"Mutiara?"
Xue Bin menyadari perilaku aneh yang ditunjukkan Zuo Mingzhu, memanggilnya pelan, tapi malah melihatnya semakin mundur.
Andai tahu Tuan Zuo Er dari Perkebunan Melempar Cangkir tidak ada di villa, Xue Bin sebenarnya tidak berani datang.
Dia memang bukan orang yang punya keberanian.
Kalau dipaksa mengatakannya, dia dan Xue Xiaoren mungkin punya topik obrolan yang sama, mengingat mereka sama-sama merasa kehadiran Xue Yiren dan reputasinya yang termasyhur menjadi beban berat bagi mereka.
Xue Bin bahkan lebih buruk dari Xue Xiaoren, dia tidak punya bakat bawaan maupun daya gerak seperti Xue Xiaoren.
Sejak ia mulai berkiprah di Jianghu, Xue Bin tak henti menimbulkan skandal asmara. Ia merasa ini adalah bentuk pemberontakan terhadap ayahnya.
Tindakan paling nekat yang dilakukannya adalah jatuh cinta pada anak perempuan lawan lama ayahnya - Putri mereka dari Perkebunan Melempar Cangkir, Zuo Mingzhu.
Andai kisah cinta ini bisa dijadikan momen kunci untuk melerakan permusuhan kedua pihak, mungkin masih bisa diterima. Sayangnya Xue Bin tidak memiliki nyali untuk berhadapan dengan Tuan Zuo Er, apalagi permusuhan sepanjang seratus tahun antara keluarga Zuo-Xue mungkin akan membuatnya langsung dihantam telapak tangan hingga tewas saat pertama kali menginjakkan kaki di sana.
Beruntung Zuo Mingzhu yang tumbuh dalam perlindungan Zuo Qinghou memiliki sifat polos yang terisolir dari realita. Kata-kata manisnya Xue Bin bagai pintu menuju dunia baru baginya. Gadis ini benar-benar yakin meski pria itu terus-menerus digosipkan, dirinyalah satu-satunya kekasih sejati, sementara yang lain hanyalah kamuflase untuk mengelabui orang.
Bahkan lebih yakin bahwa suatu saat nanti, hubungan asmara sepasang kekasih ini akan menghapuskan pertarungan antara Zuo Qinghou dan Xue Yiren.
Namun kini Zuo Mingzhu, dengan mengukur orang lain dengan diri sendiri, menyadari masalah yang menurutnya sangat serius.
Mendengar Xue Bin memanggilnya, dia menundukkan pandangan ke tangan yang menghindarinya, bertanya lagi dengan suara rendah: "Ayahmu belum keluar dari retret, sebagai pewaris Vila Yongcui seharusnya kau mengambil alih dan melindungi Perkebunan Keluarga Xue dari masalah. Mengapa kau mencariku?"
Kabar tentang undangan yang diterima Zuo Qinghou untuk berangkat ke Perkebunan Keluarga Xue, bisa dengan mudah didengar dari mulut ke mulut di Songjiang.
Setiap musim gugur dan dingin, Perkebunan Melempar Cangkir pasti membeli ikan fourgill bass hasil tangkapan di sekitar Jembatan Xiuye dalam jumlah besar, sehingga pergerakan Tuan Zuo Er secara alami menjadi sorotan publik.
Saat bepergian, dia bahkan mengendarai kereta mewah yang ditarik oleh kuda-kuda terbaik dari tujuh provinsi selatan, menciptakan keributan yang jauh lebih besar daripada ketika dia memberi tahu para penangkap ikan bass bahwa belakangan ini dia tidak berada di villa.
Bahkan mungkin tidak hanya di Songjiang, sepanjang perjalanan menuju Perkebunan Keluarga Xue ini, tanda-tanda perjalanan Tuan Zuo Er ini pasti akan terlihat.
Kecuali Xue Bin buta atau tuli, seharusnya dia bisa melihatnya.
Apakah mungkin dia berpikir bahwa dengan mengajakku ke Perkebunan Melempar Cangkir sekarang dan membawaku ke hadapan ayahku di Perkebunan Keluarga Xue, ayahku akan tergesa-gesa mengubah posisinya?
Jika dia benar-benar punya niat seperti itu, Zuo Mingzhu paling-paling hanya akan merasa terluka, mungkin bahkan akan mengurangi nilai minusnya karena bakti Xue Bin kepada ayahnya.
Tapi yang sangat mengecewakannya adalah, saat dia mempersiapkan mental dan menatap Xue Bin, yang terlihat di mata lawannya adalah ekspresi terluka, seolah bertanya mengapa harus begitu kejam mengungkap situasi yang sedang dihadapinya sekarang.
Dalam situasi memalukan ini, dia adalah korban yang begitu tak bersalah dan tak berdaya, paling-paling hanya bisa bergumam, "Aku juga tidak tahu. Aku tanpa sadar datang ke sini."
"……?" Ketidaksadaran ini jelas tidak bisa membangkitkan perasaan keibuan dalam diri Zuo Mingzhu.
Ini hanya membuatnya mempertanyakan penilaiannya sendiri.
Meski dibesarkan oleh Tuan Zuo Er bagai mutiara di telapak tangan dalam lingkungan yang mulia bagai emas dan giok, dan dijuluki "Yu Xianwa" (Boneka Giok) saat berkeliaran di Jianghu, nyatanya dia tidaklah rapuh seperti giok.
Saat menjalin hubungan dengan Xue Bin, dia sudah siap kehilangan segala yang pernah dimilikinya. Seperti munculnya arus deras yang berbeda di tengah hari-harinya yang hanya menemani ayah bermain catur, minum anggur, berlatih bela diri, dan menikmati bunga. Tapi sekarang...
Kini dia merasa, Xue Bin ternyata bukanlah Xue Bin yang dia kira selama ini.
Setelah filter lapisan pertama hancur, reaksi berantai yang muncul cukup membuatnya mundur selangkah demi selangkah, membangun tembok pemisah dengan Xue Bin.
"Pulanglah... Kini cara terbaik adalah menghadapi kenyataan."
