Xue Xiaoren mengunci satu-satunya target pengejarannya pada Xue Yiren, dengan logika merasa dia juga harus menempuh jalan pedang cepat——
Harus lebih cepat dari Xue Yiren! Lebih cepat dari siapa pun!
Dengan demikian orang baru akan menyadari dalam perbandingan, dialah yang pantas menyandang gelar jenius pendekar pedang sekaligus pemimpin di dunia pedang.
Tapi setelah bertahun-tahun mengasah ilmu pedang, sama sekali bukan orang yang kurang bakat dan wawasan.
Dibanding pedang cepat, pedang lambat juga membutuhkan kemampuan sejati yang sama.
Terutama saat Qi Xun mengayunkan cabang pohon sebagai pengganti pedang panjang ini, "pedang" tanpa kilau ini seolah membawa tenaga seberat seribu kati di ujungnya.
Bahkan tenaga tajam dari serangan pedangnya sendiri hancur lebur seketika!
Xue Xiaoren bukan tidak memahami prinsip menggunakan kelambatan melawan kecepatan, atau ketenangan mengatasi gerakan. Namun selama bertahun-tahun, kecepatan pedangnya semakin meningkat. Hampir sebelum lawan sempat munculkan ide seperti itu, pedangnya sudah menyentuh tenggorokan mereka. Kapan dia pernah menghadapi situasi seperti ini?
Jurus pedang yang luar biasa lambat ini justru membentuk penghalang yang tak tertembus di antara rentetan sapuan ranting.
Bahkan menurut Xue Xiaoren, gerakan Qi Xun masih menunjukkan aliran energi yang terkesan berat dan tersendat-sendat.
Tapi justru dengan satu tusukan ini, mengandalkan cadangan tenaga dalam yang mengagumkan, pedang itu seolah menciptakan ilusi bagai bergerak di rawa-rawa.
Karena tak bisa menghindar, Xue Xiaoren terpaksa kehilangan inisiatif pertarungan yang kini sepenuhnya di tangan Qi Xun.
Pada detik ketika "pedang" kayu dan pedang besi bertabrakan, Xue Xiaoren tiba-tiba menyadari fakta mengerikan: Qi Xun yang terlihat menghindar dan menyerang lambat, sebenarnya sedang memperlihatkan kondisi yang membuat bulu kuduk meremang——
Ilmu tenaga dalamnya benar-benar layak digambarkan dengan frasa "tak terduga kedalamannya".
Seseorang seperti ini sama sekali tidak mungkin membiarkan dirinya diserang dari belakang tanpa sadar!
Dia mungkin terjebak!
Topeng senyum menyeramkan Xue Xiaoren yang dipadukan dengan mata abu-abu pudarnya, yang seharusnya menciptakan pemandangan semakin mistis di bawah bayang malam, kini justru membuatnya merasa Qi Xun jauh lebih menakutkan daripada dirinya.
Di balik tatapan mata yang tetap tenang, jernih, dan terkendali ini, bahkan terkilat senyum tipis yang membuat Xue Xiaoren merasa dirinya bukanlah pembunuh bayaran, melainkan karakter tolol yang terjebak dalam perangkap.
Tidak...
Xue Xiaoren mulai meragukan dalam hatinya.
Usianya baru berapa tahun! Bagaimana mungkin dia bisa mengembangkan kemampuan seperti ini!
Baru saja terlintas keinginannya untuk mundur, tiba-tiba ia menyadari: betapapun dirinya merasa tak sehebat Xue Yiren, tak pantas menunjukkan kelemahan di hadapan Qi Xun yang lebih muda ini.
Yang semakin menguatkan keraguannya adalah, setelah jurus pedang Qi Xun yang seolah memperlambat waktu itu, ia hanya menggunakan ranting untuk melumpuhkan serangannya, bukannya mengejar kemenangan malah kembali melompat mundur.
Apa yang sedang dia lakukan?
Xue Xiaoren hampir terbikin bingung.
Sebelumnya ia belum pernah bertemu Qi Xun. Qinggong-nya yang dengan gesit melompati tembok ini jelas tidak kalah dari rekan seusianya, tapi belum sampai level yang bisa dengan mudah menghindar darinya.
