Qi Xun tentu tidak memiliki permusuhan atau hubungan cinta-benci yang dibayangkan oleh Sikong Zhaixing dengan Ye Gucheng.
Hanya saja Ye Gucheng sedikit mengganggu rencana besar mencari uangnya, plus posisinya yang agak bermasalah karena berencana membunuh "anchor point" yang sudah susah payah ditingkatkan poin hubungan baiknya... itu saja.
Jadi tidak bisa disalahkan jika dia ingin menyasar Ye Gucheng.
Tapi alasan seperti ini jelas tidak bisa dijelaskan ke Sikong Zhaixing.
Masalah Pangeran Muda Nan Wang juga tidak pantas diungkapkan ke Sikong Zhaixing sebelum mendapat persetujuan Kaisar Zhu Tang.
Maka Qi Xun hanya mengucapkan dua kata, "Qinggong."
"Aku tidak akan bertanya lagi." Sikong Zhaixing memilih diam.
Bos yang begitu paham situasi seperti ini sungguh langka.
Lebih baik dia tidak usah banyak tanya hal-hal tidak penting.
Setelah transaksi "mencuri orang" ini diputuskan, Qi Xun pun bisa kembali bersama Sikong Zhaixing.
Master Kugua sedang menghidangkan masakan terakhir ke meja, tapi saat ini perhatian semua orang tidak tertuju pada hidangan, melainkan pada tangan Lu Xiaofeng.
Di tangannya terdapat lima pita sutra yang berkilauan dan memesona di bawah sinar matahari, terlihat sangat mencolok.
Melihat Qi Xun kembali, dia menjelaskan lagi, "Sebelumnya kabar dari pihak istana mengatakan bahwa penambahan Tuan Sun tidak masalah, tapi personel penjaga Kota Terlarang untuk mengatur ketertiban arena pertarungan terbatas, jadi hanya boleh mengizinkan delapan orang masuk, termasuk tiga peserta pertarungan. Artinya hanya tersisa lima kuota penonton."
"Rupanya Pendekar Pedang Xiaoxiang ini setelah beberapa tahun menjadi penjaga istana telah berubah menjadi orang yang licik. Dia sendiri tidak ingin melakukan hal yang menyakiti orang, lalu menyerahkan tugas pembagian pita ini padamu, Lu Xiaofeng." kata Qi Xun.
“Benar, dia benar-benar memberiku masalah rumit yang besar,” Lu Xiaofeng mengangkat salah satu selendang, menatap sinar matahari melalui kain sutra itu, “Wei Ziyun dan Yin Xian mengatakan, selendang khusus ini berasal dari Persia. Karena merupakan barang upeti, tidak ditemukan di masyarakat. Di bawah sinar bulan warnanya akan berubah dan memancarkan kilau khusus, disebut juga Kain Warna Berubah. Karena sulit ditiru, sangat cocok sebagai bukti otentikasi.”
“Entah bagaimana cara membuat selendang ini, mengapa bisa menghasilkan efek seperti itu. Di bawah sinar matahari pun bahannya jelas bukan hasil teknik biasa yang bisa ditiru.”
Mengingat Selendang Bai Zhang Han Guang milik Qi Xun bahkan bisa kebal senjata, jelas ini jenis kain sutra yang sangat istimewa. Lu Xiaofeng bertanya beberapa hal, namun mendapat jawaban bahwa ini adalah "rahasia sekolah yang tidak bisa diungkapkan". Rasa ingin tahunya pun mengendap, kembali fokus pada Kain Warna Berubah di bawah bulan di tangannya.
“Hanya lima helai ini benar-benar terlalu menyulitkanku,” Lu Xiaofeng menghela napas. “Teman-temanku banyak, yang berada di ibu kota juga sangat banyak. Jika Gu Song dan Mu Daoren ada di sini hari ini, yang hadir saja tidak cukup dibagi, apalagi Wei Ziyun menyerahkan tugas pembagian pita ini padaku. Tentu aku tidak bisa sepenuhnya membaginya berdasarkan kedekatan hubungan.”
“Apalagi menggunakan ini untuk mencari keuntungan besar, meskipun kini di ibu kota tidak sedikit orang dengan nilai tawar tinggi.”
“Benar.” Lu Xiaofeng memberikan pandangan persetujuan pada Sikong Zhaixing yang mengucapkan ini. "Monyet licik ini meski suka menerima pesanan, tapi otaknya masih cukup paham situasi."
Meski sesaat kemudian ia merasa harus menarik kembali pujian itu.
Karena Sikong Zhaixing berkata, "Itu mudah saja. Katakan saja padamu bahwa semua pita itu telah kucuri, lalu serahkan transaksi ini padaku. Nanti aku akan menambah sedikit uang minummu diam-diam. Lagipula aku Sikong Zhaixing tidak ada yang tidak bisa kucuri."
“……?” Ekspresi perlahan muncul di wajah Lu Xiaofeng——
"Sikong Zhaixing, bagaimana kau bisa berpikir begitu muluk?"
Tapi bagaimanapun juga beberapa pita ini tetap harus dibagikan.
"Nona Qi datang bersama Pendekar Sun, sudah seharusnya menyaksikan pertarungan ini. Hua Manlou yang jarang datang ke ibu kota..."
"Saya tidak perlu," senyum Hua Manlou tetap hangat, tak seorang pun akan menduga dia berbohong, "Tiga pendekar pedang ini semuanya legenda zaman ini. Untuk apa memperlihatkan pertarungan mereka pada orang buta seperti saya? Menurutku, Du Gu Yihe Pemimpin Emei yang baru tiba di ibu kota patut mendapat satu pita. Jika Mu Daoren kembali ke ibu kota,
mungkin dia juga layak mendapat satu. Soal sisanya, pastinya Lu Xiaofeng tidak akan kesulitan memutuskan."
"Dia mungkin hanya lupa menyisakan satu pita untuk dirinya sendiri. Nanti lucu kalau sampai lima pita habis terbagi semua." Sikong Zhaixing menyela dengan nada mengejek.
Lu Xiaofeng sama sekali tidak mau mengakui bahwa dirinya bisa melakukan hal seperti itu.
Qi Xun merasa belum tentu, karena dalam kisah aslinya dia benar-benar melakukan kebodohan seperti itu.
Tapi sekarang toh belum terjadi, terserah Lu Xiaofeng membantah, trio komedi lawak ini memang sangat menghibur.
"Apa ini bisa dianggap ikut numpang keuntunganmu?" tanya Qi Xun sambil menyelipkan pita brokat dari Lu Xiaofeng ke lengan bajunya, sambil menoleh ke Sun Qingxia.
