Ombak laut yang datang dari luar Pulau Tak Bernama memang menghilang setelah Qi Xun melepas kendali, tetapi air yang mengalir pasti tidak mungkin tanpa meninggalkan jejak.
Si Kakek Wu Ming berpakaian seperti tukang kebun, tapi itu tidak berarti pemimpin Manusia Tak Kasatmata ini benar-benar memiliki sifat yang baik.
Dan sekarang, petarung puncak Jianghu yang drop item-nya juga sangat mengesankan ini, bahkan belum sempat bereaksi dari pemandangan yang begitu menggetarkan di depannya, sudah direnggut nyawanya oleh pedang yang mengintai di dalam air.
Jurus pedang ini lahir dari Seni Pedang Tianyu, dan karena sering dikeluarkan dengan efek khusus 【Liu Guang · Chang Ming】, akhirnya Qi Xun memberinya nama lain: Youlong Suixing (Naga Mengembara yang Menghancurkan Bintang).
Awak Pulau Tak Bernama yang juga terganggu oleh suara ombak, menyaksikan pemandangan ini secara langsung, bagaimana mungkin mereka tidak seperti terpaku oleh akar di kaki, tak satu pun bisa bergerak.
Meski Pulau Tak Bernama mengadopsi strategi "bertahan hidup", kekuatan mereka bahkan melebihi Gedung Qingyi. Atas hal ini, mereka sangat layak berbangga.
Namun kini penyusup tiba-tiba ini, dengan gaya mengobrak-abrik segalanya hanya dengan satu tangan, telah menghancurkan tanpa ampun mimpi mereka tentang surga duniawi yang suatu hari nanti bisa menguasai Jianghu.
Tuan Pulau Wu Ming tewas di bawah energi pedangnya.
Tuan Gong Jiu, yang berada di bawah si kakek dan memiliki pengaruh besar di antara mereka, kini digantung di tangan rekan penyusup ini——
Yu Luocha benar-benar pencari hiburan berbakat, menonton drama sendiri sambil tak lupa membawa Gong Jiu.
Di hadapan dua contoh nyata ini, awak Pulau Tak Bernama sungguh sulit untuk tidak memikirkan nasib yang akan mereka hadapi.
Apakah mereka benar-benar punya kemampuan untuk melawan?
Seandainya Si Tua masih ada, dengan penguasaannya atas ilmu bela diri seperti Hunyuan Yiqi Gong dan Ruyi Lanhua Shou yang hampir punah di dunia persilatan, serta statusnya sebagai pemimpin spiritual mereka, mungkin mereka masih memiliki keberanian untuk menghadapi musuh.
Tapi kini Si Tua sudah tiada, sementara beberapa dari mereka bahkan tidak memegang senjata, melainkan dadu judi yang baru saja ada di meja judi.
Mereka juga melihat matahari terbenam di balik bebatuan, memancarkan sinar senja berwarna darah di depan rumah-rumah kecil di pegunungan.
Gadis berbaju biru yang menciptakan pemandangan seperti dewa laut murka menyerbu pulau itu, berjalan dengan tangan terkepal di belakang melintasi kilauan darah, melanjutkan langkahnya dengan kecepatan yang sama seperti saat mendekati Pulau Tanpa Nama tadi.
Ujung Selendang Bai Zhang Han Guang masih menggenggam di tangannya, kilauan bintang yang berputar di atasnya belum sepenuhnya memudar, seolah siap menyambar dengan pedang kapan saja.
Seakan-akan akan mencampurkan darah mereka ke dalam kilauan darah ini.
Meski seluruh lembah di antara perbukitan masih dipenuhi orang, saat ini seolah hanya terdengar suara napas, gemericik aliran air, dan bunyi daun kering yang terinjak tepat di bawah kakinya.
Namun ada satu suara yang memecah keheningan.
Lu Xiaofeng berusaha menyadarkan diri dari pemandangan di depannya, berbisik pelan: "Ximen, sekarang aku merasa tindakannya hanya melibatkan Tuan Sun dalam pertarungan di Puncak Kota Terlarang, bukan turun sendiri, sungguh merupakan bentuk penghormatan untukmu."
Lu Xiaofeng sama sekali tidak meragukan bahwa jika Qi Xun yang turun, di Aula Taihe pasti akan terlihat pemandangan air Sungai Giok dan Sabuk Emas Jinshui melompat ke udara.
Ia juga yakin serangan Qi Xun takkan meninggalkan sedikit pun belas kasihan.
Dibandingkan dengan kegigihan Sun Qingxia yang semakin terpacu oleh kekalahan, gaya serangan Qi Xun yang bisa disebut sebagai "serangan penurunan dimensi" ini, benar-benar sulit dikategorikan sebagai manusia biasa.
Lu Xiaofeng mengakui dirinya sebagai orang yang berpengalaman luas, dan tidak mudah terkejut oleh hal-hal aneh. Meski telah dibentuk oleh Zhu Ting untuk memiliki pola pikir kreatif, ia tetap tak bisa menahan decak kagum menyaksikan gelombang laut yang membanjiri Pulau Tak Bernama ini, hingga mempertanyakan apakah sosok ini masih manusia biasa.
Ia menoleh ke orang lain yang bersama mereka, dan melihat ekspresi terkejut yang tak kalah hebat dari dirinya.
Terutama beberapa yang juga menggunakan pedang.
