Perkataan Qi Xun yang tiba-tiba ini benar-benar membingungkan banyak orang.
Jelas yang ia maksud bukanlah penonton yang belum datang.
Sorotan mata yang khusus ditujukan ke Ye Gucheng ini mengisyaratkan bahwa Ye Gucheng di depan mata bukanlah Ye Gucheng yang sesungguhnya.
Tapi bagaimana mungkin?
Bagaimana Ye Gucheng naik ke Aula Taihe tadi, semua penonton yang datang lebih awal telah menyaksikannya dengan jelas.
Puncak atap Aula Taihe sama sekali tidak mudah untuk didaki, namun sosok berbaju putih yang tadi melintas dari atas puncak atap dan muncul di bawah sinar bulan, terlihat begitu anggun bagaikan melayang diterpa angin.
Tingkat Qinggong seperti ini bahkan hanya sedikit di bawah Lu Xiaofeng dan Sikong Zhaixing.
Seperti diketahui umum, reputasi Tuan Kota Awan Putih terletak pada Ilmu pedangnya bukan Qinggong, apalagi dia sedang dalam keadaan terluka saat ini, jadi ini sangat masuk akal.
Bahkan Ximen Chuixue yang melihat wajah pucat lawannya bukanlah kepura-puraan, sempat berpikir untuk menjadwalkan pertarungan di waktu lain.
Tapi kini, Qi Xun yang baru tiba langsung melontarkan kalimat sindiran bahwa Ye Gucheng sendiri belum hadir.
Ini bahkan bukan sekadar pernyataan biasa, melainkan sebuah vonis.
Saat perkataannya membuat orang mengalihkan pandangan kembali ke wajah Ye Gucheng dari dua orang yang baru muncul, dan mencoba mencari perbedaan pada wajah yang terlihat sama di bawah bulan seperti saat di depan Chunhua Lou itu, Qi Xun sudah bergerak.
Di tengah pengawasan ketat banyak jagoan istana dan orang-orang persilatan, dia tetap memilih untuk menyerang daripada bertanya, seolah yakin sepenuhnya pada penilaiannya.
Apalagi dia memang memiliki kemampuan untuk muncul di hadapan "Ye Gucheng" sebelum siapa pun sempat menghalangi!
Kain warna-warni di bawah bulan berubah menjadi aliran cahaya perak-ungu bagai galaksi, jejak yang ditinggalkan pita yang terikat di lengan baju Qi Xun saat melesat di udara.
Bahkan hampir tak ada yang bisa melihat bagaimana dia melompat ke atap dengan ringan seperti bangau terbang, pita panjang di lengan bajunya sudah berubah menjadi energi pedang yang bersinar terang, menghujam ke arah "Ye Gucheng".
Mata Sikong Zhaixing berbinar, dia sudah mengenali teknik langkah kaki Qi Xun yang merupakan "Langkah Harum Ribuan Bayangan" sebagai syarat pertukaran saat mencuri orang.
Meski hanya melihat sekilas, dia sudah bisa menangkap keajaiban ilusif dari teknik langkah ini, sehingga tak seorang pun sempat menghalanginya saat kejadian tak terduga terjadi.
Tidak, mungkin ada yang bisa menghentikannya, yaitu Ximen Chuixue yang sebelumnya sudah berdiri di hadapan Ye Gucheng.
Tapi sebelum pedangnya menghalangi "aksi intimidasi" Qi Xun, sudah ada pedang lain yang lebih cepat menahan di depannya.
Cahaya pedang Qi Xun yang luar biasa terang menyilaukan, membuat orang tidak segera menyadari bahwa yang bergerak lincah bukan hanya dia, tapi juga Sun Qingxia.
Pedang Chaotian tujuh chi tiga cun ini memungkinkan Sun Qingxia menghunus pedang lebih cepat dari Ximen Chuixue.
Hari ini dia juga salah satu protagonis pertarungan di tempat ini, tindakannya sepenuhnya sesuai dengan logika jika ingin turun tangan.
Dengan kemampuan pengamatan yang tajam, semua orang bisa melihat jelas bahwa luka-luka pada pemuda berbaju putih ini—yang sebelumnya terlihat samar dalam bayangan—bukanlah ilusi belaka.
Kini, di bawah sinar bulan purnama dan pantulan cahaya dari genting keramik atap, terlihat jelas bahwa di balik bajunya yang masih utuh, terdapat luka-luka pedang yang belum sembuh mengeluarkan warna darah.
Namun luka-luka ini sama sekali tidak menghambat gerakannya, malah memperkuat aura liarnya yang tercermin dari wajahnya yang menyiratkan sikap keras kepala dan kesendirian.
"Mengapa kau menghalangiku?" Ximen Chuixue mengeluarkan empat kata dingin, "Ini adalah pertarungan pedang, ikuti aturannya."
"Karena ada yang melanggar aturan lebih dulu," balas Sun Qingxia.
Ia takkan melewatkan kilatan kegembiraan bertarung yang muncul di wajah Ximen Chuixue saat ia menghunus pedang.
Semakin kuat lawannya, semakin baik kabar ini bagi pemuda yang sedang mengejar puncak ilmu pedang.
Sun Qingxia juga menantikan pertarungan ini.
Qi Xun mendatangkan Du Gu Yihe dan Yu Luocha, bersama dirinya sendiri, memastikan Sun Qingxia tetap dalam performa terbaik melalui pertarungan pedang tanpa ampun.
Meski sempat kembali dari luar ibu kota dan memasuki
Kota Terlarang dengan sedikit waktu penyesuaian, kini ia masih dalam performa puncak.
Saat pedang Ximen Chuixue terhunus, sebagai sesama pendekar, Sun Qingxia melihat tekad murni yang berbeda dari keraguan yang masih tersisa saat pertarungan terakhir di halaman belakang He Fang Zhai.
Namun pusat perhatian visual saat ini bukanlah dua orang yang saling berhadapan sebentar ini, melainkan Qi Xun dan Ye Gucheng.
