan ada yang menyangka, dia masih mampu membungkam orang-orang yang tahu rahasia pada saat seperti ini. 　　Maka tentu dia datang ke sini untuk mengeluarkan pedang. 　　Jadi pedang "Tian Wai Fei Xian" ini, baik itu diayunkan setelah memprovokasi Tang Tianrong dengan menyebut senjata rahasia Tang Men tidak berarti apa-apa, maupun diarahkan pada orang nekat yang entah menggebrak kuaiban memberi irama ini, bagi Ye Gucheng sama sekali tidak ada bedanya! 　　Semua orang melihat cahaya pedang yang memukau dan menakjubkan ini, kecepatannya jauh melampaui Qinggong yang ditunjukkan oleh pengemis yang tiba-tiba menerobos kerumunan dan melayang ke udara. 　　Namun menurut perkiraan Qi Xun atas kemampuan Ximen Chuixue, pernyataan bahwa Sikong Zhaixing bisa menghindari serangan ini jelas bukan omong kosong. 　　Prediksi naluriah terhadap bahaya membuat Sikong Zhaixing secara refleks menghentikan gerakannya di udara saat serangan pedang datang, seolah menekan rem mendadak di angkasa, bahkan dengan lincah menarik diri sedikit ke belakang. 　　Tindakan ini menyebabkan Ye Gucheng yang telah menghitung lintasan geraknya, meleset dalam serangan pedangnya. 　　Tapi saat ini tak ada yang akan meragukan kemampuan Ye Gucheng. 　　Banyak pendekar ulung yang hadir, siapapun yang punya mata bisa melihat bahwa pemuda penabuh kuaiban ini meskipun berpenampilan biasa, memiliki Qinggong yang benar-benar tak tertandingi di dunia. 　　Tepat ketika pedang yang meleset itu melubangi papan kayu bagian luar Chunhua Lou, serpihan kayu beterbangan, Ye Gucheng telah mengayunkan pedangnya untuk kedua kalinya. 　　Kali ini, tusukan pedangnya bahkan lebih kuat dan ganas daripada sebelumnya! 　　Bahkan menurut pandangan Lu Xiaofeng, dia tidak yakin tusukan Ye Gucheng ini akan meleset lagi. 　　Pedang itu terlihat seperti serangan lurus yang kilat, namun juga seperti kilat petir yang tak terduga arahnya. 　　Mungkin bahkan keahlian melayang setinggi Sikong Zhaixing pun takkan bisa menghindari serangan pedang yang mempesona ini. 　　Tapi sebelum pedang Ye Gucheng menyambar, Sikong Zhaixing yang telah turun setingkat tiba-tiba bertatapan mata dengan Qi Xun yang berdiri di jendela lantai dua. 　　Dia selalu berprinsip untuk tidak memaksakan diri. 　　Kini tujuan Qi Xun memprovokasi Ye Gucheng telah tercapai. Sadar mungkin tak bisa lolos dari gaya tusukan pedang Tuan Kota Ye, sementara Qi Xun sudah muncul di lantai dua Chunhua Lou sesuai janji, bukankah ini saatnya dia bertindak menghentikan Ye Gucheng? 　　Memiliki perisai manusia tentu merupakan hal baik. 　　Sikong Zhaixing yang berani langsung melompat masuk ke jendela tanpa pikir panjang. 　　Saat Ye Gucheng menyadari yang akan tertusuk bukanlah Sikong Zhaixing melainkan orang lain, sudah terlambat untuk menarik kembali jurusnya. 　　Tiba-tiba seuntai pita panjang menyambar di depan cahaya pedangnya. 　　Berbeda dengan kecemerlangan Jurus Dewa Terbang, energi pedang yang muncul di bawah terang matahari ini justru seolah menelan semua cahaya, memancarkan aura gelap nan misterius saat menyapu. 　　Yang lebih menakjubkan, dua cahaya pedang yang terang dan gelap ini berhadap-hadapan dalam keadaan seimbang tanpa pemenang. 　　Bahkan karena salah satu pihak tidak menggunakan pedang, orang merasa bahwa pihak ini sebenarnya lebih unggul. 　　Mungkin juga ada alasan bahwa Qi Xun baru melancarkan serangan secara tergesa-gesa setelah Sikong Zhaixing melompat ke jendela ruang VIP, bukan sejak awal telah mempersiapkan diri untuk bertarung. 　　Guncangan dari tabrakan energi pedang telah menyapu semua bunga yang sebelumnya berserakan di lantai 　　dan menerbangkannya dengan liar ke segala penjuru. 　　Bahkan aroma bunga yang semula mengendap di depan gedung restoran ini seolah lenyap sama sekali, hanya menyisakan duel antara kedua pendekar pedang ini. 　　Baru setelah energi pedang gelap yang terpendam di pita panjang warna bulan purnama itu benar-benar menelan habis "Tianwai Feixian" lalu ditarik kembali, para penonton mulai sadar dari keterpesonaan akan pertarungan spektakuler ini. 　　Mereka baru saja terbangun dari mimpi dan menyadari bahwa gadis berambut putih yang belakangan ini tenar di ibu kota-lah yang menangkis jurus Sosok Peri Terbang dari Langit Ye Gucheng. 　　Mengetahui bahwa dia mengalahkan Gongsun Lan dari Organisasi Sepatu Merah dan memasukkannya ke penjara ibu kota, sama sekali berbeda dengan menyaksikan langsung pedangnya bertarung imbang melawan Ye Gucheng. 　　Gadis dengan gradasi warna rambut es dan wajah yang memancarkan kesan dingin berdiri di dekat jendela, sementara pemuda berbaju putih berambut hitam bermahkota permata-kayu cendana berdiri di jalan. Keduanya saling memandang dari lantai atas dan bawah yang berjarak jauh. 　　Meski saat ini di sekitarnya tak tersisa kelopak bunga maupun aroma bunga, aura garang dari konfrontasi kedua pihak tetap membuat suasana Chunhua Lou terasa berbeda dari hari-hari biasa. 　　"Ilmu pedang yang baik." Ye Gucheng tiba-tiba bersuara mengganggu kedamaian ini. 　　Meski dia baru memasuki ibu kota hari ini, pertarungan di Puncak Kota Terlarang sebenarnya adalah bagian dari rencananya. Bagaimana mungkin dia sama sekali tidak tahu ada tambahan lawan dalam duel ini? 　　Saat dia melihat Qi Xun, dia juga melihat Sun Qingxia di sampingnya, serta pedang di belakang pria itu. 　　Maka dia mengajukan pertanyaan yang ingin ditanyakan semua orang yang berkumpul di dalam dan luar Chunhua Lou saat ini: "Mengapa di Puncak Kota Terlarang, bukan kamu yang bertarung dengan pedang?" 　　Mengingat ilmu pedangnya setinggi ini, menurut Ye Gucheng dia seharusnya termasuk salah satu pendekar pedang terkemuka di dunia. 　　Jika demi pencapaian dalam ilmu pedang ingin bertarung habis-habisan dengan lawan yang sepadan, itu pun tidak bertentangan dengan logika umum. 　　Setidaknya Ye Gucheng tidak akan meremehkan seorang pendekar pedang seperti ini. 　　Tapi yang terlihat dalam pandangannya, gadis berbaju biru ini dengan tenang menatap balik sorotan mata penasarannya, sambil melilitkan pita panjang yang telah ditariknya ke pergelangan tangan, hanya memegang ujungnya di jari, seolah siap untuk menyerang kapan saja. 　　Jawaban yang dia berikan adalah, "Jika aku ikut serta, memasang taruhan pada kemenangan diri sendiri mungkin kurang tepat, bukan?" 　　"……" Perkataan ini tidak hanya terdengar sombong, tapi juga sangat membuat kesal. 　　Setidaknya bagi Ye Gucheng, pertarungan di Puncak Kota Terlarang ini seolah hanya menjadi sarana mencari uang baginya. 　　Awalnya ia ingin langsung pergi dengan geram, tapi menyadari tindakan tersebut akan merusak citra sebagai Tuan Kota Awan Putih. 　　"Maka saya akan menanti dengan tenang ilmu pedang Tuan Sun ini." Katanya sambil memasukkan pedang kembali ke sarungnya. 　　Namun saat hendak pergi, Qi Xun berseru, "Apakah Tuan Kota Awan Putih tidak perlu mengganti rugi tembok luar restoran yang hancur?" 　　Langkah Ye Gucheng kembali terhenti. 　　Kini ia mulai curiga apakah insiden kuaiban tadi juga rekayasa Qi Xun. 　　Tapi setelah dipikir, tak ada alasan baginya melakukan itu kecuali ingin menunjukkan kemampuannya sebagai bandar taruhan. 　　Ia hanya melambaikan tangan, menyuruh pelayan mengantarkan tael perak ke pemilik Chunhua Lou, lalu pergi dengan rombongannya. 　　Si pemilik restoran ingin bergumam, apakah orang-orang Jianghu zaman sekarang agak terlalu sopan. 　　Sebenarnya ketika menjadikan Chunhua Lou sebagai lokasi pembukaan odds pertaruhan ini, dia sebagai pemilik sudah mempersiapkan diri bahwa restorannya mungkin akan dihancurkan dari atas sampai bawah. 　　Yang dia inginkan adalah reputasi menjadi tuan rumah acara besar ini. 　　Apalagi yang membuatnya terkejut, sebelum odds resmi dibuka, dua rival lama Li Yanbei dan Du Tongxuan masing-masing sudah memberinya sejumlah uang untuk biaya rekonstruksi jika restoran mengalami kerusakan parah. 　　Karena ini, pemilik bahkan sudah merencanakan untuk berbuat baik setelah hasil pertarungan di Puncak Kota Terlarang keluar - membiarkan orang-orang yang kehilangan segalanya menghancurkan restorannya sebagai pelampiasan. 　　Bagaimanapun, dengan uang yang dia terima, membangun kembali restoran ini jelas lebih dari cukup. 　　Akibatnya, di depan ada Qi Xun yang membuka opsi ketiga - merusak dinding lalu memberinya 　　sejumlah uang renovasi. Di belakang, jurus Sosok Peri Terbang dari Langit Ye Gucheng membuat lubang di tembok luar dan juga memberi uang. Pemilik restoran sampai merasa agak malu. 　　Karena kedua ganti rugi itu berhubungan dengan Qi Xun, dengan blak-blakan dia memutuskan untuk memberikan dua hidangan ekstra ke ruang VIP lantai dua, sekalian melihat dari jarak dekat pendekar pedang yang berani melawan Tuan Kota Awan Putih ini. 　　Pada dasarnya dia tidak rugi! 　　"Sosok Peri Terbang dari Langit ternyata sesuai reputasinya, kira-kira jurus apa yang digunakan gadis ini?" seseorang di jalan bawah gedung berkata. 　　Mereka menyaksikan Ye Gucheng menyelesaikan pembayaran perak dan dengan cepat menghilang di henti jalan, sementara tempat persinggahannya tentu bukan di Chunhua Lou yang selalu ramai pengunjung. 　　Pria yang muncul di ibu kota tanpa pertanda ini, setelah menghilang juga membuat orang yang mencoba mengikutinya dengan cepat kehilangan jejak. 　　Orang-orang yang tadinya hendak bubar tiba-tiba melihat jendela ruang mewah di lantai dua hendak ditutup, saat gadis berbaju biru ini dengan cepat memalingkan kepalanya. 　　Pada pipi yang berubah dari tampak depan menjadi tampak samping di pandangan orang banyak, warna darah yang awalnya sudah tidak terlalu segar semakin memudar. 　　Ia seolah sedang menahan keras benturan tenaga dalam yang bergolak, lalu memalingkan kepala dan batuk beberapa kali. 　　Namun sesaat kemudian jendela itu ditutup rapat, sama sekali tidak memperlihatkan kondisi di dalam. 　　Lu Xiaofeng yang datang mencari Sikong Zhaixing dan manajer yang mengantarkan hidangan kecil bertabrakan di depan pintu ruang mewah. Setelah menunggu agak lama hingga batuk di dalam berhenti, Sun Qingxia membuka pintu dan mengizinkan mereka masuk. 　　Ekspresi Qi Xun di wajah kini sudah sama seperti sebelumnya. 　　Tapi Lu Xiaofeng memiliki indra penciuman yang sangat tajam, tidak seperti Chu Liuxiang yang memiliki masalah pada hidung. Bagaimana mungkin dia tidak mencium bau darah samar yang masih tersisa di dalam ruang VIP ini? 　　Ekspresi khawatir yang tersembunyi dari Sikong Zhaixing dan Sun Qingxia saat memandang Qi Xun semakin membuktikan penilaiannya—— 　　Dia terluka. 　　Ini sebenarnya tidak aneh. 　　Ye Gucheng sama sekali tidak terluka oleh pasir beracun Tang Tianyi, bahkan masih bisa mengatur pertunjukan spektakuler dan mengeluarkan serangan pedang maut seperti itu. Ini membuktikan kondisi fisiknya masih sangat prima. 　　Dengan 30 tahun pengalaman menguasai ilmu pedang, sehebat apapun latar belakang misterius Qi Xun atau bakat pedangnya yang luar biasa, kemungkinan besar masih bukan tandingan Ye Gucheng. Menerima serangan pedang itu secara langsung pasti menghabiskan seluruh tenaganya, bahkan mungkin menyebabkan cedera internal. 　　Begitulah pikiran Lu Xiaofeng, dan juga manajer Chunhua Lou yang sengaja mengantarkan hidangan untuk menunjukkan sikap baiknya. 　　