Seberapapun Yuan Dongyuan marah, hal itu tidak mengubah kenyataan bahwa dalam drama mematikan yang merenggut beberapa nyawa ini, hanya Qi Xun yang mendapatkan rumah sekaligus pedang, bahkan reputasi gemilang yang diakui para senior di dunia persilatan. Pantas disebut pemenang sejati dalam hidup.
Bahkan ia memanfaatkan kesempatan ini untuk menyingkirkan orang yang telah lama ingin dihabisinya.
Leluhur Yuan menutupi dadanya, hampir pingsan oleh kunjungan Qi Xun yang berkedok menjawab keraguan namun menusuk hati. Namun ia tak mau menunjukkan kelemahan di depan Qi Xun, sambil masih memendam harapan kosong—
Kematian Xue Xiaoren di tangan Qi Xun belum tentu berarti sesuatu.
Lagipula Xue Xiaoren bukanlah Xue Yiren.
Apalagi dengan tambahan prestasi membunuh, apakah Qi Xun yang masih di bawah dua puluh tahun ini akan menjadi sombong...
Namun, saat melihat Qi Xun yang berpamitan pergi, dari pipinya yang menghadap ke depan jelas terpancar bukanlah kecerobohan, melainkan cemoohan dingin. Kilau pedang Jin Hong Jian yang dimasukkannya kembali ke sarung pedang menyilaukan matanya hingga perih.
Aura penuh kharisma pada diri gadis itu semakin nyata, sangat berbeda dengan kesan ceroboh dan heroik yang ditunjukkannya saat pertama kali bertemu di kaki Gunung Hua dulu.
Yuan Dongyuan tak percaya kemajuan pesat ini hanya hasil latihan singkat setelah diberi tanggung jawab besar. Ia yakin gadis itu telah memperdayainya dengan sangat matang sebelumnya.
Saat bayangan tubuhnya menghilang dari pandangan, Yuan Dongyuan seperti kehilangan seluruh tenaga, hanya bisa bersandar pada dinding penjara untuk mencegah tubuhnya ambruk.
Dibandingkan dengan kemunculan pedang Jin Hong Jian di sini, serta kenyataan bahwa Paman Kedua Keluarga Xue sebenarnya adalah pemimpin organisasi pembunuh bayaran, kalimat yang paling menghancurkan Yuan Dongyuan sebenarnya adalah pernyataan Qi Xun yang akan mengubah nama Wuzheng Villa menjadi Istana Mingxin.
Memang nama Istana Mingxin terdengar tidak semenarik Wuzheng Villa, tapi apa bedanya?
Ketika nama sebuah kekuatan benar-benar terhapus dari peta dunia persilatan, berapa orang lagi yang akan mengingat kejayaan masa lalunya?
Semakin Yuan Dongyuan memikirkannya, semakin hancur hatinya.
Ketika penjaga penjara yang pernah menerima suapnya datang memeriksa keadaannya, nyaris mengira dia sudah meninggal dalam diam.
Tapi nyatanya dia belum mati, dan masih harus menunggu untuk menerima pengadilan.
Adapun Qi Xun, dia sama sekali tidak memiliki konsep menghormati orang tua - khususnya merujuk pada leluhur Yuan jenis ini -
Terhadap senior berbudi luhur seperti Zhang Sanfeng, Fang Geyin, atau Zhu Zao, dia tetap sangat menghormati.
Urusan masa depan Yuan Dongyuan tidak ingin dia campuri, namun janji yang sudah dibuat harus ditepati. Sebelum berangkat dari Wuzheng Villa, dia sendiri menulis empat karakter "Istana Mingxin" dan memerintahkan pembuatan plakat baru tersebut.
"Pemuda masa kini sungguh mengagumkan..." gumam Zhu Zao sambil mengamati empat karakter yang ditulis Qi Xun. "Seandainya tidak pantas merebut milik generasi muda, dua karakter 'Ming Xin'-mu ini ingin kumiliki."
Ling Feige juga berpikiran sama.
Sebelum datang ke Wuzheng Villa, dia tak menyangka Qi Xun memiliki keahlian ilmu pedang setinggi ini. Seperti Xue Xiaoren yang tahu pedang lambat Qi Xun tidak biasa, meski belum menggunakan jurus【Yu Shi Ju Fen】(Batu Giok Hancur Bersama) yang legendaris dari empat jurus Xiao Qiushui, atau jurus kilat【Shan Dian Jing Hong】(Kilat Membelah Langit), bahkan belum memperlihatkan Seni Pedang Tianyu yang sudah dikuasainya dengan sempurna menggunakan Selendang Bai Zhang Han Guang – semua itu tidak menghalanginya menempatkan kemampuan pedang gadis ini setara dengan Xue Xiaoren.
Namun saat melihat Qi Xun menulis empat karakter ini, Ling Feige menyadari dirinya masih meremehkannya.
Umumnya mereka yang mencapai level tertentu dalam realm Martial Arts, akan memancarkan aura unik melalui goresan tinta. Contohnya prasasti di paviliun dekat sumur teh di Vila Yongcui milik Keluarga Li di Huqiu, merupakan perpaduan antara ilmu pedang Li Guanyu dan seni kaligrafi.