Zuo Mingzhu mundur ke belakang gerbang Perkebunan Melempar Cangkir. Ia ingin bertanya: Jika Xue Bin kini tak berani menghadapi krisis di Perkebunan Keluarga Xue, apakah di masa depan juga takkan berani menghadapi badai saat mengungkap hubungan mereka di hadapan kedua keluarga?
Tapi ia segera menyadari: Jika Xue Bin benar-benar orang yang tak bisa diandalkan, perkataannya ini justru memberi kesempatan lawan untuk mengalihkan topik.
Kini ia tak ingin mendengar janji atau harapan masa depan dari Xue Bin. Ia perlu merenung sejenak.
Pintu samping Perkebunan Melempar Cangkir tertutup di depan Xue Bin. Angin musim gugur berhembus membuat hati sang tuan muda terasa dingin dan hampa.
Penolakan mendadak Zuo Mingzhu yang menutup pintu ini tidak membuatnya menyadari bahwa ini adalah ujian kesadaran darinya, melainkan dikira karena kekacauan di Perkebunan Keluarga Xue mungkin akan menyeretnya, sehingga menolaknya.
Sambil menggerutu dalam hati mengapa cinta sejatinya begitu kejam, Xue Bin yang sedang dalam perjalanan pulang ke Perkebunan Keluarga Xue tak bisa menghalangi pikirannya: Bagaimana jika perkebunan benar-benar runtuh karena kesalahan pamannya...
Dia tidak bisa kembali ke Perkebunan Keluarga Xue untuk menyerahkan diri pada kematian!
Dia harus mencari tempat persembunyian lain!
Tapi sekiranya dia melihat situasi di dalam Perkebunan Keluarga Xue saat ini, mungkin dia akan menyadari betapa bodohnya keputusan yang telah dibuatnya.
Setelah menerima penjelasan Hua Jingong bahwa kerusakan reputasi Perkebunan Keluarga Xue hari ini belum tentu hal buruk, setidaknya pengorbanan bisa menukar sesuatu yang lain, Xue Honghong kini memandangi Qi Xun dan kawan-kawan dengan sedikit mengurangi kemarahannya. Apalagi dibandingkan tamu yang menganggap Perkebunan Xue sebagai tempat liburan, Xue Bin lebih membuatnya marah.
Meski Xue Bin tidak diberi nama seperti Shi Chuanzong oleh ayahnya, tapi Xue Bin memang mendapat harapan besar dari Xue Yiren.
Di manakah orang yang diharapkan besar ini kini berada?
Xue Honghong takkan percaya dia masih mabuk-mabukan di suatu tempat tanpa menerima kabar sama sekali.
Meski kebebasannya tidak dibatasi, para tamu yang menguasai situasi ini hanya meminjam tempat Perkebunan Xue, bahkan tidak menggunakan bahan makanan yang dibeli keluarga, tekanan ini takkan berakhir sampai Xue Yiren keluar dari retret dan masalah ini tuntas.
Xue Honghong mencatat satu kesalahan lagi untuk Xue Bin dalam hatinya.
"Kalau berani, jangan pulang! Kalau dia berani pulang..."
"Kalau pulang, lalu bagaimana?"
"Aku akan menguliti bocah ini, meminta ayah menghukumnya berat! Masak penerus Perkebunan Keluarga Xue berperilaku seperti ini!" Xue Honghong secara reflek melanjutkan omongan, baru tersadar setelah kata-kata itu meluncur dari mulutnya.
Yang bertanya bukan Hua Jingong yang datang bersamanya, melainkan suara pria yang sangat familiar.
Saat menoleh, ia melihat seorang pria paruh baya berdiri di belakangnya dengan raut wajah sangar.
Baru sekitar setengah bulan tidak bertemu, Xue Honghong justru merasa asing meski melihat Xue Yiren sendiri.
Padahal pakaian hijau tua yang dikenakannya masih serasi dengan hutan bambu di Perkebunan Keluarga Xue, pedang tanpa nama di tangannya masih tersarung kulit hiu hitam dengan hulu tembaga ungu.
Tapi terkait perubahan level dalam ilmu pedang, Xue Honghong juga sulit menjelaskan secara rinci. Mungkin karena terlalu berharap Xue Yiren segera keluar dari retret untuk mengatasi krisis ini, sampai membuatnya merasa seperti sedang bermimpi.
Orang yang datang bukan Xue Yiren siapa lagi!
Tempat retret Xue Yiren terlihat hanya memiliki satu pintu batu, sebenarnya tidak demikian. Perkebunan Keluarga Xue yang dibangun di lereng gunung memiliki banyak terowongan jadi yang terhubung melalui tubuh gunung. Bagi dia, meninggalkan tempat retret secara diam-diam bukan hal mustahil.
"Ayah! Anda..." Xue Honghong tidak menanyakan apakah Xue Yiren sudah memiliki kepastian penuh. Dia selalu tegas dalam bertindak dan merupakan tulang punggung dalam pandangannya. Kehadirannya di luar berarti sudah ada solusi.
"Jangan bicara dulu, bawa aku menemui mereka." Xue Yiren memotong pertanyaan Xue Honghong.
Orang pertama yang ditemuinya setelah keluar bukanlah anak perempuannya, melainkan pengurus tua yang menjaga pintu keluar lain dari tempat retretnya. Karena itulah, dia telah lebih dulu mengetahui situasi terkini dari mulut pengurus tersebut, tanpa perlu mendengar penjelasan panjang dari Xue Honghong.
Xue Honghong merasa asing melihatnya karena kemajuan ilmu pedangnya, tapi bagaimana dia sendiri tidak merasa bahwa
dunia ini juga terasa sangat asing dan menakutkan baginya.
Sebelum Xue Xiaoren mengalami gangguan mental, Xue Yiren sendiri yang mengajarinya membaca pada usia 4 tahun dan ilmu pedang di usia 6 tahun. Xue Yiren selalu merasa bertanggung jawab sebagai kakak yang berperan seperti ayah, tapi tak disangka gelar "pendekar pedang nomor satu di dunia"-nya justru menjadi beban berat bagi adiknya, sampai-sampai harus pura-pura gila dan bertingkah bodoh!