Meskipun Qi Xun memberikan uang yang cukup banyak dan bahkan memeras biaya perbaikan dari Pemimpin Kota Baiyun untuknya, tetap saja Li Yanbei dan Du Tongxuan sebagai dua taipan besar yang memberikan lebih banyak. Begitu dia keluar dari ruang VIP, keduanya langsung datang mencari informasi. 　　Meskipun penjelasannya samar-samar, hanya menyebutkan apa yang dilihat dan diciumnya, kabar tentang luka ini tetap berhasil "diterjemahkan" dan masuk ke telinga kedua orang ini. 　　Du Tongxuan yang sudah jumawa karena Ye Gucheng tidak terluka, kini di mata Li Yanbei tampak semakin menyebalkan dengan kesombongannya. 　　Semakin kuat kemampuan Ye Gucheng, semakin besar peluang kemenangan Du Tongxuan. 　　Tapi bagaimana dia bisa tahu, begitu manajer Chunhua Lou pergi, penampilan Qi Xun justru kembali seperti sebelum berhadapan dengan Ye Gucheng. 　　"Gadis, kau..." Lu Xiaofeng tertegun. 　　“Aku memalsukan kecelakaan.” Qi Xun dengan tenang mengeluarkan saputangan dari lengan bajunya, bekas darah di atasnya terlihat sangat mengerikan. 　　Ia mengusap lagi sisa noda hampir tak terlihat di sudut bibir, lalu menghancurkan saputangan itu menjadi debu halus dengan tenaga dalam. 　　Begitu melihat gerakan ini, Lu Xiaofeng langsung paham: ilmu tenaga dalam yang terkendali sempurna seperti ini mustahil mengalami gangguan energi akibat terpental balik oleh energi pedang. 　　“Dengan kata lain, aku perlu manajer itu menyebarkan kabar palsu. Menurutmu, apakah ini akan membuat lebih banyak orang bertaruh pada Ye Gucheng?” 　　Hanya dengan cara inilah rencana besar untuk menghasilkan uang bisa terlaksana dengan baik. 　　Bahkan Sikong Zhaixing yang menabuh kuaiban atas perintah Qi Xun ini, semakin yakin bahwa keputusannya menyimpan tael perak di Bank Empat Heng dan bertaruh pada Sun Qingxia adalah langkah tepat. 　　Sikap Qi Xun yang jelas bisa tidak menunjukkan kelemahan diri, tapi tetap menyebarkan kabar palsu bahwa dirinya terluka oleh pedang Ye Gucheng—bahkan sampai mengorbankan citra gagahnya—jelas masih menjadikan uang sebagai prioritas utama. Sikong Zhaixing tidak percaya dia akan membiarkan orang yang dikirimnya gagal di akhir pertarungan □□. 　　"Lihat saya seperti ini kenapa?" Qi Xun menatap Lu Xiaofeng, menyadari ekspresinya yang agak aneh. 　　"Gadis tidak takut saya bocorkan kabar bahwa kau tidak terluka?" tanya Lu Xiaofeng. 　　"Apakah Lu Xiaofeng suka banyak mulut?" Qi Xun balas bertanya sambil tertawa, "Namamu memang ada karakter burung, tapi bukan burung beo atau kakatua." 　　Lu Xiaofeng memang bukan tipe yang suka ikut campur dalam hal seperti ini. Apalagi dengan perkataan Qi Xun ini, dia semakin tidak bisa membocorkannya. 　　Dia awalnya masih ingin bertanya mengapa Sikong Zhaixing memiliki hubungan dengannya, atau mengapa menggunakan kuaiban untuk menarik perhatian Ye Gucheng, tapi akhirnya menyadari mungkin tidak perlu bertanya lagi. 　　Karena Qi Xun sudah mengeluarkan sebuah buku tipis dari lengan bajunya dan menyerahkannya ke Sikong Zhaixing. 　　Sikong Zhaixing membalik-balik halaman buku itu, meski sedang menyamar tetap terlihat jelas wajahnya penuh sukacita. 　　Tentu saja Sikong Zhaixing harus senang. 　　Melihat Qi Xun bahkan tidak merugikan pemilik toko sekalipun, sementara dia sudah membantu mencapai tujuannya, pasti akan diperlakukan lebih baik lagi. 　　Kenyataan memang sesuai dengan yang dia bayangkan. 　　Saat membuka buku itu, dia menemukan tidak hanya teknik mengganti lem kulit sapi dengan metode lain untuk mempermudah pergantian wajah cepat, tapi juga beberapa formula khusus untuk membuat tekstur topeng penyamaran terlihat lebih realistis. 　　Sikong Zhaixing sendiri tidak suka membuat topeng kulit manusia dengan benar-benar menggunakan kulit manusia seperti yang dilakukan orang-orang seperti Langjun Anjing. Umpan balik yang diberikan Qi Xun ini benar-benar sesuai dengan pikirannya. 　　Di jaman sekarang, di mana lagi bisa menemukan partner transaksi yang begitu jujur! 　　Soal fakta bahwa si "orang jujur" ini sebenarnya baru saja membingungkan orang-orang di ibu kota, bagaimanapun Sikong Zhaixing berpikir selama itu tidak ada hubungannya dengannya, maka tidak mempengaruhi penilaiannya. 　　Siapa tahu dia malah bisa ikut mendapat keuntungan tak terduga. 　　Dia menutup buku dan menyimpannya di dalam jubah, lalu tertawa: "Bos dermawan, lain kali jika ada transaksi seperti ini bisa cari saya lagi." 　　Hanya pekerjaan sederhana seperti memainkan kuaiban, meski hampir ditembus oleh 'Tian Wai Fei Xian'-nya Ye Gucheng, tapi karena Qi Xun sendiri yang turun tangan, apa lagi yang perlu dikeluhkan? 　　Bukan cuma mengiringi Ye Gucheng dengan musik, bahkan kalau disuruh mengatur peti mati untuk perayaan setelah duel, plus band suling suona, Sikong Zhaixing merasa dirinya pasti berani mencoba. 　　Bagaimana mungkin Lu Xiaofeng tidak membaca maksud di balik pandangan Sikong Zhaixing itu? Ini tiba-tiba membuatnya khawatir akan nasib Ximen Chuixue. 　　Duel pendekar pedang yang seharusnya megah, kini nuansanya semakin aneh saja. 　　"Gadis ini benar-benar tidak apa-apa?" Lu Xiaofeng bertanya lagi. 　　"Apakah Tuan Lu berharap saya celaka? Masih banyak urusan lain yang harus diselesaikan di ibu kota, tidak boleh tumbang sekarang," kata Qi Xun. 　　"Bukan itu maksudku..." jawab Lu Xiaofeng, "Aku hanya merasa heran. Meski Ye Gucheng jarang ke Zhongyuan, tapi pertemuan terakhir di Istana Pangeran Pingnan, kurasa dia bukan tipe yang suka membuat gebyar seperti ini." 　　Jika dia benar-benar orang yang begitu mementingkan penampilan, maka undangan Istana Pangeran Pingnan untuknya menjadi guru pedang sang pangeran muda seharusnya bukanlah kabar yang hampir tidak tersebar ke luar, melainkan seharusnya diumumkan secara luas untuk meningkatkan reputasinya ke lapisan yang lebih tinggi. 　　Kontradiksi-kontradiksi ini benar-benar membuat Lu Xiaofeng agak bingung memikirkannya. 　　"Mungkin pihak lawan juga merasa aneh sekarang?" jawab Qi Xun. 　　Dibandingkan Ye Gucheng, keanehan Qi Xun juga tidak kalah mencolok. 　　Ye Gucheng tidak langsung pergi ke kuil tua yang seharusnya menjadi tempatnya melanjutkan sandiwara, melainkan lebih dulu bertemu dengan orang-orang dari Istana Pangeran Pingnan. 　　Pangeran Muda Pingnan, atau yang lebih sering disingkat sebagai Pangeran Muda Nan, memiliki wajah yang sangat mirip dengan Kaisar Zhu Tang. Bahkan jika detail alis dan mata sedikit dimodifikasi, ditambah dengan mengenakan jubah naga, kemiripannya akan semakin... 　　sempurna. 　　Hanya saja, wajah ini karena rencana besar akan segera terwujud, dan ia akan menggantikan Kaisar Zhu Tang menduduki takhta tunggal itu, telah dirusak tujuh puluh persen aura yang seharusnya ditampilkan oleh wajah ini pada orang lain, akibat ekspresi kegembiraan yang meluap-luap. 　　Bahkan ketika melihat Ye Gucheng memasuki ruangan, Shizi Nanwang yang sudah menganggap dirinya sebagai penguasa masa depan hanya mengangkat dagunya dengan angkuh. 　　"Aku mendengar kejadian di depan gedung minum. Orang yang ayahanda tempatkan di dekat Du Tongxuan sebelumnya juga menyampaikan kabar, wanita yang menghadapimu itu bukanlah tandinganmu, malah terluka. Ilmu pedang Sang Guru memang yang terhebat di dunia." 　　Meski menyebut "Sang Guru" dalam ucapannya, Ye Gucheng sama sekali tidak mendengar nada penghormatan dalam suara Shizi. 　　Yang terdengar hanyalah kesombongan yang penuh. 　　Tapi ia segera menangkap informasi penting dalam ucapan Shizi Nanwang. 　　"Ini tidak mungkin!" Ye Gucheng berkata dengan suara berat. 　　Ucapannya penuh kepastian. 　　Sebagai orang yang secara resmi bertarung dengan Qi Xun, dia lebih memahami daripada siapa pun kekuatan yang ditunjukkan gadis itu. 　　Dalam konfrontasi jurus pedang tadi, demi penampilan yang meyakinkan dia sama sekali tidak menahan diri. Namun gadis di lantai dua yang terlambat bertindak ini jelas masih menyimpan tenaga cadangan, namun tetap bisa bertarung seimbang dalam situasi seperti ini - ini membuktikan masalah kemampuan sebenarnya. 　　Jika bukan karena ini, dia tidak akan bertanya mengapa Qi Xun tidak ikut serta langsung dalam duel pendekar pedang ini. 　　Awalnya dia khawatir kelopak-kelopak bunga itu akan terbang tertiup oleh getaran energi pedang, sehingga mustahil baginya membuat ilusi seolah luka parahnya tertutupi bunga. 　　Tapi setelah dipikir ulang, bukankah masih ada kesempatan lain? Misalnya berpura-pura terluka oleh tusukan pedang Qi Xun yang mematikan. 　　Tapi bagaimana bisa lawannya justru lebih dulu berakting? 　　Ye Gucheng yang pertama kali merasakan menjadi korban "kecelakaan yang direkayasa" ini merasa agak bingung. 　　Yang paling membuatnya tersedak adalah dia justru memiliki rekan tim yang tidak kompeten. 　　Shizi Nanwang hanya memikirkan pedang Ye Gucheng di depan Chunhua Lou yang membanggakan keluarga Nanwang, sama sekali tidak menyadari bahwa ulah Qi Xun ini justru merusak rencana mereka sepenuhnya. 　　Lalu alasan apa yang harus dia gunakan sekarang untuk berpura-pura terluka? 　　Apakah orang lain benar-benar akan mempercayainya? 　　Ye Gucheng tenggelam dalam lamunan. 　　Jelas kapasitas otak Shizi Nanwang tidak akan sampai memikirkan hal ini. 　　Qi Xun tidak perlu memiliki kekhawatiran seperti itu. 　　Setelah sandiwara usai, dari atas Chunhua Lou, dia hanya perlu menyuruh Sikong Zhaixing atau Sun Qingxia melihat odds di bawah – orang yang awalnya ingin mencoba peruntungan dengan bertaruh pada Sun Qingxia kini dengan kompak beralih ke Ye Gucheng. 　　Tentu saja dalam suasana seperti ini, mereka yang bertaruh pada Ximen Chuixue pun kehilangan selera makan – terutama teman Lu Xiaofeng yang memiliki tiga puluh rumah peristirahatan. 　　Tapi ini justru bagus untuk Qi Xun yang berniat menguasai semuanya. 　　Ia menikmati makan siang dengan nyaman, termasuk dua hidangan tambahan yang tidak perlu dibayar ekstra. 　　Terpengaruh oleh tindakannya, Lu Xiaofeng kini tidak sempat memikirkan taruhan lagi dan ikut duduk. 　　Dia selalu suka berteman dengan orang-orang menarik, dan Qi Xun jelas memenuhi kriteria tersebut. 　　Tentu saja Qi Xun juga merasa Lu Xiaofeng layak untuk dikenali. 　　Meski cara memilih temannya membuat Qi Xun merasa menjadi temannya seperti mendapat debuff, tapi dia memang teman yang humoris dan tidak terlalu mencampuri privasi orang. 　　Mungkin kedatangannya tanpa undangan ini justru terasa menggemaskan. 　　Qi Xun belum lupa, saat terakhir kali dia datang ke dunia ini untuk menggarap Dungeon Mimpi, dia berpapasan dengan Lu Xiaofeng sehingga tidak sempat mengaktifkan kartu karakter yang sesuai. Akhirnya dia memilih memicu kartu Hua Manlou dan Kaisar Zhu Tang. 　　Jadi sebenarnya dia cukup penasaran, atribut apa yang akan dimiliki kartu Lu Xiaofeng— 　　Entah apakah karakter "hati" dari gelar "hati sejiwa dengan satu titik pencerahan"-nya, atau sifat berapi-api selayakkan jubahnya yang akan menjadi simbol elemen api. 　　Qi Xun kini tidak kekurangan kartu hati, tapi kartu api-nya 　　belum terkumpul tiga lembar. Jadi tentu dia lebih berharap Lu Xiaofeng adalah skenario kedua. 　　Lu Xiaofeng tentu menyadari tatapan Qi Xun yang mengamatinya. Sorot mata yang terlalu intens ini membuatnya agak canggung sambil membelai kumis kecilnya. 　　Tapi dia tidak tahu bahwa Qi Xun sebenarnya sedang merancang cara untuk "menguliti" kartu karakter darinya. 　　“Katanya, aku pernah dengar soal qinggong Tuan Lu, juga sudah melihat qinggong Sikong Zhaixing. Menurut kalian siapa yang lebih unggul?” Setelah makan, Qi Xun meletakkan sumpit sambil bertanya penasaran. 　　