Ilmu pedang Qi Xun yang tenang namun mengandung keunikan tersendiri, termanifestasi dalam karakter "Ming Xin" yang memancarkan aura pencerahan spiritual dan daya tarik khusus setelah terobosan teknik Mingyu Gong mencapai lapisan kesembilan.
Sejujurnya, gelar Wuzheng Villa adalah pemberian komunitas dunia persilatan untuk Yuan Qinggu kala itu, jauh lebih megah dibanding nama Istana Mingxin yang diciptakan sendiri oleh Qi Xun.
Tapi sama sekali tidak mengurangi kesan saat dua karakter ini terpampang,
justru terasa sangat cocok untuknya.
Ling Feige merenungkan makna "pencerahan batin" ini, tak terhindarkan membandingkan dengan ayah-anak pemilik Wuzheng Villa—
“Ayah yang melakukan banyak perbuatan tidak bermoral, sedangkan sang anak malah pergi berpetualang hidup-mati bersama Shi Guanyin. Pemberian nama villa seperti ini oleh Qi Xun seolah-olah dengan tegas menancapkan Wuzheng Villa di tiang aib.”
“Tapi mungkin kedua karakter ‘Ming Xin’ ini justru mencerminkan bimbingan dan harapan Shui Mu Yin Ji terhadapnya, sepertinya tidak ada masalah.”
“Andai aku memiliki murid seperti ini, hidupku sudah tidak ada penyesalan.” Saat rombongan bersiap berangkat ke selatan, Ling Feige berbincang santai dengan Shuai Yifan.
“Kata-kata itu harusnya kau sampaikan pada Nyonya Yinji,” balas Shuai Yifan.
Matanya menyapu ke arah Qi Xun. Gadis ini... benar-benar tidak mengikuti jalan biasa.
Meski Shuai Yifan jarang tinggal di utara, bukan berarti dia tidak mengenal fauna sekitar Taiyuan, Shanxi. Setidaknya, dengan reputasinya di Jianghu, dia bisa bersumpah: Di sini pasti tidak ada harimau jenis ini!
Harimau putih besar yang dipelihara dengan teliti ini, bulunya memancarkan kilauan emas dan perak di bawah sinar matahari, Qi Xun mengatakan bahwa dirinya baru saja bosan keluar untuk jalan-jalan ke bukit belakang dan langsung "klop" dengan si harimau lalu membawanya pulang, serta kini membawanya ikut dalam rombongan—omong kosong seperti ini jelas tidak ada yang percaya.
Mengatakan ini untuk menipu hantu?
Tapi bagaimanapun ini hanya masalah seekor mount, tidak mau membuka asal-usulnya juga tidak masalah.
Shuai Yifan merasa hal seperti ini tidak perlu dipermasalahkan, sayangnya di antara rombongan ada Jin Lingzhi si polos yang benar-benar percaya harimau putih besar Qi Xun ini memang "dipetik" dari bukit belakang, dan di tengah pengertian diam-diam orang lain, ia sungguh mempercayai kebohongan ngawur Qi Xun ini.
Jin Lingzhi mengendarai kuda jantan yang gagah mengelilingi "Da Bai" dua kali.
Mungkin karena mount harimau milik Qi Xun itu terlihat persis seperti kucing besar, dan sangat jinak di hadapannya, kuda mount berkualitas unggul milik Jin Lingzhi ini juga tidak takut pada Harimau Putih Besar tersebut.
"Kalau terus berputar seperti ini, aku benar-benar akan pusing." Qi Xun bercanda padanya.
"Aku sedang berpikir, bagaimana jika aku juga pergi ke bukit belakang Wuzheng Villa... eh bukan, ke bukit belakang Istana Mingxin. Mungkinkah aku bisa mendapatkan mount seperti ini?" Sorot mata Jin Lingzhi dipenuhi keinginan yang tak tersembunyikan.
"Kalau begitu kamu bisa tinggal untuk membantu Kakak Senior Gong Nanyan." Qi Xun berpikir dengan serius sejenak sebelum memberikan jawaban.
Dalam perjalanan ke selatan kali ini, Gong Nanyan tidak ikut bersama mereka.
Tanggung jawab Gong Nanyan tidak sedikit. Plang nama Istana Mingxin belum dipasang, para gadis yang baru menyelesaikan pelatihan dasar ilmu bela diri juga belum terbiasa. Meski tahu perjalanan Qi Xun ke utara-selatan ini mungkin tidak akan memakan waktu lama, Gong Nanyan memutuskan untuk tetap tinggal.
Dengan tegas dia mengirim surat lagi ke Istana Air Suci. Saat Qi Xun kembali, mungkin akan terlihat pemandangan yang diharapkannya: beberapa kakak senior direkrut sebagai tenaga kerja tambahan.
Mempertimbangkan meski Qi Xun memiliki prestasi tempur yang gemilang dan status sebagai bintang baru di utara, tetap ada risiko gangguan saat kepergiannya. Setelah berdiskusi dengan Gao Yanan, dengan syarat kerjasama saling mendukung antara Istana Mingxin dan sekte Gunung Hua, Kakak Senior Utama sekte Gunung Hua ini diminta menjaga tempat ini.
