Pertarungan di Puncak Kota Terlarang dengan kaisar saat ini sendiri sebagai wasit, siapa yang tidak menyebutnya sebagai kehormatan besar?
Meskipun bagi para pendekar pedang, kehormatan seperti ini kemungkinan besar tidak terlalu berguna.
Bagaimanapun, kemenangan mereka hanya perlu ditentukan dengan mengalahkan lawan, tidak perlu kaisar mengangkat tangan pemenang lalu mengumumkan ke kerumunan yang ikut nimbrung dalam gosip—
“Hamba lihat, benar dia yang menang.”
Jadi keberadaan penonton spesial ini sebenarnya tidak terlalu berpengaruh.
Yang paling mempengaruhi pertarungan ini adalah: ketika Ximen Chuixue, Ye Gucheng, dan Sun Qingxia berdiri bersama, semua orang akhirnya menyadari masalah kritis—bagaimana cara bertarung bertiga?
“Nona Qi, tidakkah kau merasa situasi saat ini agak bermasalah?”
Meski sebelumnya Lu Xiaofeng telah menduga bahwa Kaisar Zhu Tang mungkin menghadapi bahaya, dia benar-benar tidak menyangka bahaya itu berupa skenario Li Dai Tao Jiang (). Apalagi Kaisar Zhu Tang tampak baik-baik saja, membuatnya lega.
Alasan mengapa berbicara dengan Qi Xun tentu karena lawan ketiga dalam duel ini dibawa olehnya. Tak ada orang lain yang lebih pantas diajak diskusi topik ini selain dirinya.
Jika bertanya pada Sikong Zhaixing, si pengamat yang hanya suka menonton ini mungkin akan berkata: "Ini mudah! Biarkan mereka bertiga bertarung kacau-balau. Yang tersisa di akhir pasti pemenangnya. Seorang pendekar pedang yang tak bisa bertahan dari serangan dua lawan sekaligus bukanlah pendekar sejati."
Jika benar begitu, para penonton di sekitar mungkin takkan bisa melihat jelas jalannya pertarungan.
Gerakan ketiganya sama-sama gesit, kini dengan pakaian berwarna senada dan aura dingin yang mirip: angkuh dan terisolasi.
Lu Xiaofeng sampai agak pusing memandangnya.
Pasti akan semakin pusing saat mereka mulai bergerak.
"Tiba-tiba Qi Xun menjawab, 'Ada masalah apa? Pedang Xiao Qian lebih panjang dari kedua orang itu. Pertama, aku pasti bisa mengenali orangnya. Kedua, sekalipun bertarung bersama, senjatanya tidak akan dirugikan.'"
"Sosok Peri Terbang dari Langit Ye Gucheng memiliki energi pedang yang lebih cepat dari ujung pedang itu sendiri. Energi pedang vertikal Sun Qingxia juga memiliki kekuatan terkuat pada jarak delapan chi di depan pedang. Bahkan dengan perbandingan seperti ini, Sun Qingxia tetap tidak dirugikan."
Lu Xiaofeng merasa sekali lagi mengalami sensasi tersedak.
Hampir saja dia tidak menyadari bahwa di antara orang-orang yang masuk istana menggunakan kain sutra berubah warna - selain lima pita yang dia dapat - beberapa tiba-tiba ditangkap oleh pasukan penjaga istana.
Orang-orang ini tadinya bermimpi bahwa meskipun tidak berjasa besar, mereka akan diangkat jabatan sebagai saksi pertama kenaikan tahta Pangeran Muda Nan. Siapa sangka nasib malang tiba-tiba menimpa mereka.
"Ini adalah..."
Lu Xiaofeng baru saja melihat keanehan ini ketika sebuah kenari tiba-tiba dilempar ke mulutnya.
Kaisar Muda yang telah menyiapkan kursi dan camilan, dengan sikap penonton yang sempurna, melirik ke arahnya.
Tapi kenari itu bukan dari Kaisar Muda. Ia "baik hati" membagikan camilan kepada rekan bermitra dalam urusan uangnya terlebih dahulu, lalu rekan baiknya itulah yang melempar kenari untuk membungkam Lu Xiaofeng.
"Nona Qi, eh..."
"Tuan Lu, kadang jangan terlalu penasaran. Anggap saja mereka tidak pernah datang ke Kota Terlarang hari ini. Lagi pula kau pasti tidak mengenal mereka," kata Qi Xun.
Lu Xiaofeng berusaha mengingat wajah beberapa orang itu, dan menyadari memang seperti yang dikatakan Qi Xun. Setelah lama merenung, ia tetap tidak bisa mengetahui asal-usul mereka, seolah-olah mereka muncul begitu saja di ibu kota.
Maka alasan sebenarnya kedatangan mereka untuk menonton pertarungan ini patut dipertanyakan.
Ia menggigit kenari di mulutnya, sambil berpikir sambil meludahkan cangkang kenari, lalu mendengar ketiga orang itu telah menemukan solusi sendiri.
Solusi ini diusulkan oleh Sun Qingxia.
"Menginget Tuan Kota Ye baru saja bahkan mengabaikan reputasinya untuk menyelamatkan kaisar, secara moral sudah mengungguli kami berdua, mengapa tidak kami berdua bertarung dulu, lalu pemenangnya akan melawan Tuan Kota Ye untuk menentukan juara sebenarnya."
Ekspresi Ye Gucheng terlihat kaku.
Apakah dia benar-benar berniat menyelamatkan kaisar? Sun Qingxia yang sebenarnya satu kelompok dengan Qi Xun pasti sudah tahu jawabannya.
Tapi dengan wajah angkuh nan suci, dia malah berbicara
omong kosong, membuat Ye Gucheng hampir tak kuasa memujinya sebagai "orang yang terpengaruh oleh lingkungan buruk".
Tingkat kepalsuannya setara dengan akting pura-pura terluka ala Qi Xun.
Tentu terdengar lebih tidak masuk akal adalah separuh kalimat terakhir Sun Qingxia, “Lagipula Tuan Kota Ye toh lebih tua sepuluh tahun dari kita berdua, katanya yang lebih tua didahulukan...”
“……”
Ye Gucheng merasa tidak perlu menambahkan serangan usia.
Dia tidak sampai tidak bisa menggenggam pedang hanya karena sedikit lebih tua dari kedua orang itu.