Dalam satu pedangan cahaya sutra yang dilancarkan Qi Xun, seolah karena pantulan sinar bulan maupun pancaran energi pedang itu sendiri, serangan kilat ini tiba-tiba menyiratkan kemiripan dengan jurus "Sosok Peri Terbang dari Langit".
Andaikan Ye Gucheng sendiri ada di sini, mungkin akan tertarik bahkan menggunakan jurus asli "Sosok Peri Terbang dari Langit" untuk bertarung dengannya.
Namun yang hadir di tempat ini bukanlah Ye Gucheng.
Melainkan seorang dengan tingkat Qinggong yang luar biasa, namun kemampuan pedangnya hanya setara kelas satu Jianghu—masih terpaut jauh dari level Ye Gucheng atau Ximen Chuixue—
tamu Istana Nan.
Kehadirannya diatur untuk membuktikan bahwa Ye Gucheng benar-benar terluka.
Entah nanti kalah dalam duel melawan Ximen Chuixue atau mengubah jadwal karena lukanya, yang jelas semua ini tak ada hubungannya dengannya. Asal tujuan mengulur waktu tercapai, itu sudah cukup.
Asalkan semua perhatian, termasuk pandangan beberapa penjaga yang seharusnya menjaga Kaisar Muda, terpusat di tempat ini, maka Ruang Studi Selatan akan memiliki celah untuk dimanfaatkan.
Ia sangat memahami alur pertarungan antar pendekar pedang. Secara alamiah masih harus menunggu hingga cahaya bulan semakin terang, saling bertukar kata-kata sopan dengan lawan, menunggu energi pertarungan di sekujur tubuh mencapai puncak kesiapan, baru kemudian benar-benar bertarung.
Saat itu datang, seluruh situasi seharusnya sudah stabil.
Bahkan karena Sun Qingxia yang belum juga muncul dalam waktu lama, hatinya sempat diliputi secercah kegembiraan diam-diam—
Ini juga berarti ia berada dalam posisi yang lebih aman.
Tapi siapa sangka, saat Qi Xun dan Sun Qingxia melangkah melewati Gerbang Taihe menuju depan Aula Taihe, mereka langsung membongkar kebenaran bahwa ia bukan Ye Gucheng. Bahkan sama sekali tidak memberinya kesempatan membela diri, langsung bertindak.
Sun Qingxia merasa tangannya penuh semangat, bagaimana dengan Qi Xun?
Seni Pedang Tianyu sejak lama telah menjadi teknik pedang utama yang ia tekuni.
Bahkan tanpa bantuan Sistem, Qi Xun sama sekali tidak merasa ada kekurangan dalam penguasaan ilmu pedang ini.
Sun Qingxia bahkan sampai berkomentar, selain Fang Geyin, dialah yang paling mahir menggunakan ilmu ini. Dengan bercanda dia bilang, seandainya mengaku sebagai penerus Sekte Tianyu pun, takkan ada yang meragukannya.
Setelah bertarung dengan Du Gu Yihe yang menggabungkan kekuatan golok dalam ilmu pedangnya dengan keanggunan khas Emei, Qi Xun mendapat pencerahan baru.
Kemampuan Du Gu Yihe memadukan dua aliran bertolak belakang menjadi ilmu pedang unik, terletak pada unsur kreasi.
Seni Pedang Tianyu yang ringkas seperti bulu terbang namun datang bak keajaiban, juga mengandung kontradiksi serupa.
Semakin lama bertarung, konsep tentang "satu pedang pembuka jalan" yang sebelumnya samar di benak Qi Xun, mulai mengkristal bentuknya.
Meskipun pedang yang ia tebaskan sambil melayang di udara saat ini belum bisa disebut memiliki nama resmi, tapi sudah sepenuhnya terlepas dari 24 jurus dalam Seni Pedang Tianyu, membentuk jurus baru.
Artinya serangan ini bisa mendapatkan bonus atribut dari Seni Pedang Tianyu yang dipasang di tubuhnya untuk jurus orisinal!
Cahaya pedang menyambar udara, sementara Ximen Chuixue terhalang oleh Sun Qingxia, "Ye Gucheng" palsu ini terpaksa harus menghadapi serangan.
Dinginnya bulan tipis di musim gugur jelas tak mampu menyaingi hawa beku dari pedang ini yang menyapu keindahan bulan.
Aktingnya menurutnya nyaris sempurna tanpa cacat, bahkan pedang cadangan Feihong milik Ye Gucheng pun ada di tangannya.
Namun pedang yang juga terbuat dari besi dingin luar negeri ini, ketika bertemu dengan energi pedang murni dan tajam Qi Xun, dalam keheningan yang disebabkan oleh kejutan ini, semua orang mendengar suara yang tak mungkin salah dikenali—suara pedang yang nyaris menahan tekanan, namun seolah akan patah di detik berikutnya.
Dan ketika ia terburu-buru menghunus pedang, di antara kerumunan tak sedikit ahli
ilmu pedang yang mumpuni, bagaimana mungkin tidak melihat bahwa itu jelas bukan level yang pantas dimiliki Tuan Kota Awan Putih!
Hunusan pedangnya terlalu lambat!
Bagi pendekar pedang terhebat di dunia, seberat apapun lukanya tak semestinya menghunus pedang sepelan ini, kecuali tangannya benar-benar tak bisa mengeluarkan tenaga—dan jelas ini bukan kondisi yang dialaminya.
Maka pernyataan Qi Xun tentang "seseorang yang belum datang" bukanlah omong kosong.
Di manakah Ye Gucheng yang asli?
"Ye Gucheng" palsu ini tak sempat menjawab pertanyaan itu.
Serangan berikutnya yang dilancarkan |Qi Xun berkilauan seperti galaksi Bima Sakti yang tumpah, dengan gesit menghantam "Ye Gucheng" palsu ini hingga terjatuh dari bubungan |Aula Taihe.