Meskipun sebenarnya Gong Nanyan masih memiliki cheat, selama dia berada di dalam Istana Mingxin, dia dapat mengaktifkan efek dari Token Pemimpin Istana Air Suci dengan persetujuan Qi Xun saat peringatan darurat diperlukan. Tapi secara keseluruhan, lebih baik ada tambahan orang sebagai pengaman ekstra.
Ditambah Liu Banfeng juga tinggal di Istana Mingxin, meskipun Qi Xun telah meninggalkan materi pembelajaran untuknya, tetap diperlukan seseorang untuk memberikan bimbingan tambahan.
Tanggung jawab Kakak Senior Gong sudah sangat berat, jadi saat ini saatnya memanfaatkan Gao Yanan.
Dengan demikian, yang menemani Qi Xun ke selatan adalah Jin Lingzhi dan Hua Zhenzhen.
Ilmu Pedang Gunung Hua milik Hua Zhenzhen dalam kondisi puncak tidak kalah dari Xue Yiren. Meskipun sekarang belum mencapai tingkat kematangannya yang sebenarnya, hal ini tidak menghalangi Qi Xun untuk membalas budi Sekte Gunung Hua. Dia berharap melalui perjalanan ini, Hua Zhenzhen bisa mendapatkan pencerahan setelah bertemu langsung dengan pendekar pedang nomor satu di dunia yang termasyhur itu.
Tapi Hua Zhenzhen memang tidak suka banyak bicara, jadi yang paling lincah adalah Putri mereka ini.
Saat mendengar Qi Xun
mengatakan bahwa dia bisa membantu Gong Nanyan, Jin Lingzhi yang awalnya polos kini menyadari: kecil kemungkinannya dia bisa melihat Harimau Putih Besar kedua di bukit belakang Istana Mingxin, paling-paling hanya tinggal sebagai asisten Gong Nanyan.
Dia mengangkat alis, "Kalau begitu lebih baik tidak. Dalam perjalananmu ke selatan ini, harusnya kamu mampir ke Taman Panjang Umur dan Berkah kami. Aku kan setengah tuan rumah di sana, akan aneh kalau aku tidak ada."
Kalimatnya terdengar lebih jelas oleh Qi Xun yang berada di dekatnya, namun tiga kata "tuan rumah" yang diucapkan Jin Lingzhi dengan penuh keyakinan justru sampai ke telinga Li Yuhan yang berada agak jauh.
Kematian Huang Luzhi dan Xiong Niangzi berhasil dibebankan kepada Xue Xiaoren melalui taktik Qi Xun menyalahkan pihak lain.
Mengapa kedua orang ini bisa lebih dulu masuk ke ruang rahasia Wuzheng Villa tidak perlu dibahas lagi, pada dasarnya ini adalah orang-orang yang dibawanya mati di tangan keluarga Xue, sama seperti tamparan di muka Vila Yongcui miliknya.
Sepanjang tahun-tahun Li Guanyu menjalani masa pensiun, omongan tentang persaingan antara Vila Yongcui dan Xue Manor sudah tidak relevan lagi, tapi yang pasti bagi Li Yuhan, hubungannya dengan Xue Bin sama sekali tidak baik.
Mereka semua berada di wilayah Jiangnan yang tidak terlalu luas, ditambah Xue Bin yang gemar menikmati bunga dan sering bolak-balik ke Kota Suzhou, tak jarang menggunakan pengaruh ayahnya yang berkuasa untuk menekan Li Yuhan.
Meski Li Yuhan merasa pemikiran ini agak ekstrem, setelah mengalami kasus Nan Gongling dan perubahan di Wuzheng Villa dimana dia sama sekali tidak berkontribusi bahkan kehilangan dua tamu keluarganya, sulit untuk tidak mengembangkan kecenderungan ekstrem dalam sifat dan wataknya.
Begitu Jin Lingzhi menyebut "tuan rumah", dia langsung teringat——
Jika Taman Panjang Umur dan Berkah bisa menjadi tuan rumah, mengapa Vila Yongcui tidak bisa?
Semakin dipikir, semakin yakin: Jika bisa menyerang Xue Yiren, kenapa tidak undang mereka yang punya posisi penuntut untuk menginap di Vila Yongcui? Ini kesempatan memulihkan reputasi villa tersebut.
Taman Panjang Umur dan Berkah memang tak butuh reputasi tambahan.
Anak-anak perempuan, anak laki-laki, dan menantu Nyonya Jin yang kompeten, plus cucu seperti Jin Lingzhi yang langsung mencolok kehadirannya, membuat klaim "panjang umur dan berkah" sangat meyakinkan.
Tapi dia berbeda.
Kondisi ayahnya mungkin sudah tak bisa membaik. Meski bingung apakah ide ini termasuk "naik kelas lewat orang lain" atau sekadar pemasaran palsu, dia tetap merasa layak dicoba.