Tapi Ximen Chuixue memang tidak suka mengambil keuntungan, bahkan merasa situasi duel minimal satu kali maksimal dua kali lebih menguntungkan baginya, lalu mengangguk menjawab: “Setuju.”
Sudah kedua orang ini menyepakati, apa lagi yang bisa dikatakan Ye Gucheng?
Dia memang sudah terjerat dalam drama bagus yang dipentaskan bersama Kaisar Zhu Tang dan Qi Xun, bahkan merasa agak bingung tidak ingin mempermasalahkan apapun lagi – Ximen Chuixue ingin bertarung lebih dulu dengan Sun Qingxia –
Ya sudah, bertarunglah.
Dua pendekar pedang yang berdiri di atas Aula Taihe, sekilas tampak sangat mirip, hanya satu terkesan lebih dingin sementara yang lain memancarkan aura garang yang sulit diungkapkan.
“Pedang Sun Qingxia memang sesuai dengan namanya.”
“Bukan berarti namanya norak, tapi di bawah sinar bulan, pedang itu memancarkan kilau hijau kebiruan yang berputar-putar, ditambah lagi dengan kesombongan layaknya bunga yang mengagumi dirinya sendiri.”
“Ye Gucheng tiba-tiba merasa alasan ‘lebih tua 10 tahun’ yang disebutkan orang mungkin bukan sekadar omongan kosong.”
“Pada Ximen Chuixue mungkin belum terlalu terlihat, tapi pada Qi Xun dan Sun Qingxia terpancar kegilaan untuk menghancurkan semua hambatan di depan mata begitu pedang terhunus.”
“Sinar bulan saat ini menyinari baju putih kedua pendekar di atap hingga berkilau seperti perak berembun beku, bergabung dengan genteng emas liuli membentuk warna yang membuat matanya perih saat memandang.”
“Dalam lamunan tanpa sebab ini, Ye Gucheng mendengar sebuah suara.”
“Tuan Kota Ye, mari kita bicara empat mata.”
“Dia tersadar, dan memang tidak mengherankan bahwa yang menghampirinya adalah Qi Xun.”
Aura yang terus meningkat dari dua pendekar pedang di Aula Taihe ini cukup membuat orang untuk sementara mengabaikan gejolak yang muncul di antara para penonton.
Tabrakan dua aura kesendirian yang unik ini hampir membuat orang bisa merasakan angin kencang yang mengalir dari segala penjuru terkumpul di ujung pedang, seolah akan berubah menjadi dua energi pedang membara yang menyapu lawan di detik berikutnya.
Dalam atmosfer yang tampak belum dimulai namun sebenarnya sudah bergolak bagai guntur dan kilat ini, Ye Gucheng melihat isyarat tangan Qi Xun, lalu berjalan menjauh bersamanya tanpa menarik perhatian siapa pun.
"Gadis ini ada yang ingin disampaikan?" Ye Gucheng tidak heran tidak ada Pasukan Penjaga Istana yang menghalangi pergerakan mereka di istana, terang-terangan Qi Xun memiliki hubungan kerja sama tertentu dengan Kaisar Muda.
“Tidak bisakah aku memintamu menjauh demi keadilan pertarungan?” Qi Xun menoleh bertanya. “Harus kau ketahui, saat ini aku mengandalkan taruhan ini untuk meraih kekayaan. Semakin sedikit kemampuan Sun Qingxia yang terlihat di sini, semakin menguntungkan bagiku. Pertarungannya dengan Ximen Chuixue pasti membutuhkan kemampuan sejati, aku tak bisa membiarkanmu mengamati terlalu banyak.”
Ye Gucheng menginjak hamparan sinar bulan, namun merasa alasan Qi Xun ini mungkin hanya delapan puluh persen kebenarannya.
“Gadis ini bercanda,” jawab Ye Gucheng. “Jurus pedang tak pernah statis. Seperti jurus Sosok Peri Terbang dari Langit-ku yang selalu berbeda tergantung lawan. Jika Sun Qingxia bisa kalah hanya karena kebiasaan bertarungnya terlihat saat melawan Ximen Chuixue, tentu gadis takkan mempercayakan tugas penting padanya.”
Qi Xun tersenyum samar. “Tuan Kota Ye bilang jurus pedang tak statis, lalu bagaimana dengan puncak jalan pedang? Bagaimana pandangan Tuan?”
Kota Baiyun terpencil di tengah laut, Ye Gucheng menghabiskan 30 tahun berlatih pedang, akhirnya menguasai jurus "Sosok Peri Terbang dari Langit" yang menakutkan dunia persilatan.
Tapi "Sosok Peri Terbang dari Langit" tetaplah bukan dewa sejati, Ye Gucheng tak bisa lepas dari belenggu manusia biasa. Seperti ketidakmampuannya menjadi dewa yang hidup dari angin dan embun, malah terlibat dalam rencana pembunuhan kaisar seperti orang paling bodoh di dunia fana.
Meski Kaisar Zhu Tang kini berpura-pura menjadi Pangeran Muda Nan, bahkan tak segan menjadikan Ye Gucheng sebagai penyelamat hidupnya, begitu Pangeran Pingnan tertangkap,
meski dia benar-benar merekrut Ye Gucheng sesuai saran Qi Xun, perhitungan akhir tetaplah harus dilakukan.
Sebelum Ye Gucheng sempat menjawab, Qi Xun sudah melontarkan pertanyaan berikutnya, "Tuan Kota Ye, maafkan pertanyaan yang agak kasar ini—apakah Tuan berniat tidak mengeluarkan kemampuan sepenuhnya dalam pertarungan, demi mencari akhir hidup dengan bunuh diri?"
Pertanyaan ini benar-benar disampaikan dengan sangat blak-blakan.
Ye Gucheng tidak menyangkal bahwa dirinya memiliki kecenderungan seperti itu.
Bagi seorang pendekar pedang, mati dalam pertarungan jauh lebih pantas daripada mati karena gigitan ular berbisa atau dieksekusi di pasar ramai setelah terlibat pemberontakan.
Namun pertanyaan yang diajukan oleh Qi Xun - yang sebenarnya belum pernah bertemu dengannya beberapa kali - tetap membuat Ye Gucheng merasa agak janggal.