Keduanya bahkan adu salto beruntun, Qi Xun yakin pasti pernah membandingkan qinggong mereka. 　　Sikong Zhaixing dan Lu Xiaofeng memang pernah beradu. 　　Hanya saja yang satu tidak peduli hasil, sementara satunya pantang kalah bahkan dalam adu salto. Hasilnya bisa ditebak. 　　Pertanyaan Qi Xun ini mengingatkan Lu Xiaofeng pada trauma di-bully si ambisi latihan. 　　Ingat saja, baru beberapa bulan lalu dia dipaksa Sikong menggali ratusan cacing tanah. 　　Lu Xiaofeng berniat cari alasan logis untuk mengalihkan perhatiannya, “Level pertandingan bisa berubah sewaktu-waktu. Tapi karena nona berpura-pura terluka, sebaiknya jangan menyaksikan adu qinggong kami.” 　　Qi Xun justru merasa kini perut sudah kenyang, ditambah dua hari ini tidak ada nama merah yang bisa dibasmi, ini saat yang tepat untuk mencari hiburan. 　　"Pendapat Tuan Lu salah. Jika menggunakan Qinggong untuk meninggalkan tempat ini masih ketahuan orang, berarti reputasi kalian berdua tidak sesuai kenyataan." 　　Lu Xiaofeng memandang Sikong Zhaixing dengan sakit kepala, berusaha mencari alasan darinya. 　　Tapi ia menyadari si ahli menyamar yang baru saja dapat trik baru dari Qi Xun ini sedang bersemangat, mungkin memang menganggap perlombaan Qinggong sebagai aktivitas pencernaan yang menyenangkan. 　　Meski bukan cacing dalam perut Sikong Zhaixing, hubungan saling menjatuhkan sebagai teman membuatnya bisa menebak sedikit isi hati sang Raja Pencuri. 　　Maka gagasan itu pun pupus. 　　Qi Xun yang kini menatapnya dengan mata berbinar, jelas bukan tipe yang mudah dirayu untuk mundur. 　　Wajah misterius yang semakin bertambah ini membuat Lu Xiaofeng harus mengakui bahwa rasa ingin tahu bisa membunuh kucing—bukan sekali dua kali hal ini terjadi padanya, tapi dia tetap tak bisa belajar dari kesalahan. 　　"Tak apa bertanding, tapi gadis harus mengikuti dengan ketat." Balas Lu Xiaofeng. 　　Kebetulan dia juga ingin menyelidiki lebih jauh asal-usul Qi Xun. 　　"Tentu saja." Qi Xun mengeluarkan serpihan perak dari lengan bajunya dan menaruhnya di meja. 　　Lu Xiaofeng penasaran bagaimana lengan baju yang terlihat ringan dan berkibar ini bisa menyimpan begitu banyak barang. 　　Pita panjang sebagai senjata saja sudah menempati banyak ruang, tapi masih bisa menyimpan perak dan buku kecil untuk Sikong Zhaixing. 　　Sayangnya, dari wajah Qi Xun yang tenang tanpa ekspresi, Lu Xiaofeng sama sekali tak bisa membaca informasi apapun. 　　Apalagi Qi Xun sudah berkata lagi, "Tuan Lu, jika tetap dalam keadaan tidak fokus seperti ini, kurasa Anda pasti akan kalah." 　　Lu Xiaofeng tentu tidak ingin mengaku kalah sebelum pertandingan dimulai. 　　Bukaan jendela ruang VIP yang dibuka kembali kali ini, karena kerumunan penonton di bawah sudah bubar, tidak menarik banyak perhatian. 　　Hanya seperti beberapa hembusan angin sepoi-sepoi melintas, ruang VIP ini tiba-tiba sudah kosong sama sekali. 　　Saat manajer Chunhua Lou berulang kali mengetuk dan menemukan tidak ada jawaban lalu mendorong pintu masuk, barulah menyadari tempat ini sudah lama ditinggalkan, hanya tersisa uang makan di meja. 　　Pada saat ia menyadarinya, beberapa orang yang semula berada di sini sudah bolak-balik melintasi dalam dan luar ibu kota. 　　Memang benar Lu Xiaofeng memenangkan pertandingan, tapi Sikong Zhaixing merasa dirinya mendapat keuntungan lebih besar. 　　Kini ia punya target baru lagi. 　　Qi Xun yang mengatakan ingin melihat siapa di antara Sikong Zhaixing dan Lu Xiaofeng yang lebih unggul dalam qinggong, benar-benar memposisikan diri sebagai penonton sekaligus wasit. 　　Namun bisa mengikuti kecepatan mereka, bahkan menjadi saksi di sini, jelas bukan hal yang mudah. 　　Sikong Zhaixing bahkan... 　　Bahkan terasa, bahwa Qinggong "Menginjak Bulan Mengejar Angin" milik Qi Xun ini jelas masih dalam keadaan belum mengerahkan seluruh kemampuannya. 　　Jadi kali ini ketika beberapa orang berhenti melangkah, dia juga tidak merasa tersinggung karena kalah dari Lu Xiaofeng. 　　Malah mulai merenungkan, jika Qinggong Qi Xun juga seperti teknik menyamarnya yang bisa digunakan untuk transaksi, apa yang harus dia berikan sebagai token taruhan. 　　Tapi dia tidak berniat menanyakannya sekarang. 　　Hal favorit Sikong Zhaixing adalah berusaha diam-diam di belakang layar untuk menjebak Lu Xiaofeng, dan pemikirannya sekarang pun kurang lebih sama. 　　Bagaimanapun, demi duel di Puncak Kota Terlarang ini, Qi Xun untuk sementara tidak mungkin meninggalkan Kota Terlarang, masih banyak kesempatan baginya untuk mengajukan pertanyaan. 　　Begitu memikirkan ini, Sikong Zhaixing tak bisa menahan senyum. 　　"Kalah masih bisa senang seperti ini, tidak takut kubuat kau mentraktirku minum?" Lu Xiaofeng melihat perubahan ekspresi wajah Sikong Zhaixing sambil bercanda. 　　“Kamu mau minta aku traktir minum, aku juga nggak sanggup,” jawab Sikong Zhaixing. “Enam bulan lalu sebenarnya aku punya proyek besar. Bos yang bayar suruh aku mencuri seseorang. Sayangnya, bukan cuma bosnya, bahkan orang yang mau diculik itu ditangkap atau ditembak mati sama pemerintah. Bisnis ini gagal, dompetku sudah tipis. Belakangan aku nempatin semua modal di satu tempat.” 　　Sikong Zhaixing menepuk-nepuk dompet kempesnya, pesan tersiratnya jelas —— 　　Saat ini kondisinya cuma bisa minum angin barat laut. Lu Xiaofeng mau minta dia traktir minum? Jangan harap! 　　Soal bisnis besar yang dia sebutkan, Qi Xun bisa menebaknya. 　　Bos yang menyewa dia adalah Huo Xiu. Target pencurian seharusnya adalah Shangguan Feiyan, untuk menciptakan ilusi krisis penerus Kerajaan Jinpeng. 　　Sayangnya, sebelum aksi penculikan ini dimulai, Huo Xiu dan Shangguan Feiyan sudah lebih dulu ditangkap pihak berwajib. 　　Majikan sudah tidak ada, tentu saja Sikong Zhaixing juga kehilangan sumber penghasilan. 　　Sedangkan tempatnya menghabiskan uang sekarang juga mudah ditebak, kemungkinan besar adalah taruhan odds di kasino ini. 　　Lu Xiaofeng tidak bisa berbuat banyak terhadap Sikong Zhaixing, hanya merasa bahwa semua temannya adalah orang-orang unik, tentu saja Qi Xun juga cukup aneh. 　　Secara logika, meskipun mengetahui siapa yang lebih ahli dalam Qinggong antara dirinya dan Sikong Zhaixing, informasi ini seharusnya tidak layak dibeli dengan uang. Tapi dia malah terlihat sangat puas. 　　Tentu saja Qi Xun tidak akan memberitahunya bahwa yang membuatnya puas adalah kartu karakter 【Lu Xiaofeng·Phoenix Berpasangan Terbang (Api)】 yang berhasil diaktifkan oleh Lu Xiaofeng. 　　Ini bukan kartu skill, melainkan kartu skenario. 　　Entah itu terbang bersama Lu Xiaofeng menggunakan Qinggong berdua, atau bertanding Qinggong dengannya, keduanya bisa mengaktifkan kartu ini. Atribut yang didapat pun sesuai keinginan Qi Xun, yaitu elemen Api. 　　Dari sini, Lu Xiaofeng memang orang yang sangat dermawan. Sebaliknya, Sikong Zhaixing bahkan tidak mengeluarkan kartu [Sikong Zhaixing·Shou Ke Zhai Xing] atau sejenisnya, membuat Qi Xun memotong banyak nilai kesannya. 　　Yang membuat Qi Xun semakin merasa Lu Xiaofeng dermawan adalah ketika mendengar Sikong Zhaixing mengelak dengan alasan dompetnya kosong, Lu Xiaofeng benar-benar mulai memikirkan masalah makan Sikong Zhaixing. 　　Bahkan dengan alasan setelah jalan-jalan untuk mencerna makanan siang tadi, sudah saatnya mempertimbangkan makan malam, dia langsung mengatur tempat makan malam. 　　Lu Xiaofeng adalah orang yang sangat paham seluk-beluk kuliner. 　　Meski dia juga makan makanan pinggir jalan, dan merasa hidangan khas Beijing yang paling berkesan adalah acar sayur, jus kedelai asin dengan roujiamo daging keledai, tapi soal pengetahuan kuliner, dia benar-benar ahli. 　　Di Huzhou ada sebuah restoran bernama Woyun Lou yang terkenal dengan bakcang Huzhou-nya. Lu Xiaofeng berteman dengan pemilik Woyun Lou ini, setiap tahun pasti pergi ke Huzhou sekitar Festival Duanwu dan tinggal beberapa hari hanya untuk menikmati bakcang segar, agar rasa tidak rusak akibat pengiriman jarak jauh yang terburu-buru. 　　Untuk masakan vegetarian, dia juga hafal yang terbaik. Kebetulan sang ahli masak vegetarian ini sedang berada di ibu kota, yaitu temannya Lu Xiaofeng, Master Kugua. 　　Adik seperguruan Master Kugua, Jin Jiuling, telah menampakkan watak aslinya dalam kasus Pencuri Sulaman sebelumnya dan akhirnya kehilangan nyawa. 　　Walau yang memecahkan kasus Pencuri Sulaman itu adalah Lu Xiaofeng, hal ini jelas tidak mempengaruhi persahabatan antara Master Kugua dan Lu Xiaofeng, 　　maupun cita rasa masakan vegetarian yang dibuatnya. 　　Saat Lu Xiaofeng datang, Master Kugua yang sedang tinggal sementara di ibu kota tetap menyambut hangat temannya ini, lalu bertanya sekilas, "Beberapa hari lalu aku dengar Mu Daoren dan Gu Song Jushi sudah sampai di ibu kota, mengapa beberapa hari ini kabar mereka menghilang lagi?" 　　"Aku juga bingung. Mereka berdua sudah terbiasa hidup bebas seperti awan dan burung liar, tidak seperti aku Lu Xiaofeng yang tiba-tiba mendapat urusan rumit perlu diselesaikan," jawab Lu Xiaofeng. "Beberapa hari lalu aku menemui Tuan Guisun, memintanya mengantarku menemui Dazhi Datong untuk bertanya." 　　"Lima puluh tael perak per pertanyaan, berapa pertanyaan yang kau ajukan?" tanya Master Kugua mengejar. 　　"Tiga." Lu Xiaofeng memberi isyarat dengan tangannya, menunjukkan ekspresi kesakitan yang luar biasa. 　　Seratus lima puluh tael perak bukan masalah utama, yang membuat Lu Xiaofeng frustrasi adalah tidak mendapatkan jawaban yang jelas. 　　Ia juga tidak tahu bahwa dua karakter Dazhi Datong sebenarnya diperankan oleh Tuan Guisun melalui kemampuan ventrilokuis. 　　Tuan Sun memang orang yang sangat berbakat. Ia sering mengunjungi tempat hiburan dan kedai minum, sehingga mendengar banyak kabar yang mungkin diabaikan orang lain. Ia menggunakan informasi yang terdengar meyakinkan namun sebenarnya disampaikan dengan cara ambigu, membuat orang percaya ia bisa menjawab semua pertanyaan. 　　Saat Qi Xun mengantarkan Tua Song Jushi dan Mu Daoren menemui Yan Wang, tak ada yang menyaksikan. Petugas kecil Gu juga tentu tidak akan mengungkapkan bahwa mereka mengumpulkan jenazah ketiganya dan pergi ke Vila Huangshan untuk mengumpulkan informasi rahasia. Hal ini berada di luar pengetahuan Tuan Sun. 　　Jadi ketika Lu Xiaofeng bertanya tentang keberadaan Mu Daoren, Tuan Sun yang tidak mahatahu itu menjawab—— 　　Mereka berdua berada di tempat yang seharusnya. 　　Jawaban ini sangat menyebalkan. 　　Sayangnya, Lu Xiaofeng bukan tipe orang yang akan mengeluarkan seseorang dari gua sempit, jadi ia terpaksa menerima kerugian 150 tael peraknya. 　　Mengenai dua pertanyaan lain yang juga terkait dengan Qi Xun, jawaban Sun Laoye sama sekali tidak membantu. 　　"Sepertinya aku tidak seharusnya memberitahumu ini." Master Kugua tertawa. 　　"Bukan masalah besar. Paling-paling lain kali aku tidak akan menebus Si Kura-kura Sun Laoye lagi, biarkan dia bekerja untuk membayar utang minumannya." Lu Xiaofeng mengangkat bahu. 　　"Perkataanmu salah. Belakangan ini bahkan tanpa kehadiranmu Lu Xiaofeng, Sun Laoye tetap bisa makan minum tanpa kekurangan." Master Kugua berkata, "Harus kau ketahui, di ibu kota sekarang banyak yang ingin menanyakan asal-usul dua orang di belakangmu ini, dan banyak juga yang ingin tahu pihak mana antara Ye Gucheng dan Ximen Chuixue yang unggul." 　　