Andai bukan karena |Qinggong sang penipu ini yang cukup baik, mungkin dia sudah terluka parah saat nyaris terjatuh. Dengan kikuk, dia terhuyung-huyung dua langkah untuk menstabilkan diri.
Namun |energi pedang |Qi Xun bagai bayang-bayang yang membuntuti, menyusul seperti riak air tepat saat si penipu baru menarik napas lega, menyapu tubuhnya hingga terlempar.
Sosok putih itu baru saja mendarat, kembali terpental seperti bola dan terjatuh keras ke tanah.
Kilau |energi pedang dengan sengaja berbelok, menggesek pelipisnya. Terlihat jelas wajah aslinya tersembunyi di balik |lapisan |topeng penyamaran.
|Kini tepi topeng itu telah terkupas oleh sabetan pedang.
Hal yang membuatnya merasa semakin tidak baik jelas bukan hanya itu.
Arah dia terlempar justru mengarah ke Gerbang Taihe yang terhubung dengan Sungai Yudai Jinshui.
Baru saja dia batuk darah dan berusaha menopang tubuh, tiba-tiba melihat seseorang sedang berjalan datang dari bayangan Gerbang Taihe.
Tepatnya, seorang manusia dan segumpal kabut yang mengaburkan wajah.
Siapapun kabut itu, penyamun ini mengenali sosok yang satunya.
Sebagai pemimpin sekte, meski jarang keluar karena sibuk mendalami Martial Arts, wajahnya tetap mudah dikenali.
Apalagi pedangnya sangat unik - bahkan jika hanya melihat pedangnya, mustahil salah mengidentifikasi dia.
Lagipula dia tidak menggunakan taktik penyamaran karena cedera seperti si penyamun ini, melainkan dalam kondisi prima.
Itu adalah Pemimpin Emei Du Gu Yihe!
Aura yang membuat orang merasa tertekan berlapis-lapis seketika saat kemunculannya, hampir membuat napas tertahan.
Yang membuat tamu Vila Nan ini hampir jantungnya berhenti berdetak adalah kabut di sekitarnya, yang diduga berasal dari sosok dalam rumor yang membuatnya menghilang.
Pihak lawan bukan datang untuk menyerang Du Gu Yihe, melainkan hanya ingin membicarakan sesuatu dengannya.
Saat ini keduanya mengenakan tanda kain brokat berubah warna, dengan pongah memasuki Kota Terlarang untuk menyatakan pada semua bahwa Du Gu Yihe sebenarnya tidak mengalami serangan mendadak.
Dengan demikian, tuduhan serangan terhadap Ye Gucheng menjadi sama sekali tidak berdasar.
Adapun asal-usul kain brokat berubah warna yang mereka kenakan, tentu berasal dari Kaisar Muda sebagai bantuan persahabatan, sekaligus menghemat Yu Luocha - yang sampai sekarang masih mengira dirinya terkena racun aneh - dari keharusan membeli dua lembar dari Wang An yang pandai berbisnis.
Uang sia-sia semacam ini memang tidak ingin dia keluarkan.
“……”“Ye Gucheng” yang mengenakan topeng tidak terlihat panik, namun tangannya hampir tidak bisa menggenggam pedangnya dengan stabil.
Tangan yang gemetar ini cukup membuktikan kondisinya yang sebenarnya.
Ia sulit memahami mengapa ketika Du Gu Yihe dan Yu Luocha datang bersama, muncul perasaan bahwa mereka justru terjebak dalam perangkap.
Kini, dia hanya memikirkan - jika situasi di pihaknya sudah seperti ini, bagaimana dengan kondisi Ye Gucheng dan Shizi di sisi lain?
Wang An sedang membuka jalan untuk Shizi dari Istana Selatan.
Dengan adanya orang licin seperti Wang An yang sudah puluhan tahun berkecimpung di istana, ditambah minat besar Kaisar Zhu Tang terhadap "drama pemberontakan diri sendiri" ini yang membuatnya ikut berkooperasi, perjalanan mereka benar-benar berjalan mulus.
Saat identitas Ye Gucheng palsu terbongkar, Ruang Studi Selatan sudah berada di depan mata.
Wang An yang teringat janji Pangeran Pingnan padanya, dadanya terasa membara. Bahkan ia merasa awal...
Cuaca musim gugur yang mungkin masih menyisakan sisa panas musim panas, kini membuat seluruh tubuhnya dipenuhi kegembiraan yang hampir membara.
Hampir... Hampir berhasil!
Lentera angin yang dibawanya saat ini tidak berani dinyalakan, tapi sinar bulan yang menyinari istana memungkinkannya melihat wajah dua orang yang mengikutinya saat menoleh.
Ye Gucheng, Pemimpin Kota Awan Putih yang asli, mengenakan Pedang Feihong sejati untuk menghadapi teknik Pedang Tujuh Bintang Ikan Terbang milik saudara-saudara Yu.
Wang An mendengar sedikit tentang keadaan orang ini.
Ketika ilmu pedang seseorang mencapai tingkat kesempurnaan seperti Dugu Qiubai, selalu ada metode khusus untuk melakukan terobosan, mungkin juga karena kebijaksanaan visioner Pangeran Pingnan yang telah menguasai jalur perdagangan luar Pulau Feixian lebih dulu.
Tapi orang seperti ini terlalu sulit dikendalikan kelemahannya, kemungkinan besar setelah urusan Istana Pingnan berhasil, cepat atau lambat harus dicari cara untuk menyingkirkannya.
Jadi, Wang An sama sekali tidak merasa bahwa kontribusi dalam mendukung kaisar baru ini, Ye Gucheng memiliki kemampuan untuk bersaing dengannya.
Ketulusannya dalam mengabdi kepada Istana Pangeran Pingnan sangat jelas, bahkan dengan sengaja memberikan kelemahan dan celah kepada Pangeran Pingnan.
