Menurut Chu Liuxiang, omongan orang-orang ini cukup kreatif.
Pada masa Dinasti Jin Timur, ada kumpulan cerita mitos berjudul Catatan Peninggalan yang Terabaikan, mencatat Delapan Pedang Raja Yue. Salah satunya bernama Pemutus Air, konon bisa membelah air tanpa menyatukan kembali - pedang ini yang pertama disebut.
Namun segera ada yang menentang, mengatakan Catatan Peninggalan hanyalah karya fiksi. Pedang Raja Goujian dari Yue tercatat dalam sejarah, tapi Delapan Pedang Raja Yue tidak terdokumentasi. Jangan hanya karena Xue Yiren mengoleksi Pedang Delapan Arah bikinan Tai Kang dan Shao Kang, lantas seenaknya menghubung-hubungkan.
“……” Qi Xun yang dicabut status manusianya tak bisa tidak merasa, dari pengajuan ide hingga debat, tidak ada satu pun yang normal.
“Ini bukan sepenuhnya salah mereka yang berasumsi berlebihan. Bahkan Tie Zhongtang yang dulu mewarisi Ilmu Gaun Pengantin dari Nyonya Yedi…” Chu Liuxiang menyadari tatapan penuh makna Qi Xun ketika ia sengaja berhenti sejenak dalam ucapannya, “...juga tidak mencapai level ilmu bela diri sepertimu di usiamu ini.”
Ia juga malas menutup-nutupi. Setelah menemani Zhu Zao sekian lama, pepatah "keponakan mirip paman" memang benar. Mustahil Qi Xun dengan ketajaman pengamatannya tidak menyadari hal itu.
“Lalu?” tanya Qi Xun.
“Lalu ada seorang anak muda di antara mereka yang berkata, sebenarnya ada pedang lain yang mungkin memenuhi kriteria. Tapi kali ini bukan memotong air dengan pedang, melainkan bijih besi di sungai yang digunakan untuk menempa pedang Longyuan...” Chu Liuxiang tak bisa melanjutkan. Ia teringat saat itu, tempat pendongeng di rumah teh yang dilewatinya direbut oleh seorang pemuda yang bersumpah seraya berkata, "Warna Longyuan seputih salju, bukankah ini juga cocok? Sayang tak bisa mengunjungi langsung." Pikirannya langsung dipenuhi gelak tawa.
Tapi orang ini juga cukup menarik.
Katanya, cepat atau lambat ia akan menjadi pendongeng terbaik, sekaligus orang suci yang bersembunyi di tengah keramaian, yang tahu semua kabar Jianghu. Jadi pasti ada kesempatan bertemu lagi. Jika Wakil Pemimpin Istana Qi ingin mengambil nama julukan di masa depan, pertimbangkanlah saran "Jun Longyuan" darinya.
Setidaknya lebih menakutkan dibanding gelar seperti 'Murid Shui Mu Yin Ji' atau 'Putri Muda Istana Air Suci' yang selama ini melekat padanya.
“Orang itu namanya apa?”
Chu Liuxiang benar-benar mendekati orang berbakat ini dan berbincang sebentar, “Dia bilang marga Sun, tapi namanya sendiri tidak cukup mentereng jadi tidak perlu disebut. Kalau suatu hari nanti dia benar-benar menjadi pendongeng yang hebat, dia akan memakai nama yang langsung membuat orang tahu dia adalah ahli, misalnya Sun Baifa atau Sun Tianji.”
“…Memang terdengar lebih sakti daripada Sun Qingxia.” Qi Xun bergumam pelan.
Sun Qingxia yang tiba-tiba disebut ini toh tidak ada di dunia ini dan tidak bisa mendengar komentar belakangnya, jadi Qi Xun sama sekali tidak merasa bersalah.