Saat Qi Xun mengubah gelombang laut menjadi gaya tusukan pedang yang tak tertandingi, pikiran pertama mereka bukanlah keinginan bertarung - setidaknya harus memiliki kemampuan setara untuk memikirkan pertarungan.
Ini adalah rasa hormat pendekar pedang terhadap pemahaman lapisan yang lebih tinggi dalam seni pedang.
Bahkan Ximen Chuixue yang biasa menyembunyikan emosi pun tak bisa menutupi kekagumannya, apalagi figur senior
seperti Du Gu Yihe dan Yu Luocha.
Memadukan pemandangan alam pegunungan, angin, dan pemandangan alami ke dalam jurus pedang, terdengar mudah diucapkan, tetapi sebenarnya melangkahkan langkah pertama ini sungguh amat sulit.
Benarkah ini masih merupakan pemandangan yang bisa diwujudkan oleh manusia?
Ximen Chuixue tidak menjawab perkataan Lu Xiaofeng.
Awalnya ia mengira hasil yang didapat dari pertempuran di Puncak Kota Terlarang sudah cukup untuk menemukan jalan pendakian ilmu pedangnya, kini ia tak bisa menahan diri untuk tidak merasa bimbang lagi.
Namun ia segera menyadari bahwa jalan yang ditempuh Qi Xun berbeda dengannya.
Karena ia pernah berkata pada Ye Guhong agar pemuda itu tidak menirunya, ia pun tidak boleh begitu saja mengikuti jejak perkembangan sang gadis hanya karena terkesan pada satu pedangnya.
Apalagi ia memang tidak memiliki kemampuan untuk mememanipulasi air laut.
Maka saat ini, ia bagaikan latar belakang yang paling memuaskan bagi Qi Xun - energi pedang yang terpancar dari pedang naga terbang itu membuatnya tampak begitu megah dan luar biasa.
Namun aura pendekar pedang yang melambung ini ditujukan kepada para penghuni Pulau Tak Bernama.
Hal ini juga membuat mereka menyadari, tidak hanya Qi Xun yang seperti turun dari langit bagaikan dewa bisa mencabut nyawa mereka kapan saja, rekan-rekannya pun sama mampu!
Di bawah tekanan aura yang menakutkan bagai hembusan angin dingin yang melintas, orang pertama melemparkan senjatanya.
Segera muncul orang kedua.
Lalu disusul gerakan serentakan meletakkan senjata untuk mendapat kesempatan bertahan hidup.
Seolah ucapan bercandanya Lu Xiaofeng telah membuka semacam "saklar" persuasi untuk menyerah.
Tapi pilihan mereka ini sebenarnya tidaklah aneh.
Mereka tak ingin terkubur dalam-dalam di laut bersama Pulau Tak Bernama, apalagi mati tanpa suara setelah bertahun-tahun menjadi orang tak diakui eksistensinya di Jianghu.
Maka satu-satunya pilihan adalah menyerah.
Bahkan jika mereka harus pergi dan menjadi orang biasa yang menyebarkan kemampuan unik Qi Xun yang menakjubkan dengan berkeliling dari jalan ke gang, atau mendirikan Sekte Dewa Laut untuknya dan membangun patung Perempuan Suci Lautan untuk mengumpulkan persembahan manusia, itu masih lebih baik daripada kehilangan nyawa secara sia-sia.
Tentu saja sebelum meletakkan senjata, mereka tidak lupa melirik ke arah Gong Jiu.
Tuan Gong Jiu yang kini menjadi tawanan ini tetap terlihat seperti biasa yang tidak menampakkan emosi, tapi mungkin ada sedikit perbedaan dari biasanya.
Dia terlihat agak bingung seperti saat tersesat, atau ketika ditanya tentang penjumlahan atau pengurangan dengan angka lebih dari dua digit.
Gong Jiu memang agak kebingungan.
Perlu diketahui bahwa sebelumnya di kapal dia berkata, "Xiao Laotou tidak mudah dikalahkan, bahkan aku sendiri diajari oleh Wu Ming", lalu Qi Xun membuktikan dengan kekuatan nyata bahwa meski sama-sama bos tersembunyi, tetap ada perbedaan ketika bertarung.
Pulau Tak Bernama mungkin... mungkin setelah ini tidak akan ada lagi.
Tapi dari mana sih orang ini muncul?
Ia mendengar si pendekar pedang kurus tinggi bergumam, "Inikah Istana Air Suci?", tapi setelah mengubrak-abrik ingatannya, tak ada satu sekte pun yang menggunakan nama seperti itu.
Tapi setelah menyaksikan langsung ombak bergulung-gulung bagai gemuruh gunung dan badai yang datang, serta sosoknya yang mengendarai gelombang pergi, Gong Jiu harus mengakui: Di dunia ini, selain Istana Air Suci, mungkin tak ada nama sekte yang lebih cocok untuknya.
Air langit tak kenal ampun, air suci memiliki roh.
Pulau Tak Bernama pun sejak itu benar-benar tanpa nama.
Gong Jiu tiba-tiba menghela napas panjang.
Ia tidak terlalu khawatir Qi Xun akan membunuhnya. Paling buruk, ia masih punya status sebagai Putra Mahkota Pangeran Taiping yang bisa dijadikan tameng, sehingga tidak akan mati tanpa kejelasan.
Karena di antara rombongannya ada Lu Xiaofeng, mungkin masih ada kesempatan untuk menjelaskan identitasnya.