Bahkan sampai membina sekelompok pembunuh bayaran!
Mendengar kabar kematian adiknya begitu keluar dari retret, sungguh hal yang sulit bagi Xue Yiren untuk menjaga ketenangan hatinya.
Tapi yang harus dia lakukan sekarang adalah mempertahankan keturunan Keluarga Xue.
Ia bukan hanya kakak Xue Xiaoren, tetapi juga pemilik Perkebunan Keluarga Xue.
Xue Honghong mencoba membaca seberapa besar keyakinannya saat ini dari wajahnya yang lebih menyerupai pedang legendaris yang jarang muncul ketimbang seorang pertapa.
Namun sebenarnya, pikiran Xue Yiren saat ini adalah: maju atau mundur sama-sama menghadapi golok, memang seharusnya tidak ada keraguan.
Meski ayahnya menyuruhnya memandu jalan, kenyataannya sang ayah sudah lebih dulu melangkah menuju tempat tamu berada. Xue Honghong segera menyusul dengan langkah tergesa.
Kegelisahan dalam hati Xue Yiren hancur berantakan di bawah langkah kakinya yang mantap. Namun kata-kata ini tidak pantas lagi ia sampaikan pada anak perempuannya yang sudah menderita psikologis beberapa hari.
Perbuatan Xue Xiaoren merupakan pukulan baginya, sementara pelarian Xue Bin memberikan dampak yang tak kalah berat dari skenario pertama.
Dia telah berjaya selama 40-50 tahun, kini tiba-tiba harus menghadapi situasi ini dalam kondisi yang tidak memiliki dasar yang kuat di pihaknya, benar-benar membuatnya merasa tidak nyaman.
Perasaan ini semakin kuat ketika dia menggenggam sarung pedang dan melangkah masuk ke Pondok Kabut Gunung Wangshan.
Sebenarnya bahkan sebelum masuk, dia sudah mencium aroma yang sangat kuat.
Perkebunan Keluarga Xue memiliki kesan terpencil dari dunia luar, termasuk masakan di dalamnya yang cenderung ringan. Dengan kehadiran Xue Yiren yang berwajah dingin, tidak ada yang berani menciptakan aroma seperti ini.
Tapi sekarang dia tidak hanya mencium aroma pedas, tapi juga uap panas yang terlihat jelas mengambang di udara dingin musim gugur dan dingin.
Aroma daging dan jamur bahkan dari jarak yang cukup jauh ini tetap bisa dia deteksi dengan jelas berkat indra penciumannya yang tajam.
Hot pot yang sudah ada sejak zaman Dinasti Song Selatan, kini tentu memiliki variasi lebih banyak. Xue Yiren langsung melihat panci besar di tengah yang jelas bukan peralatan makan dari Perkebunan Keluarga Xue. Setidaknya ia tak pernah melihat ada wajan sebesar itu di rumahnya.
Ia juga memperhatikan irisan daging di piring-piring yang mengelilingi panci itu. Potongan daging yang siap direbus dalam air mendidih ini jauh lebih tipis daripada hasil potongan koki terbaik di Perkebunan Keluarga Xue, membuatnya tiba-tiba terpikir ide aneh -
Jangan-jangan ini dipotong pakai Pedang?
Bukan untuk meminta pertanggungjawaban, rombongan ini jelas-jelas datang ke Perkebunan Keluarga Xue untuk berpiknik!
Di antara orang-orang yang duduk mengelilingi meja itu, ada yang dikenali Xue Yiren, ada juga yang tidak. Namun dari ciri fisik dan penampilan, ia bisa menebak asal-usul mereka.
Orang-orang yang jarang bepergian dari selatan ke utara ini, kini berkumpul di sini. Cara mereka yang tua-muda bercanda tertawa seolah sudah saling mengenal cukup lama, membentuk pemandangan absurd namun harmonis.
Hal ini benar-benar membuatnya sulit untuk tidak menelan kembali semua kata yang telah dipersiapkannya sebelumnya.
Xue Yiren baru pertama kali menghadapi situasi yang tidak bisa diselesaikan dengan tingkat kekuatan.
Kebetulan di tempat ini, Nyonya Jin yang paling sepuh dan berusia lanjut—meski hampir merayakan ulang tahun ke-80—masih memiliki penglihatan tajam. Kini dengan sekali pandang dia langsung melihat Xue Yiren yang masuk, tanpa menyebut urusan Xue Xiaoren yang seharusnya dibahas setelah keluar dari retret, melainkan menunjuk dua kursi kosong di meja itu untuk menyuruh Xue Yiren duduk.
Ini adalah "pemberian orang yang lebih tua" yang tidak bisa ditolaknya, baik berdasarkan tata krama maupun persahabatan sebagai sesama penduduk Jiangnan.
Ini sama sekali tidak terlihat seperti suasana membahas urusan atau menuntut kesalahan... Xue Honghong yang mengikuti di belakang Xue Yiren terus bergumam dalam hati.
Tapi karena sang ayah sudah menahan diri dan duduk, anak perempuan seperti dia sepertinya tidak ada hal lain yang bisa dilakukan.
Dengan telat, dia memandang sekeliling orang-orang yang telah duduk, lalu tiba-tiba menyadari bahwa dari dua kursi kosong yang tersisa, salah satunya berada tepat di samping Zuo Qinghou!
Dia baru saja ingin mengatakan biar dia saja yang duduk di situ, tapi melihat
Xue Yiren sudah dengan tenang duduk di sebelah musuh bebuyutannya. Kursi yang tersisa berada di sebelah Hua Jingong, yang memang lebih cocok untuknya.
Tapi begitu Xue Honghong duduk, dia mendengar Hua Jingong sedang berbicara dengan Qi Xun di ujung lain, dengan pembicaraan yang masih bernuansa "bergabung dengan musuh".
“Konon kabarnya Istana Air Suci langsung memakai lokasi Wuzheng Villa untuk mendirikan divisi. Apakah masih membutuhkan tenaga? Saya punya anak perempuan yang selalu mengagumi Senior Yin Ji, tapi sebelumnya saya ada sedikit kesalahpahaman tentang Istana Air Suci, jadi Kini baru terpikir untuk bertanya.”