Tapi kemudian dia menyadari satu hal: Kini Sun Baifa hanyalah pemuda tak dikenal di Jianghu, tapi 40-50 tahun kemudian dia akan menjadi pemilik Tongkat Tianji yang menempati peringkat pertama dalam Daftar Senjata, dijuluki Tianji Laoren.
Meskipun kemampuannya menduduki puncak Daftar Senjata mungkin sebagian karena upaya Bai Xiaosheng yang ingin membuat peringkat pertama diisi oleh orang yang sulit dilacak, guna menghindari tantangan berkelanjutan dari para penentang peringkat, serta akibat Kekacauan di Gunung Heng yang memutus warisan banyak sekte dan penurunan drastis tingkat rata-rata ilmu bela diri di dunia persilatan, semua ini tidak mengubah fakta bahwa pria ini tetap setia pada prinsip awalnya dan telah mencapai prestasi nyata.
Namun mengetahui keberadaannya adalah satu hal, sementara mendekati calon potensial ini adalah hal lain.
Kini Ri Hou yang langka meninggalkan Pulau Changchun datang ke sini, dan setelah melihat kemampuan sebenarnya Qi Xun, berencana melatihnya lebih jauh dalam pertarungan nyata. Ini jelas kesempatan langka bagi Qi Xun.
Akumulasi dari beberapa dungeon sebelumnya juga tepat dimanfaatkan untuk menyatukan dan memahami sepenuhnya semua yang telah dipelajari.
Untuk sementara dia tidak boleh pergi.
Gangguan lain yang menyita perhatiannya tentu adalah transaksi dengan Nyonya Jin.
Qi Xun memutuskan dalam hati untuk memperlakukan Sun Bai Fa hanya sebagai orang yang disebut Chu Liuxiang dalam perjalanannya.
Jika ada jodoh, pasti akan bertemu. Jika tidak—
Jika tidak berjodoh, sama seperti Gao Yanan dan Hu Tiehua - saat perjalanan ke Jiangnan ini, Qi Xun meminta Gao Yanan tetap di Wuzheng Villa untuk membantu Kakak Senior Gong Nanyan menjaga Liu Banfeng. Kebetulan terpisah dari Chu Liuxiang yang membawa Hu Tiehua dan Ji Bingyan ke sini. Benar-benar hal yang baik.
Hu Tiehua dengan nama merah mencolok itu, terlihat jelas saat Qi Xun dan Chu Liuxiang keluar dari
rumah pekarangan Xue Yi, turun mengikuti lereng gunung menuju taman teratai di persimpangan jalan tengah.
Pemuda berpenampilan acak-acakan dengan janggut kusut duduk di sebelah Zhu Zao yang sedang memancing. Pendengaran Qi Xun yang tajam menangkap percakapan mereka tentang strategi memancing.
“Bukankah Xiao Chu bilang kamu sudah beberapa tahun tinggal di Dataran Tinggi Loess makan debu? Pengalaman memancingmu bisa dipakai?” Zhu Zao meragukan.
“Jangan begitu, di Dataran Tinggi Loess juga ada air. Di tepi kota tempatku tinggal ada Sungai Malian, di sungai itu kita bisa memancing.” Hu Tiehua berargumen keras, menolak mengakui bahwa selama tahun-tahun di kedai minum kemampuannya memang menurun, lalu mengarang alasan ngawur, “Lagipula aku punya kucing, kucing juga bisa menangkap ikan.”
Ini justru semakin tidak meyakinkan.
Tapi bagaimanapun dia hanya mencari alasan untuk mengobrol dengan senior yang lama tidak ditemui, Zhu Zao juga malas membongkar kebohongannya.
Sayangnya situasi sekarang adalah Hu Tiehua ingin pamer, tapi Qi Xun tidak ingin membuatnya terlalu bahagia.
Tentu saja dia tidak bisa langsung menyerang hanya karena lawannya adalah nama merah.