Dalam keadaan pikiran yang kacau ini, Ye Gucheng bahkan tidak menyadari bahwa langkahnya telah mengikuti Qi Xun melewati Gerbang Sayap Kanan, terus menyusuri Sungai Yudai yang mengalir di sisi Paviliun Linxi.
Baru ketika gadis itu berhenti melangkah, dan suasana sekitar menjadi begitu sunyi hingga suara dari depan Aula Taihe hampir tak terdengar, Ye Gucheng mendengar dirinya menjawab secara reflek: "Apakah Nona ingin berdiskusi ilmu pedang denganku?"
Qi Xun awalnya tidak bermaksud menjawab "ya". Dia hanya ingin mengambil uang dengan alasan yang sah, merasa perlu meyakinkan Ye Gucheng untuk tidak mau berusaha, agar orang tidak meragukan keaslian duel ini.
Tapi sebelum menjawab, dia refleks melirik ke bilah notifikasi sistem dan menemukan beberapa kabar baru muncul.
【Sistem】【Mendapatkan kartu karakter Sistem Ikatan】
【Sistem】【Mendapatkan kartu karakter Sistem Ikatan】
【Sistem】【Mendapatkan kartu karakter Sistem Ikatan】
Dua notifikasi pertama mungkin sudah terpicu sebelumnya. Jika tidak ada masalah, hasil akhir diskusi pedang di Puncak Kota Terlarang akan segera diselesaikan.
Tapi notifikasi terbaru baru muncul saat Ye Gucheng mengajukan pertanyaan itu.
Meski hanya satu kartu karakter, bagi perfeksionis dan kolektor, ini adalah nyawa mereka.
Qi Xun mengalihkan pandangan untuk memperhatikan pemberitahuan sistem sebenarnya hanya sekejap, di mata Ye Gucheng yang sudah curiga, gerakan ini bahkan tidak terlihat seperti ada jeda pertimbangan. Ia sudah mendengar jawaban Qi Xun.
"Menurut Tuan Kota Ye, dari mana asalku dan Xiao Qian?"
Ye Gucheng tidak menyangka dia akan menjawab pertanyaan dengan pertanyaan lain.
Tapi setelah merenung, dia merasa Qi Xun mungkin tidak ingin mendengar penjelasan umum yang beredar di ibu kota - bahwa dia dan Sun Qingxia berasal dari aliran tersembunyi.
Namun dengan gaya Qi Xun yang tak biasa, Ye Gucheng benar-benar tak bisa menebak asal-usulnya dalam waktu singkat.
"Jika Nona ingin mengatakan sesuatu, silakan langsung bicara. Waktu kita di sini mungkin tidak banyak tersisa."
Pedang Ximen Chuixue dan Sun Qingxia sama-sama sangat cepat. Mereka bukan tipe yang akan berduel lama. Jika pertarungan di sana sudah selesai sementara dia tidak hadir, bisa disangka dia kabur dari medan perang.
Ye Gucheng sama sekali tidak ingin mendapat reputasi seperti itu.
Gadis berambut putih yang berjalan mondar-mandir di sampingnya hanya tersenyum tanpa bicara.
Ye Gucheng hendak bertanya lagi, tiba-tiba melihat Qi Xun mengulurkan jarinya ke arah Sungai Jinshui Yudai di depan. Saat tangannya terangkat, pilar air berbentuk naga terangkat ke udara.
Tapi ini mungkin bukan sembarang naga air, melainkan energi pedang yang memanipulasi kekuatan alam!
Mata Ye Gucheng menyempit.
Yang membuat pemandangan ini semakin tidak biasa: naga air yang melayang ini bukan sekadar berkilau karena pantulan bulan, tapi seluruh tubuhnya memancarkan cahaya sendiri dengan cara yang sulit dipercaya!
Di usianya ini mustahil dia belum pernah melihat pesilat jalanan yang berpura-pura jadi dewa. Tapi jelas ini bukan trik sulap, melainkan kemampuan sejati.
Qi Xun mengendalikannya dengan sangat mahir.
Tianshui Divine Art yang dilatih oleh Qi Xun hingga mencapai kondisi saat ini, bahkan bisa mengalirkan air bawah tanah dari Shilin Dongfu menjadi naga untuk menyerang, apalagi jika dihadapkan langsung dengan sungai selebar satu zhang.
Yang mengubah naga air bermuatan energi pedang ini menjadi transparan bercahaya seperti ini, tak lain adalah Qi
Xun yang setelah memiliki dana cukup, membuka Peta Harta Karun Kelas Tinggi lagi dan mendapatkan 【Liu Guang · Chang Ming】.
Fakta membuktikan, tidak ada efek cahaya skill yang tidak berguna, asal ditemukan situasi yang tepat untuk menggunakannya.
Seperti sekarang ini, jika saja Ye Gucheng tidak yakin dirinya dalam keadaan sadar, dia hampir mengira dirinya terjebak dalam mimpi karena menyaksikan pemandangan di depan mata.
Naga air melesat melintasi Sungai Yudai Jinshui bagai kilatan pedang menyala-nyala di atas air, sebelum akhirnya terjun kembali ke sungai dan meledakkan gelombang dahsyat dengan energi pedang.
Hanya karena saat ini ada dua pedang lain yang saling bersilangan di langit malam, kilau perak yang memancar bahkan disertai kilauan darah dan warna darah, seolah akan menentukan pemenang dalam sekejap mata. Inilah yang membuat keributan besar di tempat ini hanya menjadi pemandangan yang membuat Ye Gucheng merasa perlu memahami dunia dengan cara baru.
"Tuan Kota Ye, metode yang Xiao Qian dan saya gunakan untuk tiba di sini tidak perlu dibahas. Tapi di dunia ini masih ada pendekar yang menghabiskan seumur hidup mengejar rahasia memecah dimensi, ada yang menguasai harmonisasi alam semesta hingga level tertinggi bahkan menciptakan jalan Martial Arts yang unik. Mengapa Tuan Kota Ye harus menyiksa diri dengan berpikir mustahil melihat dunia lain tanpa metode luar biasa yang sebenarnya tidak berguna?"
Ye Gucheng mengatupkan bibir dan menundukkan pandangan, tapi Qi Xun masih bisa melihat gejolak dalam hatinya.
"Mengapa kau memberitahuku ini?" Setelah lama berdiam, akhirnya dia hanya mengajukan pertanyaan ini.