“Kalau masih menerima anggota, besok saya akan mengirim surat ke Keluarga Shi untuk memanggilnya kemari. Anak saya ini telah belajar Kungfu Cakar Elang Kecil dan 72 Jurus Pemisah Otot dan Tulang dariku. Meski tidak terkenal di Jianghu, dasar ilmu bela dirinya cukup mumpuni.”
“……” Xue Honghong ingat Shi Yin hampir bertunangan dengan Xue Bin itu! Paling lambat tahun ini!
Pikirannya berkutat antara "Istri Xue Bin hilang, ada yang tidak beres" dan "Xue Bin si anak durhaka ini pantas tidak punya istri" sebentar, lalu memilih skenario kedua. Mengingat kekhawatirannya selama ini, dia semakin merasa Xue Bin lebih baik tetap seperti sekarang.
Meskipun Xue Honghong tidak tahu, Putri Zuo di Songjiang kini juga telah melepaskan tangan Xue Bin.
Ia menyimak terus dan mendengar Qi Xun menjelaskan dengan tenang perbedaan antara Istana Mingxin miliknya dengan Istana Air Suci kepada Hua Jingong - intinya ini masih tahap pemula dalam penerimaan anggota dan pengembangan industri pendukung, berbeda dengan latihan silat tertutup sepenuhnya.
Ditambah penjelasan bahwa ini tergantung kemauan Shi Yin sendiri, tempat dengan banyak urusan sampingan seperti ini tidak cocok untuk mendalami ilmu silat. Namun penerimaan murid Istana Air Suci harus seizin gurunya, kecuali langsung berguru padanya, ini bukan urusan yang bisa diputuskan saat makan.
Hua Jingong langsung menjawab tanpa pikir panjang, "Jika Yin'er mau, sebenarnya dia bisa saja berguru pada Anda."
Rencananya sangat matang.
Di antara lima kekuatan di wilayah Jiangnan, Keluarga Shi adalah yang paling lemah. Status mereka yang terangkat dan dihargai lebih tinggi sebenarnya karena hubungan besan ini.
Namun selama periode retret meditasi Xue Yiren, masalah yang timbul dari Xue Xiaoren membuat Hua Jingong menyadari: menikahkan putri dengan baik atau membawa menantu perempuan berpengaruh, tidak akan mengubah esensi Keluarga Shi.
Shi Yin, meski lebih lembut dan dianggap satu-satunya orang normal di Keluarga Shi, bukanlah gadis tanpa ambisi berjuang.
Hua Jingong ingat Shi Yin pernah berkomentar bahwa Ye Shenglan lebih baik dari Xue Bin karena masih memiliki harga diri yang kuat. Saat itu ia tidak menerima, tapi kini mulai berpikir mungkin tidak masalah...
Jika demikian, dengan dukungan Istana Air Suci di belakang Shi Yin, rencana mengambil Ye Shenglan sebagai menantu mungkin tidak disetujui Tuan Shi, tapi Hua Jingong melihat celah untuk direalisasikan.
Bagaimanapun juga lebih bisa diandalkan daripada menikah dengan Xue Bin.
"……" Qi Xun menatap Hua Jingong dalam keheningan.
Nyonya Hua sebelumnya mengenakan lapisan bedak tebal di wajahnya. Tapi karena tadi menyebut ingin makan hotpot, sementara kualitas tahan panas bedak zaman sekarang biasa saja, Qi Xun langsung menyarankan Hua Jingong untuk membersihkan bedaknya, malah terlihat lebih rapi.
Terutama karena dia memang memiliki sepasang mata yang berkilau dan cantik, lebih baik tampil natural.
Ekspresi "berbicara lancar dengan alasan yang sah" itu kini sangat jelas terpancar di wajahnya yang setidaknya tidak mengganggu pandangan ini, tanpa bedak yang menutupi raut wajah. Dia bahkan lupa bahwa di seberang meja duduk mantan besannya.
“Pernahkah Ibu mempertimbangkan satu hal,” Qi Xun dengan santai mengangkat seiris daging tipis dari panci—hasil karya Senior Ling Feige yang bersikeras ingin adu keterampilan mengukir dengan pedang bersama Hua Zhenzhen—sambil melanjutkan bicara di sela-sela mencelupkannya ke kuah merah, “Baru-baru ini aku menerima seorang murid yang baru berusia 4-5 tahun. Jika gadis ini benar-benar ingin bergabung, dia harus memanggil si kecil itu sebagai Kakak Senior.”
Susunan senioritas ini pasti tidak nyaman, bukan?
“Masalah ini tidak perlu terburu-buru diputuskan. Pertama, setelah urusan Perkebunan Keluarga Xue selesai dan kita mengunjungi Vila Yongcui, aku harus kembali ke Istana Air Suci. Kedua, kita harus melihat keinginan Nona Shi terlebih dahulu.”
Jika Hua Jinhong hanya bersemangat sepihak, Qi Xun berpikir lebih baik wanita ini saja yang bergabung ke Istana Air Suci. Siapa tahu bisa menjadi kisah indah di dunia Jianghu.
。
Namun dengan adanya ide Hua Jinhong ini, dia akhirnya menyadari bahwa reputasi Istana Air Suci kini sudah mulai terkenal.
Nyonya Jin yang duduk di samping mendengar beberapa kalimat, kira-kira bisa menebak di mana letak kelayakan transaksi lain yang Qi Xun bicarakan sebelumnya dengannya.
Istana Mingxin di tangannya masih merupakan kekuatan yang sedang dalam tahap awal, tetapi tidak bisa menahan fakta bahwa dia sekarang memiliki banyak koneksi dan dirinya sendiri cukup berbakat.
Hua Jingong saja sudah punya pemikiran seperti ini, bagaimana dengan orang lain?
Bagaimanapun dia sudah berusia lanjut dan giginya tidak terlalu baik, juga tidak cocok makan makanan yang terlalu berbumbu kuat. Dengan bantuan cucu perempuannya, dia hanya menyedot bola udang dan bakso di sisi kuah bening sambil mendengarkan percakapan Qi Xun dan Hua Jingong, tidak lupa membagi sedikit perhatian ke Xue Yiren.