Secara gamblang, dia hanya menginginkan uang, kekuasaan, dan wanita cantik yang tidak bisa dinikmatinya sebagai kasim - hadiah yang tidak terlalu sulit untuk diberikan oleh Pangeran Muda Pingnan dan Pangeran Pingnan yang akan menjadi penguasa dunia nanti.
Kini, dia hanya tinggal satu langkah lagi dari hadiah tersebut.
Cukup dengan membawa Pangeran Muda Pingnan menghadap Kaisar saat ini, lalu melakukan pertukaran identitas antara kedua orang tersebut.
Saat ini, Pangeran Muda Pingnan yang berjalan di bawah sinar bulan telah mengenakan pakaian resmi kaisar - setelan baju yang diam-diam dibawa keluar oleh Wang An selaku Kepala Pelayan istana.
Pada jubah naga berwarna kuning terang, hiasan batu hijau dengan pinggiran emas juga memancarkan kilau keemasan yang memukau di bawah sinar bulan.
Pola sembilan naga dua belas simbol dengan awan lima warna bergerak mengikuti langkahnya. Naga berjalan di bagian kiri-kanan kerah terlihat seperti mengudara di atas awan.
Inilah lambang kewibawaan seorang kaisar.
Entah apakah ini hanya prasangka Wang An, ia merasa Pangeran Muda Nan ini terlihat berbeda antara saat pertama tiba di ibu kota untuk menemuinya dengan penampilannya sekarang.
Pakaian kekaisaran ini benar-benar memancarkan aura penguasa di tubuhnya.
Apakah karena ahli yang merias detail wajah Pangeran Muda Nan terlalu berbakat, Wang An yang dulu merawat Kaisar Zhu Tang sejak kecil dan sangat mengenalnya, kini justru melihat bayangan sang kaisar pada diri pangeran muda ini.
Tapi ketika berpikir mungkin ini hanya efek pakaian, Wang An merasa dirinya terlalu paranoid.
Mungkin Pingnan sudah melatih putranya secara khusus agar tak meninggalkan celah saat menggantikan identitas.
“Di depan adalah Ruang Studi Selatan.” Suara Wang An gemetar karena emosi yang meluap, seolah yang akan merebut tahta sang kaisar bukan Pangeran Muda Nan melainkan dirinya sendiri.
Ia berbisik memuji pemuda berjubah naga di belakangnya, "Masa depan Tuan sudah di depan mata. Besok pagi di sidang istana, Tuan akan duduk di Tahta Naga mengarahkan negara. Jangan lupakan jasa hamba ini."
Zhu Tang sangat mahir dalam memerankan orang yang lebih bodoh dari dirinya.
Di mata Wang An, wajahnya memancarkan kegairahan akan kekuasaan dan kekayaan yang hampir diraih, lalu segera berubah serius untuk menghindari kesan rakus. "Tentu takkan kulupakan. Tanpa bantuan Kepala Pelayan Wang, bagaimana rencana kita bisa berjalan mulus?"
Nanti dia akan memberikan 'kejutan' untuk Wang An.
Sungguh 'kejutan' yang luar biasa baginya bahwa pihak Istana Pangeran Nanping justru memilih bersekutu dengan orang ini.
“Shizi... tidak, Yang Mulia silakan.” Wang An dengan cepat mengubah panggilannya, jelas melihat kilat kesombongan yang semakin tak terbendung di wajah pangeran muda itu meski berusaha disembunyikan.
Mulai hari ini, tidak akan ada lagi Pangeran Muda Nan di dunia ini—hanya Sang Kaisar yang berkuasa.
Wang An membukakan pintu Ruang Studi Selatan untuk Zhu Tang.
Di dalam ruangan yang sudah setengah gelap karena kaisar telah beristirahat, cahaya lilin dan bayangan bergumul di atas ornamen giok berlapis emas,
bercampur dengan sinar bulan yang masuk melalui pintu terbuka, menciptakan kemegahan istana yang terasa seperti masih terperangkap dalam mimpi.
Ye Gucheng tidak ikut masuk.
Kecepatan pedangnya cukup untuk menghadang formasi Pedang Tujuh Bintang Ikan Terbang meski baru bergerak setelah mendengar suaranya.
Apalagi memang masih ada beberapa hal yang mengganjal di pikirannya.
Kegelisahan ini bukan karena perbuatan pemberontakan menunjukkan ketidakikhlasan sehingga tidak layak memegang pedang, melainkan karena pembatalan janjinya membuatnya merasa sangat bersalah terhadap dua pendekar pedang lain yang sangat menantikan pertarungan ini.
Dalam suasana hati yang sedikit muram dan tertekan ini, dia bahkan tidak menyadari bahwa saat ini di Ruang Studi Selatan tidak tercium aura manusia hidup.
Wang An juga tidak menyadarinya.
Seluruh perhatiannya tertuju pada khayalan Pangeran Muda Nan yang akan mencapai posisi tertinggi, dan sangat ingin melihat apakah kaisar yang selalu mematuhi aturan ini—ketika menyaksikan seorang pemuda yang mirip dengannya mengenakan jubah naga berdiri di hadapannya—akan menampakkan ekspresi ketakutan di wajah tenang yang sejak kecil selalu tenang itu.
Hingga dia pun tidak segera menyadari bahwa meski Yang Mulia tidak menguasai ilmu bela diri, beliau selalu tidur ringan, dan biasanya akan terbangun ketika dia mendekat.
Kini, di ranjang kuning keemasan ini, beliau masih tetap terlelap dengan selimut yang menggambarkan lekukan tubuhnya.
Wang An sedang ingin melanjutkan langkah ke depan, tiba-tiba ditarik oleh Zhu Tang. "Biar aku."
Ia bersumpah melihat niat jahat yang jelas terpancar dari wajah penguasa masa depan ini, tapi bagi Wang An ini justru kabar terbaik.
Semakin mendendam pada kakak sekerabat yang bisa naik tahta di usia muda ini, semakin membuktikan ia akan berterima kasih pada pengorbanan yang telah kulakukan untuk adegan ini.