Qi Xun tahu jawaban itu sudah ada dalam hati Ye Gucheng.
Jalan yang ditempuh menjadi sempit dan bengkok, kini memperbaikinya kembali juga bukan masalah.
"Mungkin karena aku merasa ada sedikit ikatan antara Tuan Kota Ye denganku, mungkin setelah ini kita masih punya kesempatan bertemu lagi. Bisa jadi suatu hari Tuan Kota Ye akan mengembara dalam mimpi ke gunung suci dan melihat pemandangan dunia lain."
"Intinya, di dunia ini masih banyak hal yang tak diketahui. Jika membatasi diri sendiri, namun menganggap mengikat tali ini lebih erat sebagai pembebasan, itu baru menyedihkan."
Ye Gucheng tiba-tiba merasakan gerakan di pergelangan tangannya. Ular perak yang sebelumnya dilepaskan Qi Xun dan melingkari tangannya, ditarik kembali persis saat ucapannya selesai.
"Sudah waktunya kembali, Tuan Kota Ye. Karena ini pertarungan yang adil, ular ini juga kusarungkan kembali. Bagaimana seharusnya pertarungan ini dilaksanakan, terserah pertimbanganmu sendiri."
【Sistem】【Menyelesaikan event kartu Sistem Ikatan, mendapatkan kartu formasi (Api)】
“……？”
Ye Gucheng baru menyadari Qi Xun baru saja melangkah dua langkah mundur, lalu menatapnya dengan pandangan yang sulit dijelaskan.
“Ada apa?”
“Tidak……tidak ada apa-apa.” Qi Xun bergumam.
Dia salah menilai Ye Gucheng!
Awalnya dia mengira ahli pedang seperti Ye Gucheng seharusnya memiliki atribut Hati karena melatih hati dan pedang. Jika bukan Hati, setidaknya atribut Air karena teknik pedangnya terinspirasi dari pasang-surut laut di luar Pulau Feixian.
Tapi tak disangka, dia malah memiliki atribut Api?
Ini maksudnya apa? Sok dingin tapi sebenarnya berapi-api?
Dorongan untuk mengkritik dalam hati Qi Xun meledak tak terkendali.
Tapi penyelesaian kartu karakter ini bukanlah kabar buruk bagi Qi Xun. Ini menunjukkan Ye Gucheng mulai tertarik lagi pada dunia asing ini.
Entah nanti bisa jadi karakter pendukung atau tidak, setidaknya kemungkinan melakukan pertarungan palsu untuk bunuh diri sudah tertutup.
Itu sudah cukup.
Saat mereka kembali ke depan Aula Taihe, Sun Qingxia dan Ximen Chuixue sudah selesai bertarung.
Qi Xun melihat dengan jelas, di tubuh kedua orang itu ada luka, terutama Sun Qingxia yang lukanya lebih parah.
Di mata Ximen Chuixue terasa seperti es yang mencair, seolah energi pedang telah menghancurkan penghalang sehingga sorot matanya semakin tajam menyilaukan.
Pasti dia mendapat pencerahan dalam pertarungan ini.
Tapi Qi Xun tak merasa pemenangnya adalah Ximen Chuixue. Janji Sun Qingxia untuk tidak mengecewakannya jelas bukan sekadar omongan belaka.
Benar saja, saat pandangan mereka bertemu, dia melihat kilatan senyum di mata pemuda berjubah salju itu.
Dengan gesit tubuhnya melayang tertiup angin, mendarat kembali di atap Aula Taihe.
Sorotan bulan di latar belakang terkumpul di ujung pedangnya yang dingin berkilauan, mengarah ke Ye Gucheng -
sebuah sinyal ajakan bertarung!
Sungguh gaya tusukan pedang yang menunjukkan tekad baja dan agresivitas menggelegar.
"Tidak perlu istirahat lagi?" Kaisar Muda yang bertindak sebagai wasit pun tak kuasa menahan tanya.
“Tidak perlu.” Sun Qingxia menjawab dengan tegas.
Semakin parah lukanya, semakin menggebu semangat bertarungnya. Inilah semangat yang terbentuk sejak ia mulai membunuh untuk Shen Qiang Hui di usia 13 tahun.
Meski saat ini dari bahu kiri hingga pinggang kanannya terluka sangat dalam oleh pedang Ximen Chuixue, hal itu tak mengurangi aura yang dipancarkannya di hadapan Ye Gucheng.
Bahkan menurutnya, kondisi ini justru memberi peluang lebih besar untuk menang.
Pedangnya telah lebih dulu menggema ringan di langit malam.
Ye Gucheng tentu akan menerima tantangan ini, tapi bukan untuk mencari kematian.
Ia hanya mengucapkan satu kalimat saat melintas di samping Qi Xun, "Kau benar. Hari ini aku terlambat sadar, tapi lain kali belum tentu."
“Apa yang barusan dia katakan?” Lu Xiaofeng bertanya penasaran.
Qi Xun langsung mengarang jawaban tanpa berpikir, “Dia mendoakan kesuksesan program anti-mafia, hemat uang, dan belanja dalam game-ku.”
“Bela... belanja apa?” Lu Xiaofeng terlihat bingung.
Tapi dia saat ini tidak punya waktu untuk terus mengejar jawaban. Baru saja dia menyaksikan pertarungan puncak antara Sun Qingxia dan Ximen Chuixue, pertarungan yang satu ini sepertinya bahkan lebih dahsyat dari yang sebelumnya.
Energi pedang yang mengerikan bahkan belum mencapai kondisi siap meledak, sudah merobek ketenangan malam yang baru pulih.
Satu pedang menembus langit, satu pedang pelangi terbang.
Ini juga merupakan pertarungan sengit antara pendekar pedang legendaris!
Duel pendekar pedang di Puncak Kota Terlarang akhirnya dimenangkan oleh Sun Qingxia.
Bagi sebagian besar orang di ibu kota, ini sama sekali bukan kabar baik.
Lagipula yang memasang taruhan pada kemenangan Sun Qingxia jumlahnya sangat sedikit.
Meski tidak semua orang seperti Du Tongxuan dan Li Yanbei yang mempertaruhkan seluruh hartanya dalam judi ini, kehilangan uang tetap sesuatu yang tidak disukai semua orang.