“Tetapi kata-kata ini tidak berani dia sampaikan langsung ke hadapan Qi Xun. Bagaimana mungkin? Di diri lawannya itu, dia melihat aura mengintimidasi yang sangat mirip dengan ayahnya sendiri – kemampuan memimpin dan menguasai yang luar biasa.”
Jadi dia menemui pamannya.
Ling Feige langsung membaca niat tersembunyi Li Yuhan.
Sejak Li Guanyu jatuh sakit, tindakan keponakannya ini semakin memperjelas: pria ini jelas bukan tipe yang bisa bertahan di Jianghu dengan kemampuan sendiri.
Rencananya kini semakin jelas.
“Apa rencanamu awalnya hanya mengundang kami menginap sementara di Vila Yongcui karena melewati Huqiu, lalu menggunakan alasan Xue Yiren yang bersalah untuk memaksanya datang mengurus jenazah adiknya ke sini, bukan kami yang mendatanginya?”
Ling Feige dengan wajah muram membuat Li Yuhan baru tersadar bahwa dirinya telah menyinggung perasaan orang. Ia mendengar sang paman melanjutkan, "Biar saya tebak, pasti masih ada orang lain yang bisa kau undang. Misalnya Tuan Zuo Er yang bisa dianggap rival Xue Yiren. Saya ingat ada perjanjian duel antara mereka setelah urusan pernikahan anak-anak selesai. Jika Xue Yiren ketahuan bersalah, tentu harus mengundang Tuan Zuo Er sebagai saksi."
"Bagus sekali! Cucu kesayangan Nyonya Jin dari Taman Panjang Umur dan Berkah ada di sini. Tuan Zuo Er dari Perkebunan Melempar Cangkir telah kau undang. Keluarga Shi yang tak jauh dari Vilamu Yongcui pasti akan datang baik untuk mendukung keluarga besan maupun menonton keributan. Tapi nanti orang-orang Jiangnan mungkin tak tahu bahwa Wakil Pemimpin Istana Qi-lah yang memulai ekspedisi ke selatan ini untuk menuntut penjelasan Xue Yiren. Malah kau sebagai pewaris Vila Yongcui yang mengundang orang-orang, terlihat seperti pemimpin utama, bukan?"
Saat mengucapkan tiga kata terakhir, nada bicara Ling Feige tiba-tiba
Suasana yang hampir seperti interogasi.
Kapan pernah Li Yuhan melihat pamannya sendiri menunjukkan raut wajah seperti ini padanya, apalagi dengan nada bicara seperti itu.
"..." Sebenarnya dia bahkan tidak terpikir untuk mengundang Tuan Zuo Er, namun gelagat ketertarikan yang terpancar dari wajahnya saat Ling Feige menyebutkan hal ini, tidak luput dari pengamatan lawan bicaranya.
Ini hampir sama saja dengan pengakuan diam-diam!
Kata "Setuju" yang terdesak keluar dari mulutnya terdengar selirih embusan angin, tapi tetap tertangkap jelas oleh Ling Feige.
Maka di detik berikutnya, Li Yuhan mendengar suara "brak" yang nyaris membuatnya melompat kaget.
Itu adalah bunyi pedang Ling Feige yang dihempaskan ke meja!
Benturan pedang ganda Yuan Yang yang hampir bersamaan dengan meja ini tentu menghasilkan suara dua kali lipat. Baru saja Li Yuhan pulih dari keterkejutannya, dia langsung melihat Ling Feige menatapnya dengan pandangan penuh kekecewaan, "Bagaimana mungkin Li Guanyu punya anak tidak berguna sepertimu?"
Sebelumnya Ling Feige sangat iri pada Shui Mu Yin Ji yang memiliki murid berbakat. Kini melihat Li Yuhan yang juga termasuk junior dari keluarganya sendiri, bukannya belajar baik-baik dari orang lain malah main akal-akalan kotor. Ling Feige semakin kesal, dari segala sudut dilihatnya Li Yuhan ini sungguh tidak menyenangkan.
“Seandainya aku adalah ayahmu, aku pasti sudah melompat marah karena ulahmu.” Ling Feige melanjutkan dengan suara berat, “Jika kau benar-benar berani mengatakan hal seperti itu di depan Wakil Pemimpin Istana Qi, jangan salahkan pamanmu ini yang menganggapmu akan merusak reputasi ayahmu di masa tuanya. Aku akan mengurungmu di dalam kamar! Adik perempuanku sudah meninggal sejak lama, sedangkan suaminya dalam kondisi seperti ini. Sebagai orang yang lebih tua, wajar jika aku mengurusmu.”
Melihat keponakannya yang ketakutan itu, Ling Feige tak kuasa menasihati lagi, “Yuhan, tujuh tahun lalu saat ayahmu belum tertimpa musibah, aku pernah berdiskusi dengannya tentang ilmu pedang Jianghu. Kau pasti juga mendengar perkataannya waktu itu: Hati yang lurus akan menghasilkan pedang yang lurus, hati yang bengkok akan menghasilkan pedang yang bengkok—”
“Jangan sampai kau menyimpang ke jalan sesat. Jika sampai terjadi, meski ayahmu tak bisa bicara, aku punya cara untuk mencabut gelarmu sebagai pewaris Vila Yongcui.”