Xue Yiren awalnya duduk tanpa merasa ada masalah, tetapi setelah menyadari siapa yang duduk di sebelahnya, kembali merasakan rasa tidak nyaman seperti ketika pertama kali melihat hotpot di halaman kecil itu.
Zuo Qinghou meliriknya dan langsung tahu bahwa meski terlihat tenang, sebenarnya dia sedang dalam keadaan tegang.
Katanya, musuh adalah yang paling memahami diri sendiri. Pernyataan ini pernah dia ucapkan sebelumnya tentang mempercayai integritas Xue Yiren. Kini, dari ekspresinya, Zuo Qinghou dengan mahir menebak suasana hatinya.
Saat datang, dia bilang tak boleh menjatuhkannya lebih dalam sebagai tandingan, harus memberikan perlakuan adil berdasarkan reputasinya. Tapi ini tak menghalanginya untuk bercanda di meja makan.
Tuan Zuo Er membuka suara: "Awalnya aku berniat memamerkan keahlianku di sini, tapi kamu juga tahu apa keahlian andalanku. Kalau ikan fourgill bass ini diangkut dengan kuda cepat ke Perkebunan Keluarga Xue-mu, reputasi Xue Yiren pasti akan hancur. Meski menang duel melawanku, orang-orang pasti akan terus menyebut-nyebut soal ini. Jadi hotpot ini lebih cocok, setuju? Ini sudah memberimu muka sepenuhnya."
Xue Yiren sama sekali tidak menangkap nada perhatian dalam ucapan Zuo Qinghou. Ia hanya mendesah dingin: "Baru beberapa waktu lalu kudengar kau bilang, di dunia ini hanya tiga orang yang bisa membuatmu memasak. Istrimu sudah meninggal, tinggal dua orang: satu teman lamamu Chu Liuxiang, satu anak perempuanmu. Tak perlu kau buat pernyataan palsu cuma untuk menjengkelkanku."
Zuo Qinghou ini sudah terbiasa menjamu tamu dari utara-selatan sehingga memiliki muka tebal, mengoceh tanpa rasa bersalah, "Perkataanmu salah. Dengan kehadiran Tuan Mayi di sini, aku harus memberi muka pada Chu Liuxiang. Sedangkan Wakil Pemimpin Istana Qi dari Istana Air Suci ini, aku ingin Mutiara banyak belajar darinya agar kelak ketika aku tiada, dia bisa menjaga Perkebunan Melempar Cangkir yang luas ini."
"Aku harus selalu merencanakan masa depan Mutiara. Siapa suruh anakku berbakti, tidak sepertimu..." Zuo Qinghou menunjukkan ekspresi haru, semua yang di meja makan paham sindirannya pada Xue Bin.
Jin Lingzhi nyaris tak bisa menahan tawa, melihat Tuan Zuo Er berpura-pura simpati pada rival lamanya sungguh menghibur.
Xue Yiren yang belum menyelesaikan urusan Xue Xiaoren sudah beberapa kali tercekat, situasi di meja makan ini lebih seru dari drama mana pun.
Namun mengingat nenek berada di samping, mereka dari Taman Panjang Umur dan Berkah tetap harus menjaga hubungan baik dengan sekitar, akhirnya menahan diri.
Zuo Qinghou melanjutkan, "Kebetulan sekali, sebelumnya saat meninggalkan Songjiang menuju Perkebunan Keluarga Xue, sepertiku melihat Xue Bin. Jalannya sama sekali tidak mengarah ke rumah. Tapi aku bukanlah orang yang lebih tua baginya, lebih tepat disebut Permusuhan turun-temurun, jadi tak ada alasan untuk ikut campur."
Pelipis Xue Yiren berkedut.
"Menurutmu, mungkinkah dia kabur ke laut untuk menghindari masalah?" Zuo Qinghou menusuk lagi, "Tapi seharusnya tidak perlu. Semua tahu masalahnya ada pada Xue Xiaoren. Kau Xue Yiren yang sudah pensiun dari Jianghu bertahun-tahun ini, masih harus mengelola bisnis besar Perkebunan Keluarga Xue. Secara logika pasti kekurangan uang, tapi teknikmu dalam mengambil nyawa dengan pedang tiga meter itu sangat berbeda dengan organisasi pembunuh bayaran. Paling-pain hanya mengandalkan tanah warisan leluhur untuk menyeimbangkan pemasukan dan pengeluaran."
"Kau memujiiku lebih banyak pun aku takkan ucapkan terima kasih," jawab Xue Yiren dengan kaku.
Saat ini dia semakin merasa memilih hotpot bukan keputusan yang baik, siapa yang menyuruh Zuo Qinghou bisa berbagi beberapa patah kata dengannya saat menunggu tingkat kematangan daging shabu-shabu, juga sempat menyisipkan percakapan saat berhenti sejenak untuk bersulang dengan Zhu Zao di seberang meja.
Percakapan.
Bukan main, bara api di bawah hotpot yang terus memanas tak akan padam dalam sesaat, cukup membuat area sekitar meja makan tetap hangat dan nyaman, sama sekali tidak perlu khawatir hidangan akan berubah jadi dingin meski dimakan perlahan.
Xue Yiren bahkan melihat Li Yuhan disuruh paman besar mengiris daging, agar tidak kekurangan makanan dengan tambahan dua orang di meja. Jelas ini juga bukan siksaan yang bisa cepat berakhir.
Xue Yiren bahkan merasa setelah acara hotpot piknik di Perkebunan Keluarga Xue ini usai, ketika akhirnya mulai membahas urusan penting, justru membuatnya lebih lega.
Tentu saja nafas ini kembali tertahan ketika melihat mayat Xue Xiaoren.
Qi Xun sebelumnya berpura-pura mati di depan Yao Yue, melakukan dua percobaan pembekuan dengan es. Bahkan ilmu tenaga dalam setingkat Yao Yue hanya bisa membuat es serut, tidak bisa menghancurkan secara paksa. Kini balok es yang membekukan Xue Xiaoren ini juga sama.