"Pangeran Muda Nan" yang mengenakan jubah naga melangkah mantap menuju kaisar yang sedang terlelap, membuka selimut dengan kasar lalu menarik ke bawah orang yang sedang beristirahat di ranjang tanpa ampun.
Tubuh itu jatuh ke karpet depan ranjang dengan suara gedebuk.
Wang An baru ingin ikut mencela dan membantu, tiba-tiba menyadari sesuatu yang tidak beres!
Seberapa lelap pun Yang Mulia tidur, mustahil tidak terbangun setelah diperlakukan seperti ini - itu jelas bukan orang pingsan, melainkan mayat!
Pada tubuhnya yang dikenakan adalah pakaian hitam untuk kegiatan malam, bukan piyama yang biasa dipakai Kaisar Muda saat tidur.
Pikiran Wang An tiba-tiba macet sejenak.
Sebelum sempat melihat jelas wajah orang itu, tiba-tiba terdengar teriakan "Pangeran Muda Nan", "Datanglah, selamatkan Kaisar!"
"……？？？" Sesuatu yang di luar perkiraannya terjadi, tapi dari sudut matanya telah muncul kilatan logam - di tangan "Pangeran Muda Nan" tiba-tiba muncul tabung logam bulat yang digenggamnya.
Ekspresi dingin di wajah lawannya semakin mengeras.
Begitu menusuk sampai dalam situasi genting ini, otak Wang An yang hampir berkarat ini akhirnya menyadari - ini sama sekali bukan niat membunuh yang ditujukan pada kaisar, tapi mengincar dirinya!
Orang di hadapannya, setelah melepaskan identitas sebagai Pangeran Muda Nan, kini terlihat jelas dengan pandangan objektif - ini bukanlah Pangeran Muda Nan, melainkan sang kaisar sejati.
Namun dia sama sekali tidak perlu mempedulikan apakah identitas yang dia sandang adalah Pangeran Muda Nan atau tetap sebagai Zhu Tang, selama posisi kaisar masih dipegangnya, dialah pemenang terakhir.
Dalam sekejap mata, Wang An telah memahami sebagian besar situasi saat ini, tapi apa gunanya sekarang?
Segumpal jarum perak yang melesat dari tabung kecil berwarna perak di tangan Zhu Tang telah menyerangnya.
Ye Gucheng benar-benar mendengar keributan dan melakukan aksi.
Seberkas cahaya pedang mencoba menghalangi serangan Zhu Tang terhadap Wang An, namun jarum perak bercahaya itu seolah sama sekali tak bisa dihentikan, menembus cahaya pedang dan menusuk jantung Wang An.
Cahaya menusuk jantung, Kepala Pelayan yang tinggal selangkah lagi mencapai puncak karir ini roboh. Hanya di detik terakhir sebelum mati dia menyadari, semua yang dilakukannya hanya membuatnya seperti badut yang lucu tanpa manfaat lain.
Ekspresi Kaisar Zhu Tang tetap datar, hanya mengarahkan ujung tabung perak ke arah Ye Gucheng.
"Tuan Kota Ye, maukah kau mencoba, apakah pedangmu lebih cepat ataukah
kecepatan Sembilan Langit Sepuluh Bumi Sembilan Belas Jarum Dewa lebih cepat?"
Bukan ini alat yang digunakan Zhu Tang untuk menguji kemampuannya melumpuhkan empat pengawal kekaisaran, tapi tetap juga jimat pelindung yang diberikan Qi Xun padanya.
Sembilan Langit Sepuluh Bumi Sembilan Belas Jarum Dewa hanya ada dua tabung. Satu tabung telah direbut Qi Xun dari Wen Zhang sebelum kematiannya, menjadi senjata penting melawan Dewa Kesembilan Kegelapan. Tabung satunya lagi berada di tangan Wen Xue'an putra Wen Zhang.
Karena kasus Sekte Panjang Langit dan insiden berdarah, Wang Xiaoshi mencari kebenaran apakah Bai Choufei terlibat, lalu menghadapinya sekaligus membunuh Wen Xue'an untuk membersihkan dunia persilatan.
Setelah kematian Wen Xue'an, tabung kedua Sembilan Belas Jarum Dewa yang diambil dari jasadnya diserahkan ke Qi Xun oleh Wang Xiaoshi.
Saat ini tepat digunakan sebagai senjata perlindungan untuk Kaisar Zhu Tang.
Ye Gucheng tidak tahu bahwa setelah Sembilan Belas Jarum Dewa ditembakkan, mengisi ulangnya sama sekali bukan hal mudah. Ia hanya melihat energi pedangnya yang seharusnya mampu menghalangi sebagian besar senjata rahasia di dunia ini, meleset begitu saja.
Tepatnya, hanya meninggalkan bekas goresan pedang dalam di lantai Ruang Studi Selatan.
Sang kaisar sejati ini telah menanggalkan sikap lemah yang ditunjukkannya saat menyamar sebagai Pangeran Muda Nan. Sorot matanya kini tajam mengarah ke musuh.
Meski sebelumnya tidak punya pengalaman menggunakan senjata rahasia, ketenangan dan kestabilannya membuat senjata pembunuh ini tak ragu sedikitpun mengarah ke lawan.
Kecuali dia bodoh, Ye Gucheng takkan mencoba menguji apakah tubuhnya lebih kuat atau Sembilan Langit Sepuluh Bumi Sembilan Belas Jarum Dewa di tangan Kaisar Zhu Tang yang lebih menusuk.
"Yang Mulia..." Licik sekali!
Jika Ye Gucheng belum menyadari dirinya terjebak saat mendengar teriakan "" dari Kaisar Zhu Tang, maka ia tak layak lagi menjadi Tuan Kota Awan Putih.
Telinganya menangkap derap langkah yang mendekat. Yang tercepat hampir tak bersuara, hanya sehelai pita sutra yang menembus jendela Ruang Studi Selatan disusul kilatan pedang yang gesit menghujam ke arahnya.