Hanya karena sedikit keraguannya, lawan sudah berpijak di puncak tembok. Ranting pohon pir di tangan Qi Xun yang menyala oleh sinar bulan itu menyambar horizontal bagai anak panah melesat, sama sekali berbeda dengan gerakan lambat sebelumnya.
Pedang di tangannya bergetar hebat hingga hampir terlepas, sosok biru-putih itu jelas hendak melarikan diri. Betapapun ragunya, ia harus mengambil keputusan dalam sekejap ini—
Kejar atau mundur?
Seandainya tiga napas sebelumnya, Xue Xiaoren mungkin akan mundur setelah gagal dalam serangan. Tapi tepat saat Qi Xun melompat dari tembok pagar, penglihatan tajamnya menangkap senyum samar yang mengganggu di sudut bibirnya.
Ekspresi licik yang sekilas itu, dalam sorot remang-remang cahaya bulan, seakan menyatu dengan tatapan penuh penyesalan yang pernah ditujukan padanya.
Membuat urat di pelipis Xue Xiaoren berdenyut keras.
Tanpa pikir panjang, ia melesat naik ke tembok. Alih-alih melihat Qi Xun kabur menjauh setelah berpura-pura percaya diri untuk mengusirnya, yang ia saksikan justru sosok itu berdiam tenang di dahan tinggi tak jauh dari tembok.
Dalam pose bersandar di batang pohon, Xue Xiaoren menyaksikannya kembali mematahkan
Sebatang ranting dipegang di tangan, menggantikan posisi yang sebelumnya. Bahkan saat melihatnya mengejar keluar, dia mengayunkan ranting itu dua kali di udara, gerakan yang penuh nuansa memprovokasi.
Hingga ujung ranting yang teracung di udara itu mengarah tepat ke lehernya.
"Tuan yang bersembunyi tapi masih kalah dari ku yang menggunakan ranting sebagai Pedang, jelas tak perlu menampakkan diri." Qi Xun dengan santai menggoreskan ranting. Xue Xiaoren yang semula hendak menyerang balas dengan Pedang, tiba-tiba merasa kakinya seperti terperangkap lapisan embun beku saat bertatapan dengannya, tak mampu melangkah sedikitpun.
Saat pandangan Qi Xun menyapu pedangnya, seberkas ekspresi meremehkan muncul tanpa tedeng aling-aling di wajahnya, "Tapi mungkin tidak menampakkan diri juga ada untungnya. Kalau kau belum mencapai level memetik daun melempar bunga, menggunakan vegetasi sebagai pedang, berani-beraninya membawa sampah besi ke sini. Apa wajahku ini sampai tertulis kata 'silakan serang'?"
"Kau..."
Xue Xiaoren menatapnya dengan mata menyala.
Pedangnya sama sekali bukan sampah besi! Tapi tadi dengan pedang tajam sekalipun ia tak bisa memutus ranting di tangan Qi Xun, malah dikalahkan oleh jurus pedang lambat bernama [Kerbau Tua Gerobak Rusak]. Nyatanya tak jauh berbeda dengan ejekannya.
Justru di saat ini ia mendengar Qi Xun melanjutkan tanya, "Kau datang untuk membunuhku, bukan? Seandainya aku jadi kau, aku akan bersyukur masih memakai topeng daripada menampakkan wajah."
"Tapi memang benar... bersembunyi, itu sudah jadi kebiasaan di profesi kalian. Lagipula tidak semua pembunuh bisa seperti Yi Dian Hong yang tarifnya paling mahal itu, yang punya wajah masih lumayan bisa dilihat. Menurutmu bukan begitu?"
Bukan setan kali!
Xue Xiaoren hampir meledak amarahnya. Padahal sebelumnya situasi sangat menguntungkannya, tiba-tiba berbalik jadi begini. Seberapapun ia ingin berdebat, harus ada bukti konkret.
Dalam kondisi seperti ini, jika ia masih bisa tenang dan menyadari niatan terselubung Qi Xun, maka ia bukan lagi Xue Erye!