Dia hanya merasa, mungkin dia memang terlihat seperti orang yang terperangkap di pulau terpencil dan berpikiran sempit.
Qi Xun tidak peduli dengan situasi di mana pandangan hidup mereka hancur dan terbentuk kembali. Saat ini dia lebih tertarik untuk memeriksa pemberitahuan sistemnya.
Dibandingkan dengan item yang dijatuhkan Wu Ming si kakek, pemberitahuan sistem lainnya jelas jauh lebih berharga.
【Sistem】【Pemimpin kekuatan Pulau Tak Bernama tewas, menentukan kekuatan Pulau Tak Bernama bubar, Pendekar mencapai prestasi, men-
jumlah reputasi dasar Istana Air Suci +10000, reputasi Jianghu +2000, pecahan Kitab Rahasia Emas pilihan*40, pecahan Kitab Rahasia Ungu pilihan*50.】
【Sistem】【Pembukaan gelar prestasi, efek gelar: Selama menghadapi pemimpin kekuatan nama merah level 2 ke atas, semua atribut meningkat 5%. Pemberitahuan: Efek gelar saat ini kompatibel dengan efek gelar lain, dapat memilih untuk mengaktifkan efek pemakaian. Saat memakai, pemimpin komunitas Jianghu level 2 ke atas (baik nama merah atau bukan) akan memiliki nilai kewaspadaan otomatis terhadap Pendekar.】
Lima kekuatan nama merah level 2 mudah dipahami: Shilin Dongfu, Wuzheng Villa, Black Tiger Hall, Vila Hantu, dan Pulau Tak Bernama.
Prestasi ini memberikan 40 fragmen Kitab Rahasia Emas yang bisa mengurangi kebutuhan belanja dalam game.
Adapun gelar ini lebih praktis——
Apa artinya peningkatan atribut 5% saat melawan boss?
Meski aksi provokasinya mengandalkan efek 4 set perhiasan khusus, esensinya Tianshui Divine Art baru mencapai efek ini setelah naik dua level.
Tapi serangan mematikan terhadap Wu Ming ini sepenuhnya berasal dari kombinasi Mingyu Gong lapis 7 dan Shenzhao Jing lapis 6 di bawah pengaruh Shanzi Jing.
Ini adalah kondisi yang tetap bertahan bahkan setelah efek khusus dihentikan selama 5 menit.
Dengan tambahan 5% ini, kekuatan serangannya akan meningkat lebih jauh.
Soal nilai kewaspadaan pemimpin komunitas Jianghu level 2 ke atas, itu hanyalah efek samping yang tak perlu diperhatikan.
Jika dia sudah berniat "memberantas bandit" dengan mendatangi markas sebuah kekuatan, sepertinya dia sama sekali tidak perlu khawatir pihak lawan akan waspada padanya.
Tunggu, mungkin masih ada sedikit masalah.
Saat menerima gelar, Qi Xun secara refleks langsung membuka dan memasangnya, lalu menoleh dan melihat tatapan waspada Yu Luocha ke arahnya.
Memang benar dia sama sekali tidak bisa menyembunyikan ekspresinya.
Tatapannya ini terlalu mudah diinterpretasikan.
Terjemahannya kira-kira: Jangan-jangan dia berniat memanfaatkan situasi menguntungkan ini untuk membunuhku, Pemimpin Sekte Iblis Barat ini juga?
Yu Luocha merasa pikirannya sangat logis.
Saat pertama kali melihat pemandangan ajaib orang melangkah di atas ombak itu, Yu Luocha merasa perjalanannya kali ini sangat berharga.
Meski dia bingung bagaimana mungkin seseorang bisa melakukan hal seperti itu, dan merasa pemahamannya tentang ilmu bela diri Jianghu mungkin ada yang keliru, tapi harus diakui Yu Luocha adalah orang yang mudah beradaptasi.
Pikirannya melangkah lebih jauh: apakah dia harus mengembangkan slogan seperti "di mana ada tanah, di situ adalah wilayah Yu Luocha", berdasarkan kemampuannya memanipulasi debu menjadi kabut? Lagipula, kalah bertaruk tinggal kabur pakai teknik bumi, tidak bertentangan dengan slogan.
Tapi pada saat Qi Xun menatapnya, tatapan mata yang memantulkan warna darah matahari terbenam itu tiba-tiba membuatnya tersadar: alih-alih memikirkan masa depannya, yang lebih urgent adalah masalah keamanan dirinya sendiri!
Dibandingkan organisasi misterius seperti Pulau Tak Bernama, reputasi Sekte Iblis Barat di Jianghu jauh lebih terkenal - sayangnya lebih banyak kabar buruk yang tersebar.
Tentu saja, nama "Sekte Iblis" sejak awal sudah cocok jadi kambing hitam. Apalagi di wilayah barat laut yang masyarakatnya keras, banyak perampok yang mengaku-ngaku anggota sekte ini saat merampok.
Tapi Qi Xun mungkin tidak tahu soal ini.
“Bukankah Yu Luocha mendengar slogan yang dia sebutkan pada Lu Xiaofeng tentang memberantas kejahatan dan menghilangkan kejahatan?”
Pulau Tak Bernama memiliki kekayaan yang terkumpul yang bisa memicu keinginannya untuk mengoleksi, apakah Sekte Iblis Barat-nya tidak punya?