Berdasarkan kabar yang beredar di ibu kota, saksi pertarungan ini juga termasuk sang kaisar yang kini duduk di singgasana naga. Tak seorang pun berani menyatakan adanya ketidakadilan dalam duel ini.
Apalagi menurut kesaksian, Sun Qingxia mengalahkan Ximen Chuixue terlebih dahulu baru kemudian Ye Gucheng. Kemenangan dalam situasi yang sama sekali tidak menguntungkan ini membuat pendekar pedang ini, meski muncul tiba-tiba di ibu kota tanpa jejak asal-usul, pantas dijuluki raja pedang sejati.
Terhadap orang yang masih mau patuh pada aturan seperti ini, tak ada yang berani menolak ketika ia mengambil keuntungan penuh dari perjudian.
Qi Xun bertindak sangat prosedural. Seluruh harta yang diperolehnya dibayarkan pajak secara legal. Secara diam-diam, sebagai rasa terima kasih atas kerjasama Kaisar Muda, ia membagikan sebagian keuntungan dan mengalokasikan dana untuk dapur umum bagi rakyat miskin di Beijing selama musim dingin.
Sisanya barulah menjadi keuntungan pribadinya.
Uang yang diambil dari Four Great Heng Banks ini, di mata orang lain tampaknya dipindahkan sangat cepat. Setelah seluruhnya dikonversi menjadi emas, dikirim oleh petugas khusus ke gudang yang ditentukan, lalu tiba-tiba diangkut seluruhnya dalam satu malam.
Jelas itu bukan dicuri, kalau tidak Nona Qi tidak akan punya waktu luang di hari berikutnya untuk duduk minum teh di Chunhua Lou, menunggu Li Yanbei dan Du Tongxuan - dua penguasa lokal ini - menyerahkan aset properti lahan mereka.
"Aku ingat Nona Qi pernah bilang, kamu punya villa di Taiyuan. Tapi sekarang setelah kedua orang itu menyerahkan rumah taruhan, kurasa kamu bisa menyambungkan semua properti di ibu kota untuk membangun villa baru di sini," bercanda Lu Xiaofeng.
Ximen Chuixue dan Ye Gucheng sama-sama bisa dianggap temannya, terutama Ximen Chuixue.
Kini, akhirnya keduanya tidak mengalami situasi yang mengancam jiwa dalam pertarungan ini, dan sepertinya masing-masing mendapatkan hasil. Ide Lu Xiaofeng untuk bekerja mencari biaya peti mati pun tidak perlu disebut lagi. Ini benar-benar bisa dianggap sebagai kabar baik baginya.
Tapi Li Yanbei...
Begitu memikirkan aset yang telah dikumpulkannya selama bertahun-tahun di ibu kota harus diserahkan,
Lu Xiaofeng kembali ingin menghela napas.
Di tempat seperti ibu kota, kehilangan properti bukan berarti masih ada kesempatan untuk bangkit kembali.
Banyak orang yang sudah lama bermusuhan dengan orang seperti Li Yanbei menunggu saatnya dia jatuh ke titik terendah untuk menghancurkan.
Lu Xiaofeng yang suka mencari masalah untuk dirinya sendiri, kini tak sengaja ikut memikirkan hal ini.
Tapi yang mengejutkannya, saat Li Yanbei masuk ke Chunhua Lou, raut wajahnya tidak terlihat murung. Malah terlihat semangat baru yang tulus.
“Kenapa memandangiku seperti itu, apa aku harus masuk sambil menangis?” Li Yanbei mengangkat lehernya, terlihat semangatnya memang cukup baik. Bahkan cara berjalannya saat masuk masih seperti yang biasa dilihat Lu Xiaofeng sebelumnya. Karena posturnya cukup tinggi, ia terlihat seperti tuan tanah yang berjalan dengan angkuh mengitari sawahnya sendiri.
“Apa kau tidak jadi gila?” Lu Xiaofeng bertanya.
Li Yanbei menggelengkan kepala, "Sudahlah Lu Xiaofeng, aku tahu apa yang kau pikirkan. Tapi kau tak perlu khawatir, aku tidak perlu berpura-pura gembira. Memang ada banyak orang yang harus kuberi nafkah, dan tiba-tiba jatuh dari puncak ke dasar. Aku juga tidak akan menyembunyikan ini darimu, tadi malam aku bahkan mengalami percobaan pembunuhan."
Mendengar ini, Lu Xiaofeng hampir melompat dari tempat duduknya.
“Membicarakan pembunuhan mungkin kurang tepat. Kau tahu berapa banyak taruhan yang kumasukkan ke dalam perjudian ini. Rumah-rumah peristirahatan itu adalah tempat penyimpanan hartaku. Setelah menyerahkan rumah-rumah itu, aku yang selalu menepati janji tentu tak mungkin meninggalkan cangkang kosong. Tapi beberapa orang tidak senang dengan tindakanku ini.”
Yang dia maksud tentu orang-orang yang dipeliharanya di rumah peristirahatan.
Lu Xiaofeng sudah bisa menebak situasi yang dihadapi Li Yanbei.
“Sudahlah, tidak usah dibahas lagi. Masih ada sedikit harta pribadiku di pegadaian lain, cukup untuk merintis usaha di tempat lain. Sebenarnya ini lebih baik daripada membiarkan Du Tongxuan menang, kalau tidak mungkin aku akan diusirnya sampai ke Perbatasan Utara.”
Li Yanbei sambil tertawa menepuk bahu Lu Xiaofeng, “Kalau begitu nanti kalau mau mengunjungiku, kau harus ke Perbatasan Utara dan minum angin barat bersamaku.”
“Sebenarnya tidak buruk juga,” melihat Li Yanbei masih bisa bercanda, Lu Xiaofeng pun melanjutkan guyonannya, “Minuman keras Shao Daozi di Perbatasan Utara memang sangat keras.”
Li Yanbei tertawa lepas, "Memang benar Lu Xiaofeng yang selalu puas dengan minuman dan daging."
Dia lalu bertanya, "Ngomong-ngomong, ke mana si tua Du Tongxuan ini? Jangan-jangan kabur duluan untuk menghindari janji judi."
"Bisa saja kan?" jawab Qi Xun.