Sun Qingxia tidak menjawab, hanya menunduk dan batuk kecil.
Kalau mau dirunut, bahkan partisipasinya dalam duel pedang di Kota Terlarang pun adalah hasil rekayasanya. Mana ada istilah numpang keuntungan.
Setelah makan siang, Lu Xiaofeng kembali pusing membagi-bagikan pita sutra, sementara Qi Xun berdiskusi dengan Sikong Zhaixing cara mengeluarkan orang dari sisi Ye Gucheng.
Sesuai dengan reputasinya sebagai Raja Pencuri, Sikong Zhaixing hanya membutuhkan waktu dua tiga Tael untuk menemukan tempat persembunyian Ye Gucheng, mempelajari pola patroli penjaga, dan kebiasaan orang-orang yang melayani Shizi Nan Wang.
Pagi hari tanggal 12 September, kamar penginapan Qi Xun diketuk oleh seorang gadis kecil penjual bunga. Saat dia membuka pintu, gadis itu memberikan sekuntum bunga disertai secarik kertas pendek - tulisan tangan Sikong Zhaixing.
Di kertas tersebut tertulis: "Penyerahan dilakukan di mulut Jinyu Hutong pada Chou Shi hari ini."
Qi Xun datang sedikit lebih awal dan menunggu di sana. Tepat pada Chou Shi, terlihat bayangan hitam yang gesit menggotong seseorang muncul di depannya.
"Orang ini benar-benar sulit dicuri. Penjagaan untuknya lebih ketat daripada bangsawan dan pangeran biasa. Anehnya, meski lingkungannya sudah tertutup rapat seperti ini, mereka masih menggunakan teknik menyamar."
“Lalat saja tidak bisa masuk, lalu kamu apa?” Qi Xun tersenyum geli sambil mengambil "bungkusan" dari tangan Sikong Zhaixing.
“Aku berbeda.” Ketika menyangkut kemampuan dirinya, Sikong Zhaixing jelas menunjukkan kepercayaan diri khusus, “Ngomong-ngomong, orang sisa shift ini masih punya satu jam lagi sebelum menyadari kehilangannya. Jika kamu ingin membuatnya menghilang di ibu kota, mungkin tidak perlu menyuruhku mencuri diam-diam. Jadi jika kamu ingin memasukkannya kembali, aku akan menunggu di sini. Jika setelah satu jam tidak ada yang datang, aku akan pergi.”
“Terima kasih.” Qi Xun menyerahkan barang yang sudah dipersiapkan kepada Sikong Zhaixing, yaitu catatan Langkah Harum Ribuan Bayangan dan Tubuh Tanpa Warna dan Bentuk yang telah ditulis ulang secara terpisah.
Sikong Zhaixing baru membuka dua halaman sudah menyadari bahwa transaksi ini jelas masih menguntungkannya.
Tapi sebelum sempat mengatakan bahwa untuk menjaga keadilan transaksi ini, Qi Xun masih bisa memintanya melakukan beberapa hal lagi, sosoknya sudah menghilang dari pandangan.
Qi Xun malas berlama-lama menunda.
Syukurlah, Shizi Nanwang ini sepertinya benar-benar memiliki ambisi untuk menjadi kaisar di masa depan, bahkan tempat tinggalnya di ibu kota pun tak ingin terlalu jauh dari istana kerajaan.
Satu jam ini sudah lebih dari cukup.
Qi Xun dengan mudah menerobos masuk ke istana kerajaan membawa beban berat, lebih tepatnya melalui jalur khusus yang telah disiapkan Kaisar Zhu Tang untuknya menuju Ruang Studi Selatan.
Melihatnya membawa bungkusan yang samar-samar berbentuk manusia, Kaisar Zhu Tang hampir terkejut. "Ini...?"
"Kamu akan tahu begitu melihat wajahnya."
Di bawah cahaya lampu Ruang Studi Selatan, kain hitam yang menutupi wajah Shizi Nanwang yang pingsan disingkap. Topeng penyamarannya masih di tangan Sikong Zhaixing, memperlihatkan wajah yang mirip sekali dengan Kaisar Zhu Tang di hadapan sang kaisar muda.
Ekspresi Kaisar Zhu Tang langsung berubah serius. "Apa yang terjadi ini?"
Qi Xun memberi isyarat padanya untuk menurunkan suara.
Karena sering bekerja sama (seperti serigala dan anjing hutan) membagi jarahan akhir-akhir ini, Kaisar Zhu Tang mengedipkan mata patuh. Ia memilih menyimpan pertanyaannya sementara, menunggu penjelasan darinya.
"Suruh orang ambil baskom berisi air dan dua lembar kain tebal. Jangan panggil Kepala Pelayan Wang. Akan kujelaskan."
Kaisar Zhu Tang mengangguk dan memberi perintah.
Qi
Xun muncul di istana secara rahasia. Tapi permintaan kain dan air untuk Ruang Studi Selatan hanyalah perintah kaisar, tidak mencurigakan.
Setelah para pelayan pergi, Kaisar Zhu Tang melihat Qi Xun menutupi meja tulis dan rak buku yang mencurigakan dengan kain tebal, melemparkan karpet kuning ke samping, lalu mendekati pemuda yang mirip dengannya itu.
Mengikuti isyaratnya, Kaisar Zhu Tang mundur ke belakang penyekat, mengintip dari celah lipatan penyekat.
Zhu Tang hampir ingin mengingatkan Qi Xun untuk tidak menyiram air di ruang baca yang nanti sulit dibersihkan, namun seketika ia melihat benda yang diangkatnya dari baskom itu adalah sepotong es.
Maaf, dia lupa kalian orang Jianghu memang sangat berbakat.
Es itu kemudian ditekankan ke wajah Shizi Nanwang di hadapan matanya.
"……" Meski dibawa Qi Xun ke hadapannya, Zhu Tang yang cerdik sudah menduga bahwa rasa iba mungkin tak diperlukan, tapi tetap saja——
Orang malang ini dibuat pingsan dulu lalu dihadang es ke wajah.
Menjadi lebih kasihan lagi saat melihat sang target baru bangun dan sempat berteriak "Berani-!" sebelum dipotong kasar.
Seberkas energi pedang menggeser lehernya, sedikit lebih dalam akan membuatnya bisu selamanya.
Gadis berambut putih yang melepaskan energi pedang itu telah tak diketahui kapan menyeret sebuah kursi di Ruang Studi Selatan, bersandar dengan pose paling santai dan angkuh di atas kursi. Satu tangan menopang pipinya dengan acuh, sementara tangan lainnya terletak di sisi.