Dia teringat dua kenangan dipukuli, kini melihat aksinya yang memanfaatkan aliran air, Yu Luocha sama sekali tidak meragukan bahwa dirinya bersama Ximen Chuixue pun belum tentu bisa mengalahkan Qi Xun.
Dia punya dugaan aneh.
Konon dewa kuno bisa mengendarai awan dan kabut lalu terbang ke langit, apakah Istana Air Suci menemukan rahasia untuk mencapai terobosan?
Selesai... selesai... selesai...
"Senior Yu, kenapa kau memukul diri sendiri?" Lu Xiaofeng yang memperhatikan keadaannya bertanya.
Karena Yu Luocha adalah senior Ximen Chuixue, otomatis juga seniornya. Melihat keadaannya sekarang,
Lu Xiaofeng tetap perlu menanyakan beberapa hal.
“Aku sedang berusaha tenang.” Yu Luocha menjawab dengan wajah dingin.
Dia merasa dirinya agak bodoh. Saat ini seharusnya tidak memikirkan apakah Istana Air Suci telah beralih dari dunia silat ke pencarian jalan menjadi dewa, tapi lebih memikirkan alasan apa yang harus dicari untuk kabur.
Namun sejenak kemudian dia melihat Qi Xun sepertinya tidak lagi menunjukkan sikap seperti habis mengacau Pulau Tak Bernama langsung menyerang Sekte Iblis Barat.
“……?” Apakah tadi dia tiba-tiba overthinking?
Ekspresi wajahnya yang seperti lentera berputar tak luput dari pengamatan Qi Xun. Qi Xun yang baru saja menonaktifkan efek khusus gelar nyaris tidak bisa menahan tawa.
Tapi ketika berbalik ke arah orang-orang Pulau Tak Bernama yang menyerah, dia kembali menunjukkan ekspresi yang misterius.
Di mata mereka, dia hanya menunjuk secara acak ke salah satu orang di kerumunan, "Bawakan aku jalan."
Tapi sebenarnya pemilihan orang oleh Qi Xun bukanlah tanpa pertimbangan.
Yang ditunjuknya bukan orang lain, melainkan putri Youhun dari Vila Hantu, adik Fang Yufei Black Tiger Hall, Sha Man yang baru saja terbebas dari jurang penderitaan berkat tebusan Gong Jiu.
Matanya yang berpesona eksotis dengan semburat hijau pucat membuatnya tampak seperti kucing misterius nan malas.
Kematian Wu Ming dan penangkapan Gong Jiu sama sekali tak mengubah raut wajahnya, justru menampakkan sikap acuh tak acuh yang membosankan.
"Memandu Anda mencari harta pulau ini?" Sorot mata Sha Man hanya sempat berkilat sesaat melihat gelombang air raksasa tadi, kini kembali menunjukkan kedinginan yang sulit dipahami.
Ia melemparkan token judi ke samping, lalu berjalan menyusuri satu arah tanpa menunggu. "Ikutlah, tapi aku tak hafal semua tempat. Lebih baik tanya langsung pada Gong Jiu dan Beef Soup."
Walau Sha Man mengatakan tidak pasti tahu setiap tempat, dia sebenarnya gadis yang sangat cerdas. Di pulau ini, meski secara nominal menjadi selir Gong Jiu, dia tidak menutup diri dari segala informasi. Terutama karena dia sering bermain judi dan kerap kalah, sehingga mendengar banyak kabar seperti panggilan si tua untuk mengirim orang ke suatu tempat mengambil barang.
Saat mendorong pintu di depan, tiba-tiba dia bertanya: "Kudengar hampir sebulan lalu kau membunuh Feitian Yuhu, benarkah?"
Pulau Tak Bernama bukan tempat terisolasi dari dunia, apalagi Qi Xun memiliki ciri fisik yang terlalu mencolok.
Tidak aneh jika Sha Man mendapat kabar ini dan mengenali Qi Xun sebagai orang dalam desas-desus itu.
"Bagaimana jika kubenerkan?" Qi Xun membalik bertanya.
Sha Man membuka pintu, memperlihatkan pintu besi terkunci di baliknya. Dia mengetuk-ngetuknya sebagai isyarat ini salah satu gudang harta, lalu menjawab: "Maka aku berhutang nyawa padamu."
"Kalau bukan karena Fang Yufei, dia takkan sampai terjebak dalam situasi seperti ini." Sha Man membenci kakak kandungnya itu hingga ke tulang sumsum.
Sekarang setelah mengetahui kabar kematiannya, Sha Man sama sekali tidak merasa kehilangan keluarga, malah menganggap itu kematian yang pantas.
"Aku tidak perlu kau membalas nyawa dengan nyawa." Qi Xun menampar kunci pintu besi hingga patah, memperlihatkan harta karun raksasa yang dikumpulkan Si Orang Tua di Pulau Tak Bernama. Emas, perak, permata, dan giok memancarkan kilau membutakan di bawah sinar sempit dari celah ruang bawah tanah. "Hidupmu saja yang kau jaga. Setelah meninggalkan Pulau Tak Bernama, Jianghu begitu luas, pasti ada tempat untukmu."
Sambil berbicara, Qi Xun mulai menghitung biaya untuk "membelanjakan" Shenzhao Jing ke lapisan ketujuh agar tetap setara dengan Mingyu Gong. Kekayaan di depan mata jelas lebih dari cukup.
Tapi tidak bisa dihitung begitu saja.