"Lupakan dulu ini. Kau memang datang di waktu yang tepat hari ini, ada tamu yang datang lebih awal darimu di sini." 　　Qi Xun sudah lama menyadari bahwa di halaman kecil yang ditata dengan nyaman dan segar ini, selain Master Kugua ada satu orang lagi. 　　Setelah melewati dinding pembatas, dia melihat seorang pemuda yang sedang duduk di meja batu di tengah halaman. 　　Rindangnya pepohonan hijau di halaman membentang, menahan sisa terik matahari di awal musim gugur, hanya menyisakan kilauan emas yang menembus celah-celah dedaunan, jatuh menyelubungi helai rambut pemuda itu. 　　Adegan ini membuat Qi Xun merasa agak familiar, namun jelas berbeda secara mendasar dengan gambaran yang terbayang di benaknya. 　　Pemuda yang sedang menuangkan teh hijau dengan gerakan santai di bawah pohon ini—bukan sekadar berpura-pura tenang, melainkan menunjukkan kedamaian batin yang hakiki meski matanya buta dan tidak bisa melihat. 　　Juga sangat berbeda secara esensial dengan Young Master Yuan. 　　Dialah Hua Manlou yang pernah ditemui Qi Xun sebelumnya, dan darinya ia pernah mendapatkan sebuah kartu karakter. 　　Mendengar suara langkah yang masuk dari luar pintu, serta percakapan Lu Xiaofeng dan Master Kugua, bagaimana mungkin Hua Manlou tidak tahu bahwa teman-temannya telah tiba. Langkah kaki Sikong Zhaixing juga cukup dikenalnya, pastinya tidak akan salah mengenali. 　　Mengenai dua orang terakhir, sebenarnya sudah diisyaratkan dalam perkataan Master Kugua, yaitu mereka yang ikut campur dalam gejolak ibu kota saat ini. 　　Hua Manlou sama sekali tidak memiliki niat untuk mengandalkan perjudian ini menjadi kaya, sehingga wajar saja tidak ada keinginan untuk menyelidiki. 　　Tentu saja mungkin dia juga tidak tahu, bahwa salah satu dari kedua orang ini 　　adalah gadis kecil yang setengah tahun lalu pernah lewat di bawah Gedung Baihua, anak dari seorang ayah tua yang memikul beban emas, yang pernah meminta sebatang ranting bunga darinya. 　　“Suara maupun usia Qi Xun kini sudah sangat berbeda dibandingkan setengah tahun yang lalu. Lagipula, Hua Manlou mungkin tidak menganggap pemberian setangkai bunga sebagai hal yang perlu diingatnya lama, mengingat Gedung Baihua-nya memang didirikan untuk mempersilakan semua orang menikmati keindahan bunga.” 　　“Karena itu, ia tak pernah mempermasalahkan apakah bunga itu diberikan kepada Tuan dan Nyonya yang berpakaian rapi, atau pada pengemis di pinggir jalan.” 　　“Dia tersenyum pada mereka. Siapapun yang melihat senyuman hangat seperti musim semi ini pasti akan merasa tenang.” 　　“Kecuali Master Kugua yang sedang menggeser meja batu – satu meja saja tak cukup untuk menampung semua orang.” 　　“Kau benar-benar pandai menyuruh-nyuruhku. Dengan ketidakhadiran Mu Daoren dan Gu Song, kau malah membawa dua teman lain.” 　　“Bibirmu bilang begitu, tapi kurasa kau justru menikmati ini semua,” balas Lu Xiaofeng. 　　“Dia tidak duduk di meja, melainkan merebahkan diri di kursi malas yang dibentangkan di bawah naungan pohon.” 　　Entah karena kekhawatiran terhadap Li Yanbei belakangan ini, atau kekhawatiran pada temannya Ximen Chuixue, atau mungkin suasana sinar matahari yang hangat ini membuatnya rileks, saat merebahkan diri di kursi malas itu, efek kelelahan setelah memaksakan qinggong tadi perlahan mulai terasa. 　　Percakapan lembut antara Qi Xun dan Hua Manlou di meja, ditambah suara Sikong Zhaixing mengunyah kuaci, justru membentuk alunan latar yang sangat menenangkan. 　　Di udara juga tercium aroma bahan masakan vegetarian yang sedang diolah oleh Master Kugua, bukan bau yang menyengat malah harum semerbak. 　　Dalam atmosfer seperti ini, Lu Xiaofeng benar-benar sulit untuk tidak tertidur. 　　Qi Xun juga merasa tempat ini merupakan area ketenangan yang langka. 　　Setidaknya lebih pantas disebut istirahat yang layak dibanding cara rekreasi-nya yang suka menggali harta karun. 　　Saat Lu Xiaofeng terbangun dari tidur singkat yang mengembalikan tenaganya, langit sudah mulai gelap. 　　Master Kugua sudah menaruh kaldu vegetarian yang dimasak sepanjang sore di meja, dan aroma saat tutup panci dibukalah yang membangunkan Lu Xiaofeng. 　　Begitu membuka mata, dia mendengar Qi Xun sedang meminta tips berkebun pada Hua Manlou, sepertinya terkait taman bergaya utara. 　　"Apakah Nona berencana membeli sebidang tanah di sini?" Lu Xiaofeng langsung duduk tegak. 　　"Tidak, aku punya villa di Taiyuan," jawab Qi Xun sambil menggelengkan kepala. 　　"Kalau begitu kau harusnya bertanya ke Bos Yan dari Paviliun Permata, bukan Hua Manlou. Perkebunan Paviliun Permata dikelola dengan baik oleh Kepala Pelayan Huo Tianqing. Ditambah wilayah Shanxi..." kata Lu Xiaofeng, "Bos Yan pasti tetangga yang ramah." 　　“Kurasa di tempat Yan Tieshan tersimpan Lao Fenjiu Shanxi kelas atas yang sudah lama dianggurkan, kamu ini memang rakus mulut.” Master Kugua yang baru keluar dari dapur membawa tong besar berisi arak. 　　Sambil berjalan mendekat, ia tanpa ampun membongkar niat tersembunyi Lu Xiaofeng. "Tapi di sini tidak ada arak jenis premium, kamu harus puas dengan ini saja." 　　Lu Xiaofeng tersenyum membalas, "Jangan kira penciumanku tidak cukup tajam untuk mencium aroma di tanganmu. Kau sudah mengeluarkan arak terbaik yang kau punya." 　　"Itu juga bukan karena dirimu si pengganggu," jawab Master Kugua. "Ini untuk menjamu dua tamu ini. Karena kau yang membawa mereka, berarti mereka teman. Hidangan vegetarian dan arak ini sebagai hadiah perkenalan teman baru." 　　Qi Xun merasa Master Kugua ini cukup menarik. 　　Dia sangat ramah dan suka minum anggur, memiliki banyak teman. Namun seperti Lu Xiaofeng yang tak sengaja berteman dengan penjahat, Master Kugua juga menghadapi masalah serupa. 　　Contohnya, Wu Long dari Lima Luohan Shaolin yang dekat dengannya. Orang ini mabuk berat tapi tidak mau menunggu sadar sebelum kembali ke Paviliun Penyimpanan Sutra, akhirnya menyebabkan kebakaran. Setelah dihukum, dia stres dan meninggal karena depresi. 　　Beberapa saudara Wu Long kini berada di Vila Hantu, menunggu kesempatan untuk mengganggu Master Kugua. 　　Contoh lain adalah adik seperguruan Master Kugua, Jin Jiuling. 　　Benar 　　Master Kugua merasa telah membimbing satu-satunya adik ini dengan baik. Sayangnya Jin Jiuling terlibat masalah asmara, masuk dinas pemerintahan, menjadi detektif terbaik Gerbang Enam Khusus tapi tetap korupsi untuk bersenang-senang, akhirnya menemui ajalnya. 　　Misalnya, Mu Daoren dan Gu Song Jushi juga sering menjadi tamu tetap Master Kugua, mungkin karena mereka sama-sama anggota agama sehingga memiliki topik pembicaraan yang lebih umum. 　　Namun meskipun mengalami berbagai peristiwa ini, Master Kugua jelas tidak mengubah sifatnya yang suka menjamu teman-teman dengan hangat, tak heran Lu Xiaofeng begitu merindukannya... atau tepatnya masakannya. 　　Hanya saja sifatnya yang tidak berubah, bakatnya dan Lu Xiaofeng dalam menarik nama merah juga memang tidak pernah berubah... 　　Qi Xun melirik peta mini, tiba-tiba melihat dua nama merah mendekat ke arah ini, membuat kelopak matanya berkedut. 　　Seketika itu Lu Xiaofeng melihatnya tiba-tiba memegang dada, wajahnya pucat beberapa derajat. 　　Hua Manlou tidak bisa melihat perubahan ekspresi Qi Xun tapi bisa mendengar perubahan pola napasnya. Sedang ingin bertanya apa yang terjadi, tiba-tiba terdengar suara ketukan dari luar. 　　Saat Master Kugua bergegas membuka pintu, dia mendengar Qi Xun berbicara dengan metode yang hampir mirip transmisi suara: "Berpura-puralah aku terluka." 　　Meskipun Hua Manlou tidak tahu tentang pertarungan pedang antara Qi Xun dan Ye Gucheng hari ini, dia bukan tipe orang yang suka menanyakan alasan, termasuk sekarang. 　　Maka dua orang yang masuk di bawah pimpinan Master Kugua dari luar melihat gadis berambut putih dengan wajah pucat sakit, diterangi lampu lentera di pohon halaman yang semakin memudar dalam senja. 　　Hanya saja kondisi sakit ini tak menghalanginya merebut hidangan dari depan Lu Xiaofeng, sambil menyelipkan beberapa kalimat percakapan dengan Hua Manlou di sampingnya. 　　Apakah ada yang janggal dengan gadis secantik ini yang bersikap begitu sederhana? 　　Tapi bagi Master Kugua, ada yang menghargai masakannya sudah menjadi hal terbaik. 　　“Saya perkenalkan, ini adalah murid sekuler dari paman seperguruan saya Master Tiejian, Ye Xingshi, salah satu dari Empat Tabib Ahli Jianghu.” 　　Reputasi Ye Xingshi cukup terkenal, tapi jarang muncul di publik. Seingatku, hubungannya dengan Lu Xiaofeng tidak terlalu dekat, lebih sering berinteraksi dengan Hua Manlou. 　　Dengan kekuatan finansial Keluarga Hua di Jiangnan, wajar saja mereka pernah memanggil keempat tabib ternama ketika mata Hua Manlou bermasalah, meski bahkan mereka pun tak bisa berbuat banyak. 　　“Adapun yang satunya lagi...” 　　“Bagaimana kalau saya coba tebak,” Qi Xun mengamati nama merah lainnya dengan penuh minat. 　　Status nama merah Ye Xingshi berasal dari afiliasinya dengan Pulau Tak Bernama. Organisasi pembunuh ini menganut prinsip "manusia tak kasatmata". Siapa sangka seorang murid Shaolin ternama sekaligus tabib jianghu terkemuka ini terkait dengan dunia pembunuh? 　　Inilah makna "tak kasatmata". 　　Dan yang datang bersamanya adalah seorang biksu yang mengenakan jubah biksu, identitas ini juga tidak sulit ditebak. 　　"Yang ini pasti Biksu Jujur yang tidak terlalu jujur." 　　Sejujurnya, Qi Xun sebenarnya tidak terlalu paham mengapa Biksu Jujur dihitung sebagai nama merah. 　　Bukan karena dia tidak pantas mendapat peringatan nama merah, tapi karena atributnya agak sedikit rumit. 　　Diperhitungkan, dia juga punya hubungan dengan Pulau Tak Bernama, atau setidaknya patuh pada perintah Gong Jiu. 　　Hubungannya dengan Kediaman Pangeran Pingnan juga sulit diabaikan, mengingat kabar tentang Ye Gucheng yang terluka oleh racun Tang Tianyi sengaja dibocorkan oleh Biksu Jujur. 　　Qi Xun juga tidak akan lupa, karena reputasi pemerintah Dinasti Ming berada di jalur positif, seluruh daftar nama merah yang dia masukkan sekaligus, ada satu kekuatan bernama Kaus Kaki Putih yang juga merupakan dugaan Lu Xiaofeng tentang afiliasi Biksu Jujur. 　　"Tapi bagaimanapun, karena dia adalah nama merah, dan juga nama merah yang cerewet, Qi Xun sama sekali tidak akan mengizinkannya merusak rencananya. Tentu saja harus terus berpura-pura terluka, mungkin bisa memanfaatkan mulut Biksu Laoshi untuk mempromosikan lebih lanjut." 　　"Nona bercanda, mana ada biksu yang tidak jujur." Biksu Laoshi membalas salam dan mencari tempat duduk. 　　Meski duduk semeja dengan nama merah, dua nama merah ini akan menjadi masalah bagi Lu Xiaofeng, 　　Qi Xun tidak merasa nafsu makannya akan terganggu. 　　Apalagi keduanya jelas tidak ada keuntungan yang bisa diambil, malah mungkin bisa membantu menyebarkan kabar palsu. Jadi tidak perlu bertindak. 　　Setelah menikmati hidangan lezat dengan tenang, dia menyaksikan Biksu Laoshi dan Ye Xingshi menghilang dari pandangannya. 　　Tidak mengejutkan lagi, di peta mini terlihat kedua nama merah ini setelah keluar halaman langsung berjalan ke arah berbeda. Siapa tahu apakah mereka pergi mencari atasan masing-masing. 　　Tujuan tercapai, Lu Xiaofeng melihat wajahnya hampir seketika kembali normal. 　　“……Nona Qi, apakah ini tidak berlebihan?” Lu Xiaofeng menggoyang-goyangkan cangkir yang hanya tersisa sedikit arak bening. 　　