Tangan yang satu itu pula yang melepaskan energi pedang tadi.
"Tolong kecilkan suara, aku tidak suka keributan." Terutama karena dia tidak ingin memanggil kembali Empat Pendekar Istana yang sengaja dijauhkan oleh Kaisar Zhu Tang dengan berbagai alasan.
Di balik panel penyekat, Kaisar Zhu Tang tak kuasa merenungkan bagaimana Qi Xun bisa memerankan sifat jahat dengan begitu meyakinkan.
Seandainya Qi Xun bisa menjawab, mungkin akan berkata: "Cukup banyak menonton drama, pasti bisa menirunya."
Tapi fokus kini adalah pada Shizi Nan Wang.
Dia sebenarnya tidak punya banyak kemampuan. Secara nominal belajar ilmu pedang dari Ye Gucheng, tapi sebenarnya tidak mencapai hasil berarti. Menghadapi situasi tiba-tiba diculik ke tempat lain dan terancam nyawa, bibirnya gemetar. Ucapan "kurang ajar" yang ingin diteriakkan pun ditelannya kembali.
Situasi lebih kuat dari manusia. Saatnya mengakui kekalahan ya harus mengalah.
Meski melihat sekeliling tidak tahu di mana dirinya, juga tidak melihat pengawal yang seharusnya melindungi, dalam hati dia telah memaki bawahannya dan Ye Gucheng seratus kali.
Tentu saja dia masih tahu siapa yang duduk dihadapannya.
Orang ini pernah bentrok dengan Ye Gucheng di depan Chunhua Lou. Rambut putihnya yang sangat berbeda dengan orang biasa itu sangat mencolok. Mana mungkin Shizi (Pangeran muda) tidak mengenalinya.
Tapi yang benar-benar tidak dia pahami adalah: mengapa dirinya sampai ditangkap oleh perempuan ini?
“Di ibu kota belakangan ini ramai diperbincangkan, kamu pasti tahu aku pernah bertarung dengan Ye Gucheng dan sedikit terluka,” Qi Xun memainkan ujung jarinya. Tangan yang tampak indah di bawah sorotan lilin itu kini di mata Pangeran Muda Nan tak berbeda dengan lima bilah golok. “Aku orang yang sangat pendendam. Ye Gucheng menyinggungku, pasti akan kucari masalah dengannya.”
“Kulihat tempat tinggalnya hanya dijaga paling ketat di sini. Jangan-jangan kamu anak haramnya?”
“……？？？” Pangeran Muda Nan terpana oleh asumsi ngawur Qi Xun.
Tapi setelah dipikir-pikir, Qi Xun memang tidak tahu dia adalah pangeran muda. Asumsi seperti itu sepertinya masuk akal?
“Siapa! Siapa yang anak haram Ye Gucheng?!” Urat di pelipis Pangeran Muda Nan berdenyut-denyut.
“Memang benar Ye Gucheng adalah mata rantai kunci yang membantunya naik takhta,” tapi di mata Pangeran muda Nan Wang, dia hanyalah penduduk pulau kecil remeh yang tidak pantas disangka sebagai ayahnya.
“Aku adalah Pangeran muda Wangsa Pingnan, kalau kau bijak lepaskan aku sekarang juga... Aduh!”
Pangeran muda Nan Wang nyaris menjerit saat lututnya terserang rasa sakit menusuk, sementara lehernya terasa dingin seperti tertempel golok jagal. Ia menunduk
Melihat darah mengalir perlahan dari luka di lutut yang terbelah energi pedang.
Tapi ia sama sekali tak berani berisik, karena juga melihat jelas kedinginan dalam sorot mata Qi Xun.
“Jangan ngaco. Pangeran muda vasal yang masuk ibukota tanpa izin dan menyamar itu kejahatan berat. Kau berani mengarang cerji untuk menyelamatkan nyawa.” Tangan Qi Xun bergerak tanpa ragu.
Pangeran Muda Nanwang mengutuki dalam hati bahwa perempuan ini gila, sayangnya kini hanya bisa berpura-pura takut di hadapannya.
Yang lebih membuatnya gentar adalah makna tersembunyi di balik sorot mata Qi Xun yang sedingin warna rambutnya —
Karena dia bukan anak haram Ye Gucheng yang bisa dijadikan alasan balas dendam, maka kegunaannya sudah habis.
Bagaimana mungkin ada orang yang begitu absurd di dunia ini!
“Tunggu! Tunggu!!” Meski malam musim gugur ini cukup dingin, keringat dingin membasahi dahi Pangeran Muda Nanwang, “Aku bisa buktikan identitasku.”
Dia bersyukur, selama perjalanan rahasia ke ibukota ini, untuk menggerakkan pasukan bawah tanah ayahanda dan menjaga kerahasiaan identitas, stempel pangeran muda disembunyikan di lapisan dalam pakaian — tempat yang tak terduga bagi pencuri biasa.
Kini, setelah diculik dan dibawa ke sini, stempel itu justru menjadi penyelamatnya.
Benda itu segera diambilnya dan dilemparkan ke arah Qi Xun.
“Kau benar-benar aneh,” kata Qi Xun sambil memeriksa stempel Shizi di tangannya, “Kalau bisa membuktikan identitasmu, bukankah ini justru menunjukkan kau datang ke ibu kota dengan risiko hukuman mati. Katanya ‘guru sehari, bapa seumur hidup’, tapi demi menyaksikan pertarungan Pedang Tuan Kota Ye dan Tuan Zhuang Ximen, kau nekat datang ke sini. Benar-benar——”
Nanwang Shizi akhirnya melihat raut membunuh di wajahnya berkurang. Lega mendengar interpretasinya ke arah itu, ia berpikir: Katanya orang Jianghu mengutamakan kesatriaan, ternyata mudah dibohongi.
Tapi sebelum pikirannya bertahan lama, ia mendengar Qi Xun melanjutkan dengan suara dipanjangkan, “Benar-benar hubungan bapak-anak yang dalam ya.”
“Diam kau!” Kali ini Nanwang Shizi benar-benar tidak bisa menahan diri.
Sialan hubungan ayah-anak yang dalam!
Pertama dituduh sebagai anak haram Ye Gucheng hingga diculik, lalu dicap punya ikatan ayah-anak yang dalam, Pangeran Muda Nan Wang melompat-lompat marah sambil berteriak: "Orang hina seperti Ye Gucheng mana pantas jadi guruku! Kalau bukan karena butuh dia untuk menghadapi saudara Yu di sisi Kaisar, dan butuh sensasi pertarungannya melawan Ximen Chuixue, dia..."