Kalau dipikir-pikir, kini dia sedang berusaha meningkatkan reputasi Jianghu dari junior menjadi pemimpin wilayah. Melakukan hal yang terlalu emosional seperti ini jelas tidak masuk akal.
Standar Jianghu untuk wanita dan pria memang berbeda. Setidaknya, orang tidak akan menganggap Hu Tiehua pantas dihukum hanya karena menolak Gao Yanan lalu kabur, atau karena hubungan rumitnya dengan pemilik penginapa di tepi Sungai Malian.
Ujung jari Qi Xun bergerak nyaris tak terlihat, menahan gatal di tangannya.
Pandangannya beralih dari Hu Tiehua ke wajah Zhu Zao, lalu jatuh pada pancingan yang kini sedang dibahas tentang kualitas pembuatan dan relevansinya dengan teknik memancing - dengan satu ujung di tangan Zhu Zao dan bagian tengahnya terbaring di depan Hu Tiehua.
Sepertinya ada peluang untuk membuat kerusakan di sini...
Terutama bagi seseorang yang bahkan perlu curang menggunakan Tianshui Divine Art saat memancing, topik percakapan kedua orang ini benar-benar tidak bersahabat.
Memikirkan hal ini, tanpa ragu dia memasang sebuah gelar untuk dirinya sendiri.
Gelar yang membuat Yu Luocha ketakutan sampai menuangkan semua ikan dari keranjangnya ke dalam keranjangnya.
【Gelar·Penghancur Kekuatan Jianghu】：Selama menggunakan, pemimpin komunitas Jianghu level 2 ke atas (baik nama merah atau bukan) akan memiliki nilai kewaspadaan alami terhadap pendekar.
Hu Tiehua memang bukan pemimpin komunitas Jianghu, Tie Zhongtang masih hidup sehat sebagai penjaga Great Banner Gate, namun menurut Qi Xun, pengikut Ye Di jelas memenuhi klasifikasi komunitas Jianghu level 2. Setelah Ye Di pergi mengembara bersama Chizu Han, pemimpin komunitas kini menjadi Zhu Zao.
Saat Qi Xun mengaktifkan efek khusus gelar, Zhu Zao tiba-tiba merasakan hawa dingin misterius menyusuri tulang belakangnya, membuatnya gemetar tak terkendali.
Dengan fisik seorang praktisi bela diri, seberat apapun embun musim gugur, seharusnya tidak mungkin mengalami reaksi kedinginan tiba-tiba seperti ini.
Zhu Zao merenungkan situasi ini yang seolah ada orang yang membicarakannya di belakang. Ketika mengangkat kepala, ia melihat Qi Xun di seberang kolam memberinya salam.
Sapaan yang terlihat manis dan disukai orang tua itu justru membuat dingin yang menyelimuti tubuhnya semakin menggigit saat pandangan mereka bertemu, bagai dicemplungkan ke dalam gua es.
Ini tidak benar, ini sangat tidak benar.
Sejak pertemuan pertama dengan Qi Xun di Gunung Hua, Zhu Zao selalu merasa sangat mengagumi juniornya ini.
Biasanya saat melihat Qi Xun dan Chu Liuxiang bersama, ia mungkin hanya berpikir pakaian biru mereka cocok - satu seperti angin, satu seperti laut. Tapi kini, salam Qi Xun itu justru memicu kesadaran waspada aneh dalam dirinya.
Seolah setelah Xue Yiren, giliran dirilah yang akan dijadikan sasaran Qi Xun untuk menunjukkan wibawa di Jianghu.
Karena kewaspadaan aneh ini, Tuan Mayi refleks meraih erat-erat pancing di tangannya.
Sesaat kemudian, Qi Xun melihat ujung pancingan tenggelam, sementara ujung lainnya—sesuai aturan mekanika—dicampakkan ke wajah Hu Tiehua, meninggalkan jejak di wajahnya yang sebenarnya tidak terlalu bersih setelah dicuci.