Meski Master Kugua bercanda bahwa anggur baik itu untuk menyambut dua teman baru, kenyataannya sebagian besar diminum Lu Xiaofeng. Saat ini wajahnya sudah kemerahan karena mabuk ringan, dan semakin kagum dengan akting realistis Qi Xun yang luar biasa. 　　Mengingat kemampuan biksu Laoshi menyebar kabar seantero ibu kota hanya dengan semangkuk mi, Lu Xiaofeng yakin setelah malam ini semua orang akan percaya bahwa duel pedang Qi Xun-Ye Gucheng yang disebut imbang sebenarnya dimenangkan Ye Gucheng, dan kemenangannya di Puncak Kota Terlarang semakin tak terbantahkan. 　　Entah kenapa, Lu Xiaofeng juga ingin ikut bertaruh pada Sun Qingxia. 　　“Walaupun orang ini berteman dengan Sikong Zhaixing sambil makan kuaci, sifatnya sebenarnya tidak terlihat seperti pendekar pedang yang serius. Tapi dia punya teman yang sangat ingin menang taruhan.” 　　“Apa aku bilang luka ini karena Ye Gucheng?” Qi Xun membalas bertanya, “Punya penyakit tersembunyi yang kadang kambuh seperti ini juga tidak aneh. Terserah orang yang melihat mau menafsirkan bagaimana.” 　　Jawaban polosnya ini membuat Lu Xiaofeng sampai tersedak. 　　Tapi pada dasarnya, kita tidak bisa menyalahkannya kalau orang mau menyebarkan rumor versi mereka sendiri. 　　Qi Xun dan Sun Qingxia sudah bersiap untuk berpamitan. 　　Memberikan biaya makan untuk tuan rumah yang ramah seperti Master Kugua sama saja dengan menghina dia, tapi Qi Xun merasa tidak enak karena telah menikmati sore yang nyaman di rumah pekarangan ini dan menyantap hidangan vegetarian yang benar-benar layak menyandang gelar nomor satu di dunia, akhirnya meninggalkan dua resep masakan vegetarian dari Istana Air Suci. 　　"Tamu tak perlu sungkan seperti ini." Master Kugua membalik-balik resep itu dan merasa cukup menarik. 　　"Tentu saja untuk menyuap Master, supaya lain kali ada perjamuan vegetarian seperti ini ingat untuk menyisakan tempat buat saya. Dengan begitu saya tak perlu lagi mengaku bisa ikut makan karena hubungan dengan Lu Xiaofeng." 　　Qi Xun melambaikan tangan, memberi isyarat pada Master Kugua tak perlu mengantarnya keluar. 　　Penerangan pasar malam di ibu kota memang lebih terang dan bertahan lebih lama daripada tempat biasa, tapi mungkin tak sampai menyinari gang kecil tempat rumah pekarangan pilihan Master Kugua ini. 　　Dalam kegelapan malam, gaun biru Qi Xun dan jubah putih Sun Qingxia awalnya masih terlihat samar-samar sebagai bayangan putih di kejauhan, namun segera lenyap ditelan malam yang semakin pekat. 　　"Nona Qi ini benar-benar pribadi yang berjiwa bebas." Hua Manlou berkomentar. 　　Yang membuatnya penasaran, ia selalu merasa ada kesan familiar aneh dari Qi Xun, tapi tak kunjung teringat kapan pernah bertemu sebelumnya. 　　Lu Xiaofeng juga merasakan hal serupa. Cara Qi Xun berinteraksi dengan orang lain memang memancarkan kearifan pendekar yang santai, cocok dengan seleranya. 　　Hanya saja rahasianya agak terlalu banyak. 　　Berdasarkan pengalamannya sering terlibat masalah, ia punya firasat aneh bahwa tindakan Qi Xun mungkin bukan sekadar mencari keuntungan dari duel pendekar pedang, tapi ada maksud lain. 　　Hanya saja, mengingat hubungan mereka belum cukup akrab, bahkan jika ditanya pun kemungkinan besar Qi Xun tak akan menjawab. 　　“Orang yang dipermainkannya mungkin tidak berpikir demikian. Dengan kemampuan yang ditunjukkannya saat melawan Ye Gucheng hari ini, semoga tidak ada yang nekad mencari masalah.” 　　Jika Qi Xun mendengar perkataan Lu Xiaofeng ini, mungkin akan mengecam atribut "mulut burung gagak"-nya. 　　Benar saja, dia malah didatangi seseorang, meski bukan untuk mencari masalah, karena orang itu sendiri adalah sumber masalah. 　　Di kegelapan malam yang visibilitasnya sudah rendah, kehadiran seseorang yang terbungkus kabut tebal tentu semakin menyerupai hantu. 　　Hanya sepasang matanya yang terlihat istimewa, menyembul samar-samar dari balik kabut itu. 　　Tubuhnya yang keabu-abuan bahkan lebih sukar ditangkap daripada kabut kelabu keputihan di sekitarnya. 　　Siapapun yang menemui penghalang seperti ini di tengah malam pasti akan merasa ngeri, apalagi dengan nafas pendatang yang nyaris hilang dalam kabut pekat. 　　Qi Xun hanya berkomentar, "Sepertinya aku bertemu rekan seprofesi." 　　Rekan seprofesi macam apa? Tentu yang suka berpura-pura jadi hantu. 　　Pemimpin Sekte Iblis Barat Yu Luocha tentu jauh lebih hebat daripada "Giok Utara", sebenarnya Qi Xun sudah mempersiapkan diri akan kedatangannya. 　　Lagipula ulahnya yang sembrono ini membuat situasi Ximen Chuixue jadi agak rumit. 　　Mengingat hubungan kekerabatan antara Yu Luocha dan Ximen Chuixue melalui petunjuk jubah putih salju dan Ximen Ying, wajar jika dia datang untuk menguji atau membalas dendam. 　　Atau mungkin karena saingannya Black Tiger Hall tumbang di tangannya, sehingga Yu Luocha datang sendiri. 　　Tapi Qi Xun selalu punya standar ganda. 　　Dia sendiri boleh bermain misteri, orang lain tidak boleh. 　　Terutama saat dia awalnya merasa efek alkohol dari makan malam hari ini agak memabukkan, saat yang tepat untuk menikmati pemandangan malam ibu kota. Jika sekarang ada orang yang mengganggu kesenangannya menikmati bulan, tangannya pasti sudah gatal untuk bertindak. 　　Kebetulan juga bisa memverifikasi sebuah pertanyaan yang selalu membuatnya penasaran. 　　"Nyali gadis kecil ini cukup besar." Suara pendatang itu seperti kabut yang melayang, terasa samar bagai dalam mimpi. 　　Nyali Qi Xun tentu saja sangat besar. 　　Dia mengulurkan tangan ke arah Sun Qingxia. 　　Setelah insiden di Yin Gou Du Fang sebelumnya, di mana Sun Qingxia menggunakan senjata api untuk menghancurkan mekanik Fang Yufei, Sun Qingxia sudah menyadari ketertarikan Qi Xun pada senjata 'Teng Teng Teng'-nya. Bahkan dalam perjalanan kembali ke ibu kota dari timur laut, Qi Xun sempat mencoba beberapa kali bereksperimen. Jika bukan karena itu, Qi Xun tidak akan mengeluarkan uang untuk membeli mesiu tambahan. 　　Kini melihat Qi Xun mengulurkan tangan, mana mungkin Sun Qingxia tidak menebak apa yang dia inginkan. 　　Itulah qin yang bisa mengubah senjata api! 　　，，，。 　　Tapi dia tiba-tiba tersadar, sebenarnya itu bukan perubahan yang melunakkan sikapnya. 　　Sebaliknya, karena mabuk ini, kilatan percikan api redup yang mencekam terlihat di matanya. 　　Ini membuat Yu Luocha tiba-tiba memiliki firasat tidak menyenangkan. 　　Firasat ini semakin terbukti ketika Qi Xun membuka mulut. 　　"Sudah lama aku penasaran, Pemimpin Agung Yu," ujarnya sambil menerima qin, ujung jarinya memainkan mekanik pembuka. Tanpa ragu ia mengarahkannya ke arah Yu Luocha, senyum penuh selidik mengembang di bibirnya. 　　"Kabutmu ini, bisakah bertahan dari serangan meriam?" Chapter 76 Puncak Kota Terlarang 07 　　Api apa? Meriam macam apa? 　　Yu Luocha yakin pendengarannya belum sampai terganggu. 　　Qin Jiao Wei Chi Ke di tangan Qi Xun, saat berubah bentuk menjadi mekanik, mengeluarkan bau mesiu yang jelas tercium olehnya. 　　Dia sama sekali tidak bercanda! 　　Memang perkembangan senjata api sekarang sudah mulai terorganisir, tapi itu umumnya terbatas pada pasukan resmi. Pembentukan Shenji Ying di era Yongle tidak berarti orang Jianghu bisa sembarangan menggunakannya. 　　Sekte Iblis Barat Yu Luocha yang berkuasa di barat laut, belum pernah melihat musuh yang berani membawa meriam untuk menyerangnya. 　　"……" Apa yang sedang terjadi ini? 　　Qi Xun jelas sedang menanyakan hal ini dengan serius. 　　Memang dia agak sedikit mabuk, tapi kadar kemabukannya cukup terbatas dan sama sekali tidak mempengaruhi penilaiannya. 　　Saat pertama melihat Yu Luocha, dia langsung memperhatikan kabut di sekelilingnya jelas bukan sekadar kondensasi uap air. 　　Hal ini membuat Qi Xun merasa sedikit kecewa. 　　Bagaimanapun, jika benar uap air, mungkin dia bisa membuat Yu Luocha merasakan akibat perangkapnya sendiri yang datang untuk dikalahkan dengan mudah. 　　Tapi kalau bukan, tidak masalah juga! 　　Substansi yang mirip debu atau kabut khusus ini membuat Qi Xun yakin bisa digunakan untuk mengaburkan serangannya, bahkan membentuk perlindungan. Namun di hadapan senjata api, justru menjadi penghalang bagi Yu Luocha. 　　Qi Xun sama sekali tidak bermaksud mendapatkan jawaban darinya. 　　Siapa yang lebih kuat antara Yu Luocha dan Mu Daoren memang belum pasti, tapi pasti tidak bisa mengalahkan dirinya yang membawa "Teng Teng Teng" seperti pengguna cheat ini. 　　Yu Luocha yang terkejut identitasnya terbongkar belum sempat bereaksi, sudah melihat Qi Xun mengaktifkan mekanisme qin berekor hangus di tangannya. 　　Namun gerakan yang tampak seperti memicu mekanik meriam ini tidak menghasilkan cahaya api di depannya. 　　Yu Luocha: ??? Hanya ini? 　　Sun Qingxia juga dipenuhi tanda tanya. 　　"Teng Teng Teng" adalah hasil pengembangan bertahun-tahun di Klub Senjata Shandong, mustahil terjadi kemacetan. Menurut ahli senjata seperti dirinya, mustahil Qi Xun menarik pelatuk tanpa serangan. 　　Tapi seketika itu juga, percikan api meledak tepat di depan Yu Luocha. 　　Qi Xun hampir mati ketawa oleh Sistemnya sendiri. 　　Status lampu merah-hijau saat menilai apakah Chu Liuxiang termasuk nama merah atau Nama Hijau, muncul kembali kali ini. 　　Saat menghadapi Ye Gucheng di Chunhua Lou sebelumnya, untuk membentuk kontras tajam antara "Pedang Perawi Surgawi" dan jurus pedangnya, dia sengaja menggunakan efek khusus【Liu Guang · Yong An】. Sebenarnya efek ini tetap terlihat di siang hari. 　　Setelah menyaksikan pertandingan Qinggong antara Lu Xiaofeng dan Sikong Zhaixing, kemudian mengikuti Lu Xiaofeng ke Master Kugua untuk ikut makan gratis, Qi Xun benar-benar lupa untuk menonaktifkan efek khusus tersebut. 　　Saat Sun Qingxia meminjamkan Teng Teng Teng padanya, Sistem langsung menganggap senjata ini sebagai miliknya. Serangan meriam yang diluncurkan pun dianggap harus dipasangi efek khusus Yong An yang menyatu sempurna dengan kegelapan malam. 　　Namun setelah peluru ditembakkan, Sistem yang bodoh ini baru sadar bahwa serangan ini bukan berasal dari ilmu tenaga dalam Qi Xun sendiri, melainkan murni fungsi senjata api. Akhirnya efek khusus tersebut baru dilepas terlambat. 　　Tapi justru tercipta efek yang tak terduga. 　　Yu Luocha sedetik sebelumnya masih mengira meriam ini hanyalah barang "gantung kepala kambing jual daging anjing", sama sekali tidak ada efeknya. Pertanyaan tentang apakah kabutnya bisa menahan serangan meriam hanyalah gimmick yang membuatnya panik. Namun detik berikutnya, ia mendapat pukulan yang bisa dibilang menghancurkan. 　　Andai saja bukan karena pengalamannya bertahun-tahun di , di mana sedikit kelengahan bisa membuatnya terbunuh dalam tidur, membuatnya selalu waspada tinggi. Mental ini membuatnya mengubah kabut seperti pasir hisap ini menjadi perisai di depan tubuh saat percikan api muncul—— 　　Sungguh nyawanya hampir melayang! 　　Meski bereaksi secepat itu, tetap saja terkena 　　pukulan hebat. 　　 sama sekali tidak punya filter baik terhadap Yu Luocha. Malah mungkin mengira di usianya yang sudah lanjut ini, Yu Luocha termasuk tipe multi-talenta. 　　Multi-talenta ala dan ! 　　Pada saat serangan meriam yang macet secara aneh dan meledak dalam jarak dekat ini menghantam, dia telah menekan laras meriam dan menembakkan peluru kedua. 　　Dua ledakan berturut-turut di gang sepi ini cukup membuat penghuni sekitar jatuh dalam kepanikan. 　　