Sebenarnya Qi Xun tahu keberadaan Du Tongxuan, tapi jelas tidak tepat memberi tahu Li Yanbei dan Lu Xiaofeng agar tidak memicu pertanyaan lanjutan.
Petugas Kecil Gu yang kembali dari Vila Huangshan telah mengirimkan koleksi kaligrafi dan lukisan Gu Song Jushi ke kas negara, lalu langsung mendapat tugas mengamankan Du Tongxuan.
Soalnya salah satu tamu Istana Selatan pernah menjadi pengawal Du Tongxuan selama dua hari.
Secara teori tentu bukan untuk melindungi Du Tongxuan, mungkin sekadar mengacau di ibu kota. Tapi terkait rencana makar, selama Kaisar Zhu Tang masih waras, prinsipnya tetap: lebih baik salah bunuh daripada lepaskan.
Siapa tahu hubungan antara Du Tongxuan dengan pihak tersebut benar-benar hanya hubungan yang tertutup mata, atau sebenarnya ada kerja sama pribadi lainnya di balik layar.
Zhu Tang hanya menyamar sebagai Pangeran Muda Pingnan selama dua hari saja, tentu tidak mungkin memantau semua bawahan Istana Nan.
Jadi Qi Xun hanya menyatakan bahwa dirinya datang untuk menunggu seseorang, dan tidak tahu di mana Du Tongxuan berada kini.
Namun aset-aset di tangan Du Tongxuan, kecuali yang berada di area abu-abu yang tidak pantas, telah disita oleh Zhu Tang sendiri, sedangkan sisanya telah diserahkan ke tangan Qi Xun.
"Sudahlah, tak usah dipikirkan apakah dia akan datang atau tidak." Li Yanbei bahkan bisa menerima kenyataan harus menyerahkan sebagian besar hartanya, apalagi hal lain yang tidak bisa dimaklumi.
Jika Du Tongxuan tidak berani datang karena takut kehilangan segalanya, bisa dikatakan Li Yanbei lebih unggul dalam hal ini.
“Saya dengan serius menyerahkan semua properti yang dijadikan taruhan kepada Qi Xun sampai ke detail terkecil, bahkan termasuk benda-benda yang saya sembunyikan di sudut tembok beberapa rumah peristirahatan.”
Kalau bukan karena tahu
Li Yanbei sendiri sangat tidak menyukai gelar Jenderal Li, Qi Xun sempat ingin menggunakan sebutan ini untuk menyapa penguasa ibu kota yang murah hati ini.
Tiga puluh sertifikat tanah kini berada di tangan Qi Xun, lalu didorongnya kembali.
“Apa maksud Nona Qi ini? Kalau kamu menang, ini sudah menjadi milikmu.” Li Yanbei berwajah muram. “Saya tidak perlu kamu mengembalikannya karena hubungan dengan Lu Xiaofeng atau rasa kasihan. Saya bisa menerima kekalahan.”
“Tuan Li terlalu menganggap saya sebagai orang suci.” Qi Xun (memotong) ucapannya.
Memang benar dia telah menyerahkan pajak yang harus dibayar kepada Zhu Tang dan dana untuk membagikan bubur di ibu kota, tapi ini hanya kewajiban dan kepatutan. Untuk hal lain, dia tidak akan bertele-tele.
“Apalagi ketika memikirkan barang-barang acara terbatas Festival Zhongyuan dari Sistem dan Poin Berkah dari hasil menggali harta yang masih jauh dari cukup untuk dibeli, kondisiku saat ini masih kekurangan uang. Apa aku mau jadi orang bodoh yang beramal dalam hal seperti ini?”
“Aku hanya berpikir, karena dunia ini juga dalam keadaan anchor point terbuka, haruskah aku mengembangkan tempat untuk memanfaatkan kesempatan secara berkelanjutan.”
“Benarkah Tuan Li rela meninggalkan ibu kota?” tanya Qi Xun.
Tentu saja Li Yanbei tidak rela.
Dia memiliki semangat kesatriaan khas petualang Jianghu, tapi juga punya kelemahan pribadi seperti sifat pamer yang berlebihan.
Seperti ketika Lu Xiaofeng bertemu dengannya di akhir bulan lalu di ibu kota, dia sedang memimpin anak buahnya berjalan-jalan.
Kebiasaan ini sudah dijalaninya hampir 10 tahun. Kini tiba-tiba harus pindah tempat dan memulai dari awal, Li Yanbei benar-benar merasa kurang nyaman.
“Tuan Li, barang-barang ini akan kuperlakukan sebagai pinjaman sementara untukmu, termasuk semua yang ada di 30 rumah peristirahatan. Kuberi waktu untuk menebusnya kembali, tapi soal berapa kenaikan harganya—kau pasti paham. Kira-kira kau tak ingin suatu malam terbangun dan mendapati kepalamu sudah terpisah dari badan.”
Qi Xun mengetuk-ngetuk meja, “Tentu saja kalau kau benar-benar bisa menyaksikan hal itu, kedengarannya seperti cerita horor supranatural.”
Ini bisa dianggap sebagai ancamannya pada Li Yanbei.
Baik dirinya sendiri, maupun Sun Qingxia yang memenangkan pertarungan pendekar pedang di Puncak Kota Terlarang, pasti sanggup melakukannya.
Li Yanbei menggigit gigi, “Nona Qi memang langsung ke pokok persoalan. Aku juga tak mau bertele-tele. Li Yanbei tak pernah menipu kawan. Aku terima transaksi ini. Dalam lima tahun, akan kutebus dengan harga dua kali lipat. Tapi——”
Li Yanbei berhenti sejenak, mendorong salah satu surat kepemilikan tanah ke arah Qi Xun.
“Yang satu ini lebih baik Nona Qi menyimpannya, saya takut terkenang kenangan menyakitkan.”
Percobaan pembunuhan Li Yanbei tadi malam terjadi di tempat ini, meski dia tidak menjelaskan detail, Qi Xun bisa menebak situasi seperti apa yang terjadi.
Memang dia membutuhkan tempat tinggal sementara saat berkunjung ke ibu kota berikutnya.
“Baiklah, saya akan menanti kabar baik dari Bos Li.”
“Sebenarnya kamu bisa memanggilku Jenderal Li,” Li Yanbei sebenarnya mengerti keraguan Qi Xun dalam menyebut gelar, kini tak segan bercanda sendiri, “Lagipula sekarang aku hanyalah jenderal nyaris tanpa pasukan, setidaknya panggilan ini terdengar megah.”