Ia hendak mengayunkan pedangnya, menunjukkan semua kemampuan sejati untuk memberi pelajaran pada Qi Xun, tiba-tiba melihat kilau emas-merah melintas dari lengan bajunya.
Tempat seperti itu sebenarnya tidak mungkin menyimpan pedang panjang.
Tapi dalam kemarahan membara, Xue Xiaoren sama sekali tidak bisa membedakan dari mana asal pedang ini.
Yang bisa dilihatnya hanyalah bilah pedang ramping berwarna emas-merah yang tiba-tiba menyala terang benderang ini. Cahaya pedang jatuh melayang dengan cara yang sulit dibayangkan, menyulut lentera-lentera kecil di luar rumah pekarangan seiring dengan menghamparnya sinar tersebut.
Pada detik berikutnya, pedang ini telah mendarat dengan gemerincing disertai cahaya pedang yang belum sepenuhnya mereda, tepat di depan Xue Xiaoren.
"...Apa maksudmu ini?"
Qi Xun: "Kupinjamkan pedang untukmu, kalau tidak sungguh terlalu memalukan untuk dilihat."
Xue Xiaoren yang belajar pedang sejak kecil, selama bukan orang buta, pasti bisa melihat bahwa pedang yang dilempar Qi Xun ini pantas disebut sebagai senjata legendaris zaman ini.
Meski dia tidak tahu bahwa jurus yang digunakan Qi Xun adalah jurus【Matahari Terbit】dari Seni Pedang Tianyu yang cocok dengan Jin Hong Jian, yang terletak tiga jurus setelah garis pemisah Yin Fen Yang Xiao, dia tahu pasti ini senjata yang lebih cocok untuknya daripada ranting di tangannya. Tapi alih-alih menggunakan kain sutra legendaris yang dikabarkan mengalahkan Shi Guanyin, justru menyerahkan senjata sakti kelas dunia ini padanya.
Pedang ini jauh lebih tajam dan mengerikan dibanding Cheng Ying Jian yang disimpan Xue Yiren.
Tapi saat ini, dengan cahaya api dari segala penjuru yang menyala-nyala, mata Xue Yiren yang berubah dari abu-abu menjadi merah keemasan justru memancarkan aura yang semakin garang——
Ini penghinaan macam apa? Dia belum pernah mengalami penghinaan seperti ini!
Siapa pun yang sebelumnya mengatakan padanya bahwa dalam pertarungan melawan seorang pemuda yang usianya kurang dari setengah usianya, dia akan dikasihani sampai lawannya memberikan senjata miliknya sendiri sementara hanya menggunakan ranting pohon sebagai senjata, Xue Xiaoren pasti tidak akan percaya. Tidak hanya tidak percaya, dia bahkan akan menghabisi orang itu.
Siapa sangka hal seperti ini benar-benar terjadi di hadapannya sendiri.
Namun dalam penghinaan pemberian ini, pikiran Xue Xiaoren tiba-tiba menjadi jernih.
Tidak ada dilema antara menerima pedang atau tidak...
Dengan kasar dia melemparkan pedang di tangannya ke samping, lalu meraih Jin Hong Jian dengan
gagangnya.
Gerakan ini semakin memperdalam kemarahannya, namun topeng kayu cendana menutupi senyuman sinis di wajahnya.
Anak muda ini mengira telah menguasai ilmu pedang spiritual yang menggunakan gerakan lambat untuk mengalahkan serangan cepat, bahkan sampai sombong memberikan senjatanya ke orang lain. Kalau dia tidak "membalas budi", bukankah itu berarti mengabaikan "kebaikan hati" lawannya!
Ia tentu ingin menunjukkan padanya bahwa sikap terlalu mencolok dan sombong seorang anak muda yang keluar dan menjelajahi Jianghu tidak membawa manfaat, hanya jalan buntu. Juga ingin memperlihatkan sejauh apa kemampuan seorang pendekar pedang yang luar biasa dalam ilmu pedang jika dipadukan dengan senjata sakti tajam ampuh!
Pikirannya sepenuhnya tenggelam dalam rencana mengubah situasi dengan memanfaatkan sikap meremehkan Qi Xun padanya, serta kemampuan pedang Jin Hong Jian di tangannya yang bisa memotong emas dan memutuskan giok. Ia sama sekali tak menyadari senyum kemenangan yang mulai mengembang di wajah Qi Xun—
Kemenangan kali ini adalah kemenangan nyata yang sesungguhnya.