Tapi belakangan ini karena pertarungan spesial di Puncak Kota Terlarang, ibu kota memang telah dipadati berbagai kekuatan. Daripada keluar melihat kejadian, lebih baik diam di dalam rumah sampai suara hilang. 　　Apalagi aksi Qi Xun sangat terkendali, dua kali serangan meriam ini hanya untuk menghancurkan kabut pelindung Yu Luocha. 　　Sesaat setelah ledakan kedua meledak, dia telah melemparkan qin berekor hangus ke belakang yang ditangkap oleh Sun Qingxia. 　　Yang menggantikan meriam untuk menyerang Yu Luocha kini adalah Selendang Bai Zhang Han Guang-nya dan telapak tangan yang telah dipersiapkannya. 　　Yu Luocha yang hampir terkejut oleh dua serangan pertama Qi Xun yang tidak mengindahkan etika bela diri, kini sama sekali kehilangan aura misteriusnya sebelumnya. 　　Kabut keabu-abuan kini telah menyebar seperti pasir hisap di tanah, sementara siluet manusia berwarna abu-abu yang sebelumnya tersembunyi dalam kabut kini telah menampakkan wujud aslinya. 　　Ia mengenakan pakaian berwarna kabut - nuansa abu-abu keputihan yang nyaris suram. Warna busana yang gelap ini serta kegelapan malam sama sekali tidak mengurangi keindahan mencolok dari raut wajahnya. 　　Meski kini bajunya yang berlubang-lubang kecil akibat bara meriam dan wajahnya yang tercoreng jelaga membuatnya terlihat murka, sedikit merusak pesona wajahnya. 　　Yang lebih membuatnya merasa absurd adalah, Qi Xun benar-benar tak merasa ada masalah dengan "sapaan"nya ini. Dalam cahaya pedang yang menyusul ini, kegelapan yang hampir menghilang itu menyimpan aura pembunuhan yang membuat jantung berdebar. 　　Meskipun Yu Luocha tidak tahu nama jurus "Darah Mengalir Ribuan Li", dia paham Qi Xun sama sekali tidak ragu-ragu seperti kaum muda yang merantau di Jianghu. Secara alamiah, dia menerapkan prinsip dasar "manfaatkan kelemahan lawan untuk menghabisi nyawanya". 　　Serangan Pedang Kain Sutra yang diperkuat efek cahaya abadi, membuatnya benar-benar kewalahan setelah berusaha mati-matian menahan dua serangan meriam. 　　Selama ini dia lebih suka bersembunyi di balik layar, mengatur segalanya rapi, dan menjadikan orang lain sebagai bidak permainannya. Ini pertama kalinya dia mengalami situasi dimana samaran terkoyak dan dipukuli habis-habisan. 　　Pedang lentur dari lengan bajunya terpaksa dikeluarkan tergesa-gesa, bertaut dan saling membunuh dengan energi pedang Qi Xun. 　　Dia juga harus waspada terhadap senjata api di tangan pemilik aslinya yang mungkin menyerangnya lagi. 　　Dalam situasi kewalahan ini, hembusan angin telapak tangan Qi Xun telah menyapa. 　　Dan telapak tangan ini, adalah gelombang dahsyat yang pernah dia gunakan saat melawan Youhun! 　　Penggabungan dengan Jurus Sembilan Busur Mengguncang Matahari merupakan eksperimen darinya, dan kini saatnya mencari objek uji coba lagi. 　　Yu Luocha pasti akan muntah darah karena marah jika mendengar aktivitas mental Qi Xun ini. 　　Tapi sekarang sudah hampir sama. 　　Dia pertama kali kehilangan inisiatif, lalu harus membagi perhatian untuk mengawasi gerakan Sun Qingxia. 　　Dalam keadaan tertipu oleh serangan efek membingungkan "Teng Teng Teng", sungguh sulit baginya tidak khawatir akan serangan bom tiba-tiba, apalagi senjata Qi Xun yang terlalu panjang memungkinkannya menyerang sambil mundur, memberi kesempatan Sun Qingxia menyerak saat jarak terbuka. 　　Tapi lawannya justru memusatkan seluruh konsentrasi padanya. 　　Wajah yang layak dijuluki "bencana kecantikan" ini dan kondisi memalukan setelah terkena serangan debu pertama, sama sekali tidak memperlambat telapak tangan Qi Xun. 　　Kepercayaannya pada Sun Qingxia juga cukup membuatnya tidak perlu khawatir akan gangguan dari orang lain saat menyerang. Dengan perbedaan pola pikir ini, Yu Luocha hampir mustahil bisa menahan telapak tangan ini. 　　Meski dasar ilmu tenaga dalamnya jauh lebih kuat daripada Youhun, sehingga tidak mungkin sampai terjadi patah tulang, serangan yang terlalu cepat dan menentukan ini membawa hawa dingin serta tenaga susulan berlapis, membuat tenaga dalamnya yang semula lancar tiba-tiba tersendat. 　　Energi dalam yang mengganas bergerak liar di dalamnya. 　　Qi Xun yang disebutnya "berani" benar-benar membuktikan julukan itu, langsung menekan tubuhnya ke tanah saat dia muntah darah— 　　Wajahnya menghantam tanah. 　　Angin musim gugur yang berhembus di lorong gelap itu membuat hati Yu Luocha terasa beku. 　　Dia juga tak bisa menahan desisan napas dingin. 　　Dalam arti tertentu, perlakuan Qi Xun terhadap "Yu dari Barat" dan "Yu dari Utara" sangat konsisten, memberikan perlakuan yang adil kepada kedua pihak. 　　Yang membuat Yu Luocha merasa darah tuanya belum selesai dimuntahkan adalah: jari Qi Xun menekan titik nadinya di leher, sementara tangan lainnya kembali meraih ke arah Sun Qingxia, sekali lagi mengangkat qin berekor hangus dengan satu tangan dan mengarahkannya ke Yu Luocha. 　　Atau mungkin lebih tepatnya, dia menempelkan senjata api itu tepat di samping wajah Yu Luocha, bersandar pada permukaan tanah, mengarahkannya di depan hidungnya. 　　"......" Begitukah anak muda zaman sekarang? 　　Yu Luocha terus-menerus mempertanyakan makna kehidupan. 　　Yang membuatnya semakin merasa hancur adalah, dalam pandangannya, gadis yang masih berbau alkohol ini jelas-jelas menunjukkan nada suara penuh kesenangan. 　　Ia menepuk-nepuk cangkang qin meriam yang menopang di tanah, senyumnya terlihat sangat menggemaskan, "Terima kasih atas jawaban yang ditunjukkan langsung oleh Pemimpin Yu, sekarang aku sudah tahu. Oh ya, izinkan aku memperkenalkan, benda ini namanya Teng Teng Teng." 　　Tidak... Dia sama sekali tidak ingin tahu tentang ini. 　　Seandainya Yu Luocha bisa berkomunikasi dengan Fang Yufei yang kini sudah di alam baka, mungkin dia akan menyadari bahwa reaksi batin mereka saat mendengar nama ini sebenarnya mirip. 　　Dan jika matanya tidak salah lihat, saat Qi Xun mengucapkan kalimat itu, sudut bibir rekannya juga berkedut seolah menunjukkan rasa tidak habis pikir. 　　"Sepertinya kamu ingin mengatakan sesuatu?" Qi Xun menangkap ekspresi Sun Qingxia dari sudut matanya. 　　"Aku hanya merasa mungkin perlu mengganti nama senjataku," jawab Sun Qingxia. 　　“Sebelumnya dia merasa nama ini cukup deskriptif, tapi entah mengapa, saat Qi Xun memperkenalkan nama ini kepada target pukulannya bahkan dengan semangat seperti sedang mempromosikan sesuatu, Sun Qingxia justru merasa ada yang tidak beres.” 　　“Tapi dibandingkan dirinya, Yu Luocha yang merasa lebih menderita.” 　　“Tiba-tiba dia merasakan sakit di rahang, sebuah benda mirip pil telah menggelinding masuk ke mulutnya.” 　　“Meski menganggap diri sudah berpengalaman, tetap saja dia tak tahu racun macam apa yang berbentuk seperti bola es ini.” 　　“Qi Xun sudah menepuk-nepuk pipi indah Yu Luocha, dengan sikap percaya diri seolah memegang kelemahan lawan, lalu berdiri.” 　　“Pemimpin Yu, mohon ikut saya.” 　　“Qin berekor hangus kembali ke tangan Sun Qingxia.” 　　Entah mengapa, Sun Qingxia merasa seperti menjadi bawahan yang hanya bertugas mengangkat barang. Namun melihat Qi Xun yang berjalan santai dengan tangan di belakang punggung, wajahnya memancarkan sukacita murni, serta sikapnya yang sombong dan arogan saat mengintimidasi orang lain, Sun Qingxia menggelengkan kepala sambil menghela napas. Ia pun merasa hal ini tak masalah. 　　Ia membenarkan diri dengan alasan bahwa dirinya memang sedang bekerja untuk melunasi utang. Atasan harus selalu dipatuhi. Tapi entah mengapa, ia merasa alasan ini tidak sepenuhnya benar. 　　Sebaliknya, Yu Luocha tampak kesal. 　　Tanpa tahu apa yang dimasukkan Qi Xun ke mulutnya, ia terpaksa mengikuti mereka daripada mengumpulkan kembali kabut di sekujur tubuhnya untuk melarikan diri. 　　Setelah tiba di penginapan tempat Qi Xun dan Sun Qingxia menginap, matanya langsung tertuju pada Di Feijing yang duduk manis di sudut kamar bagaikan hiasan dinding. 　　“Yang ini siapa?” Yu Luocha segera menyadari keanehan dalam ekspresi Di Feijing, lalu bertanya. 　　Qi Xun jelas tidak keberatan menjelaskan pada tawanan ini. "Boneka cantikku." 　　“……” Yu Luocha hampir terkejut. 　　Meski dia adalah Pemimpin Sekte Iblis, saat ini Qi Xun justru terlihat lebih mirip anggota Sekte Iblis darinya. 　　Melihat Qi Xun tidak melarang, dia mencoba memeriksa denyut nadi Di Feijing. 　　Efek kombinasi Yabulu dan Xuan Bing Ji Le 　　sepenuhnya merupakan area pengetahuan yang kosong baginya. Dia hanya bisa mendeteksi denyut nadi yang tidak normal, tapi tidak ada tanda keracunan sebenarnya. 　　Ini membuatnya semakin yakin bahwa benda yang ditelannya itu adalah racun jenis tak dikenal. 　　Saat menoleh, Yu Luocha melihat Qi Xun duduk di meja, menopang pipi dengan satu tangan, menatapnya dengan pandangan penuh minat. 　　Dengan jeda perjalanan pulang ini, efek mabuk di tubuhnya telah benar-benar hilang. Namun Yu Luocha merasa justru dalam keadaan pikiran yang sepenuhnya jernih ini, sifatnya yang serba tak terikat tampak semakin jelas terpapar di hadapannya. 　　Terutama ketika mengingat asal-usulnya yang misterius, bahkan jaringan intelijen yang telah dikelolanya selama bertahun-tahun pun tak mampu mengungkap latar belakangnya, semakin menimbulkan ketidakpastian akibat ketidaktahuan. 　　"Pemimpin Yu, kulihat kalian berdua memiliki gaya penampilan yang cukup mirip." 　　Pujian yang terkesan casual dari Qi Xun langsung memicu alarm di benak Yu Luocha. 　　Memang ada sedikit kemiripan wajah antara dirinya dengan Di Feijing, hanya saja fitur wajahnya lebih condong ke arah kecantikan yang mencolok. 　　Tapi yang satu pucat karena masalah tulang leher, sementara yang lain berkulit pucat karena jarang keluar di siang hari, semakin dilihat semakin mirip. 　　Dalam situasi percakapan lain, mungkin Yu Luocha masih bisa menganggap ini sebagai pujian untuknya, mengingat Di Feijing memang memiliki wajah yang begitu indah hingga langsung bisa dikenali sebagai Di Feijing. 　　Namun dalam konteks saat ini, Yu Luocha hanya mendengar subteks—— 　　"Kalian memang mirip, tapi lehermu masih utuh. Maukah kau menggantikan posisi boneka cantiknya?" 　　Tidak, tidak, ini benar-benar tidak perlu. 　　Yu Luocha sama sekali tidak menyangka bahwa upayanya menyelidiki latar belakang Qi Xun justru berisiko membuatnya sendiri terjebak. Ini terdengar sangat tidak menguntungkan. 　　Ia memutuskan untuk menyelamatkan diri. 　　"Mari kita bicara." 　　Ia duduk berseberangan dengan Qi Xun, berusaha terlihat tenang dan sesuai dengan statusnya sebagai Pemimpin Sekte Iblis Barat. 　　Namun bekas luka bakar meriam di tubuhnya membuatnya sulit mempertahankan kesan misteriusnya. 　　Qi Xun merasa puas karena sekarang karakter mereka tidak bertentangan. 　　"Membahas apa?" Kini dia yang memegang kendali, dengan santai menuangkan secangkir teh lalu menyuruh Sun Qingxia juga duduk. 　　"Tentang skema perjudianmu yang ingin menguasai kedua belah pihak di ibu kota ini." 　　Yu Luocha tidak meragukan kemampuan Qi Xun, namun tetap menambahkan, "Tapi mengamankan kekayaan sebesar itu tidak mudah. Jika kau mau, aku bisa membantumu." 　　"Empat Bank Heng Besar itu milikmu?" tanya Qi Xun. 　　"Bukan." Yu Luocha nyaris menghela napas. 　　Seandainya latar belakang bank itu Sekte Iblis Barat, takkan ada yang berani menyimpan uang di sana. Kepercayaan para penjudi bahwa bank ini tidak akan melarikan uang, tentu karena ada bayangan pedagang kerajaan di baliknya. 　　