Lu Xiaofeng yang menyaksikan dari samping akhirnya tersenyum lebih lepas tanpa beban.
Ini jelas hasil terbaik baginya. Li Yanbei tetap di ibu kota, berarti dia punya teman minum saat berkunjung lagi nanti.
Meski sesaat kemudian dia merasa senyumnya sedikit kaku, ucapan untuk mengajak Li Yanbei minum bersama pun ditelannya kembali.
Karena Qi Xun tiba-tiba menoleh padanya dan berkata, “Ngomong-ngomong, apakah Tuan Lu masih ingat Mu Daoren?”
Mu Daoren dan Gu Song Jushi sudah lama menghilang, bagaimana mungkin Lu Xiaofeng tidak ingat.
Baru sekarang dia tersadar mengingat kedua orang ini.
Juga teringat ucapan Dazhi Datong yang sangat sambil lalu tentang kedua orang ini berada di tempat yang seharusnya, perkataan yang terdengar sangat asal-asalan.
“Apakah Nona Qi punya kabar tentang mereka?” tanya Lu Xiaofeng.
Jika kedua orang ini tetap tidak ada kabarnya, dia memang harus meminta bantuan teman-teman Jianghu untuk mencari.
“Mereka berdua sebenarnya tidak pernah meninggalkan ibu kota.” Qi Xun menunjuk ke tanah, membuat Lu Xiaofeng
mulai merasa ada firasat buruk.
“Kalau saya yang menjelaskan, mungkin Tuan Lu tidak akan percaya. Pemimpin Sekte Wudang saat ini, Daoshi Shi Yan, sudah tiba di ibu kota untuk mengurus mayat di Gerbang Enam Khusus. Jika Tuan Lu ada waktu, lebih baik pergi melihat sendiri.”
Deretan pertanyaan membanjiri pikiran Lu Xiaofeng.
“Ngomong-ngomong...”
Lu Xiaofeng baru saja hendak berbalik pergi, tiba-tiba dipanggil kembali oleh dua patah kata Qi Xun.
"Kudengar Tuanmu Gedung Qingyi Huo Xiu pernah menjadi temanmu Lu Xiaofeng, mantan petarung terbaik Liu Shan Men yang juga Perampok Bordir Jin Jiuling adalah temanmu, pemilik Yin Gou Du Fang dan ketua Black Tiger Hall Fang Yufei adalah temanmu, Mu Daoren juga temanmu, Tuan Lu——"
Qi Xun menopang dagunya sambil tersenyum manis bertanya: "Keberatan jika aku minta daftar teman-temanmu?"
Lu Xiaofeng langsung lari terbirit-birit.
Bersumpah dia melihat ekspresi di wajah Qi Xun yang mirip "Masih ada kejutan apa lagi dari Lu Xiaofeng yang belum kuketahui?".
Mengingat lagi ucapan Qi Xun di malam purnama tentang "membersihkan kejahatan dan menghancurkan kekuatan hitam", membuat Lu Xiaofeng merasa teman-temannya mungkin akan disapu satu per satu olehnya.
Meski membersihkan beberapa yang jahat memang perlu, tapi Lu Xiaofeng tetap merasa kepala mulai pusing.
“Tidak bisa, tidak bisa, ini hanya kebetulan saja.” Sambil berkata demikian, ia mengandalkan qinggong-nya yang luar biasa untuk melarikan diri dari Chunhua Lou dan berencana mencari informasi di Gerbang Enam Khusus.
Meskipun sebenarnya upaya kabur dan menghindarnya ini tetap gagal.
Dua hari kemudian, Lu Xiaofeng dan Ximen Chuixue bertemu Qi Xun yang sedang memimpin rombongan di gerbang kota untuk keluar kota.
“Aku ini mengorbankan nyawa menemani orang bijak, bukan datang untuk memberikan daftar teman baik kepada Nona Qi.” Melihat pandangan Qi Xun tertuju padanya, Lu Xiaofeng buru-buru menjelaskan.
Yang dimaksud "mengorbankan nyawa menemani orang bijak" tentu adalah menemani Ximen Chuixue.
Setelah Lu Xiaofeng pergi ke Gerbang Enam Khusus dan menemui Reverend Shi Yan dari Wudang, mustahil ia tidak tahu sama sekali tentang Vila Hantu dalam hasil investigasi.
Setelah mendengar daftar orang yang dicurigai di Vila Hantu, Lu Xiaofeng juga tidak menyembunyikannya dari Ximen Chuixue, melainkan menyampaikan pesan tersebut.
Lalu dia melihat temannya yang jarang menunjukkan ekspresi terkejut ini, perlahan mengarahkan pandangan ke wajahnya. Dingin yang kian menggumpal terakumulasi di raut wajahnya, seolah sebentar lagi dia akan menghunus pedang di sampingnya.
Entah karena pertarungan pedang di Puncak Kota Terlarang membawa hasil besar, Lu Xiaofeng merasa kesan menekan yang dipancarkan Ximen Chuixue semakin kuat.
Tapi Lu Xiaofeng merenungkan, kabar seperti ini mungkin akan membuat siapa pun marah sekalipun mendengarnya.
Penjahat Jianghu yang dikejar-kejar selama belasan hari baru berhasil ditebas, ternyata masih hidup nyaman di tempat lain malah merencanakan "aksi besar". Jika tidak menangani mereka sendiri, tentu tak bisa diterima.
Konon salah satunya adalah Liu Qingqing, istri pendekar pedang Diancang Xie Yan, yang ternyata menjadi target salah Ximen Chuixue dalam pengejarannya.
Menurut penyelidikan personel Gerbang Enam Khusus, Liu Qingqing memang membunuh suaminya. Namun hal ini terjadi karena Xie Jian (suaminya) memiliki kebiasaan buruk yang tersembunyi, bahkan hendak menyerahkan istrinya untuk dipermalukan oleh temannya. Liu Qingqing membunuh suaminya dalam kemarahan, tetapi dianggap salah karena reputasi Pendekar Pedang Diancang yang baik di Jianghu.
Kasus ini memang kesalahan penilaian Ximen Chuixue karena mendengarkan desas-desus Jianghu. Adapun beberapa orang lainnya, memang pantas dihukum mati.