"Dia bagaimana?" Qi Xun bertanya penasaran.
"......" Ia sudah terlalu banyak bicara.
Pangeran Muda segera menyadari fakta ini, terutama perkataannya yang secara gamblang mengungkapkan niat membunuh Kaisar - bukankah tanpa maksud itu tak perlu menyebut Ye Gucheng bisa menghadapi pengawal Kaisar?
"Yang Mulia, sudahkah Paduka dengar jelas? Menurut hamba, orang ini bukan hanya ingin melakukan pembunuhan, tapi juga--"
Mendengar kata "Yang Mulia" dari Qi Xun, Pangeran Muda langsung limbung. Matanya terbelalak melihat sosok berbaju naga muncul dari balik paravent.
Wajah ini mirip dengannya hingga, meskipun dia tidak pernah mendapat kesempatan menghadap kaisar di ibu kota, bisa langsung mengenali identitas orang tersebut.
Dia juga sungguh enggan mengakui, saat melihat Zhu Tang, yang pertama muncul di hatinya justru perasaan rendah diri.
Tapi perasaan ini segera berubah menjadi panik, terutama saat melihat mata Zhu Tang yang biasanya lembut, kini memancarkan wibawa tanpa perlu marah.
Angin tiba-tiba bertiup entah dari mana, menerbangkan dua lembar kain di ruang studi ini ke lantai, memperlihatkan warna kuning keemasan di bawahnya.
Pangeran muda Nanwang menggigil kedinginan, dia telah menyadari di mana dirinya berada sekarang.
Tempat ini seharusnya menjadi Ruang Studi Selatan tempat mereka menjalankan rencana Li Dai Tao Jiang.
"Dan ingin merebut posisi Kaisar, menggunakan wajah yang mirip ini." Zhu Tang melangkah keluar, menyambung ucapan Qi Xun.
Selama bertahun-tahun memerintah, dia tak pernah lengah terhadap para pangeran daerah, tapi tak menyangka ada yang berani merancang skema seperti ini.
Tidak heran Pangeran Pingnan jarang membiarkan Shizi-nya tampil di hadapan publik，
，lebih-lebih mengapa Ye Gucheng rela menempuh jarak ribuan li datang ke sini，menetapkan lokasi duel pedang dengan Ximen Chuixue di Puncak Kota Terlarang，serta——
“Apakah tadi kamu menyuruhku mencari barang tanpa menggangu Wang An，karena dia juga disuap oleh Istana Pingnan?”
“Benar，” Qi Xun mengangguk，“Kebetulan aku punya dua saksi yang melihat Kepala Pelayan Wang An bersama dua pendekar pedang bawahan Istana Pingnan membicarakan hal ini di rumah bordil. Yang Mulia bisa menyuruh Petugas Kecil Gu membawa Gerbang Enam Khusus ke tempatku besok. Sebelumnya kusimpan mereka di sini untuk keamanan saksi.”
“Baik.” Kaisar Zhu Tang menyetujui.
Meski tanpa kesaksian Ouyang Qing dan Tuan Sun，pengakuan Shizi Pangeran Nan yang tidak bisa menahan mulutnya telah mengukuhkan kebenaran rencana makar ini.
"Tapi prosedur tetap harus dijalankan. Paling tidak kita harus melihat dari mana keberanian seekor beruang dan hati macan tutul sang Kepala Pelayan Istana ini berasal, sampai berani pergi ke rumah bordil dan berkomplot dengan Istana Pingnan."
"Kepala Pelayan Wang dalam dua hari ini juga melakukan beberapa hal," Qi Xun melanjutkan, "Yang Mulia memerintahkan Wei Ziyun dan lainnya untuk memasuki kota terlarang dengan kain brokat berubah warna sinar bulan sebagai bukti identitas untuk menyaksikan pertandingan, tapi dia malah melihat peluang bisnis dan kesempatan untuk terus mengacaukan situasi."
"Dia membuka gudang harta kekaisaran." Senyum Zhu Tang tidak sampai ke mata.
Meskipun Qi Xun selalu merasa kemarahan kaisar ini sebagian disebabkan karena metode mengumpulkan uang pribadi ini jauh lebih menguntungkan dibandingkan cara Zhu Tang yang bijaksana dalam meminta 'uang perlindungan' darinya.
"Nona Qi, menurutmu bagaimana seharusnya Aku menghukum orang-orang ini?" tanya Zhu Tang.
“Dia merasa dirinya juga adalah kaisar baik yang telah mengabdikan seluruh tenaga untuk Dinasti Ming, mungkin juga karena terlalu banyak kebijakan welas asih yang diberlakukan sehingga membuat beberapa orang menganggapnya sebagai penguasa berwatak lembut.”
“Tapi jika bahkan rencana untuk merebut posisinya masih bisa ditoleransi, maka tak heran takhta kekaisarannya akan goyah.”
“Shizi Nanwang harus mati.” Qi Xun sama sekali tidak merasa pertanyaan Zhu Tang membebani dirinya, justru langsung memberikan penilaian tegas dengan nada penuh keyakinan.
“Tentu saja.”
Kaisar Zhu Tang tidak perlu menyimpan saudara sedarah yang kebetulan memiliki kemiripan wajah hingga bisa menggantikannya.
Selama Keluarga Nanwang setia pada kerajaan, seharusnya mereka tahu cara terbaik adalah membuat Shizi memiliki luka permanen di wajah atau tubuh yang membedakannya dari kaisar saat ini, bukan menyembunyikan Shizi hingga dibawa ke ibu kota untuk memprovokasi Zhu Tang.
“Dua orang ini hanya dengan dua kalimat pendek yang terdiri dari sepuluh kata telah menentukan hidup dan matinya, membuat Shizi Nanwang tidak bisa tidak merasa ketakutan yang luar biasa.”
“Tapi entah karena ketakutan yang mencapai puncaknya membuat anggota badan tak terkendali, Shizi Nanwang merasa kakinya lemas tak berdaya, sama sekali tak bisa bergerak selangkah pun.”
“Mereka pun seolah telah menganggapnya sebagai mayat hidup dan melanjutkan diskusi.”
“Memang benar, memang benar...”
“Kini seluruh istana kecuali Kepala Pelayan Wang dan Ma Liu, berada dalam kendali Kaisar Zhu Tang. Di sisinya ada ahli pedang tingkat tinggi seperti Qi Xun yang bisa mengeluarkan energi pedang tanpa senjata. Perlawanan terakhirnya pun di mata mereka pasti hanya seperti badut yang melompat-lompat, tidak ada yang perlu ditutupi.”