Hah…
Qi Xun susah payah mengerutkan bibir dan menegang wajah, tidak membiarkan dirinya tertawa dalam situasi yang agak lucu ini
keluar.
Tentu saja dia tidak akan meninggalkan petunjuk apa pun.
Saat Zhu Zao menyadari reaksinya yang tidak pantas sebagai orang yang lebih tua, pandangannya bertemu dengan Qi Xun. Namun ia sama sekali tidak menemukan bayangan bahaya dalam sikap tenang sang gadis.
Gadis berbaju biru di seberang danau melontarkan pandangan bingung dan simpati. Sepertinya dia merasa kasihan pada Hu Tiehua sebagai teman Chu Liuxiang. Pertemuan pertama mereka dengan cara seperti ini terlihat agak menyedihkan. Dia memilih memberi isyarat dengan tangan sebentar sebelum pergi dari tempat itu.
Dari sudut pandang Zhu Zao, rasa dingin yang tadi membuatnya merasa kaki beku itu seperti hanya khayalan. Perasaan krisis seolah pedang Qi Xun akan menebas lehernya juga hilang. Yang tersisa hanya bekas merah di wajah Hu Tiehua yang malang. Bekas pukulan pancingan itu membengkak dengan jelas karena terjadi terlalu mendadak.
"Hiss..." Hu Tiehua menarik napas tajam. "Tuan Mayi, lain kali bisakah Anda memberi peringatan dulu sebelum memukul tiba-tiba? Memang kulitku kasar dan tebal, tapi tetap tak tahan dipukul seperti ini."
“Tangan licin...” Zhu Zao terdiam cukup lama sebelum memberikan penjelasan yang menurutnya masuk akal.
Tentu saja apakah karena tangan licin atau karena genggaman terlalu kencang sehingga pancingan terayun miring, itu masih perlu dibahas lagi.
Hu Tiehua mengusap bekas luka di wajahnya, mulai merenung apakah karena mengaku punya pengalaman memancing secara sembarangan dan ingin pamer, akhirnya dia mendapat karma.
Tapi di dalam Perkebunan Keluarga Xue, kemalangannya tidak hanya sampai di situ.
Hanya dalam tiga hari dia mengalami berbagai "kebetulan" yang aneh.
Seperti saat Zuo Qinghou menjepit sayur tiba-tiba tangannya gemetar sehingga potongan ikan terbang ke wajah Hu Tiehua.
Atau ketika Ling Feige tiba-tiba menjatuhkan teh panas yang dibawanya, air mendidih itu muncrat ke kaki Hu Tiehua.
Belum lagi tongkat Nyonya Jin yang tiba-tiba mengeluarkan pedang, nyaris menikam Hu Tiehua yang kebetulan lewat saat pedang itu dimasukkan kembali.
……
Tapi apa hubungannya dengan Qi Xun.
Tiga kali kejadian berikutnya, bahkan sebelum ketiga orang ini menyadari dari mana bahaya datang, dia sudah menyembunyikan gelar yang telah dikembangkan untuk berbagai kegunaan itu.
Jika harus dikatakan, bagi mereka hanya ada buff khusus yang kira-kira bisa digambarkan sebagai "kaget di hati".
Hanya saja kurang beruntung, Qi Xun menghitung waktu munculnya buff ini dengan tepat, membuat korban sialannya hanya Hu Tiehua seorang.
Bekas luka di wajah Hu Tiehua akibat pukulan pancing belum sepenuhnya hilang, tapi dirinya sudah berdiri di depan gerbang Perkebunan Keluarga Xue.
“Aku Lao Hu dulu tidak percaya pada hal-hal mistis, tapi sepertinya memang ada hal di dunia ini yang tidak bisa dijelaskan dengan logika biasa. Misalnya aku bisa hidup nyaman di pasir utara, tapi begitu datang ke daerah subur Jiangnan malah sial terus.” Hu Tiehua melihat Chu Liuxiang hendak berbicara, langsung memotong pembicaraannya, “Jangan bilang ‘tinggal dua hari lagi pasti membaik’, atau bilang itu karena beberapa orang tidak suka padaku.”