Bagaimana mungkin senjata sakti yang belum pernah muncul di Jianghu ini—yang diduga menjadi alasan ia membunuh Huang Luzhi dan Xiong Niangzi—kini justru berada di tangan Xue Xiaoren.
Ini menjadi bukti fisik yang kuat.
Xue Xiaoren bahkan tidak menyadari bahwa saat ia mengangkat pedang dan menyerang Qi Xun, gerakan mengayunkan ranting pohon yang membentuk pola bunga pedang dan teriakan keras "Datanglah!" darinya telah menggunakan teknik supernatural "gema perenggut jiwa". Dengan volume suara yang tidak terlalu keras, tiga kata ini tiba-tiba bergema ke seluruh wilayah Wuzheng Villa.
Amarah yang membara, Jin Hong Jian di genggaman, serta provokasi junior ini membangkitkan kenangan memalukan Xue Xiaoren di masa lalu. Saat ini, seluruh pikiran dan pandangannya hanya terfokus pada satu kata—
Bunuh!
Dan harus dibunuh dengan spektakuler!
Lentera-lentera angin yang menyala berderet di kejauhan, mengubah area ini menjadi panggung pertunjukan dalam sekejap, tetap tidak mampu menyadarkannya dari kondisi trance ini.
Orang-orang yang datang karena terkejut oleh teriakan Qi Xun pun tidak membuat Xue Xiaoren menyadari bahwa pilihan terbaiknya adalah melarikan diri, bukan terus bertahan dan terjebak dalam lingkaran ganda lentera yang mengelilinginya.
Aktor ini jelas tidak akan diberi gaji apa pun, bahkan properti bukti kejahatan di tangannya diselundupkan ke dirinya tanpa sepengetahuannya.
Saat Ling Feige, Zhu Zao, Shuai Yifan dan lainnya terganggu dan bergegas ke tempat ini, Di Feijing yang tetap dikendalikan Qi Xun bahkan telah mengambil pedang yang dijatuhkan Xue Xiaoren. Mereka hanya melihat energi pedang memukau meledak dari Jin Hong Jian, menyambut bayangan hitam kurus yang menerjang ke arah Qi Xun. Kilauan emas dan darah menyatu, berubah menjadi hujan pisau dan darah yang beterbangan.
"Pedang itu..." raut wajah Shuai Yifan berubah.
Kualitas pedang bisa langsung ia nilai sekilas. Meski Xue Xiaoren menguasai ilmu pedang melebihi dirinya, ia tetap bisa mengenali serangan maut Lei ini. Ini bukan perhitungan 1+1=2.
Pendekar pedang kelas atas yang dipasangkan dengan pedang legendaris adalah senjata mematikan.
Berdasarkan posisinya saat ini, bahkan bisa dibilang lokasi terdekat dengan area pertarungan pedang dan cahaya, dirinya sendiri merasa tidak punya kecepatan cukup untuk menyelamatkan Qi Xun, begitu pula yang lain.
Namun tiba-tiba ia melihat Qi Xun mengangkat pedangnya secara horizontal, tepatnya sebatang ranting yang dipatahkan tadi-tadi, membentuk jurus pertahanan unik yang berhasil menahan serangan ganas Xue Xiaoren.
Qi Xun tak berniat menjelaskan nama jurus ini pada Xue Xiaoren. Jurus ini berasal dari empat jurus pamungkas ciptaan Xiao Qiushui, dijuluki 【Garis Horizon Lautan dan Langit】 sebagai jurus pertahanan nomor satu di dunia. Namanya terdengar kurang sarkastik dibanding 【Kerobohan Kereta Sapi Tua】.
Saat Jin Hong Jian bertabrakan dengan ranting itu, Xue Xiaoren hampir mengira yang dihadapinya adalah pedang besi, bukan sebatang ranting.
Bahkan terdengar suara dentingan aneh dari titik tumbukan tersebut.