“Mengenai cara menangani setelah membunuh Shizi Nanwang, menurutku Yang Mulia punya dua opsi penanganan.”
“Coba jelaskan.” Semakin Kaisar Zhu Tang melihat reaksi Shizi Nan Wang, semakin ia merasa situasi ini benar-benar konyol. Amarahnya yang meledak tiba-tiba saat mendengar rencana makar itu kini hampir hilang. Membandingkan dirinya dengan level orang seperti ini justru merendahkan martabatnya.
Ia pun langsung duduk di sebuah kursi yang ditemukannya.
“Pertama, tangkap semua yang terlibat secepatnya. Terutama kita harus bergerak cepat ke selatan sebelum pasukan Shizi Nan Wang menyadari kehilangannya dan melaporkan ke Istana Nan Wang. Pastikan tidak ada satu pun pelaku yang lolos.”
Sejak merencanakan pengkhianatan, mereka harus menanggung risikonya. Kini setelah gagal, hanya ada jalan kematian.
“Aku ingin mendengar opsi kedua.” Kaisar Zhu Tang jelas melihat sarkasme di wajah Qi Xun yang secara terang-terangan ditujukan untuk rencana kedua ini.
“Yang Mulia berminat memerankan Shizi Nan Wang? Gunakan identitas Shizi Nan Wang untuk melakukan pemberontakan sukses, memaksa Nan Wang membawa pasukan bersenjata dan seluruh anggota Istana Nan ke ibu kota.” Qi Xun mengusulkan dengan antusias, “Ini demi menghemat anggaran Yang Mulia.
Kalau mengirim pasukan untuk menangkap keluarga Istana Nan, perlu mengeluarkan biaya operasional militer. Tapi kalau skenario kedua berbeda, biarkan mereka membiayai sendiri perjalanan ke ibu kota!”
“Hah…” Zhu Tang tak bisa menahan tawa. Melihat tatapan penuh tuntutan Shizi Nan Wang ke arah Qi Xun, keinginannya untuk tertawa semakin tak terbendung.
Kepala Pelayan Wang An yang memanfaatkan situasi untuk mengeruk keuntungan saja sudah jenius bisnis. Tapi tindakan Qi Xun memaksa orang membiayai perjalanan mereka sendiri ke ibu kota untuk mati, benar-benar melampaui tingkat jenius tersebut.
“Omong-omong, bagaimana pendapat Yang Mulia tentang Ye Gucheng?” Qi Xun bertanya lagi.
“Yang Mulia tidak menyangka Qi Xun tiba-tiba melompat ke pertanyaan ini, namun tetap menjawab: 'Paduka yang mulia, sayangnya memilih jalan sesat.'”
“Lalu apakah Yang Mulia masih ingat bahwa saya pernah mengatakan, penjagaan istana benar-benar terlalu longgar?”
“Apakah Paduka ingin Ye Gucheng menggantikan hamba sebagai penjaga ini?” Zhu Tang tidak terlalu yakin dengan ide ini, “Baik untuk pencapaian tingkat dalam ilmu pedang maupun karena tuduhan Keluarga Nanwang terhadapnya, Ye Gucheng sudah memilih berdiri di pihak yang berseberangan.”
Mendengar sebutan "rakyat jelata" dari Shizi Nanwang terhadap Ye Gucheng, Zhu Tang langsung menebak bahwa kedua pihak ini sama sekali tidak sejalan, paling-paling hanya bersekutu karena alasan khusus.
Tapi ini tidak berarti Zhu Tang menganggap ide Qi Xun layak dilaksanakan.
“Segalanya tergantung usaha manusia. Untuk hal ini, hamba mohon maaf belum bisa memberitahu Yang Mulia sekarang.” Qi Xun berpura-pura enggan menjelaskan, dan Zhu Tang pun tidak memaksanya.
“Dia benar-benar sedikit tertarik dengan saran ‘aku memberontak melawan diriku sendiri’ yang diajukan Qi Xun.”
Zhu Tang merasa dirinya bukanlah tipe orang yang suka mencari hiburan, tapi... pemandangan seperti ini memang sangat langka.
“Yang Mulia, jika keputusan sudah dibuat, kita harus bertindak cepat.” Qi Xun menghitung waktu. Perjalanannya ke istana tidak sebentar, ditambah waktu yang dihabiskan untuk mencari properti. Kini dengan keputusan tegas, masih ada waktu untuk menyesuaikan alis dan mata Zhu Tang agar lebih mirip dengan Pangeran Muda Nan sebelum anak buahnya curiga.
Tentu saja keputusan kaisar keluar istana tidak mungkin disembunyikan dari Empat Penjaga Dalam. Setidaknya perlu memberi penjelasan kepada mereka.
“Ada satu masalah yang harus diselesaikan.” Zhu Tang menunjuk ke meja kerajaan.
Tinggal dua hari lagi sampai tanggal 15 September. Berpura-pura sakit untuk tidak menghadiri sidang tidak masalah, tapi masih ada laporan dari berbagai daerah yang harus ditinjau.
“Aku akan menyuruh orang mengirimkannya diam-diam.” Qi Xun langsung memberikan solusi.
"Sikong Zhaixing sudah mempelajari pola pergerakan orang-orang dari Istana Nan yang datang ke ibu kota. Prinsip 'sekali coba kedua lancar' sangat jelas, suruh saja dia bolak-balik beberapa kali. Soal siapa yang akan membiayai tindakan mengirimkan dokumen untuk kaisar ini, itu urusan lain."
Yang pasti Qi Xun tidak mau keluar.
Dia hanya berpegang pada prinsip "nyamuk sekecil apapun tetap ada dagingnya", membunuh Pangeran Nan, dan mendapatkan reputasi serta hadiah EXP yang sangat kecil dari sistem pembunuhan karakter.
"Kok aku merasa ditarik ke kapal bajak laut olehmu?" keluh Sikong Zhaixing panjang.
Saat Qi Xun membawa Kaisar Zhu Tang yang sudah berganti pakaian Pangeran Nan ke posisinya yang masih menunggu, dengan ketajaman pengamatan wajah Sikong Zhaixing, mana mungkin dia tidak bisa membedakan apakah orang ini sama dengan sebelumnya.
Dia menunggu penjelasan Qi Xun, tapi yang datang justru sebuah kejutan besar.
Yang dicurinya dari samping Ye Gucheng adalah Shizi dari Istana Pangeran Nanping, sedangkan yang akan diganti sekarang adalah Kaisar saat ini!