Meski pernah bertarung dengan Qi Xun, Ye Gucheng merasakan energi pedangnya kini jauh lebih dahsyat dibanding pertarungan di depan Chunhua Lou dulu.
Hanya saja dia sengaja menahan diri.
Tapi soal menahan diri atau tidak sekarang sudah tak relevan lagi.
Saat pedangnya terpental, siluet berbaju biru itu telah masuk melalui jendela, mendarap ringan di lantai Ruang Studi Selatan tanpa menyentuh kusen, tepat membentuk tameng di depan Kaisar Zhu Tang.
Menghalangi di depan pedang Ye Gucheng.
Lengan bajunya berkibar seperti awan terbang, kilau selendang menyambar bagai petir. Sehelai pita panjang lainnya segera melilit pedang Feihong.
Pedang ini sama sekali tak mungkin menembus lilitan Selendang Bai Zhang Han Guang untuk menebas tubuh Zhu Tang.
Ye Gucheng juga melihat, saat ia kehilangan kesempatan untuk bertindak dan bertanya, sang Kaisar Muda yang asli ini dengan cepat menyembunyikan senjata rahasianya ke dalam lengan baju, lalu berdiri dengan tangan di belakang seolah tak melakukan apa-apa - persis seperti penampilan seorang kaisar yang terbangun tengah malam karena.
Para petualang Jianghu dan pasukan penjaga istana yang tiba terlambat di Ruang Studi Selatan kini berkerumun di jendela yang dihancurkan Qi Xun, mengintip ke dalam. Hanya Wei Ziyun yang masih ingat untuk masuk melalui pintu Ruang Studi Selatan yang terbuka untuk melakukan pengepungan.
"......" Ye Gucheng seolah melihat salah satu penonton hampir mengangkat kuaiban di tangannya.
Ini sedikit membangkitkan kenangan yang tidak terlalu menyenangkan.
Untungnya orang ini mungkin masih ingat di mana tempatnya berada, tidak bodoh sampai menggunakan kuaiban untuk mengiringi.
Namun meski begitu, keadaan diawasi banyak pasang mata seperti menonton pertunjukan monyet ini, benar-benar membuat Ye Gucheng menyadari betapa mengerikannya terhimpit oleh sekumpulan rekan tim yang bodoh.
"Mengapa Tuan Kota Ye berada di sini? Siapakah orang yang menyamar sebagai Tuan di Aula Taihe? Kulihat Tuan Kota Ye perlu memberi penjelasan pada kaisar, juga pada orang-orang yang menanti pertarungan Puncak Kota Terlarang!" teriak Qi Xun.
Saat Qi Xun baru saja menangkap penyamar Ye Gucheng, detektif Lu Xiaofeng langsung mendapat firasat: dengan masalah di Puncak Kota Terlarang, kaisar mungkin dalam bahaya.
Ini membuat alasan yang sudah direncanakannya bersama Wei Ziyun tak perlu digunakan lagi.
Lu Xiaofeng lalu menggunakan kalimat "lebih baik percaya ada bahaya" untuk mengajak semua orang datang bersama.
"Selamatkan Kaisar!" seruan Zhu Tang terdengar samar dari kejauhan.
Dengan motivasi ganda mencari keuntungan sekaligus meningkatkan reputasi Istana Air Suci, Qi Xun berlari paling cepat di antara semua orang.
Maka dialah yang kini berhadapan langsung dengan Ye Gucheng.
Sebenarnya meski tidak cepat-cepat, gadis ini tetap akan melakukan aksi heroik menerobos jendela, mengingat dia perlu berkoordinasi dengan Zhu Tang.
"Aku..."
Baru satu kata keluar dari mulut Ye Gucheng, sang Kaisar Zhu Tang langsung (memotong pembicaraan).
"Salah sangka, gadis. Tuan Kota Ye bukan assassin, melainkan penolongku." Zhu Tang menahan bahunya, ekspresi cemas di wajahnya memperlihatkan kekhawatiran kalau-kalau Ye Gucheng terbunuh.
Seandainya ada tanda tanya yang bisa tertampilkan di atas kepala Ye Gucheng, pastilah sudah bertumpuk-tumpuk saat ini.
Namun Kaisar Zhu Tang seolah tak merasa ada masalah menyebut salah satu assassin sebenarnya sebagai penyelamat, malah dengan tenang menunjuk orang yang dia seret dari tempat tidur ke lantai sambil berkata, "Inilah assassin. Jika bukan karena Tuan Kota Ye bertindak, mungkin orang ini sudah berhasil."
Penonton bersama Ye Gucheng memandang mayat tersebut.
Penerangan lilin di sekitarnya, dengan bantuan Wei Ziyun yang jeli, telah dinyalakan sebagian besar. Bahkan yang penglihatannya buruk sekalipun bisa melihat bekas luka pedang tipis dan tajam di leher assassin yang terbaring ini.
Membunuh dengan luka seperti ini, hanya pendekar pedang terhebat saat ini yang bisa melakukannya.
Ximen Chuixue dan yang lainnya sebelumnya berada di Aula Taihe. Selain Ye Gucheng, siapa lagi yang bisa mengambil nyawa dengan satu pedang seperti ini?
"Adapun kepala pelayan kasim lainnya yang sudah terjatuh, bahkan tidak ada sedikitpun luka di tubuhnya. Luka akibat Sembilan Langit Sepuluh Bumi Sembilan Belas Jarum Dewa terlalu kecil, hanya terlihat seperti titik di ujung jantung. Dipadukan dengan bekas pedang di lantai, sangat wajar jika dikatakan Ye Gucheng yang membunuhnya."
"Apalagi siapa yang akan meragukan kaisar berbohong?"