Tentu saja ini juga efektif mencegah mayat Xue Xiaoren mengalami kerusakan selama perjalanan ke selatan.
Kini Xue Yiren melihat adiknya yang seolah waktu membeku pada detik terakhir sebelum kematian.
Tidak ada bekas riasan kebodohan di wajah Xue Xiaoren. Pakaian, sisa ekspresi di wajah, serta pedang lentur yang diserahkan Qi Xun ke tangan Xue Yiren, semuanya membuktikan kondisi aslinya saat itu.
"Kakak sulung seperti ayah, kakak sulung seperti ayah..." Xue Yiren mengelus peti es sambil tersenyum getir, "Sayangnya aku tak menjalankan tanggung jawab sebagai kakak."
“Setelah melepaskan tangan dari peti es khusus ini, saat ia berbalik menghadap Qi Xun, ekspresi kesedihan dan kekalahannya telah menghilang, tersisa hanya kedinginan yang biasa muncul saat ia menggenggam pedang tak bernamanya. "Kini kita bisa membahas harga yang harus dibayar Perkebunan Keluarga Xue."”
“Ucapanmu membuatku merasa seperti perampok yang memanfaatkan kesulitan.”
Baru saja Qi Xun selesai bicara, Zuo Qinghou langsung membelanya dengan serius, “Itu salah. Kita tinggal sementara di Perkebunan Xue karena sang Tuan Zhuang gagal keluar dari retret tepat waktu. Bahan makanan pun dikirim khusus ke gunung. Ini bukan merampas. Kalau benar merampas...”
Sebelumnya Zuo Qinghou telah meneliti balok es yang membekukan jasad Xue Xiaoren. Ia bahkan berdiskusi dengan Zhu Zao tentang potensi bisnis pengawetan buah segar menggunakan teknik Qi Xun, terutama mengangkut buah-buahan dari selatan ke utara.
“Tentu saja, besar kemungkinan dia tidak punya waktu luang untuk mengembangkan bisnis sampingan seperti ini, tapi tidak menghalanginya untuk menusuk Xue Yiren sekali lagi dengan ini.”
“Kalau benar-benar ingin mengambil keuntungan dari kesulitan orang, harusnya kami menyuruhmu mencari cara mengeluarkan mayat adikmu dari balok es ini. Xue Yiren pasti tidak mau kehilangan muka dengan menggali es di depan umum, jadi harus Wakil Pemimpin Istana Qi yang bertindaklah, sekalian bisa memerasmu.”
“……” Qi Xun merasa bingung tidak tahu harus mulai mengkritik dari mana.
Harus diakui, kemampuan Zuo Qinghou dalam mengumpulkan kekayaan sebanyak ini untuk membiayai pengeluaran yang mampu menyaingi Taman Panjang Umur dan Berkah, memang ada alasannya.
Untungnya ketika benar-benar membahas perbuatan Xue Xiaoren dengan Xue Yiren, Zuo Qinghou hanya duduk tegak dengan serius di samping, seolah tidak berniat terus memanas-manasi situasi.
Dalam hal kecerdasan emosional sebagai manusia, Tuan Zuo Er memang sangat terampil. Tidak heran ia menamai wilayah kekuasaannya dengan "Melempar Cawan", sebab tanpa banyaknya pecinta minuman, dari mana datangnya cawan untuk dilempar?
"Senior Xue, topik ini sebenarnya sangat serius," kata Qi Xun setelah menyerahkan lempeng emas Xue Xiaoren dan lempengan tembaga bawahannya ke tangan Xue Yiren, "Meski Xue Xiaoren sulit keluar rumah, setidaknya ia punya 13 anak buah yang cukup mumpuni di bidang pembunuhan bayaran. Sebelum Senior keluar dari retret, kami memanfaatkan keramaian dan jaringan informasi di sini untuk menyelidiki organisasi pembunuhnya. Hasil perhitungan konversinya, biar saya jelaskan dengan cara yang lebih mudah dipahami——"
"Rata-rata setiap anak buahnya menerima satu pesanan setiap sepuluh hari, tanpa proses seleksi pelanggan."
“Dari segi skala, dalam kelompok assassin Xue Xiaoren, mungkin hanya ada Zhongyuan Yidian Hong yang layak disebut, sisanya tidak terlalu menonjol. Jumlah personilnya pun jauh lebih sedikit dibandingkan Gedung Qingyi dan Pulau Tak Bernama yang pernah dilihat Qi Xun, apalagi jika dibandingkan dengan konsep 'manusia tak kasatmata' yang diusung Xiao Laotou. Xie Xiaoren yang hanya mengandalkan jubah hitam dan topeng kayu cendana untuk menyembunyikan identitasnya ini jelas menunjukkan ketidaktahuannya tentang level sejati seorang pembunuh. Tapi ini tidak
mengurangi efek negatif yang ditimbulkan oleh bisnis kotor Xue Xiaoren.
Nyawa manusia, perampasan harta, kekacauan - semua ini harus dihadapi oleh Xue Yiren.
Wajah Xue Yiren memang muram, tapi sebagai pendekar pedang terkemuka di dunia, responnya tajam dan tegas bagaikan tusukan pedang:
"Semua aset Perkebunan Keluarga Xue akan kusediakan sebagai ganti rugi." Ia menambahkan, "Termasuk dalam aset tersebut adalah perkebunan itu sendiri dan koleksi pedang kuno bernilai tinggi milikku."
“Selain itu,” pandangannya tertuju pada pedang Jin Hong di tangan Qi Xun, “selain itu aku ingin mengundang Wakil Pemimpin Istana Qi untuk bertanding denganku.”
“Kematian Xue Xiaoren adalah akibat perbuatannya sendiri yang nekat datang ke sini, kau tidak bisa menyusahkan Wakil Pemimpin Istana——”
“Dengarkan dulu sampai aku selesai berbicara.” Xue Yiren memotong pembelaan Zhu Zao untuk Qi Xun. “Aku akan melepas gelar pendekar pedang nomor satu di dunia, agar tidak ada lagi yang berbuat kesalahan karena gelar ini.”