“Maksudku, aku bisa menambah sedikit peluang kemenangan untuk gadis ini, juga bisa membantumu mengatasi orang-orang yang ingin mengganggu saat mengambil kekayaan ini.” 　　Memberikan syarat seperti ini benar-benar pertama kali bagi Yu Luocha, terutama dalam situasi terus mengalah seperti ini. Tapi siapa sangka Qi Xun kini menguasai keunggulan mutlak, sekaligus membuatnya tidak bisa menebak racun apa yang sebenarnya masuk ke tubuhnya. 　　Apalagi untuk tidak menjadi boneka cantik nomor dua miliknya, Yu Luocha memilih mengalah dan menahan diri. 　　Pandangan Qi Xun menatap wajahnya cukup lama, baru perlahan memberikan jawaban, "Baik, kalau begitu tunjukkan apa yang bisa kau lakukan untuk membuktikan niat baikmu." 　　“Adapun sekarang… kau boleh pergi.” 　　Yu Luocha tidak menyangka dia akan begitu mudah mengizinkannya pergi. 　　Namun saat bertemu dengan ekspresinya yang samar-samar tersenyum dan matanya yang berkilau diterangi cahaya lilin, ia kembali merasa bahwa inilah sikap yang pantas ditunjukkan oleh seseorang yang sudah memegang kemenangan. 　　Bahkan gerakan jarinya yang hanya sekadar mengetuk cangkir teh tanpa maksud tertentu, membuat Yu Luocha merasa itu seperti sebuah isyarat—— 　　Sebuah peringatan bahwa kapan saja dia bisa mengaktifkan racun dalam tubuhnya untuk menjadikannya bagian dari rombongan boneka. 　　Orang pintar selalu cenderung berpikir berlebihan, apalagi Yu Luocha yang bahkan bisa mempermainkan tiga sesepuh Sekte Iblis Tiga Sahabat Musim Dingin di bawah kendalinya. 　　"Racun yang kau berikan padanya sepertinya bukan racun biasa?" Sun Qingxia yang menjadi pengamat paling jelas melihat situasi, akhirnya bertanya setelah memastikan Yu Luocha telah pergi. 　　“Memang bukan.” Ujung jari Qi Xun mencelupkan sedikit air teh, Sun Qingxia menyaksikan setetes air ini berubah menjadi bola es kecil di tangannya, tak berbeda dengan yang dilemparkannya ke mulut Yu Luocha sebelumnya. 　　Sun Qingxia agak ingin tertawa, “Kau tidak takut dia kabur?” 　　“Tak perlu khawatir, racun memang bukan pembatasku untuknya, tapi hal lain bisa.” Suara Qi Xun yang tegas membuat Sun Qingxia sementara mengenyahkan keraguannya. 　　Qi Xun benar-benar tidak khawatir Yu Luocha melarikan diri. 　　Awalnya karena munculnya reputasi pemerintah Dinasti Ming, mungkin karena Yu Luocha dan kekuatannya jarang terlibat di ibu kota, sehingga tidak dimasukkan ke daftar kekuatan musuh bernama merah. 　　Tapi kini dia memiliki Kaisar Muda sebagai sandaran, bisa sepenuhnya dianggap sebagai perwakilan kaisar saat ini di dunia persilatan. 　　Dalam kondisi seperti ini, serangan Yu Luocha padanya sama dengan menantang kekuasaan kerajaan, langsung dimasukkan ke status nama merah tanpa ampun. 　　Dan selama dalam status nama merah, dia bisa memantau koordinat lawan, seperti kasus Huang Luzhi dan Xiong Niangzi. 　　Selama Yu Luocha tidak meninggalkan ibu kota, Qi Xun bisa menemukan posisinya kapan saja. 　　Fakta telah membuktikan bahwa serangan meriam ini benar-benar bisa menghancurkan pertahanannya. Kesalahan penilaian Sistem terhadap kompatibilitas efek Yong An dan Teng Teng Teng bahkan mungkin membuat Yu Luocha mendapat "hukum langit" yang tiba-tiba. 　　Jika Yu Luocha benar-benar berniat jahat bahkan mengadakan rapat nama merah, jangan salahkan dia jika harus menghujani mereka dengan serangan meriam yang mengubah zaman, lalu mengundang sanak saudaranya untuk makan bersama. 　　Dibandingkan dengan kegelisahan Yu Luocha yang terus memikirkan bentuk kesungguhan hati yang tepat, suasana hati Qi Xun bisa dibilang sangat tenang. 　　Dia tidur dengan nyenyak, dan saat bangun menerima kabar bahwa Yu Luocha telah menyewa kamar di sebelah penginapannya, hari ini datang bersama dua orang untuk menempatinya. 　　Saat dia masuk ke dalam ruangan, yang terlihat adalah situasi tiga pihak yang saling berhadap-hadapan. 　　Dua orang yang dibawa Yu Luocha jelas bukan bawahannya, bahkan mereka hampir tidak tahan menjaga jarak tiga zhang darinya. Sayangnya ukuran ruangan ini tidak memungkinkan mereka berdiri sejauh itu. 　　Salah satunya bertubuh kurus dan lemah, tapi memiliki kepala yang sangat besar hingga mengkhawatirkan apakah lehernya mampu menopang. Bau alkohol masih melekat di tubuhnya, tatapan matanya samar-samar, hampir tertidur sambil bersandar di dinding. 　　Yang satunya lagi adalah seorang wanita cantik. Meski aroma bedak wangi dan pemerah pipinya agak terlalu menyengat, sorot matanya tidak menunjukkan sikap genit atau menggoda, malah terlihat waspada saat menatap Qi Xun dan yang lain. 　　Qi Xun kira-kira bisa menebak identitas mereka berdua. 　　“Aku menghabiskan 400 Tael perak untuk menebus makhluk ini dari kedai minuman,” Yu Luocha menunjuk ke pria berkepala besar yang berdiri limbung, “Kau mungkin belum pernah melihatnya tapi pasti pernah dengar namanya, dialah Tuan Sun yang bisa menghubungi Dazhi Datong. Tapi kurasa sebenarnya tidak ada Dazhi Datong di dunia ini.” 　　Perkataan Yu Luocha ini berhasil membuat Tuan Sun langsung sadar dari mabuknya. 　　Tapi Yu Luocha kini sudah menunjuk ke orang lain, tidak melanjutkan topik pengungkapan itu, “Ini Ouyang Qing, seorang gadis hwakui yang cukup terkenal. Aku menghabiskan... lupakan, intinya aku sudah melunasi biaya tebusannya, mengambilnya dari teman yang sedang mengunjungi ibu kota, dan membawanya ke sini.” 　　“Pemimpin Agung Yu benar-benar mengeluarkan banyak biaya.” Qi Xun berkata dengan serius, berhasil melihat ekspresi Yu Luocha yang kembali tersedak. 　　Yang ingin diterima Yu Luocha tentu bukanlah respons seperti "Anda mengeluarkan biaya", apalagi ucapan "" dari Qi Xun ini terdengar lebih seperti mengucapkan terima kasih karena telah menghemat uangnya. Yang ingin didengarnya adalah pertanyaan mengapa dia membawa dua orang seperti ini ke hadapannya. 　　Tapi Qi Xun tidak 　　bertanya, dia tetap harus menjelaskan - siapa yang menyangka dialah pihak yang terpojok. 　　"Kedua orang ini cukup beruntung. Mereka tak sengaja mendengar sebuah pembicaraan rahasia, dan karena itu menghadapi ancaman pembunuhan." 　　Yu Luocha sebenarnya tidak terlalu memperhatikan masalah pembunuhan yang dihadapi orang lain. Namun karena ini bisa dianggap sebagai bentuk ketulusan yang telah ia berikan, akhirnya dia membawa kedua orang itu keluar. 　　"Mengenai detail sebenarnya dari pembicaraan rahasia tersebut, biarkan mereka berdua yang menjelaskan." 　　Memang Tuan Sun sudah sadar dari mabuknya, tapi sepertinya belum langsung menyadari peristiwa apa yang dimaksud Yu Luocha. Reaksi Ouyang Qing justru jauh lebih cepat dibandingkan Tuan Sun. 　　Setelah cepat mengingat-ingat memorinya, dia menemukan sebuah situasi yang mungkin agak aneh. 　　"Yang Anda maksud adalah saat seorang kasim dan dua murid Sekte Pedang Laut Selatan berbisik-bisik rahasia?" 　　Yu Luocha tidak menjelaskan alasannya saat mengundangnya, namun melihat ekspresi penegasan di wajah pria berpenampilan mencolok ini setelah dia menyebutkan hal tersebut, Ouyang Qing tahu tebakannya tepat. 　　Menganggap kedatangannya sebagai urusan pekerjaan, dia pun peka situasi melanjutkan cerita, "Kasim itu adalah tamu di tempatku. Aku tak suka laki-laki, jadi lebih baik melayani yang tak mampu. Dalam kondisi seperti itu, biar kusuruh tidur di lantai pun mereka takkan protes - lebih takut ketahuan impotensi daripada tidur di lantai. Saat itu, aku langsung tahu identitas sang kasim, makanya kubiarkan dia menginap." 　　Ouyang Qing mengatakan kata-kata ini dengan sangat terbuka, membuat Qi Xun tidak bisa tidak merasa kagum padanya. Yang membuat orang semakin merasa wanita ini tidak sederhana adalah, dia masih bisa menunjukkan senyuman santai di wajahnya saat mengucapkan ini. 　　Di pipinya yang tersenyum muncul lesung pipi, terlihat sangat manis. 　　"Kasim ini tentu bukan datang ke rumah bordil untuk mencari kesenangan. Meski hanya berbicara beberapa kalimat dengannya, aku bisa melihat bahwa dibanding berpura-pura seperti pria sejati, dia lebih suka berjudi. Jadi tentu dia datang untuk urusan resmi. Mengapa aku bisa mengenali dua orang yang datang bersamanya sebagai murid Sekte Pedang Laut Selatan? Mungkin mereka mengira pekerja prostitusi hanya punya wawasan sempit dan tidak akan menyelidiki identitas tamu." 　　Ekspresi mengejek muncul sejenak di wajah Ouyang Qing, tapi tidak menghentikan ucapannya: "Pedang Sekte Pedang Laut Selatan bentuknya sangat ramping dan panjang, desainnya juga berbeda dari pedang biasa. Aku bisa mengenali perbedaan ini." 　　Pandangannya menyapu singkat ke arah Tuan Sun di seberang, lalu melanjutkan, "Adakah yang bisa menjadi saksi untuk penilaianku ini? Mungkin itu dia. Aku yakin maksud Tuan memanggil kami ke sini adalah karena tiba-tiba aku ingat, hari itu dia juga ada." 　　Tuan Sun mengangguk. 　　Mengurangi upaya bicara tentu baik baginya. Mabuknya belum sepenuhnya hilang, lidahnya masih kaku. 　　Namun ia agak ngeri dengan cara Yu Luocha menyeret orang, lalu menambahkan agar tak terlihat tak berguna, "Kasim itu adalah Kepala Pelayan Istana Wang An. Dua pendekar pedang itu bukan hanya dari Sekte Pedang Laut Selatan, tapi juga tunduk pada Kediaman Pangeran Pingnan." 　　Ia menguap seperti masih mengantuk, namun berkata dengan nada datar, "Rumah bordil memang tempat termudah dapat kabar. Mereka tentu tak akan curiga pada pemabuk." 　　Tetapi jika mereka bahkan perlu waspada terhadap seorang pemabuk dan seorang □□ yang bertemu secara kebetulan di ibu kota, dan merasa perlu melakukan pembunuhan untuk menutupi kebocoran informasi, maka hal yang mereka rencanakan pasti jauh lebih rumit. 　　Yu Luocha jelas menunjukkan niat baik yang bisa dianggap sebagai bukti keseriusan. 　　Sebenarnya Qi Xun bisa saja mengaku mengetahui semua informasi ini, namun sumber kabarnya akan menimbulkan pertanyaan. Untungnya Yu Luocha melengkapi bagian yang kurang tersebut. 　　Membawa Tuan Sun ke hadapannya juga memiliki kegunaan lain baginya. 　　Jadi alih-alih melanjutkan pertanyaan tentang Kepala Pelayan Wang An dan dua pendekar pedang yang tunduk pada Pangeran Pingnan seperti yang diharapkan Yu Luocha, hingga menyentuh nama Ye Gucheng, Qi Xun tiba-tiba beralih ke Tuan Sun: "Konon katanya Anda tahu banyak informasi, kebetulan saya punya dua pertanyaan." 　　Jarinya menunjuk ke arah Yu Luocha dengan jelas menyiratkan satu makna - bayar dulu. 　　"..." semuanya berhubungan dengan rencana di ibu kota 　　Orang yang terlibat dalam bisnis besar seperti ini, bisakah jangan sampai meminta 50 tael perak yang harus diberikan oleh orang yang kini sedang dalam cengkeramannya? 　　Yu Luocha menggerutu dalam hati, lalu teringat—bukan 50 tael, karena Qi Xun menyebut dua pertanyaan, berarti total 100 Tael. 　　Ia mengeluarkan tael perak dari kantong uang dan menyerahkannya ke arah Tuan Sun. 　　Tuan Sun benar-benar seorang yang ahli. 　　Meskipun identitasnya telah terbongkar dan dibawa ke sini setelah dilunasi utangnya, setelah bertahun-tahun mengandalkan profesi ini, kini ia menerimanya dengan sikap tenang luar biasa tanpa rasa malu. 　　Begitu uang perak sampai di tangan, dengan cepat ia menyimpannya di dalam bajunya, membuat ekspresi Yu Luocha hampir tak terkendali. 　　Qi Xun menduga Guru Yu ini mungkin karena biasa menyembunyikan diri dalam kabut, jadi kemampuan mengontrol ekspresinya agak kurang. 　　