"Sang Kaisar Muda yang baru saja mengalami percobaan pembunuhan malam ini, tetap mempertahankan kewibawaan kerajaannya. Saat memandangi para petualang Jianghu yang asing baginya, aura penguasa dalam sorot matanya tak berkurang sedikitpun."
"Sang gadis memang salah paham, mohon lepaskan Tuan Kota Ye."
"Pertarungan pedang di Puncak Kota Terlarang malam ini telah mendapatkan izinku. Dengan gaya Tuan Kota Awan Putih, tentu tidak akan absen sembarangan. Mungkin dia mendapat kabar terkait assassin, sehingga menyuruh orang menggantikannya untuk sementara di sana, sementara dirinya sendiri datang menyelamatkan kaisar."
Ye Gucheng merasa seolah dirinya belum sepenuhnya terbangun dari mimpi.
“Situasi yang diucapkan dari mulut Kaisar Muda hampir bisa dikatakan bertolak belakang dengan kenyataan sebenarnya.”
“Meskipun ini adalah kesempatan emas untuk membersihkan dirinya dari tuduhan membunuh Kaisar, sangat sulit baginya untuk menunjukkan kegembiraan ketika dirinya hanya bisa terbawa arus tanpa tahu akan berakhir seperti apa.”
“Dia juga melihat bahwa sang Kaisar yang telah bertakhta selama beberapa tahun ini, meski tetap tenang bagai gunung tak terguncang di depan orang-orang, namun ketika menoleh padanya, sorot matanya mengeluarkan aura gelap bak langit sebelum badai.”
“Ye Gucheng tiba-tiba mendengar suara yang seolah bergema di telinganya dan hanya bisa didengarnya sendiri, 'Lebih baik Tuan Kota Ye tidak melakukan gerakan ceroboh. Mengejar puncak ilmu pedang dengan pemberontakan, tapi mau mengorbankan seluruh Kota Baiyun sebagai tumbal?'”
“'Kulihat Tuan belum mencapai tingkat penguasaan dimana emosi telah terlupakan.'”
“Ini adalah suara Qi Xun.”
Teknik mengkonsentrasikan ilmu tenaga dalam menjadi seutas benang untuk menyampaikan pesan ini ke telinganya memang hanya bisa dilakukan oleh Nona Qi yang berada paling dekat dengannya.
Dalam cahaya lentera istana berukir yang semakin terang di Ruang Studi Selatan, cahaya kuning hangat berlapis-lapis itu tak memberi kehangatan bagi Ye Gucheng. Ia hanya melihat bayangan Qi Xun dan Kaisar Zhu Tang yang saling bertumpang tindih di lantai ruangan, bagai partner pentas yang paling kompak dalam drama besar ini.
Awalnya ia hanya mengira Qi Xun dan Sun Qingxia adalah mitra bisnis - satu mencari uang, satu membantu mencari uang. Ternyata partnership sejati justru ada di sini.
Ia harus mengakui,
perkataan Qi Xun ini tepat menyentuh titik lemahnya.
Ia adalah Ye Gucheng, tapi juga Tuan Pulau Feixian sekaligus Tuan Kota Awan Putih.
Saat bayangan kegelapan melintas di pandangannya, Zhu Tang yang jelas sedang larut dalam peran melanjutkan, "Di mana gerangan pendekar yang menggantikan Tuan Kota Awan Putih itu? Tuan Kota Awan Putih memiliki jasa menyelamatkan kaisar, maka orang ini pun layak mendapat penghargaan serupa. Jangan sampai pahlawan ini diperlakukan semena-semena."
"……" Bibir Ye Gucheng bergetar halus.
Namun ketika Qi Xun dengan patuh menarik kembali pita panjang dari Pedang Feihong, lalu menyatakan bahwa meski telah melukai sang pendekar namun tidak mencederai inti tubuhnya——bahkan akan mengganti seluruh biaya pengobatan——Ye Gucheng merasa tak lagi memiliki semangat untuk berdebat.
Apa lagi yang bisa dikatakannya? Mereka sudah menyelesaikan semua drama ini tanpa celah.
Ia pun menyadari alasan di balik pernyataan kontroversial Zhu Tang ini.
Karena ini membuktikan bahwa sang kaisar sedang memainkan peran Pangeran Muda Nan!
Hanya Pangeran Muda Nan yang akan menyebut Ye Gucheng sebagai pahlawan penyelamat kaisar——karena dialah yang pasti akan melakukan pembunuhan terhadap Sang Putra Langit sejati.
Hanya Pangeran Muda Nan yang akan mengatakan bahwa tamu Istana Nan yang menggantikan identitas Ye Gucheng dan berdiri di Aula Taihe juga merupakan pahlawan penyelamatan kaisar, karena dalang di balik konspirasi pemberontakan besar ini masih belum tertangkap.
Bagaimanapun ini tidak mengganggu tindakan normalnya, mengapa Kaisar Zhu Tang tidak bisa melanjutkan aktingnya dengan memanfaatkan situasi, agar orang-orang Istana Nan yang masih berada di ibu kota mendapat sinyal yang salah.
Di antara para pemberontak ini, yang tahu bahwa Zhu Tang tetap Zhu Tang dan bukan Pangeran Muda Nan hanya ada dua orang: satu adalah Wang An, satunya lagi adalah Ye Gucheng sendiri.
Kebetulan yang pertama telah dieksekusi langsung oleh Zhu Tang, sementara yang lain meski menyandang gelar penyelamat kaisar, sebenarnya bukanlah orang merdeka.
Tangan Ye Gucheng telah sempat digenggam sejenak oleh Qi Xun dengan alasan "memberi penghormatan kepada Tuan Kota Ye", tepat ketika sang pendekar masih terkejut oleh pernyataan mengejutkan Kaisar Zhu Tang.
Ini sama sekali bukan perhatian atas lukanya, melainkan salah satu ular kecil yang melingkar di pergelangan tangan dalam lengan baju Qi Xun, yang seketika melilit pergelangan tangannya seperti borgol yang menakutkan.