Karena dia berniat pergi ke Vila Hantu sendiri, Lu Xiaofeng langsung menawarkan bantuan tanpa pikir panjang.
Tapi sekarang, ditatap oleh Qi Xun dengan pandangan penuh makna, dia agak menyesali keputusannya.
Nona Qi yang mendapat keuntungan besar di ibu kota ini, kini bahkan telah mengganti mount-nya, terlihat sangat penuh semangat dan percaya diri.
Lu Xiaofeng mengakui meski dia tidak bisa disebut ahli dalam menilai kuda, dia tahu kuda hitam ini layak disebut kuda legendaris.
Entah khayalan atau tidak, dia merasa melihat empat kaki putih kuda itu dikelilingi bayangan hantu yang menyeramkan?
Tidak... pasti dia salah lihat.
Baru saja dia ingin mengalihkan perhatian Qi Xun dari pertanyaan tentang berapa banyak teman baiknya yang melanggar hukum, tiba-tiba...
Dia merasa sepertinya kini telah menemukan hal yang lebih menarik.
Ximen Chuixue yang menjadi sasaran incarannya merasakan sedikit meriang di punggung.
Namun sebenarnya, Qi Xun hanya merencanakan: karena mendapat bagian lebih sedikit dari Li Yanbei, harus mencari cara untuk menggantinya.
"Tuan Zhuang Ximen, berkeberatankah jika saya mengajukan pertanyaan?" tiba-tiba Qi Xun bersuara.
"Silakan bertanya, Nona Qi."
“Jika seorang ditahan oleh musuh, orang ini belum mampu mengalahkan musuh. Untungnya musuh tidak berniat membunuh atau memaksanya melakukan sesuatu, hanya meminta tebusan lalu pergi. Menurutmu apakah tebusan ini harus dibayar?”
“……?” Sorot mata Ximen Chuixue terlihat bingung sejenak, pertanyaan Qi Xun ini terlalu aneh.
Tapi setelah merenung ia menjawab, “Harus dibayar.”
“Bagus sekali!” Qi Xun tepuk tangan sambil tertawa, lalu menunjuk Yu Luocha yang masih belum diselimuti kabut. Pria tampan berwajah muda itu sedang berjalan dalam rombongan, sama sekali tidak terlihat seperti.
Baru saja mendengar perkataan Qi Xun, hatinya langsung berdebar-debar. Benar saja, sesaat kemudian ia mendengar Qi Xun bertanya pada Ximen Chuixue: "Tuan Zhuang Ximen, berapa uang tebusan yang akan Tuan berikan untuk menebus sesepuh keluarga ini? Jika meragukan hubungan darah, biarkan sesepuh ini sendiri yang menjelaskan pada Tuan."
"……" Dia benar-benar melemparkan "bom" yang menggemparkan.
Ximen Chuixue dan Yu Luocha saling bertatapan, melihat keterkejutan di mata satu sama lain—memang ada sedikit kemiripan—
Kemiripan dalam hal menjadi "tool character" bagi Qi Xun.
Hampir bersamaan dengan persiapan Qi Xun menuju Vila Hantu untuk merampas persediaan Lao Dao Bazi, tamu dari Istana Selatan itu telah berdiri di hadapan Pangeran Pingnan.
Alasan Pangeran Pingnan memilih orang ini untuk menyamar sebagai Ye Gucheng dalam pertarungan di Puncak Kota Terlarang adalah karena Qinggong-nya cukup cepat.
Dia mungkin memiliki pemahaman yang salah tentang pendekar pedang terhebat di zaman ini, sehingga tidak merasa pedang Ximen Chuixue bisa mengejar kecepatan Qinggong seperti itu.
Tentu saja Qinggong ini masih sangat berguna kini——
Tamu ini merasa dirinya membawa kabar baik untuk Pangeran Nanping, sehingga ingin segera mendapatkan hadiah pertama.
Setelah beberapa kuda mati kelelahan, dia bahkan menggunakan Qinggong untuk mempercepat perjalanan.
Melihat wajah pucat dan kelelahan-nya yang tiba-tiba masuk ke Istana Pangeran Nanping, sang pangeran hampir menyangka dia membawa kabar duka.
Andai bukan karena teriakan "Paduka, kabar gembira!" saat melihatnya, Pangeran Nanping nyaris pingsan.
Syukurlah... syukurlah ini kabar baik.
Setelah tamu itu menceritakan situasi berliku di ibu kota, sang pangeran tidak langsung larut dalam euforia putranya naik takhta menggantikan Kaisar Zhu Tang, malah bertanya dengan suara berat: "Bagaimana nasib Wang An itu?"
Wang An? Tamu agak tidak mengerti mengapa Pangeran pertama-tama menanyakan tentang seorang Kasim Kepala Pelayan.
Dia bukan tidak tahu bahwa Wang An adalah orang suruhan Pangeran, tapi toh ini hanya orang kecil. Apalagi di hadapan kabar baik seperti ini, Wang An menjadi semakin tidak penting.
Setelah berpikir sejenak, dia menjawab: "Menurut Pasukan Penjaga Istana yang mengantarku untuk pemulihan luka, Kepala Pelayan Wang An benar-benar malang, meninggal di tangan para assassin."
Tunggu, begitu dikatakan seperti ini, dia pun merasa ada yang tidak beres. Kalau Kepala Pelayan Wang An adalah orang kita sendiri, mengapa dia tewas pada malam di Puncak Kota Terlarang?
Namun yang dilihatnya justru Pangeran bukan hanya lega, bahkan menunjukkan senyum puas yang tak tersembunyikan. "Anakku hebat, sungguh hebat! Wang An tidak boleh dibiarkan hidup! Dia akhirnya bekerja untuk Istana Pangeran Nanping kami hanya demi uang. Jika ada yang menawarkan token taruhan lebih tinggi dari kami, bisa saja dia membocorkan rencana Li Dai Tao Jiang kita."
Jadi bagi Pangeran Nanping, tentu Wang An lebih berguna dalam keadaan meninggal daripada hidup.
Yang lebih membuatnya lega adalah——
“Anakku sudah bertindak jauh lebih matang, ayah akan segera ke ibu kota untuk menemuinya!”
Dia pergi membersihkan semua rintangan untuk anaknya yang menjadi kaisar yang baik!