Setelah keluar dari Dungeon ini, dia berencana memasuki Dungeon 【12 Rasi Bintang】 untuk mencari pengalaman terobosan Mingyu Gong dari Yao Yue dan Lian Xing. Jika Mingyu Gong memiliki kesempatan naik ke Lapisan 8 atau 9, tentu harus dimanfaatkan sebaik mungkin!
Harta karun di pulau ini kemudian dikirim ke kapal mereka peti demi peti. Seandainya tidak ada banyak tawanan di kapal ini dan kapal yang dinaiki Gong Jiu sebelumnya, ini benar-benar mirip rombongan eksplorasi Peta Harta Karun yang berlayar.
"Bagaimana Nona Qi menangani orang-orang ini?" Lu Xiaofeng bertanya.
Qi Xun: "Aku kira kau akan bertanya bagaimana aku menangani harta karun ini."
Lu Xiaofeng benar-benar orang yang sangat menarik. Sebelum tiba di pesisir,
Qi Xun menyadari sikapnya terhadap dirinya telah kembali ke keadaan normal seperti terhadap teman yang bisa diajak bercanda, bukan seperti melihat dewa atau dewi yang ledakannya membuat orang hampir mengira diri mereka sedang bermimpi.
Dia bahkan menemukan selembar kain satin merah yang lebih cerah dari hasil jarahan Pulau Tak Bernama, lalu menjadikannya jubah baru.
Konon jubah lamanya tersobek sebagian karena kecerobohannya saat menariknya, tepat ketika Qi Xun menciptakan pemandangan menakjubkan di laut itu.
"Biasanya aku tidak menanyakan topik yang merepotkan diri sendiri seperti ini." Di malam purnama, Lu Xiaofeng telah menyadari kemungkinan kerja sama antara Qi Xun dan Kaisar Muda, maka sebagian besar kekayaan Pulau Tak Bernama mungkin akan diserahkan ke kas negara.
Tentu bagian terbesar tetap milik Qi Xun, mengingat dialah yang memberikan kontribusi paling besar.
Lu Xiaofeng sama sekali tidak menganggapnya sebagai tipe orang yang mau bekerja tanpa bayaran.
Maka aliran emas dan perak itu bukanlah hal yang perlu dipertanyakan lagi.
“Ngomong-ngomong, Lu Xiaofeng sebenarnya tidak pernah mengerti arti kata 'belanja dalam game' yang disebutkan Qi Xun. Tapi dengan kecerdasannya, dia berpikir mungkin itu semacam metode latihan dari Istana Air Suci atau cara persembahan kepada dewa-dewa.”
“Mungkin akan mengirim mereka untuk berjaga di perbatasan.” Qi Xun menoleh melihat ke kapal lain.
Sekelompok orang yang tidak berani melompat kabur karena tekanan hawa dingin Ximen Chuixue, baru saja selamat dari tangan Qi Xun, kini mulai mengkhawatirkan masa depan mereka.
Untungnya hanya butuh dua hari. Begitu mendarat, mereka langsung disambut oleh pasukan bantuan yang dipanggil Qi Xun melalui token, lalu dikirim ke tempat yang sesuai.
“Mereka punya pengalaman menangani sisa-sisa Gedung Qingyi setelah kematian Huo Xiu. Sesama pembunuh bayaran, mungkin bisa dilakukan kompetisi untuk posisi kerja.” Qi Xun menjelaskan lagi pada Lu Xiaofeng.
“……Nona Qi, kurasa kamu perlu sedikit memperhatikan pemilihan kata.” Lu Xiaofeng merasa frasa "kompetisi untuk mendapatkan posisi" terdengar agak bermasalah.
Namun ketika bertatapan dengan sorot mata Qi Xun yang samar-samar mengejek, Lu Xiaofeng justru merasa bahwa dari sudut pandang tertentu, frasa itu memang tepat digunakan.
Mereka sebelumnya sama-sama bekerja sebagai pembunuh, kini diambil alih oleh pihak resmi. Tentu harus membuktikan diri lebih berguna, lebih patuh, dan lebih sedikit kecenderungan anti-sosial dibanding kelompok lain.
Dalam hubungan kompetitif ini, mungkin justru akan membuka prospek lebih cerah dan meningkatkan semangat kerja mereka.
Lu Xiaofeng memutuskan untuk berhenti memikirkan hal ini.
Mantan pembunuh yang dikirim untuk menjaga perbatasan terdengar seperti kisah penuh energi positif, tak ada yang perlu dirisaukan lagi.
Hanya saja tiba-tiba ia tersadar: perbatasan Dinasti Ming dengan negara tetangga sangat panjang. Untuk memudahkan pengelolaan, sebaiknya mereka disebar ke berbagai lokasi.
Setelah melihat kejadian di Pulau Tak Bernama, Lu Xiaofeng sendiri merasa punya banyak hal ingin diceritakan pada sahabat-sahabatnya.
Beberapa orang tak beruntung menyaksikan pemandangan itu, tapi kepiawaian berbahasa Lu Xiaofeng tetap bisa menggambarkannya secara hidup.
Lalu bagaimana dengan para pembunuh yang dikirim ke perbatasan untuk pengurangan hukuman ini?
Bukankah prestasi gemilang Qi Xun ini akan tersebar sampai ke luar Zhongyuan!