Hu Tiehua kesal menerima bungkusan dari tangan Ji Bingyan, lalu menghela napas panjang, “Sekarang cuma ada pancing terbang, irisan ikan bergetar, pedang menyapu. Kalau next time giliran Ri Hou Niangniang yang datang, kayaknya kepalaku ini bisa pamit undur diri.”
“Dulu waktu baru mulai menjelajah jianghu, ada peramal bilang aku tidak beruntung menikmati hidangan laut mewah. Apa itu ada benarnya juga ya?”
“Kalau aku bilang tidak masuk akal, kamu juga tidak percaya.” Chu Liuxiang menjawab dengan pasrah.
“Jadi jangan halangi aku lagi, kebetulan sudah bertahun-tahun aku tidak kembali ke sekte, lebih baik aku pulang sebentar.” Hu Tiehua menepuk bahu kedua saudaranya, “Sayangnya, rencana besar di Jiangnan ini akan segera terlaksana, tapi karena auraku tidak cocok, lebih baik aku pergi. Tapi tidak apa, nanti di utara akan kusebarkan kabar ini untuk kalian.”
Rencana menyingkirkan perompak laut yang dirancang Qi Xun dan Nyonya Jin tidak mereka rahasiakan.
Sebab di mata publik, orang-orang berkumpul di sini karena organisasi pembunuh Xue Yiren, peralihan gelar pendekar pedang nomor satu di dunia, dan penyakit Xue Yiren yang menyusul setelahnya – bukan karena maksud memberantas bandit.
Secara internal
tidak perlu ada yang disembunyikan. Semua yang hadir di sini bisa menjaga mulut – termasuk Jin Lingzhi yang paling blak-blakan sekalipun.
Lagi pula, Qi Xun bermaksud memanfaatkan Chai Yuguan untuk memberikan kontribusi terakhirnya dalam kesempatan ini, sekaligus memanfaatkan momentum untuk semakin mempopulerkan nama Tianshui Divine Art. Bagaimana mungkin dia menolak penonton potensial?
Bagi mereka yang berkecimpung di Jianghu, sungguh sulit menolak kesempatan untuk membasmi perompak dan menambah popularitas. Namun Hu Tiehua merasa lebih baik tidak memikirkan kesempatan ini.
Kini ini masih sekadar situasi sehari-hari biasa. Jika benar-benar sampai di laut, saat bertarung melawan perompak laut terjadi kesalahan seperti ini—
Bahkan seratus nyawa pun tak akan cukup untuk dia tebus!
Mati di tangan tandingan mungkin bukan akhir yang tak bisa diterima bagi orang seperti dia yang mengembara tak tentu arah di Jianghu. Tapi mati di tangan sekutu sendiri, bahkan mungkin terbunuh secara tak sengaja saat orang lain menghunus pedang—dia takkan punya tempat untuk mengadu.
Langsung kabur.
Hampir bersamaan dengannya, ada orang lain yang juga meninggalkan tempat ini.
Hanya saja Hu Tiehua menuju utara, sedangkan Shui Mu Yin Ji berangkat ke barat.
Saat Shui Mu Yin Ji diantar keluar dari Perkebunan Keluarga Xue, seolah ada deretan garis hitam yang menggantung di pelipisnya.
Sikap khas Ri Hou yang lebih mementingkan cucu murid daripada murid langsung, membuatnya langsung memutuskan untuk mengirim Yin Ji kembali ke Istana Air Suci ketika melihat sang murid berniat meminjam Saintes Berpakaian Hitam-nya untuk mengirim surat.
Menurut penjelasan Ri Hou, Yin Ji telah lama meninggalkan Istana Air Suci. Dengan absennya tulang punggung istana selama ini, sudah saatnya ia kembali untuk menangani berbagai urusan.