Bagaimana mungkin Zhu Tang keluar istana sendirian, Wei Ziyun pun ikut serta.
Saat menyerahkan lima gulung kain sutra berubah warna sinar bulan kepada Lu Xiaofeng, Pendekar Pedang Xiaoxiang ini pernah berpapasan dengan Sikong Zhaixing. Dulu ia menyerahkan kain itu dengan raut wajah penuh tanggung jawab, kini tatapannya ke Sikong Zhaixing bahkan lebih intens dari sebelumnya.
Yang membuat Sikong Zhaixing semakin merasa ini perahu bajakan adalah, ia tak hanya bertugas mengantar, tapi juga harus menjamin layanan purna jual, tanpa boleh menolak.
Setelah mengantar Zhu Tang masuk dengan selamat, meski tahu Qi Xun telah membekalinya racun mematikan, Sikong Zhaixing tetap merasa pusing.
Ini jauh lebih mengerikan daripada semua pekerjaan yang pernah ia terima!
"Berani-beraninya kau...
“Bilang orang lain itu kapal bajak laut?” Qi Xun bertanya dengan wajah polos.
“……” Sikong Zhaixing baru tersadar, dibandingkan dirinya sebagai Raja Pencuri, kaisar muda ini meski baru naik tahta sebentar – terlepas dari fakta bahwa dia memang kaisar yang baik – tetaplah seorang pejabat resmi.
“Tenang saja, aku tidak akan menyeretmu ke masalah lalu meninggalkanmu. Anggap saja belakangan ini kau sedang menerima gaji pemerintah untuk jadi kurir. Urusan lain anggap saja kau tidak tahu apa-apa.”
“Bukan bekerja gratis?” Sikong Zhaixing baru saja bertanya ketika Wei Ziyun kembali sambil menyerahkan kantong uang tebal ke tangannya.
Jelas itu bukan uang untuk membeli kebutuhan sehari-hari dan makanan Kaisar Muda, mengingat hanya tersisa dua hari. Jika sampai belanja berlebihan, pasti ketahuan.
Itu jelas biaya komisi untuknya.
Sikong Zhaixing puas.
Andai saja Zhu Tang tidak sedang di depannya, dia bahkan mau menunjukkan kesetiaan pada sang kaisar muda ini.
“Aku mengerti,” balasnya, “Mengapa dia harus keluar istana dan menggantikan identitas orang lain, bagaimanapun juga itu tidak ada hubungannya dengan pencuri sepertiku. Aku juga tidak punya kesempatan bertemu Kaisar saat ini, hanya mengantar barang untuk Shizi Nan Wang saja.”
Kesadaran Sikong Zhaixing jelas membuat Wei Ziyun yang mendengarnya merasa puas.
Meski dia tetap merasa bahwa kepergian Zhu Tang sendiri agak terlalu berisiko.
Tapi mengingat bagaimana Kaisar berhasil membuktikan rencana ini dengan menjatuhkan kedua saudaranya menggunakan barang pemberian Qi Xun, Wei Ziyun memutuskan untuk tidak menentang saat ini.
“Apa yang akan Nona Qi lakukan sekarang?” tanya Wei Ziyun.
“Pertama mencari seseorang, memainkan drama kolaborasi dalam-luar sesuai kesepakatan dengan Kaisar, lalu keluar kota untuk belajar kilat.”
Wei Ziyun sama sekali tidak memahami kedua bagian kalimat tersebut.
Namun tak lama kemudian, ia pun mengerti maksud perkataan Qi Xun.
Pemimpin Emei Du Gu Yihe tiba di ibu kota pada pagi hari tanggal 14 September. Setelah mendengar tentang duel pendekar pedang dan penambahan peserta di ibu kota, ia merasa ingin ikut serta juga.
Tapi sebelum tengah hari tiba, Du Gu Yihe tiba-tiba menghilang.
Menurut kesaksian "saksi mata", sebelum kehilangannya, terlihat kabut misterius mendatanginya.
Pada sore hari tanggal 14 September, Ye Gucheng juga diserang dan dikabarkan mengalami luka cukup serius. Namun karena Ye Gucheng tidak muncul ke publik, kebenaran kondisi lukanya tak bisa dipastikan.
Tentu saja, kasus pertama adalah Qi Xun yang menemui Du Gu Yihe atas nama perintah Kaisar, memintanya membantu menciptakan ilusi tersebut.
Siapa yang menyuruh, setengah tahun lalu peristiwa Kerajaan Jinpeng tidak sampai melibatkan Du Gu Yihe, tetap karena kebijaksanaan Kaisar Zhu Tang yang langsung menangkap Huo Xiu, Du Gu Yihe akhirnya berhutang budi.
Sedangkan skenario kedua adalah Zhu Tang yang kini menyamar di antara orang-orang Pulau Feixian dan Istana Pangeran Nanping, menggunakan identitas Pangeran Muda Nan untuk memberi saran kepada Ye Gucheng.
Ye Gucheng sendiri memang perlu berpura-pura terluka agar pasukan yang sudah disiapkan Pangeran Nanping bisa menggantikannya bertarung melawan Ximen Chuixue, sehingga orang tidak langsung curiga itu bukan dirinya.
Sebelumnya sudah dihadang duluan oleh Qi Xun, baru sekarang dia menemukan kesempatan ini.
Qi Xun sama sekali tidak khawatir keberhasilan sandiwara ini akan mempengaruhi rencana besar mencari uangnya, karena sejak tengah hari tanggal 14 September, odds taruhan di ibu kota sudah tidak menerima taruhan baru, hanya memungkinkan transfer kepemilikan tiket taruhan.
“Siapakah orang yang tiba-tiba muncul dan menyerang Du Gu Yihe dan Ye Gucheng?” Spekulasi bermunculan seketika, tapi teori yang paling masuk akal jelas adalah——
Pemimpin Sekte Iblis Barat, Yu Luocha.
Orang ini dianggap aneh dalam hal logika berpikir oleh bawahannya, apalagi dalam hal membuat kekacauan seperti ini—memang sesuai dengan karakternya.
Yu Luocha selama ini tidak pernah memperlihatkan wajah aslinya, dan hanya sedikit orang yang tahu seberapa hebat kemampuannya.
Karena alasan ini, Sun Qingxia yang juga peserta lomba memilih keluar kota untuk menghindari masalah tampaknya bukan hal aneh.
“Aku tidak hanya harus mencari saksi untukmu, tapi juga jadi kambing hitam serangan terhadap Pemimpin Emei, sekarang malah disuruh jadi rekan latih?”