Li Yuhan tergagap-gagap menjawab, “Aku mengerti, Paman. Jangan khawatir.”
Qi Xun tidak tahu bahwa Li Yuhan baru saja muncul dengan ide untuk memanfaatkan reputasi Qi Xun guna meningkatkan reputasi dirinya sendiri dan Vila Yongcui, namun hal ini langsung diredam oleh Ling Feige.
Ling Feige yang dijuluki "Pedang Ganda Tak Terkalahkan yang Mengguncang Timur" jelas bukan orang bodoh.
Saat rombongan ini melewati Danau Tai dan menyaksikan pemandangan pulau berawan asap dengan burung-burung beterbangan di senja hari, Ling Feige melirik Li Yuhan diam-diam, memastikan tidak ada niatnya untuk memanfaatkan rombongan ini.
Melihat Qi Xun memandang ke arah Huqiu dan menyebutkan tentang bayangan pagoda di sana, Ling Feige hanya berkomentar dengan nada haru: "Sayang Kakak Guanyu tidak bisa bergerak sekarang, kalau tidak pasti sangat ingin bertemu bintang baru seperti dirimu."
“Kini memang waktu terbaik untuk menikmati pemandangan di Huqiu,” mendengar ketertarikan Qi Xun pada Vila Yongcui, Ling Feige melanjutkan: “Saat langit musim gugur, air Kolam Pedang dingin, daun merah di atasnya, benar-benar pemandangan indah. Pedang Jin Hong yang baru didapat Wakil Pemimpin Istana Qi ini, mungkin akan lebih tajam setelah dicuci di Kolam Pedang. Setelah urusan Perkebunan Keluarga Xue selesai, saya sendiri akan menemani Wakil Pemimpin Istana ke Vila Yongcui.”
“Bagus sekali,” jawab Qi Xun sambil tersenyum, “Di Istana Air Suci kami ada ilmu bela diri yang unik, mungkin nanti bisa membantu Senior Li memeriksa metode penyembuhan.”
Qi Xun merasa situasi saat ini mirip seperti dirinya yang baru populer, Li Yuhan ingin ikut menumpang ketenaran, sementara Ling Feige yang bertindak sebagai pengasuh sekaligus manajer ini sangat visioner, dengan tegas mencegahnya melakukan hal tersebut.
Perumpamaan ini mungkin kurang tepat, namun tidak menghalangi Qi Xun untuk merasa bahwa Ling Feige adalah senior yang sangat menarik.
Li Guanyu jelas merupakan sosok senior dengan integritas moral tak tertandingi di Jianghu.
Mengabaikan keberadaan Li Yuhan sebagai anaknya, dengan reputasi kedua orang ini, sudah sepantasnya Qi Xun berusaha menyelamatkan Tuan Zhuang Vila Yongcui.
Seperti yang dipikirkan Ling Feige, Qi Xun juga merasa saat ini tidak tepat mengunjungi Vila Yongcui.
Kematian Xue Xiaoren dengan tindakan membunuh banyak burung dengan satu panah, memberinya alasan untuk menghadapi Xue Yiren secara langsung, sekaligus meningkatkan Reputasi Istana Air Suci dari utara ke selatan.
Urusan tambahan satu langkah lagi buat apa? Langsung datangi saja!
Maka memang tidak ada niatnya untuk tinggal di Vila Yongcui, melainkan langsung meneruskan perjalanan ke selatan melewati Kota Suzhou.
Saat melintasi kota, karena harimau putih tidak boleh masuk ke dalam kota, dan dia juga ingin melihat pemandangan kota Suzhou kuno, akhirnya dia menyuruh "kucing besar" berkeliling sendiri di luar, sementara dia masuk ke kota dengan berjalan kaki. Ketika berpapasan dengan seorang gadis yang menjual bunga melati dengan keranjang, dia berhenti sejenak, mengeluarkan beberapa koin tembaga dari kantong uangnya, dan membeli dua ikat bunga.
Dua ikat bunga ini, satu diberikan kepada Jin Lingzhi, satu lagi kepada Hua Zhenzhen.
Jin Lingzhi yang telah bergabung dengannya mencibir, "Kamu memang sangat adil, tidak memihak sedikitpun."
"......" Qi Xun merasa, saat dia mengatakan ini seharusnya tidak perlu menggenggam bunga itu begitu erat, seolah khawatir si pemberi bunga akan merebutnya kembali.
Putri keluarga Jin sama sekali tidak menyadari kekaguman Qi Xun, hanya menaikkan dagunya dengan angkuh, "Tapi aku tidak punya banyak teman, bunga ini pasti akan kujaga baik-baik."
“Apakah kamu tidak merasa mirip dengan harimau putih besar ini?” Hua Zhenzhen tiba-tiba berbicara.
Karena Qi Xun meninggalkannya sendiri di kota, harimau yang sudah dijinakkan ini menunjukkan sifat manusiawinya. Dengan sikap manja seolah tidak mau akur lagi, setelah dipasangi bunga di kepala akhirnya menggosok-gosokkan kepalanya ke telapak tangan Qi Xun dengan enggan, lalu tetap menjadi "mount" yang paling setia.