Tentu saja tidak menutup kemungkinan bahwa dua tembakan meriam tadi malam telah membuat pikirannya kacau balau. 　　"Silakan bertanya." Tuan Sun juga seorang yang bekerja berdasarkan bayaran, kini uang sudah di tangan, keluar pintu langsung bisa beli minuman, dia sangat bersedia berbicara. 　　"Pertanyaan pertama, apakah Tuan tahu lokasi Pulau Tak Bernama?" Pertanyaan pertama Qi Xun ini langsung membuat Tuan Sun merasakan bagaimana uang tidak mudah didapat. 　　Qi Xun sama sekali tidak merasa pertanyaan ini tidak pantas diajukan kepada Tuan Sun. 　　Bahkan jika Yu Luocha tidak membawa Tuan Sun kemari, dia pasti akan mencari Tuan Sun juga. 　　Untuk mencapai Pulau Tak Bernama, satu cara adalah menemukan galangan kapal si licik tua dan mencoba keberuntungan untuk mencapainya, cara lain adalah menemukan Gong Jiu dan mengandalkan kekuatan dengan mengalahkannya, namun sulit dipastikan apakah dia akan merasa masih bisa menerima lebih banyak pukulan. 　　Ada satu cara lain yaitu melalui Tabib Ahli Ye Xingshi yang dilihat kemarin, tapi Ye Xingshi ini bahkan hanya karakter umpan meriam di bawah kendali Gong Jiu. Sedikit saja bocor informasi tentang atasan, nyawanya langsung terancam. Bisa dibilang tidak terlalu bisa diandalkan. 　　Justru Sun Laoye sangat mungkin memiliki jaringan kabar sendiri. 　　Penduduk Pulau Tak Bernama bersembunyi di tengah keramaian. Citra Sun Laoye yang terkesan tak bisa hidup tanpa anggur dan wanita, bahkan tael perak di tangannya tak bertahan tiga hari, telah membentuk kesan stereotip. Ini bisa disebut sebagai bentuk "manusia tak kasatmata". 　　Kurang lebih ini seperti menggunakan sihir untuk mengalahkan sihir. 　　"Tahu sih tahu." Sun Laoye menjawab, "Tapi..." 　　Tapi tempat ini tidak semudah itu untuk dikunjungi. 　　Namun sebelum dia menyelesaikan kalimatnya, Yu Luocha sudah buru-buru menyela, "Pertanyaan ini sebenarnya tidak perlu kau tanyakan padanya. Tanya saja padaku, aku tahu lokasinya." 　　"......?" Qi Xun perlahan memalingkan pandangannya kembali ke wajah Yu Luocha. 　　Seolah menyadari bahwa dirinya sekarang tidak memiliki sesuatu untuk menutupi wajah, sehingga ekspresinya tidak bisa disembunyikan, Yu Luocha sedikit menahan ekspresi antusias, schadenfreude, dan ingin menyeret orang lain ke dalam masalah itu. Wajanya kembali menunjukkan ekspresi penuh misteri. 　　"Pemimpin Yu, berani saya bertanya berapa usia Tuan tahun ini?" Qi Xun bersumpah dia tidak salah melihat ekspresi itu. 　　Jelas sekali dia sendiri yang terkejut oleh serangan meriam tiba-tiba, dan sekarang ingin membuat si kakek dari Pulau Tak Bernama merasakan pengalaman yang sama. 　　Yu Luocha menolak menjawab pertanyaan ini, lagipula Qi Xun tidak membayar. 　　"Ini bukan masalah inti dan tidak ada hubungannya dengan Pulau Tak Bernama. Jika kau benar-benar ingin ke sana, aku bisa memandu." Yu Luocha agak menyesal tidak segera mengenakan kembali lapisan kabut itu. Lagi pula dengan adanya dua saksi dan berada di dalam penginapan, kemungkinan besar Qi Xun tidak akan langsung menembakkan meriam. 　　Dia tidak menanggapi secara pasti, menghentikan pertanyaan tentang usia tersebut. 　　Namun pertanyaan kedua yang dia ajukan kepada Lao Ye Sun adalah, "Apa hubungan antara Yu Luocha dan Ximen Chuixue?" 　　Lao Ye Sun ingin kabur. 　　Karena dia melihat dengan jelas wajah Yu Luocha menjadi hitam legam setelah Qi Xun mengajukan pertanyaan ini. 　　Ini membuatnya khawatir akan terkena imbas yang tidak diinginkan. 　　Untungnya kejadian mengerikan yang melukai orang tak bersalah ini tidak terjadi. Sebaliknya, ancaman racun aneh yang tak dikenal dan kemungkinan besar dijadikan boneka membuat Yu Luocha memilih melompat keluar jendela, menyatakan Qi Xun boleh bertanya sepuasnya sementara dia pura-pura tidak mendengar. 　　Pfft... 　　Fakta membuktikan ibu kota tetap menyenangkan, semakin ramai semakin seru. 　　Sambil terus memancing kemarahan Yu Luocha seperti mercon yang meledak di sela-sela misi mengumpulkan uang, Qi Xun dengan riang memuaskan rasa ingin tahunya lalu pergi mencari makan ke Master Kugua. 　　Tentu saja kali ini dia tidak datang dengan tangan kosong, melainkan membawa bahan-bahan untuk mempersiapkan hidangan vegetarian. 　　Lokasi pembelian direkomendasikan oleh Tuan Sun, biaya konsultasi dengan Tuan Sun dibayar oleh Yu Luocha, bahan makanan dibawa oleh Sun Qingxia yang menggendong qin berekor hangus, sedangkan Qi Xun hanya bertugas mengetuk pintu dan menikmati hidangan lezat. 　　Tentu kedatangannya ke sini bukan hanya untuk makan, tapi juga mencari Lu Xiaofeng dan Sikong Zhaixing. Sayangnya hari ini hanya Hua Manlou yang ada di tempat, sedangkan dua orang lainnya tidak diketahui kemana perginya. 　　Namun Qi Xun tidak pulang dengan tangan hampa. Saat membahas senjata api dengan Hua Manlou, Tuan Ketujuh Hua ini setelah meminta persetujuan Sun Qingxia, meraba-raba kulit qin sambil menunjukkan ekspresi kagum lalu berkata: 　　"Mengubah qin menjadi senjata api, mekanik kulit qin juga berfungsi sebagai sarung pedang. Cara bertarung Tuan Sun memang tidak mengikuti jalan biasa, tapi pasti sangat fleksibel dalam serangan. Sayang aku tidak berkesempatan menyaksikannya." 　　Meski Hua Manlou mengatakan "sayang", menurut Qi Xun, tidak banyak penyesaran yang terpancar dari wajahnya. 　　Setelah bertahun-tahun, dia sudah bisa menjaga ketenangan pikiran dalam hal ini. 　　"Tapi tidak tahu apakah Tuan Sun bersedia mendengar saran saya," Hua Manlou menambahkan. 　　"Silakan Tuan bicara," jawab Sun Qingxia. 　　"Lu Xiaofeng punya teman bernama Zhu Ting, yang dijuluki Zhu Ting Si Ahli Teknik, keahliannya dalam mekanik adalah yang terbaik di zaman ini. Dia orang yang sangat kreatif - bisa membuat patung kayu yang bisa berjalan sendiri, burung besi mekanik yang bisa terbang, bahkan ingin membuat kursi roda otomatis demi memenuhi sifat malasnya. Menurut saya, dia bisa membantu perbaikan senjata api 'Teng Teng Teng'-mu ini." 　　Saat menyebut nama "Teng Teng Teng" yang terdengar kekanak-kanakan, Hua Manlou juga tak bisa menahan senyum kecil. 　　Meski sorot matanya kurang berbinar, senyum lembut di wajah sang tuan yang lembut seperti giok ini sudah cukup menjadi suguhan visual. 　　"Bisa dicoba." Qi Xun agak kecanduan memainkan senjata berat yang bisa berubah bentuk ini. Membayangkan Ahli Jitu Zhu Ting mungkin bisa membuat versi mini portabel, dia pun tak bisa menahan antusiasme. 　　Setelah urusan di ibu kota selesai, dia akan mencari Bos Zhu ini. 　　Baru saja Qi Xun berpikir demikian, suara Lu Xiaofeng terdengar, "Sepertinya ada yang menyebut nama Zhu Ting?" 　　Tapi bukan dari luar pintu, melainkan dari atas. 　　Memandang ke arah sumber suara, dia melihat Lu Xiaofeng dan Sikong Zhaixing melompati tembok halaman. 　　“Tuan Lu, menurutku kau memanjat tembok bukan karena mendengar nama Zhu Ting, tapi karena mencium aroma ham vegetarian dan tahu goreng.” Qi Xun mengembalikan qin kepada Sun Qingxia lalu menatap Lu Xiaofeng. 　　Lu Xiaofeng memang tidak merasa malu sedikitpun. 　　Kabarnya masakan vegetarian Master Kugua harus disantap setelah mandi bersih dan membakar dupa, tapi Lu Xiaofeng pernah berani makan langsung setelah berguling-guling di lumpur. Kini tentu dia tak peduli dengan tata krama. 　　Baginya, persahabatan tidak perlu terikat oleh aturan kaku. 　　“Nona Qi benar. Aku tak hanya mencium wangi tahu goreng, tapi juga tahu bahan ini dibeli dari Si Xishi Tahu di ujung Jalan Barat. Bahan berkualitas adalah bagian dari hidangan lezat, jadi hari ini rezekiku memang sedang baik.” 　　Sambil berkata demikian, dia dan Sikong Zhaixing melompat turun dari atas tembok satu per satu. 　　“Ngomong-ngomong, Nona Qi mencari saya?” Lu Xiaofeng merasa melihat gaya Qi Xun di ibu kota, tak perlu dua hari berturut-turut datang ke tempat Master Kugua. Sekalipun untuk terus menyamar sebagai terluka, itu juga tak perlu. 　　Berdasarkan pengalaman bahwa masalah yang datang biasanya mencari dirinya, Lu Xiaofeng yakin kesimpulan ini hasil deduksi logisnya yang bagus. 　　“Bukan, saya mencari Sikong Zhaixing.” 　　Sikong Zhaixing yang tiba-tiba disebut tertegun, tapi saat melihat isyarat tangan Qi Xun menyuruhnya keluar bicara, dia kembali berpikir 　　—— 　　Bukankah ini waktu tepat untuk transaksi? 　　Kesempatan Sikong Zhaixing membuka kunci Qinggong baru, pulang belajar dan membuat Lu Xiaofeng terpukau sudah di depan mata! 　　Syaratnya Qi Xun mau melakukan transaksi ini. 　　Jadi dia harus dengar dulu apa yang ingin dibicarakan gadis ini dengannya. 　　Sikong Zhaixing mengikuti Qi Xun keluar rumah, sampai ke ujung gang. Setelah memastikan bahwa orang-orang di wilayah Master Kugua tak mungkin mendengar percakapan mereka meski punya pendengaran terbaik, barulah Qi Xun berhenti. 　　"Saya punya transaksi yang ingin saya lakukan denganmu." Begitu Qi Xun membuka mulut, mata Sikong Zhaixing langsung berbinar. Ini persis seperti yang diharapkannya. 　　"Aku ingat kamu bilang kemarin, setengah tahun lalu ada bos kaya yang menyewamu untuk bisnis pencurian khusus. Terlihat kamu memang menerima pekerjaan semacam ini." 　　Sikong Zhaixing memang pernah mengatakan hal itu. 　　Mencuri barang atau menculik orang sama-sama pencurian. Keahlian inilah yang digunakan Sikong Zhaixing mengumpulkan harta. Ia tak pernah merasa ada masalah dengan pencurian untuk mengejar gelar Raja Pencuri. 　　Kini gadis yang berdiri di hadapannya tampaknya berpikiran sama. Sikong Zhaixing bisa melihat jelas ketekunan dalam sorot matanya. 　　Namun entah mengapa, pandangan yang menganggap kemampuannya sebagai sebuah profesi ini tiba-tiba membuat Sikong Zhaixing merasa matahari hari ini terasa begitu terik. 　　Dengan gerakan berlebihan, ia mengusap keringat yang sebenarnya tidak ada di dahinya, lalu mendengar Qi Xun melanjutkan, "Jadi, sekarang aku perlu kau mencurikan seseorang untukku." 　　Mencuri orang sebenarnya tidak masalah... 　　"Tunggu! Aku harus jelaskan dulu," Sikong Zhaixing tak nyaman menggeser dua langkah ke belakang, "Yang kumaksud mencuri orang bukan jenis yang kau pikirkan!" 　　Begitu kata-katanya meluncur, ia langsung menyesal. Gadis di hadapannya tertawa mendengarnya, "Apa yang kau kira? Tentu saja maksudku kau harus menggunakan keahlianmu untuk menyelinapkan orang diam-diam, Sikong Zhaixing. Maukah kau terima transaksi ini?" 　　"Tapi orang yang harus diselinapkan ini statusnya agak khusus, di sampingnya ada Tuan Kota Awan Putih itu." 　　Qi Xun sendiri sebenarnya bisa menyelesaikan urusan ini, namun Pangeran Muda Nanping kemungkinan besar menggunakan penyamaran, ditambah pengawal di sekitarnya pasti tidak sedikit. Jika sampai memancing perhatian dan ketahuan itu dirinya, tentu akan merepotkan. Lebih baik serahkan pada ahlinya. 　　Jika Sikong Zhaixing berhasil, Qi Xun ingin menanyakan pada seseorang di istana apakah berminat main role-playing sekaligus mengakali seorang bodyguard pulang. 　　Setelah terdiam sejenak, Sikong Zhaixing bertanya, "Nona Qi, aku bisa mencuri orangnya, tapi bolehkah aku bertanya sesuatu?" 　　"Silakan tanya." jawab Qi Xun. 　　"Tuan Kota Awan Putih ini—apa permusuhanmu dengannya?" 　　Sikong Zhaixing merenung: mulai dari kuaiban, mencuri orang, ikut campur duel puncak... pasti ini terkait permusuhan turun-temurun, drama percintaan berdarah-darah, dikhianati cinta lalu berubah jadi benci... ya? 　　Ye Gucheng sungguh tidak mudah.