Yu
Luocha memang kurang ahli mengelola ekspresi. Qi Xun memandang Yu Luocha yang sedang kesal itu, dalam hati bergumam.
Meski orang cantik sekalipun saat marah mungkin tetap terlihat memesona——tapi apakah ada yang menikmatinya saat ini, itu lain soal.
Qi Xun menjawabnya dengan tenang menggunakan dua kata, "Boneka."
"……" Yu Luocha terdiam.
Kini dia sangat menyesal waktu tidak bisa berbalik ke beberapa hari lalu, saat dia hendak mencari masalah Qi Xun di tengah malam. Seharusnya dia langsung kabur ketika Qi Xun bertanya "Kabutmu ini bisa tahan meriam atau tidak?".
Tidak, seharusnya dia tidak penasaran dan mendatangi Qi Xun sejak awal.
Qi Xun melanjutkan, "Saksi hidup ini untuk mengungkap konspirasi tertentu. Bisa dibilang ini kontribusi besar bagimu untuk Kerajaan Ming."
"……Jangan asal kasih label muluk, aku tidak terbius oleh omongan manis." Yu Luocha bergumam.
Qi Xun pura-pura tidak mendengar, "Mengenai tuduhan serangan ke Pemimpin Emei, selama Pemimpin Du Gu sendiri ada di sini, apa masalahnya? Besok malam kita akan membersihkan namamu."
Du Gu Yihe yang sedang keluar kota merasa bahwa Yu Luocha ini sangat berbeda dengan kesan yang dia miliki sebelumnya.
Ternyata pemimpin Sekte Iblis Barat adalah sosok yang terlihat sangat kekanak-kanakan seperti ini?
Ekspresi serius di wajahnya sama sekali tidak menunjukkan aktivitas mentalnya saat ini, hanya membuat orang mengira anggukan halusnya ke arah Yu Luocha berarti dia setuju dengan logika Qi Xun.
"Soal menjadi lawan latihan... para praktisi bela diri di dunia ini bangga bisa meningkatkan kemampuan. Kini saya, Tuan Sun, dan Pemimpin Du Gu ada di sini, tidak bermain menggunakan senjata meriam untuk membatasi performamu, Yu Luocha. Inilah saatnya balas dendam dan menghapus aib, atau mencari momen terobosan melalui pertarungan dengan petarung kuat. Bagaimana bisa dikatakan aku menjebakmu?"
Du Gu Yihe bahkan tidak merasa Qi Xun menjebaknya.
Malah menganggapnya sebagai balas budi.
Kombinasi pembunuhan golok dan pedangnya sebenarnya sulit didefinisikan mana yang lebih dominan, lagipula di arena pertarungan pedang seperti Puncak Kota Terlarang semua sepakat tidak menghitungnya. Tapi jika Du Gu Yihe bukan seorang gila bela diri, setelah Kerajaan Jinpeng runtuh dan para mantan menteri datang ke Zhongyuan, sementara yang lain memilih membangun Gedung Qingyi dan Paviliun Permata, dia malah pergi ke Emei untuk berguru - semata ingin mempelajari Ilmu Pedang Emei.
Lebih dari sehari meninggalkan ibu kota sementara untuk berlatih ini, baginya jauh lebih nyaman ketimbang menemui muridnya yang menikah dengan Ximen Chuixue di ibu kota.
Yu Luocha masih ingin melontarkan dua kalimat sindiran, tapi mendapati Qi Xun sudah tak peduli dengan perasaan boneka cadangannya ini, malah sibuk mengajak bicara Sun Qingxia.
“Kedua orang ini adalah lawan yang layak bagimu untuk bertarung,” kata Qi Xun. “Pertarungan pendekar pedang tetaplah pertarungan pendekar pedang. Menurutku dengan gaya bertarungmu, kau takkan menggunakan senjata api. Jadi untuk memenangkan pertarungan, aku ingin meminta kedua orang ini membantumu mempertahankan sensasi bertarung di puncak kemampuanmu. Tentu saja--”
“Lawannya termasuk aku juga.”
Ucapannya sangat serius.
Mencari uang memang penting, tapi jika menggunakan senjata api untuk menang, Sun Qingxia yang begitu bangga diri pasti takkan setuju. Qi Xun juga takkan mempermalukannya dengan cara seperti itu.
Pedang lentur Yu Luocha mengandalkan teknik melilit, teknik gabungan golok dan pedang Dugu Yihe memadukan kegagahan gaya golok dengan keanggunan ilmu pedang Emei, sementara pita panjang dalam lengan Qi Xun mengandalkan serangan jarak jauh, variasi gerakan tusukan yang berputar, serta koordinasi teknik pertarungan tangan kiri-kanan.
Ketiga aliran ilmu pedang ini sama-sama sulit dihadapi, cukup untuk membantu Sun Qingxia menemukan sensasi bertarung dengan petarung terhebat di dunia ini.
Ye Gucheng memiliki tujuan lain untuk membantu Istana Pangeran Pingnan, sementara Ximen Chuixue kini telah memasuki Jalan Cinta terlebih dahulu, dan berniat beralih dari Jalan Pedang Cinta ke Jalan Tanpa Cinta. Dibandingkan keduanya, Sun Qingxia justru lebih murni.
Pedang Chaotian-nya bertumpu pada "kelurusan" pedang. Jurus pedang terbuka Du Gu Yihe dan jurus pedang melilit Yu Luocha adalah lawan yang paling cocok baginya.
Adapun Qi Xun——
Ia datang untuk menguji kekuatan tempurnya setelah Shenzhao Jing naik level.
Alias: grinding EXP.
Terutama karena Seni Pedang Tianyu-nya sudah mencapai ambang batas untuk menciptakan jurus baru. Karena dia tidak berencana ikut serta dalam pertarungan di Puncak Kota Terlarang, maka
Sudah pasti harus memilih beberapa lawan yang sesuai!
Belanja dalam game tetaplah belanja, tapi jalan yang ditempuhnya tak pernah hanya mengandalkan Sistem semata.
Sun Qingxia menoleh memandang wajahnya yang penuh semangat, hatinya berdesir pelan. Namun ia hanya menundukkan pandangan dan menjawab: "Baik, aku tak akan mengecewakanmu."
Ibu kota tiba-tiba terasa memasuki masa tenang.
Namun ketenangan ini hanyalah ketenangan sebelum badai.
Terutama setelah melewati malam 14 September (kalender lunar), tibalah tanggal 15 September.