Jin Lingzhi bingung bertatapan dengan kucing besar yang sangat dia idamkan, sama sekali tidak mau mengakui bahwa dia benar-benar melihat kemiripan di situ.
Dia tidak sebodoh itu!
Tapi tindakannya justru terlihat seperti mengaku sendiri tanpa disuruh.
"Jin Lingzhi langsung menyembunyikan buket bunga itu di belakang punggungnya, lalu mendengar Qi Xun berkata: "Kota Suzhou ini benar-benar unik. Cuaca hari ini cukup baik dan mulai menghangat. Saat aku masuk kota tadi membeli bunga, gadis-gadis penjual bunga itu berjalan tanpa alas kaki dengan selop kayu, bersantai sesuka hati. Ini juga bisa dianggap sebagai pemandangan indah di kota.""
Ini mungkin perubahan yang dipengaruhi oleh keberadaan dunia silat.（*）
"Jangan kira gadis Jiangnan tidak segesit gadis utara," jawab Jin Lingzhi saat mendengar komentarnya tentang keunikan Suzhou, "Ini ciri khas daerah sini. Waktu terakhir ke Suzhou, aku sengaja membuat selop kayu berlapis emas untuk dicoba.""
"Sekarang aku rasa julukan Phoenix Api tidak cocok untukmu," Qi Xun memiringkan kepala sambil tertawa, "Harusnya Phoenix Emas.""
Tanpa pengaruh Yuan Suiyun, sifat ceria dan bersemangat Jin Lingzhi ini benar-benar sulit untuk tidak disukai.
Sama-sama putri mereka, setidaknya kesan Jin Lingzhi di mata Qi Xun jauh lebih baik dibandingkan Xue Honghong dari Perkebunan Keluarga Xue.
Sebelum bertemu Xue Yiren, mereka memang lebih dulu bertemu putri tertua keluarga Xue yang sudah menikah ke Perkebunan Keluarga Shi.
Yang menemani dia adalah mertuanya, Nyonya Hua Jin Gong Yin Dan (Panah Emas Peluru Perak).
Berita kematian Xue Xiaoren dan organisasi pembunuh rahasia yang dibentuknya sudah dikirim ke Perkebunan Keluarga Xue sejak kedatangan Qi Xun, seharusnya sudah sampai di tangan Xue Yiren.
Tapi melihat kedua wanita ini duduk dengan gagah di jalan menuju Perkebunan Keluarga Xue, Qi Xun menduga surat itu mungkin disadap Xue Honghong alih-alih sampai ke Xue Yiren.
Qi Xun melompat turun dari punggung harimau, sambil membelai kepala binatang itu.
Mengingat reputasi Desa Shi yang terkenal takut istri, bahkan di wilayah Jiangnan dijuluki "Desa Auman Singa", Xue Honghong dan Hua Jingong termasuk dalam kategori "harimau betina" terkemuka di Jiangnan. Kini berpapasan di jalan sempit, ternyata harimau vs harimau, pemandangan ini sungguh menarik, tanpa sadar senyum mengembang di wajah.
"Apa yang kau tertawakan?"
Di tangan Xue Honghong tergenggam dua pedang.
Dibanding Xue Bin, bakatnya dalam ilmu pedang sebenarnya lebih menonjol, meski tetap tak bisa menandingi Xue Yiren dan Xue Xiaoren, apalQi Xun dan Hua Zhenzhen. Hanya bisa dibilang punya sedikit keahlian.
"Tamu datang dari jauh, beginikah cara Keluarga Xue menyambut tamu?" jawab Qi Xun dengan santai, sementara matanya menyapu pandang ke kejauhan.
Di balik rangkaian pegunungan yang membentang, perkebunan Keluarga Xue menampakkan ujung menara yang menyembul, bagai
terlepas dari dunia fana dalam kabut awan dan gunung.
“Ayah saya sedang retret meditasi, kebenaran urusan Pam Ershu harus menunggu beliau keluar retret dulu baru bisa diputuskan. Sebelum itu, kalian tidak boleh naik ke gunung!”
Xue Honghong sering menggunakan nama ayahnya untuk bertindak, kali ini pun nada bicaranya tak luput menunjukkan kesombongan.
Ditambah sebelumnya dia memang kaget saat menerima surat, tapi sekarang sudah memanggil mertuanya untuk membekingi. Menghadapi gadis muda seperti ini, Xue Honghong merasa ini kesempatan emas membuktikan kemampuan diri di saat ayahnya retret, agar dia dipandang lebih.
Xue Honghong yakin dirinya lebih berbakat daripada Xue Bin, apalagi setelah dua tahun berjaya di Shijiazhuang.
Mendengar kabar Xue Bin belakangan jarang pulang plus desas-desus aneh, ditambah urusan Xue Xiaoren, akhirnya dia memutuskan untuk menyembunyikan informasi dan lebih dulu menghadapi tamu-tamu ini.
Kemampuan ilmu bela diri yang bisa membunuh paman keduanya jelas tidak biasa, tapi kemampuan mertuanya juga luar biasa. Busur emas Jin Gong yang telah terkenal selama bertahun-tahun bisa menembakkan peluru perak dari jarak jauh, sementara dari jarak dekat bisa menggunakan gagang busur untuk menekan titik akupuntur. Sungguh ahli yang langka.