Lu Xiaofeng agak ragu apakah Qi Xun sudah memikirkan hal ini. Jika belum, mungkin Istana Air Suci sebenarnya ingin mempertahankan citra pertapaan elit yang bertentangan dengan situasi ini. Tapi melihat sikapnya, Qi Xun bukan tipe yang lalai menghitung hal semacam ini. Barangkali dia memang punya tujuan mengumpulkan keyakinan masyarakat?
"Hei Lu Xiaofeng, ngapain kamu melongo di sini?" Sikong Zhaixing menepuk bahunya, membuat Lu Xiaofeng tersadar bahwa orang di depannya sudah lama menghilang.
Qi Xun sudah lama tidak berada di tempat ini.
Setelah terbebas dari beban personil di Pulau Tak Bernama, dan menyisihkan sebagian harta rampasan untuk dikirimkan kepada Kaisar Zhu Tang, sisa kekayaan lainnya dihabiskan Qi Xun untuk belanja dalam game di Sistem. Melihat hitung mundur akhir dungeon yang akhirnya muncul di bilah notifikasi sistem, Qi Xun memutuskan untuk menghabiskan sisa waktu dengan bersantai di Songjiang.
Ia memilih tidak melapor langsung ke ibu kota kepada Kaisar Zhu Tang tentang hasil operasinya. Bagaimanapun, 800.000 tael uang perlindungan itu bisa disampaikan melalui perantara.
Ini juga kesempatannya untuk memantau progres kerja Zhu Ting.
Dari sepuluh hari tenggat waktu yang diberikan Zhu Ting,
tersisa lima hari. Tanpa beban, Qi Xun bertindak sebagai klien kejam yang mendesak percepatan pekerjaan.
“Orang kuno bilang melihat angin musim gugur tiba, muncul kerinduan akan sayur teratai dan ikan mas. Tapi sup tiga serat sayur teratai baru bisa disebut hidangan musiman saat awal musim panas,” Zhu Ting sambil tangan gesit merakit senjata api itu berkata, “Kalau Nona Qi ingin mencicipi makanan khas daerah ini, lebih baik coba kue lembut Yexie di ujung jalan. Sekarang sedang musimnya kue tepung manis bunga osmanthus dijual.”
“Tuan Lu ikut?” Qi Xun memutuskan untuk mengikuti saran Zhu Ting yang lebih paham.
Lu Xiaofeng di samping menyampaikan penolakannya dengan halus.
Di ibu kota, dia cuma makan roujiamo daging keledai dan acar sayur dengan jus kedelai asin. Qi Xun sudah bisa menebak selera makannya.
Dengan mengangkat setumpuk kue persegi dan kue bunga osmanthus manis, Qi Xun yang sedang santai sempatkan meminjam kail pancing di Jembatan Xiuye untuk menguji kemampuan memancingnya.
Tapi kenyataannya, memancing sungguhan tidak seperti di game yang ada lingkaran ikan muncul, juga tidak ada waktu pasti umpan disambar. Dia hanya bisa mengandalkan kemampuan curang Tianshui Divine Art untuk menangkap seekor ikan.
Namun saat menoleh, dia melihat keranjang ikan Yu Luocha hampir penuh.
"……" Langit memang adil. Saat mengambil sesuatu dari seseorang, Dia akan menggantinya dengan hal lain.
Tapi alasan ini tidak membuat Qi Xun menerima begitu saja.
Tanpa ragu, dia mengklik gelar [Pemancingan], langsung melihat ekspresi Yu Luocha berubah berkali-kali.
Yu Luocha memandangi keranjang ikannya sendiri lalu ikan sebatang di sisi Qi Xun, merasa dirinya dalam bahaya.
Jika seseorang ingin membunuh, alasan apapun cukup untuk bertindak. Memikirkan ini, dia segera menuangkan semua ikan dari keranjangnya ke keranjang Qi Xun.
Saat itu juga, rasa dingin menusuk yang membuat bulu kuduknya merinding tiba-tiba menghilang.
"……" Yu Luocha terdiam.
Zhongyuan terlalu berbahaya, lebih baik ia kembali ke barat laut.
Tapi yang berhasil mendahului Yu Luocha adalah Qi Xun dan Sun Qingxia.
Tepat di hari Zhu Ting menyelesaikan modifikasi kulit qin senjata api Teng Teng Teng, Lu Xiaofeng yang baru bangun dari tidur siangnya tiba-tiba menyadari ada suara yang hilang di rumah ini.
Turun ke lantai bawah, ia melihat catatan di meja makan yang ditinggalkan Qi Xun.
Tertulis 【Istana Air Suci memanggil darurat, untuk sementara kita berpisah.】
Lu Xiaofeng mengamati dengan seksama tulisan di kertas itu.
Meskipun surat Qi Xun singkat, guratan tulisannya tidak menunjukkan kepanikan - mungkin sekolah-nya memang ada urusan yang memanggilnya kembali.
Yang membuatnya semakin yakin dengan penilaian ini adalah, di bawah kalimat tersebut ada kalimat lain, 【Lu Xiaofeng, ingatkan Li Yanbei untuk mengembalikan uang, kalau sudah diterima lain kali aku traktir minum.】
Sambil membelai kumis kecil di bibirnya, tiba-tiba ia tertawa.
Gadis ini waktu bertarung memang tidak seperti manusia, tapi dalam bergaul dengan teman masih terasa hidup.
Hanya saja tidak tahu kapan pertemuan berikutnya akan terjadi.
Qi Xun sudah kembali ke Wuzheng Villa, memeriksa penyelesaian dungeon sistem.