Pada jarak sedekat ini, Xue Xiaoren sulit tidak memperhatikan bahwa cabang ini dilapisi energi pedang es, membuatnya tidak lagi seperti cabang biasa, melainkan menyerupai pedang ramping yang diukir dari es.
Namun saat ini ia sama sekali tak sempat mengamati lebih lanjut, apakah pedang es yang didukung oleh kekuatan internal lapisan kesembilan Mingyu Gong ini sanggup menahan benturan pertarungan sengit macam apa.
Tiba-tiba ia tersadar, jika para pendekar pedang yang tinggal di Wuzheng Villa itu menyerbu bersama, meski menganggap qinggong-nya termasuk yang terhebat di dunia, tetap sulit baginya untuk tidak
terpaksa menyerah tanpa perlawanan dalam kepungan serangan.
Ironisnya, di saat genting ini, pedang es transparan yang juga berpendar merah-emas oleh sorot lampu itu, dalam putaran cahaya pedangnya, telah beralih dari jurus bertahan 【Garis Horizon Lautan dan Langit】 ke jurus lambat 【Kerbau Tua dan Gerobak Rusak】, menjerat Xue Xiaoren yang baru menyadari bahaya di tempat ini.
Satu kali asing, dua kali akrab. Baru saja jurus ini telah memicu kemarahan pemimpin pembunuh ini. Saat Qi Xun menggunakan jurus pedang yang sama lagi, para penonton sama sekali tidak menyadari bahwa ini sebenarnya hasil belajar kilatnya.
Agar pengalihan kesalahan ini tampak sempurna, Pedang Jin Hong harus berada di tangan Xue Xiaoren, disaksikan oleh banyak pasang mata.
Qi Xun juga tidak boleh menampilkan aspek tercepat dari Seni Pedang Tianyu. Maka pilihan terbaik tentu adalah gerakan lambat!
Semakin lambat semakin baik!
Meski harus menggunakan jurus pedang yang belum sepenuhnya dikuasai ini untuk melawan Xue Xiaoren, Qi Xun tidak berniat kalah di hadapannya yang memegang Pedang Jin Hong.
Sebagai perwakilan Istana Air Suci di luar, dengan penonton berkualitas tinggi seperti saat pertunjukan pusaran airnya di gurun, ini saat tepat untuk meningkatkan reputasi Istana Air Suci!
Meskipun sekarang sudah tidak ada kebutuhan untuk meningkatkan level reputasi Istana Air Suci ke Penghormatan dan menukar Token Pemimpin Istana Air Suci, hal ini tidak menghalangi Qi Xun untuk secara naluriah membuat pilihan ini yang telah menjadi kebiasaannya.
Lagipula, jika Xue Xiaoren tidak tewas di bawah pedangnya, bagaimana cara dia mengambil kembali Jin Hong Jian yang dikirim sebagai bukti materiil? Bagaimana membuat dugaan orang-orang menjadi kenyataan tanpa memberi kesempatan Xue Xiaoren membantah?
Xue Xiaoren tidak boleh pergi!
Pedang bercahaya ini menusuk tepat pada bagian lengkungan Jin Hong Jian yang dirancang khusus untuk jurusan pedang Nù Qū Jīnhóng, membuat napas Xue Xiaoren kembali tersendat.
Pedang es yang bergerak lambat namun mantap di hadapannya menyebarkan hawa dingin yang merasuk ke segala penjuru. Yang lebih menakutkan adalah jurus pedang praktisnya tak mampu menghalangi, bahkan perubahan ke jurusan rumit berkecepatan tinggi pun tak sanggup menghentikan gaya tusukan pedang yang terus maju selangkah demi selangkah.
Seperti yang diharapkan Qi Xun, ketika dia menunjukkan situasi yang jelas mendominasi, para penonton yang terbangun dan berdatangan telah berkumpul di sekeliling, siap membantu jika diperlukan, membuat Xue Xiaoren sama sekali tidak punya kesempatan melarikan diri.
Yang lebih penting, mereka memang punya waktu luang untuk mengamati pedang dan pakaian Xue Xiaoren, lalu mulai membayangkan ke arah yang terus diarahkan.
Apakah ilmu pedang Xue Xiaoren hebat? Tentu saja hebat.