Dia merasa sudah memegang kemenangan, berniat membujuk mereka untuk berhenti, mengambil jenazah pamannya, lalu berdiskusi tentang penyelesaian masalah secara diam-diam. Tapi ketika mengangkat nama ayahnya yang sedang bertapa, efeknya ternyata tidak sekuat yang dia harapkan.
Secara refleks matanya beralih ke wajah Hua Jin Gong. Wanita yang biasanya suka memerintah dengan seenaknya ini justru menunjukkan raut wajah penuh keraguan. Pandangannya menyapu tamu-tamu yang terdiri dari orang tua renta dan anak-anak kecil - perbedaan usia yang ekstrem - seolah melihat pemandangan yang mustahil baginya.
Hua Jin Gong jelas bukan Xue Honghong.
Dia tidak seperti Xue Honghong yang memiliki ayah sehebat itu. Keahlian bertarungnya dan reputasi menyeramkan dari Golden Bow and Silver Bullets diperoleh melalui pertarungan nyata. Meski belum tentu mengenal semua tokoh terkenal di dunia persilatan, setidaknya dia pernah mendengar nama-nama mereka.
Dia sudah mengenali beberapa tokoh yang tak bisa dia lawan dari antara para pendatang ini!
Surat kunjungan itu juga pernah dia baca, tapi tidak disebutkan bahwa mereka akan ikut serta!
Hua Jingong tiba-tiba mulai meragukan keputusan datang untuk mendukung Xue Honghong. Dia mendengar Qi Xun berkata dengan nada yang terdengar lembut tapi menyimpan ancaman: "Nona Xue, jika kau tidak ingin menjadi sandera, atau membuat peti mati di belakang kami bertambah satu lagi, sebaiknya jangan lakukan hal bodoh seperti ini."
Tiba-tiba dia tersenyum cerah, "Saya ingat di surat yang saya kirim sudah mencantumkan identitas. Di bawah ini berasal dari Istana Air Suci, juga sebagai Tuan Zhuang Istana Mingxin saat ini, hari ini membawa jenazah Paman Xue Kedua datang, meminta senior Xue Yiren memberikan penjelasan pada Jianghu."
"Istana Mingxin apa..." Sama sekali belum pernah dengar.
Xue Honghong tak bisa menahan gumaman.
Lagipula Istana Air Suci sudah termasyhur, apakah Perkebunan Keluarga Xue kami kalah?
Hua Jingong belum sempat menyampaikan dugaan mengerikannya pada Xue Honghong, Putri mereka yang sebelum menikah mengandalkan nama ayahnya untuk bertindak semena-mena, setelah menikah menemukan kepercayaan diri dari suami pengecut ini, sudah mengarahkan sepasang Pedang Feihong ke Qi Xun, jelas ingin membuat lawan mengundurkan diri.
Sial! Ekspresi Hua Jingong berubah drastis.
Yang membuatnya semakin panik adalah, dua energi pedang dari ujung jari Qi Xun menyambar, diikuti suara retakan nyaring dari Pedang Feihong yang tak mampu menahan tekanan itu.
Serangan santainya tak hanya mematahkan serangan Xue Honghong, bahkan memantulkan tubuhnya ke belakang bersama hembusan angin dari kibasan lengan. Hua Jingong nyaris ikut terjatuh saat berusaha menahan tubuh putrinya.
Betapa luar biasa penguasaan ilmu tenaga dalamnya!
Namun sesuatu seperti kain sutra dari lengan Qi Xun menyangga punggungnya, mencegahnya jatuh tersungkur. Kain itu secepat kilat ditarik kembali saat ia melepaskan pegangan pada Xue Honghong.
Di wajah Qi Xun, Hua Jingong melihat aura berwibawa yang sama sekali tidak mengandung kesombongan atau niat merendahkan.
Kekalahan dari junior tidak membuat Hua Jingong kehilangan akal. Matanya berkeliling, dia sudah mulai memahami watak Qi Xun.
Meski bicara tentang Xue Hong
Hong yang menghalangi akan jadi sandera atau mayat, sebenarnya dia tidak datang ke Perkebunan Keluarga Xue untuk membantai...
Kekhawatirannya mulai mereda.
"Kau..." Xue Honghong baru hendak bicara langsung dipotong oleh Hua Jingong.
"Putri Muda Istana Air Suci datang dari jauh. Kami telah bersikap kurang sopan tadi. Ayah mertuaku sedang retret untuk memahami pedang, pasti banyak yang ingin mengganggu perkebunan ini. Menantu perempuanku wajar merasa tegang," Hua Jingong menunjuk ke arah gunung, "Silakan Putri Muda dan rombongan masuk. Maafkan ketidaksopanan Perkebunan Keluarga Xue."
"Hanya saja waktu keluar dari retret tak bisa dipastikan. Kami harus merepotkan Putri Muda untuk menunggu beberapa hari."