Pertarungan legendaris "Malam purnama, Puncak Kota Terlarang, Pedang datang dari barat, Sosok Peri Terbang dari Langit"（*）akan digelar malam ini.
Saat senja mulai menyingsing, Lu Xiaofeng telah duduk di Restoran Runming sambil menyantap dalian huoshao dengan santai - salah satu makanan favoritnya di ibu kota. Yang lebih istimewa, tentu saja karena ini adalah hidangan daging.
Menonton pertarungan terkadang sama melelahkannya seperti ikut bertarung sendiri.
Meski khawatir temannya mungkin tewas dalam pertarungan ini, dan menyadari Sikong Zhaixing serta Qi Xun jelas menyembunyikan sesuatu darinya, dia paham ada hal di luar kendali manusia. Bahkan jika yang terburuk terjadi, perut kenyang tetap diperlukan untuk membantu urusan.
Berkat peringatan Sikong Zhaixing, tentu saja dia tidak memberikan semua kain brokat perubahan warna sinar bulan yang ada di tangannya. Kini sehelai terikat di pergelangan tangannya.
Dengan kemampuan pengamatannya yang tajam, mustahil ada orang yang bisa mengambilnya.
Setelah menyantap makan malam yang sangat memuaskan ini, Lu Xiaofeng baru berjalan menuju Gerbang Taihe.
Senja mulai berganti malam, pantulan sungai giok dan sabuk emas di Jinshui bukan lagi kilauan keemasan senja, melainkan aliran sinar bulan.
Matanya yang tajam melihat penjaga patroli berjaga setiap tiga langkah setelah menyeberangi sungai. Baru setelah melihat kain brokat perubah warnanya, mereka pura-pura tidak melihat dan membiarkannya berkeliaran di istana.
Di antara mereka ada yang seperti Wei Ziyun - orang berbakat yang direkrut keluarga kerajaan, juga mantan bandit yang diampuni dan direkrut sebagai penjaga istana. Jika semua menyerbu sekaligus, bahkan Lu Xiaofeng pun tak yakin bisa lolos tanpa luka.
Begitu memasuki Gerbang Taihe, kemegahan kota terlarang terpampang jelas bahkan di bawah sinar bulan.
Lu Xiaofeng tiba-tiba merasa hatinya agak berat, dan menjadi semakin berat ketika melihat jumlah bayangan hitam di atap tempat pertarungan.
Wei Ziyun hanya memberinya lima lembar pita sutra, tapi di sini ternyata ada lebih dari dua puluh orang, bahkan masih ada yang berjalan mendekat dari kejauhan. Dengan mengandalkan Qinggong, mereka melompat ke atas atap dan berdiri tegak di genting emas dan glasir.
Di tubuh orang ini juga terikat kain berubah warna, kadang ungu muda, kadang abu-abu keperakan. Tapi Lu Xiaofeng bisa bersumpah dengan hati nuraninya bahwa ia pasti tidak memberikan kain ini kepada orang seperti ini.
"Ini... Ini sebenarnya apa yang terjadi?" Melihat Wei Ziyun, Lu Xiaofeng segera bertanya.
"Kau tanya aku, siapa yang harus kutanyai?! Pita-pita ini memang kusuruh kau bagikan." Wei Ziyun sebenarnya tahu sedikit penyebabnya, tapi sayangnya saat ini bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan ke Lu Xiaofeng.
Untungnya perhatian Lu Xiaofeng segera beralih dari pita-pita itu.
Di atap Aula Taihe sudah berdiri dua orang.
Dua pendekar pedang berbaju putih seperti salju.
Satu adalah Ximen Chuixue, satunya lagi Ye Gucheng.
Semua orang bisa melihat bahwa kabar yang beredar kemarin tentang Ye Gucheng terluka bukanlah rumor palsu.
Di wajahnya yang sama pucat dengan Ximen Chuixue, dengan sorotan sinar bulan memang terlihat kurang bersemangat, seperti boneka tanpa warna darah di wajah.
Tapi ini bukanlah poin utamanya.
Yang penting adalah, "Di manakah orang ketiga yang akan bertanding pedang?" Lu Xiaofeng mendengar seseorang di sampingnya bertanya.
Pita sutra di tangan orang yang berbicara itu jelas bukan berasal darinya, kini saat pandangan Lu Xiaofeng tertuju padanya, wajah lawannya tak bisa menyembunyikan rasa canggung.
Tapi dia segera berpikir bahwa bagaimanapun cara dia mendapatkan pita itu, selama masih memegang pita sutra berarti dia adalah penonton resmi, tak perlu menuruti sikap Lu Xiaofeng.
"Lihat aku untuk apa? Apakah Sun Qingxia tidak berani datang bertanding pedang?"
"Tidak, dia akan datang
." Lu Xiaofeng menjawab dengan tegas.
Meski komunikasi dengan Qi Xun dan Sun Qingxia tidak banyak, dia sangat yakin akan hal ini. Sikong Zhaixing yang bolak-balik antara istana dan Jalan Ikan Mas selama dua hari ini bahkan lebih pasti lagi.
Benar saja, tepat saat bulan berada di puncak langit, suara samar terdengar dari arah Gerai Taihe.
Secara refleks, semua orang menoleh ke arah tersebut.
Sesaat kemudian, dari bayangan gerbang istana yang diterangi bulan, dua siluet memanjang akibat lentera angin perlahan muncul dari kegelapan.
Pemuda berjubah salju itu datang membawa pedang lebih tinggi dari badannya, bekas luka pedang masih terlihat di tubuhnya. Namun sorot matanya jauh lebih terang dan tajam dibanding saat-saat Lu Xiaofung pernah melihatnya sebelumnya.
Sedangkan yang satunya——
Baru ketika mereka sepenuhnya muncul di bawah sinar bulan, orang-orang sadar Sun Qingxia sengaja mundur selangkah untuk membiarkannya berjalan di depan.
Gadis berambut putih dan baju biru itu masih memiliki separuh wajah yang diterangi sinar bulan, seolah terendam dalam kabut yang samar, namun langkahnya yang mantap membuat orang merasakan energi pedang yang menggentarkan yang terpendam dalam dirinya.
Di balik lengan bajunya, sehelai kain brokat "perubahan warna bulan" sedang berubah menjadi keperak-unguan, perlahan terkembang dalam tiupan angin.
"Maaf membuat kalian menunggu lama." Tiba-tiba ia mengangkat pandangan, matanya menyambar tajam ke arah "Ye Gucheng" yang berdiri di puncak atap. "Tapi sepertinya kami bukan yang terakhir datang?"