“Tidak, mungkin kata ‘melepas’ kurang tepat. Ini bukan melepas, melainkan melakukan serah terima di hadapan para saksi. Seorang pendekar pedang bisa merasakan secara langsung tingkat kemampuan lawannya...”
Saat Xue Yiren mengeluarkan pedang dari sarungnya, lapisan cahaya kelabu di pedang tak bernama itu seolah membawa seluruh aura tubuhnya melesat, menciptakan badai energi pedang yang mengejutkan di hadapan Qi Xun.
Namun dibandingkan Fang Geyin yang telah menguasai puncak ilmu pedang, Xue Yiren memang kalah satu lapisan. Hingga semua yang hadir di aula menyaksikan: sosoknya tetap tegak bagai karang di tengah badai, justru lebih mengandung aura pembunuhan yang tersirat dibanding energi pedang Xue Yiren yang meledak seketika demi kemenangan.
Bahkan di saat ini, ia mengangkat tangan menangkap semburan angin yang menyamar menyerangnya. Dengan gerakan lengan jubah yang lembut, angin kencang ini tiba-tiba berubah menjadi riak halus yang mungkin hanya bisa dirasakan oleh mereka berdua sebagai sisa-sisa pertarungan.
"Wakil Pemimpin Istana Qi," kata Xue Yiren yang masih memancarkan aura kuat, "Saat aku baru keluar dari retret meditasi, kupikir pencapaian baruku dalam ilmu pedang akan membawaku naik ke tingkat lebih tinggi dan semakin tak tertandingi di dunia. Tapi tak kusangka... aku justru melihatmu."
Di meja makan sebelumnya, dia memang cukup terpicu oleh saingan lamanya Zuo Qinghou, namun bukan berarti perhatiannya sepenuhnya tertuju pada Zuo Qinghou.
Ahli terkemuka seperti Xue Yiren yang telah mencapai level ini, mustahil salah menilai kondisi khusus yang terpancar dari diri Qi Xun.
Bukan sekadar akumulasi level ilmu pedang, melainkan aura tak terkalahkan yang terpancar setelahnya - hasil integrasi Tiga Kitab melalui Shanzi Jing dan terobosan Mingyu Gong ke lapisan kesembilan - membuat Xue Yiren yakin akan kekalahannya meski tak mampu menjelaskan secara rinci.
Dalam gelombang tekanan yang dipancarkannya hingga membuat semua yang hadir seakan membeku, hanya Qi Xun yang mampu merespons jurus sembunyi-sembunyinya dengan begitu santai.
Ini semakin meyakinkan Xue Yiren bahwa penggunaan kata "menyerahkan" bukanlah formalitas semata, melainkan pernyataan yang tepat adanya.
Sebuah penyerahan yang dilakukan dengan proporsi sempurna.
“Saya yakin ilmu pedang Nona Qi berada di atas saya. Meski pengalaman di jalan pedang mungkin belum sebanding, dengan ilmu tenaga dalam Wakil Pemimpin Istana dan level yang sudah dicapai ini, itu sudah cukup. Semua yang hadir di sini adalah tokoh ternama di Jianghu. Pasti bisa menilai apakah saya sengaja mengalah untuk memberi jalan hidup bagi Perkebunan Keluarga Xue, atau benar-benar merasa gelar ini pantas diserahkan.”
“Kalau begitu, silakan Tuan Zhuang Xue.” Qi Xun tidak punya alasan untuk menolak.
Di rumah pekarangan kecil yang baru saja dipakai untuk menyusun hot pot, kini berdiri dua orang.
Qi Xun dan Xue Yiren berhadapan.
Angin musim gugur berhembus melalui rumah pekarangan, mengusir uap air hujan yang menggantung di udara, hanya menyapu tetesan air yang menggenang di pucuk bambu hijau di taman.
Dalam atmosfer yang meski pedang belum sepenuhnya terhunus, tapi sudah membuat orang enggan bernapas ini, mungkin hanya Zhu Zao yang masih bisa memegang lengan Zuo Qinghou dan berbisik, “Menurutmu, apakah Xue Yiren benar-benar tulus saat mengatakan akan menyerahkan gelar itu atau...”
“Atau ingin menggunakan alasan untuk meninggalkan nyawa Wakil Pemimpin Istana di sini?” Zuo Qinghou memutar matanya, “Xue Yiren tidak bodoh. Ini jelas upayanya mencegah Xue Bin terjebak nasib seperti Xue Xiaoren, secara legitim melemparkan gelar pendekar pedang nomor satu di dunia. Entah Xue Bin punya kemampuan atau tidak, intinya
adalah memotong semua potensi masalah. Karena dia masih punya niat mendidik anak, untuk apa mengambil nyawa Wakil Pemimpin Istana? Lagi pula kami bukan hiasan belaka.”
Zhu Zao merasa perkataan Zuo Qinghou sangat tepat.
Saat angin seolah berhenti sejenak, dia merasakan aura yang memancar kuat hingga membuat jantung berdebar, meledak dari gadis yang biasanya terlihat seperti junior yang patuh ini.
Ini adalah tenaga dalam yang mengejutkan, tak kalah dari kakak ipar dan ayahnya, bahkan udara seolah membekukan serpihan es tipis.
Ini cukup membuktikan bahwa bahkan ketika menghadapi lawan seperti Xue Yiren, dia mungkin tidak akan berada di posisi inferior.
Seberapapun usaha mengumpulkan "mengasah pedang selama sepuluh tahun", dalam tekanan dominasi seperti ini seharusnya sudah terkikis hampir habis.
Apalagi Zhu Zao pernah menyaksikan pertarungan antara Qi Xun dan Xue Xiaoren, dan sangat memahami bahwa dia bukanlah anak kecil yang hanya mengandalkan senjata sakti.
Keunggulannya dibandingkan Xue Yiren terletak pada fakta bahwa saat ini dia sama sekali tidak memiliki beban pikiran belakang.
Awalnya Zhu Zao memperhatikan gerak-geriknya karena melihat bayangan gaya Chu Liuxiang dalam qinggong Qi Xun, menduga ada hubungan dengan Xiao Chu. Kini kekhawatirannya justru muncul karena dia benar-benar merasa sang junior ini dengan gaya bertindak yang sangat sesuai seleranya patut dijaga.