“Ini tidak masalah.” Qi Xun menjawab, “Tempat persembunyian pendekar pedang nomor satu di dunia pasti memiliki manfaat besar bagi ilmu pedang. Sebagai generasi muda, aku tidak terlalu mahir dalam hal ini. Tapi yang datang bersamaku ada Senior Shuai sang Tuan Zhaixing, Senior Ling dengan Pedang Ganda Yuan Yang, Senior Xiao Shi dengan Pedang Giok, serta Tuan Muda Li dari Vila Yongcui. Ada juga gadis Hua Zhenzhen, keturunan langsung leluhur Hua Qiongfeng dari Gunung Hua. Mereka semua berbakat luar biasa dalam ilmu pedang. Karena Tuan Zhuang Xue sedang bertapa, kami ingin meminjam tempat ini untuk berlatih ilmu pedang. Mengingat Putri mereka Xue ada di sini, pastinya ada yang bisa mengajak kami melihat koleksi pedang Tuan Zhuang Xue, bukan?”
Saat Qi Xun mengatakan dirinya tidak mahir dalam ilmu pedang, Hua Jingong yang baru saja melihatnya dengan mudah mengalahkan Xue Honghong tidak bisa menahan kedutan di alisnya.
Saat mendengar dia memperkenalkan identitas orang-orang di belakangnya, alisnya hampir mulai bergetar. Ketika lawan tiba-tiba mengungkapkan niatnya, dia merasa mungkin mengalami halusinasi.
Tidak bisa bertemu pendekar pedang nomor satu, lalu meminjam tempatnya untuk latihan bertarung dan diskusi pedang – operasi macam apa ini?
Sikap lawan yang begitu penuh keyakinan... sepertinya bukan pertama kalinya melakukan hal semacam ini.
Sementara Qi Xun merasa telah menemukan lokasi terbaik untuk meningkatkan reputasi, dengan santai menikmati koleksi pedang termasyhur Xue Yiren seperti Bajang Tongkat Tembaga Delapan Penjuru, Zhao Dan, Cheng Ying di Perkebunan Keluarga Xue, serta mengundang Tuan Zuo Er dan Nyonya Jin, sebuah kapal laut merapat di dermaga Songjiang.
Kapal ini terlihat biasa saja dari luar, bahkan berlabuh di waktu tersibuk dermaga. Secara logika seharusnya tidak menarik perhatian, tapi ketika penumpangnya turun, sulit mengabaikan aura kuat dari dua orang yang berjalan di depan.
Seorang wanita berpakaian sederhana, terlihat sudah berumur namun masih memiliki rambut hitam yang indah. Sulit menebak usianya dari penampilan luar, hanya terasa aura menggentarkan yang membuat orang seakan melihat gunung tinggi yang mustahil didaki, meski posturnya tidak terlalu tinggi.
Orang yang berdiri sejajar dengannya mengenakan baju putih. Ekspresi wajahnya yang terlalu kaku membuatnya terlihat seperti pertapa, namun fitur wajahnya yang tajam dan penuh wibawa menghapus kesan tersebut. Lebih cocok disebut sebagai pemimpin yang menguasai suatu wilayah daripada pertapa.
Di belakang mereka mengikuti sekelompok wanita yang semuanya mengenakan pakaian hitam.
Kelompok yang unik ini tidak berlama-lama di tempat. Di bawah tatapan penasaran orang sekitar, mereka segera menghilang dari dermaga. Kapal yang membawa mereka pun lenyap tak berbekas, sehingga hampir tak ada yang mendengar percakapan mereka selanjutnya.
“Kalau dihitung, sudah bertahun-tahun aku tidak kembali ke Zhongyuan.” Kata sang wanita dengan haru, “Jika bukan karena kau bilang muridmu punya bakat menakjubkan yang akan mengguncang Jianghu, dan aku yang memang bosan di pulau seperti katamu, tentu aku tidak akan ikutmu kembali ke Zhongyuan.”
“Seyogyanya Niangniang lebih sering keluar. Kalau tidak, Jianghu mungkin akan melupakan Niangniang.” Jawab yang lain, “Memang Pulau Changchun tempat sempurna untuk bertapa, tapi pemandangan teras bulanmu itu lama-lama membosankan juga.”
“Kau benar. Kebetulan juga ingin melihat muridmu yang mengalahkan Shi Guanyin itu.”
Bukankah kedua wanita ini adalah Ri Hou Niangniang dari Pulau Changchun dan Shui Mu Yin Ji?
Saat Qi Xun berangkat ke selatan dari Istana Mingxin, Shui Mu Yin Ji juga kembali dari pulau sambil memamerkan muridnya, bahkan mengajak Ri Hou Niangniang yang sedang tidak ada kerjaan.
“Sebenarnya kita seharusnya berlabuh di dermaga utara.”
Ri Hou baru merasa lokasi pendaratan ini kurang tepat,
tiba-tiba menerima kabar dari murid Pulau Changchun yang ditempatkan di sini——
Qi Xun sekarang sudah tidak berada di Wuzheng Villa lagi.
Dia malah menyerang Perkebunan Keluarga Xue lagi!
Ternyata pilihan lokasi dermaga mereka justru tepat...