【Puncak Kota Terlarang】sebagai dungeon level 80, sekilas tampak ada masalah dalam pengaturannya, sebenarnya tidak, karena penaklukan atau pembunuhan boss dalam setelan dungeon, selama pemain mengikuti alur waktu cerita normal, bisa menyelesaikan dengan sukses tanpa perlu membunuh Ximen Chuixue dan Ye Gucheng secara bersamaan.
Faktanya boss dungeon adalah Wang An, tamu Istana Nan yang menggantikan Ye Gucheng dalam duel di Puncak Kota Terlarang, serta Ye Gucheng (bisa dicapai melalui pembunuhan alur cerita).
Wang An diserahkan Qi Xun kepada Kaisar Muda dan dibunuh menggunakan Sembilan Langit Sepuluh Bumi Sembilan Belas Jarum Dewa milik sang kaisar. Tamu Istana Nan yang mengikuti Pangeran Pingnan ke ibu kota kemudian dihukum mati. Meskipun rencana pengkhianatan Ye Gucheng tidak terungkap, kekalahannya dalam duel pedang melawan karakter pendukung Sun Qingxia telah memenuhi syarat penyelesaian dungeon.
Pengaruh dungeon Kerajaan Jinpeng membuat Puncak Kota Terlarang berubah menjadi dungeon mimpi bebas. Qi Xun tidak melewatkan hadiah pembunuhan boss-boss kecil ini. Kini tiba saatnya penyelesaian resmi dungeon.
【Sistem】【Dungeon Mimpi Bebas·Puncak Kota Terlarang ditutup】
【Sistem】【Kabar Jianghu: Murid Istana Air Suci datang dari laut lepas, membasmi Black Tiger Hall di utara, berpartisipasi di ibu kota
dalam duel pendekar pedang Puncak Kota Terlarang, lalu menyerbu Vila Hantu di barat daya, menghancurkan Pulau Tak Bernama di Laut Timur. Para penjahat Jianghu gemetar mendengar kabar ini dan bersembunyi.
【Murid Istana Air Suci】Kemampuan mistis Murid Istana Air Suci sepenuhnya terpamer dalam Pertempuran Pulau Tak Bernama. Murid-muridnya memiliki kemampuan mengendalikan gelombang dan menenggelamkan air, sanggup memanfaatkan ribuan hektar pasang laut, mengendarai gelombang, mengubah air menjadi naga sejati. Di mana pun gelombang air mengamuk, para penjahat akan tewas. Bekas anggota Pulau Tak Bernama yang beruntung menyaksikannya, sejak itu bertaubat, menjaga perbatasan, dan memuja Dewi Air Suci sebagai sesembahan, menyalakan dupa dua kali sehari.】
"……" Tidak perlu sampai sebegitu khusyuknya.
【Sistem】【Pengaruh Istana Air Suci +200】
【Sistem】【Arsip dungeon mimpi bebas di dunia ini berhasil disimpan. Terdeteksi kematian NPC penting di dungeon Vila Hantu, diputuskan untuk dihancurkan.】
【Sistem】【Memproses keuntungan EXP dari dungeon mimpi bebas Puncak Kota Terlarang, menghitung akumulasi EXP level ilmu tenaga dalam Pendekar. Selamat, level Pendekar naik ke 129.】
Melihat data level ini, Qi Xun langsung mengabaikan propaganda berlebihan dari bekas anggota Pulau Tak Bernama.
Ia merasa tangannya sudah mulai gatal.
Tapi dia segera menyadari, Bar EXP-nya sekarang sebenarnya bukan berada di keadaan setengah level atau satu level menuju level 130——
Nilai EXP ini sudah penuh.
Artinya, sekarang ada faktor lain yang mempengaruhi peningkatan level.
Dia mencoba menjalankan ilmu tenaga dalam satu siklus, menemukan Bar EXP tidak menunjukkan perubahan statistik sekecil apapun, berbeda dengan situasi sebelumnya yang bisa meningkatkan level melalui akumulasi kuantitas.
Dia kemudian membuka Dungeon biasa lagi, menemukan sistem reward juga tidak memberikan EXP sama sekali.
Apakah ini dikunci levelnya?
Qi Xun mengusap dagunya sambil memeriksa setiap Panel fungsi Sistem satu per satu, tidak lupa melihat daftar buff dan debuff-nya, tapi tidak menemukan kelainan apapun.
Biasanya dalam game, plot apa yang muncul saat menghadapi level lock?
Qi Xun mengingat-ingat pengalamannya saat bermain game MM dulu.
Adegan peralihan seperti itu sering dia lewati, tetapi desain game umumnya seperti ini. Jika disimpulkan, mungkin perlu mencari NPC yang bersifat memberikan petunjuk untuk bertarung, atau menghadapi ujian iblis hati dan bertarung, atau menantang bos dan bertarung.
Intinya harus bertarung dengan seseorang.
Qi Xun secara wajar mengarahkan pandangannya ke NPC Yao Yue di Dungeon 【12 Rasi Bintang】.
Jika sebelumnya dia memilih dungeon ini untuk mempelajari teknik Mingyu Gong dari Yao Yue, kini ada alasan tambahan.
Apakah tebakannya benar atau tidak, yang penting dicoba dulu.
Ayo kalahkan Yao Yue!