"Tuan Kota Ye, tadi aku banyak bersalah. Untungnya tidak ada akibat buruk, di sini aku meminta maaf." Qi Xun tersenyum lalu melepaskan genggamannya.
Ye Gucheng sama sekali tidak melihat adanya niat permintaan maaf dalam tindakan itu.
Ia masih ingat pernah melihat sekilas dua ular kecil di tubuh perempuan itu - jelas bukan ular berbisa biasa. Sekali tergigit, mustahil mengandalkan ilmu tenaga dalam untuk menekan racun ular jenis ini.
Dari keyakinan yang terpancar pada Qi Xun, ular itu pasti mampu menyuntikkan bisanya lewat taring sebelum sempat ia menghancurkannya.
Alisnya berkedut reflektif. Tiba-tiba ia menangkap sorot mata lain yang memancarkan perasaan sama-sama mengalami penderitaan serupa.
“……” Ye Gucheng merasa ada yang tidak beres.
Ia tidak mengenal orang ini, tapi bisa melihat lawannya adalah ahli yang sangat langka. Perasaan wajah yang tertutup kabut seperti ini hanya dimiliki satu orang di Jianghu.
Tepatnya Yu Luocha yang pernah ia gunakan namanya atas hasutan Pangeran Muda Nan!
Bagus, ini ada lagi yang ikut bekerja sama.
Serentetan kejadian ini membuatnya sama sekali tidak ingin menunjukkan ekspresi ketika mengikuti rombongan kembali ke depan Aula Taihe, dan melihat Kaisar Zhu Tang membantu tamu dari Vila Nan berdiri.
Dengan kata lain, Tuan Kota Awan Putih sekarang sangat ingin menghancurkan semuanya.
Ekspresi tak terbaca ini secara alami ditafsirkan sang tamu sebagai tanda bahwa rencana besar telah berhasil.
Ketika Kaisar Zhu Tang tanpa ragu melepaskannya dengan alasan "pahlawan penyelamat lain telah menderita", keyakinannya semakin kuat.
"Bagaimana mungkin kaisar sejati merendahkan diri untuk membangunkannya? Hanya Pangeran Muda Nan yang akan berbaik hati dengan anak buahnya sendiri di saat seperti ini, bahkan bersiap memberikan perlakuan istimewa!"
Awalnya dia khawatir identitasnya yang terbongkar akan merepotkan Shizi.
Jika rencana pemberontakan ini terbongkar lebih awal, bukan hanya akan dijatuhkan dari Aula Taihe ke tanah, tapi juga dihukum pancung.
Untunglah tujuan menahan waktu dengan menahan Pasukan Penjaga Istana di sini telah tercapai, Pangeran Muda Nan akhirnya menyelesaikan
usaha besar Li Dai Tao Jiang ini!
Keluarga Nan Wang Fu lah yang menang.
"Cari kesempatan untuk meninggalkan istana nanti, suruh ayahanda segera ke ibu kota untuk pembersih sisa. Bawa lebih banyak personel andalan. Kita masih harus membersihkan orang-orang yang mungkin menyadari keanehan, dan menggantinya dengan anak buah kita." Jarak Zhu Tang dengan yang lain masih cukup jauh, suaranya yang lemah seperti nyamuk menurut tamu ini memang tak akan terdengar orang.
Kalimat ini tak diragukan lagi membuktikan penilaiannya.
Dia hampir tak sabar untuk langsung bersujud mengabdi di hadapan "kaisar baru" ini, menunjukkan betapa dia telah bekerja keras untuk Istana Nanwang dan nyaris terbunuh oleh si Qi Xun ini.
Dia juga tahu bahwa seperti kata Zhu Tang, mereka baru setengah sukses. Yang terpenting sekarang adalah mengkonsolidasi kekuasaan.
Maka dengan lantang dia mengikuti alasan yang diberikan Zhu Tang: "Walau saya hanya orang biasa dari Jianghu, saya tahu tanpa Yang Mulia tak akan ada kedamaian. Kebetulan kami tahu ada yang berbuat jahat, pasti kami akan menghentikannya."
Ye Gucheng mendengarnya sampai ingin menutupi muka dan menghela nafas panjang.
Meski tak dengar, dia melihat gerakan bibir orang itu yang berbisik lagi, mungkin kata-kata seperti "Pasti tidak mengecewakan Shiziye" atau "Akan segera bawa Raja Pingnan ke ibukota."
Bagus, Raja Pingnan datang ke ibukota untuk masuk jaring perangkap sendiri.
Ye Gucheng tetap pasrah menjalani situasi ini.
Bagaimanapun, dia sudah melakukan hal yang sangat durhaka untuk mereka, dan tidak punya kewajiban mengingatkan bahwa rencana mereka sudah gagal.
Suhu ular berbisa di lengannya membuatnya refleks menoleh ke arah Qi Xun.
Nona Qi yang kini sedikit mengurangi intensitas kehadirannya ini, menatap tajam ke arah Aula Taihe.
Ye Gucheng secara intuitif merasa bahwa yang dia lihat bukanlah genting glasir Aula Taihe atau pertarungan diskusi pedang yang seharusnya diadakan di sini, melainkan tumpukan emas yang akan masuk ke kas.
Seolah pertunjukan besar telah usai, dan dia tinggal menunggu untuk menghitung uang.
Tepat pada saat itu, dia melihat tamu Istana Nanping yang dibawa Pasukan Penjaga Istana untuk diobati, yang mungkin akan kabur dari istana untuk memberi kabar ke Istana Pangeran Pingnan. Sang Kaisar yang baru saja mengirimkan pembawa kabar itu, kini memandang penuh minat pada tiga pendekar pedang berbaju putih.
“Sudah datang, lebih baik hamba bertindak sebagai wasit kali ini, lanjutkan pertarungan ini bagaimana?”
“……” Ye Gucheng diam seribu bahasa.
Ekspresi kaisar ini sebenarnya tidak perlu begitu sinkron dengan Nona Qi.