Tidak perlu khawatir tentang Qi Xun. Dengan kehadiran Guru Besar seperti dirinya, justru bisa memperbaiki jurus-jurus Qi Xun yang belum sempurna, sekaligus memastikan sang murid tidak akan gagal karena kurangnya kemampuan saat berlayar nanti.
Kepulangan Yin Ji ke Istana Air Suci juga memiliki manfaat lain.
Jika ia berencana membawa beberapa murid untuk berlatih, ini kesempatan baik untuk melakukan seleksi ketat.
Demikianlah Shui Mu Yin Ji akhirnya diusir oleh murid dan gurunya sendiri yang bekerja sama mengirimnya pergi.
Ekspresi serius di wajahnya hampir sepenuhnya tertutupi oleh perasaan kesal, terutama saat melihat Qi Xun. Dia menunjuk dahi muridnya, "Apakah urusan Hu Tiehua ada hubungannya denganmu? Aku tidak bisa menemukan kesalahanmu, tapi setelah mengajarimu lebih dari empat tahun, aku masih bisa melihat tanda-tanda kebencianmu pada seseorang."
"Aku memang tidak menyukainya. Jika dia tidak mencintai Kakak Gao, seharusnya dia mengatakan secara terbuka, bukan menunda-nunda gadis itu. Tapi cepat atau lambat Kakak Gao akan mengambil alih posisi Pemimpin Gunung Hua, dan tidak membutuhkan orang seperti Hu Tiehua."
"Mengaku?" Shui Mu Yin Ji memandang muridnya dengan geli, menyaksikan pengaduan terang-terangan dan ekspresi suka-tidak suka ini.
Qi Xun memasang wajah polos, "Mengaku apa? Sekalipun aku tidak suka orang ini, aku tetap harus mempertimbangkan hubungan diplomatis antara Istana Air Suci dan Gerbang Besi Berdarah."
Shui Mu Yin Ji akhirnya mengerti, muridnya yang paling suka cari masalah Qi Xun pasti ikut campur dalam hal ini. Tapi karena Qi Xun sendiri bilang ini tidak ada bukti di mata orang luar, dia memilih untuk tetap diam meski sudah tahu segalanya.
"Ada yang perlu kuantar ke Istana Air Suci saat aku pulang nanti?" tanya Shui Mu Yin Ji sebelum pergi.
"Bawa Liu Wumei saja," jawab Qi Xun setelah berpikir sejenak. "Sekarang aku bisa percayakan dia."
Kalau Liu Wumei masih bisa membuat masalah dalam situasi seperti ini, atau punya "pilihan kedua" soal "manusia mencari tempat lebih tinggi", Qi Xun malah akan salut padanya sebagai orang berbakat.
Setelah kepergian Shui Mu Yin Ji, musim gugur pun semakin dalam menyelimuti Jiangnan.
Hanya dalam dua tiga hari, beberapa orang lagi meninggalkan Perkebunan Keluarga Xue.
Bagaimanapun, operasi penumpasan perompak laut ini tidak bisa diselesaikan dalam satu dua hari. Di wilayah Jiangnan, mengirim surat pemberitahuan dan memanggil bantuan untuk berkumpul kembali juga tidak terlalu rumit. Zuo Qinghou pun membawa Zuo Mingzhu pulang terlebih dahulu ke Perkebunan Melempar Cangkir.
Saat ayah dan anak ini pergi, Xue Bin masih dipaksa berlutut di aula leluhur keluarga Xue untuk introspeksi. Jadi Qi Xun tidak bisa melihat ekspresinya, tapi baginya, pacar "saling mencintai" telah kabur, calon istri hasil perjodohan keluarga juga hilang. Qi Xun jelas sangat senang melihatnya.
Selanjutnya adalah Nyonya Hua.