Qi Xun merapikan hasil jarahan dari dungeon sebelumnya, terutama memastikan peti besi berisi tael perak di tas punggung tertata rapi. Setelah memastikan barang penting mudah diakses, barulah dia memuat dungeon baru.
【Sistem】【Membeli tiket Dungeon Mimpi, dikurangi 10000 Tael perak.】
【Sistem】【Anda telah memilih masuk ke Dungeon 12 Rasi Bintang. Karena terdapat arsip dunia yang sama dalam worldview saat ini dan NPC karakter kunci masih hidup, mode dungeon bebas telah diaktifkan.】
【Sistem】【Penyesuaian otomatis waktu penempatan Dungeon Mimpi, penyesuaian otomatis lokasi penempatan Dungeon Mimpi.】
【Sistem】【Memanggil karakter pendukung?】
Pemberitahuan sistem yang muncul sekejap tidak membuat Qi Xun mengabaikan pertanyaan ini.
Dalam novel dunia Lu Xiaofeng, pernah disebutkan tentang Chu Liuxiang dari 100 tahun lalu. Tapi dunia yang dikunjungi Qi Xun seolah menghapus semua jejak ini, terutama keberadaan Istana Air Suci.
Ini juga memudahkan Qi Xun menciptakan ilusi bahwa Istana Air Suci adalah tempat yang sangat mistis dan spesial.
Tapi dunia The Legendary Twins tampak berbeda!
【Ada Arsip Rekaman Dunia yang Sama】Pernyataan ini, bahkan berbeda dengan yang disebut sebelumnya di dungeon Kuil Wan'an tentang adanya arsip dungeon Pulau Persik dalam universal yang sama, dalam sekejap mata saat memuat dungeon, Qi Xun menyadari bahwa ini merujuk pada universal yang sama dengan dunia tempatnya berada sekarang.
Istana Pemindahan Bunga
Teknik Mingyu Gong dari Istana Pemindahan Bunga yang didapat Yao Yue di reruntuhan Istana Air Suci saat kecil mungkin bukan sekadar kabar angin, melainkan setting resmi dungeon dalam universal yang sama ini.
Dia mungkin sudah tahu identitas apa yang akan digunakan untuk menyusup ke dungeon ini.
Soal karakter pendukung, dia juga sudah punya kandidat.
【Ya.】Panggil karakter pendukung!
Saat Qi Xun keluar dari dungeon, Sun Qingxia juga meninggalkan area misi.
Ingatannya yang tajam membuatnya menyadari bahwa lilin di kamarnya yang baru dinyalakan sebelum tidur, kini masih dalam kondisi baru menyala.
Artinya durasi kepergiannya mungkin lebih singkat dari mimpi Nan Ke.
Namun begitu teringat ombak laut yang bergelora, Sun Qingxia merasa kemampuan Istana Air Suci seperti ini memang masuk akal... mungkin?
Mungkin karena jet lag, Sun Qingxia sama sekali tidak mengantuk dan memutuskan jalan-jalan. Tapi baru saja keluar, dia bertemu Wen Sibian.
"Kamu terluka?" Wen Sibian adalah ahli racun, tapi bukan berarti dia tidak peka dengan obat-obatan lain.
Aroma obat luka Jin tercium di tubuh Sun Qingxia, kemungkinan bukan karena tidak sengaja menumpahkan botol obat.
"......" Sial, bagaimana harus menjawab ini?
Luka tusuk di dada akibat duel dengan Ximen Chuixue di malam purnama, semakin parah saat melawan Ye Gucheng. Bahkan saat keluar dari dungeon hampir sebulan kemudian, luka ini belum sepenuhnya sembuh.
Bila diganti dengan tabib biasa, ditambah dengan warna darah di wajahnya yang sudah pulih berkat tingkat ilmu bela dirinya, pasti tidak akan terlihat keanehan apa pun. Tapi Wen Sibian berbeda.
Wen Sibian sudah mengajukan pertanyaan lain, "Teng Teng Teng-mu sepertinya juga ada perubahan?"
Perubahan pada kulit qin ini sangat kecil, tapi Wen Sibian yang pernah mempelajari senjata api ini beberapa kali dengan rasa ingin tahu, menemukan perubahannya memang tidak aneh.
Tapi pertanyaan ini jelas lebih sulit dijelaskan daripada alasan luka tadi, yang satu itu setidaknya masih bisa dibualkan.
Dalam kesunyian Sun Qingxia, Wen Sibian sudah mengajukan pertanyaan ketiga, "Xiao Qian, kalau tidak salah ingat, setengah jam lalu kita masih bertemu sekali di lantai bawah?"
Hidung tajam Wen Sibian bahkan menangkap aroma kue manis yang tersisa di udara.
Ini ada masalah apa lagi?
Sun Qingxia yang belum kenyang makan malam pergi membeli kue manis, tapi malah terluka oleh mantan pengikut Lei Sun. Dalam perkelahian itu, dia menyadari masih ada ruang perbaikan untuk senjata apinya, lalu dengan cepat menyelesaikan modifikasi ini?
Memikirkan semua keterkaitan ini terasa seperti kesimpulan yang sangat tidak masuk akal.
"......" Sun Qingxia semakin tidak bisa menanggapi perkataan ini.
Tapi baru saja dia membuka mulut mengucapkan "Aku", tiba-tiba melihat gelombang aneh muncul di udara, lalu menyaksikan——
Wen Sibian menghilang dari pandangannya.
"......?" Apakah dia tidak perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan mematikan itu lagi?