Jika lawannya bukan orang seperti Qi Xun, bahkan Shuai Yifan merasa belum tentu bisa mengalahkannya, apalagi Huang Luzhi!
Jurus pembunuhan satu pedang menyegel tenggorokan ini sangat mirip dengan bekas luka di leher Huang Luzhi.
Zhu Zao dan Ling Feige saling memandang, yakin bahwa penilaian ini pasti benar.
Apalagi pakaian Xue Xiaoren saat ini cukup jelas menunjukkan identitasnya -
Tentu saja hanya bisa seorang assassin.
Semuanya cocok!
Sayangnya pendekar pedang yang entah ingin merencanakan apa lagi di Wuzheng Villa ini kali ini menabrak tembok keras.
Bagaimanapun, Qi Xun bukanlah Huang Luzhi atau Xiong Niangzi yang mudah ditaklukkan, melainkan anak emas yang dibimbing oleh Shui Mu Yin Ji, dengan tingkat ilmu pedang yang cukup untuk bertarung dengan pendekar-pendekar top di zamannya.
Mereka yang pernah mengalami peristiwa di Shilin Dongfu juga menyadari bahwa kekuatan Qi Xun tampaknya mengalami peningkatan yang signifikan, namun mereka hanya akan terpana melihat jurus pedang super lambat yang memukau ini, dan merasa bahwa bagi seseorang yang bisa menciptakan pusaran air di gurun, akumulasi kekuatan internal yang lebih cepat bukanlah hal yang terlalu luar biasa.
Paling-paling—
Paling-paling hanya perlu memandangnya sedikit lebih tinggi lagi!
“Ilmu pedang yang luar biasa hebat…” Shuai Yifan bergumam pelan, “Ini agak mirip dengan teknik Tai Chi yang legendaris, atau mungkin ini adalah penerapan unik Ilmu Suci Tian Shui Istana Air Suci terhadap aliran air?”
“……” Gong Nanyan diam membisu.
Ia hampir tak kuasa menahan diri untuk mengguncang bahu Shuai Yifan agar sadar, berharap pria itu berhenti menambahkan kesan buruk seperti menumpuk buff ke Istana Air Suci mereka.
Tapi jelas ia tak bisa melakukan hal tersebut saat ini.
Intuisinya mengatakan bahwa ilmu pedang lembut nan stabil yang digunakan Qi Xun—yang membuat lawan tak berdaya—justru berasal dari buku pedang yang pernah ia lihat sedang dipelajari Qi Xun, bukan sekadar memanfaatkan sifat cairan yang fleksibel untuk menaklukkan pedang kilat.
Ditambah kekhawatiran seorang kakak senior terhadap adiknya, matanya sepenuhnya tertuju pada setiap gerakan gadis berbaju biru yang dikelilingi lentera itu.
Jubah salju yang tertiup angin utara sangat mengganggu pengamatannya. Saat dia berputar di udara dan energi pedang melambat, Gong Nanyan hampir menahan napas, nyaris mengira tusukan yang anehnya begitu mematikan dengan akan mengenai titik vital sebelum jurus pedangnya yang tiba-tiba berubah cepat-lambat.
Dia bahkan melihat saat tiba-tiba menusukkan pedang es, lengan baju awan bergerak dan tangan satunya tiba-tiba mengunci yang tampak sangat tajam itu.
Ini benar-benar seperti taktik berisiko tinggi.
Jantung hampir melompat keluar saat melihat energi pedang dari ujung jarinya yang menekan cepat, samar-samar mengingatkannya pada yang dulu digunakan untuk mengguncang dan memotong jurus pedang .
Ujung pedang Jin Hong Jian yang terjepit lapisan demi lapisan energi pedang, dengan mulus melilit ke telapak tangan Qi Xun, seolah akan direbut dari genggaman Xue Xiaoren sekejap lagi.
Tapi Xue Xiaoren jelas bukan Huang Luzhi!
Seorang pendekar pedang berpengalaman mampu mengeluarkan jurus refleks saat menghadapi situasi kritis!
Napas lega Gong Nanyan langsung tersekat di tenggorokan.