Tangannya yang tersembunyi dalam lengan baju ramie yang longgar ikut mengepal erat menyusul ketegangan konfrontasi antara dua pendekar pedang di hadapannya.
Di detik berikutnya, ia menyaksikan tabrakan dua sinar panjang yang memukau, dan energi pedang yang meluap bak air terjun!
Siapa pun yang melewatkan pertarungan seperti ini pasti akan menyesal seumur hidup.
Pedang Xue Yiren sama sekali tidak seperti deskripsi Zhongyuan Yidianhong yang hanya melihat Xue Xiaoren menggunakan pedang - dikatakan sebagai "jarum sulam yang menjahit selimut". Wawasan Zhu Zao yang diasah Ye Di sejak kecil memampukannya melihat bahwa pedang Xue Yiren bukan sekadar cepat.
Jurusnya sama sekali berbeda dengan gaya Xue Xiaoren yang tanpa ampun dan langsung, melainkan lebih menyerupai aliran sungai yang deras karena kecepatannya, terjalin rapat membentuk jaring yang menyelubungi langit.
Namun ilmu pedang Qi Xun, mungkin karena pengaruh senjata sebelumnya, tetap mempertahankan kesan hamparan luas yang bergulung seperti ombak meski kini beralih ke Jin Hong Jian sebagai senjata utama.
Mungkin itu bukan hanya karakteristik penggunaan pedangnya, tetapi juga hasil pengolahan Tianshui Divine Art-nya yang memadukan kekuatan bergelora seperti pasang.
Saat kilatan cahaya salju dan emas bertabrakan, apakah pihak dengan energi pedang yang meledak dahsyat yang menguasai keunggulan, atau jurus pedang yang kokoh tak seperti anak muda, dengan hamparan galaksi yang luas dan tenang yang menguasai keunggulan, sebenarnya tak sulit dibedakan.
Secepat daun bambu jatuh dari puncak rumpun bambu hijau, demikian pula belasan jurus pertarungan sengit mereka yang bergemuruh bagai petir menyambar, hanya membutuhkan waktu sebanyak itu untuk menentukan pemenang.
Tapi ketika Qi Xun mengembalikan pedangnya, tak seorang pun akan mengatakan Xue Yiren memberikan keringanan.
Terutama para pendekar pedang seperti Shuai Yifan yang lebih paham daripada orang lain: ketika memang ada kesenjangan kemampuan antara dua pihak, sangat mungkin pertarungan cepat berakhir seperti ini.
Xue Yiren, sebagai peserta pertempuran ini bahkan bisa dikatakan, ketika ia memegang pedang itu, ia telah melupakan sementara kematian Xue Xiaoren, desersi Xue Bin, dan kemungkinan nama Keluarga Xue tercemar setelah hari ini. Yang tersisa hanyalah keinginan untuk mengekspresikan seluruh hasil retretnya melalui jurus pedang yang mengamuk ini, bahkan bisa digambarkan sebagai fokus total tanpa gangguan.
Tapi sekarang, di dadanya terdapat bekas luka pedang yang berhenti tepat di batas.
Itu adalah bekas yang ditinggalkan oleh Qi Xun saat menggunakan jurus "Sungai Panjang" sebagai kedok, lalu beralih ke jurus "Kilat Membelah Langit" dalam pertarungan mereka.
Bahkan Xue Yiren sendiri tidak menyadari bahwa itu adalah tusukan cepat sesungguhnya, bukan gerakan tipuan lambat untuk mengalahkan serangan cepat.
Jurus kilat ini juga sangat berbeda dengan cara dia membunuh Huang Luzhi, sehingga tak perlu khawatir ada yang menghubungkan keduanya.
Saat ia menarik kembali pedangnya dengan perasaan hampa, angin dingin menyusup masuk melalui sobahan yang jelas itu.
Siapa pun tahu, begitu pedang Qi Xun maju satu cun lagi, Xue Yiren mungkin akan merenggut nyawa di sini.
Dalam pertarungan antara pendekar pedang level ini, kematian adalah hal yang sangat wajar. Apalagi dengan kasus Xue Xiaoren sebelumnya, takkan ada yang menyalahkan kecerobohannya.
Tapi dia tak memanfaatkan kesempatan untuk menebas Xue Yiren
dengan pedang.
Tapi hidup dan mati ternyata tak begitu penting, karena baik hasil pertarungan yang sudah jelas maupun pengendalian pedangnya, semuanya membuktikan bahwa dia seolah menjadi lebih kuat lagi.
Sejauh apa bakat muda seperti ini akan berkembang, mungkin tak ada yang bisa memprediksi.
Di hadapan hasil ini, bahkan Xue Yiren yang seharusnya mengakui kekalahannya pun terdiam sejenak, hingga hanya desau angin yang menerobos pekarangan dan gemerisik dedaunan bambu yang terdengar.
Sampai tiba-tiba sebuah suara perempuan yang lembut memecah kesunyian.
"Inikah muridmu?"
Qi Xun secara refleks menoleh ke arah sumber suara, melihat dua sosok berjalan berdampingan.
Meski postur tubuh mereka cukup berbeda, hierarki di antara keduanya jelas terlihat. Terutama ketika salah satunya adalah Shui Mu Yin Ji yang tak dijumpainya selama setengah tahun – identitas yang satunya hampir tak mungkin salah lagi.
Dengan pengetahuan mendalam tentang asal-usul ilmu Yin Ji dan perjalanannya ke Pulau Changchun empat tahun lalu, Qi Xun langsung bisa menyimpulkan.
Pastilah itu Ri Hou Niangniang dari Pulau Changchun!
Tapi... sepertinya ini berbeda dengan bayangannya saat mengunjungi senior sekolah.
Karena kini Ri Hou Niangniang memandangnya dengan tatapan setengah kagum, setengah aneh, sebelum beralih ke Yin Ji dan bertanya:
"Muridmu... yang telah mencapai Mingyu Gong lapisan kesembilan?"