Ia menyaksikan, persis saat Qi Xun hampir berhasil merebut senjata lawan, Xue Xiaoren melakukan gerakan luar biasa cepat.
Tangannya melepaskan Jin Hong Jian ke genggaman Qi Xun, namun dengan gerakan secepat bayangan samar, ia menyambar pedang lentur dari pinggang.
Kombinasi jurus lambat Qi Xun dan jarak dekat saat merebut pedang, membuat kilau perak pedang lentur itu menyambar lehernya dalam jangkauan serangan.
"Adik Senior hati-hati!" Jantung Gong Nanyan hampir berhenti berdetak.
Tapi yang tak terduga, saat cahaya pedang mereda, dia justru melihat pembunuh bermasker kayu cendana itu tersungkur ke tanah dengan garis darah di lehernya, seolah seluruh tenaga tubuhnya lenyap.
Pandangan Gong Nanyan terhalang selubung putih yang berkibar, namun Ling Feige yang datang dari arah lain menyaksikan dengan jelas bagaimana Qi Xun melakukannya.
Persis saat pedang lentur di pinggang musuh itu terhunus - senjata yang sulit diantisipasi - Qi Xun seolah telah memprediksi serangan itu. Bahkan sebelum kilau perak bergulung mencapai target, pedang es tajam di tangannya telah melesat.
Bersamaan itu, Jin Hong Jian yang direbutnya tiba-tiba melengkung dengan cara tak terduga, membentuk busur mematikan.
Energi pedang yang melesat serempak ini tepat menggorok leher Xue Xiaoren.
Bagaimana mungkin Xue Xiaoren menyangka dirinya akan tewas di sini, mati dalam duel ilmu pedang di mana lawan mudanya sudah memberikan kelonggaran.
Sayangnya, dia tidak lagi memiliki sisa tenaga untuk memikirkan masa depannya sendiri.
Tergeletak di tanah, sisa penglihatannya menangkap sepasang sepatu bot panjang berwarna salju yang berhenti di hadapannya - itulah pemandangan terakhir yang dilihatnya.
Qi Xun segera membungkuk dan meraih topeng pemimpin organisasi pembunuh bayaran itu dari wajahnya.
Topeng kayu cendana ungu yang terlepas dari wajahnya, diterangi cahaya terang benderang dari lentera yang sebelumnya dipersiapkan Qi Xun dan kerumunan penonton, menampakkan wajah itu dengan jelas di hadapan semua.
Pasti ada yang pernah melihat wajah ini.
Xue Yiren dan Xue Xiaoren telah berusia sekitar empat atau lima puluh tahun. Meskipun selama bertahun-tahun, yang satu menyepi untuk mencapai level ilmu pedang yang lebih tinggi, sementara yang lain berpura-pura bodoh sambil mengumpulkan kekuatan diam-diam, kekuatan berpengaruh di Jiangnan hanyalah Perkebunan Keluarga Xue, Perkebunan Melempar Cangkir, Taman Panjang Umur dan Berkah, Vila Yongcui, dan paling banyak ditambah Perkebunan Keluarga Shi yang memiliki hubungan perkawinan dengan Keluarga Xue.
Kebanyakan orang yang hadir saat ini adalah mereka yang aktif di Jianghu daripada mengurung diri di rumah, tentu ada yang pernah mengunjungi Perkebunan Keluarga Xue di Jiangnan.
Meskipun mayat Xue Xiaoren yang terbaring disini tidak seperti penampilan yang pernah mereka lihat sebelumnya - tidak mengenakan baju merah bermotif koin emas dengan poni berumbai, tidak
memakai sepatu merah berhias kepala harimau, tidak mengikat kuncir ke atas yang dilumuri minyak rambut mengkilap, maupun mengolesi pipi dengan pemerah pipi merah, penampakan wajah ini tetap langsung dikenali identitasnya.
“Xue Erye!” Seseorang di kerumunan berteriak kaget.
“Ini adalah Xue Erye dari Villa Xue!”
Qi Xun menutupi senyuman yang semakin jelas di sudut bibirnya, sambil menggenggam erat Jin Hong Jian di tangannya.
Kini pedang ini telah menjadi barang rampasan miliknya.