Xue Yiren masih sakit parah dan belum pulih, Xue Honghong pun belum bisa pergi. Hua--
Jin Gong yang khawatir dengan putri sulung Shi dan Shi Chuanzong di perkebunan, juga kembali ke Desa Shijia.
Terakhir yang pergi adalah Nyonya Jin. Ia meninggalkan Jin Lingzhi di Perkebunan Keluarga Xue dan pulang lebih dulu.
Banyaknya kepergian orang membuat perkebunan terasa semakin sepi.
Meskipun sebagian besar pepohonan di Perkebunan Keluarga Xue tetap hijau sepanjang tahun, hal itu tidak menghalangi aura kemurungan dan kekerasan yang menyergap saat Qi Xun membuka pintu halaman tamu.
"Nenekku benar-benar sangat menghargaimu," kata Jin Lingzhi sambil berjalan-jalan di taman bersama Qi Xun. "Tenang saja, keluarga kami tidak akan merugikanmu. Mengingat maksud nenek adalah agar kau menggunakan Tianshui Divine Art untuk melawan musuh, informasi tentang Shi Tianwang dan bawahannya pasti akan diselidiki secara menyeluruh. Tapi ini pertama kalinya aku mendengar nenek menyuruhku menjadi asistenmu."
"Sebelumnya mungkin dia hanya akan berkata, 'Kau adalah Putri Taman Panjang Umur dan Berkah kami, tidak perlu merendahkan diri di hadapan orang lain. Saat beraktivitas di Jianghu, bersikaplah tegas agar orang tidak menganggapmu lemah.'" Qi Xun tersenyum manis. Peniruan nada bicara Nyonya Jin yang khas membuat Jin Lingzhi terkikik kecil.
Setelah melangkah beberapa langkah, Qi Xun berkata lagi: "Nyonya Jin percaya padaku, aku tidak boleh mengecewakan kepercayaannya. Urusan di perairan tentu paling dimengerti oleh mereka yang bergerak di bidang itu. Sebelumnya Yun Conglong membantu Qu Wurong berdua menjemput para gadis itu, kini seharusnya mereka sudah menerima kabarku dan segera tiba."
"Kurirmu itu pasti tidak hanya mengantar surat ke Tuan Bang Yun kan?" Andai saja Qi Xun tidak bersikeras bahwa kurir ini benar-benar satu-satunya, Jin Lingzhi mungkin sudah meminta satu untuk dirinya.
Tapi seperti halnya memaksa harimau menjadi tunggangan tidak bisa dipaksakan, mendapatkan kurir berkemampuan seperti ini juga harus sabar menunggu takdir.
“Tentu ada juga Komandan Wu Zongduo, sebelumnya dia membawa Hai Kuotian untuk mencari jejak Pulau Kelelawar di laut, kini juga seharusnya sudah kembali. Aku juga meminta bantuannya untuk hal lain. Dengan mengendalikan Hai Kuotian, itu sama saja dengan mencengkeram urat nadi Gank Paus Ungu. Sedangkan Gank Paus Ungu memang punya jaringan mata-mata di laut. Orang ini tentu masih perlu memainkan peran, selain itu juga membantuku mencari seseorang di laut.”
“Mencari orang di laut tidak mudah.” Jin Lingzhi menyambung percakapan.
“Memang tidak mudah, jadi aku hanya mencoba saja. Jika berhasil tentu bagus, sebab di laut yang bisa dapat informasi tercepat belum tentu kekuatan seperti Gank Paus Ungu, lebih mungkin perompak solo di laut.”
“Perompak jenis ini sangat ahli. Dia harus tahu rute kapal dagang, menghitung kargo yang bisa dirampas, punya jalur khusus untuk menjual barang curian dan mencari informasi, yang paling krusial——”
“Dia pasti akan mencari cara untuk menghindari kekuatan besar yang mungkin bersaing dengannya dan memiliki keunggulan mutlak karena organisasi yang efektif. Artinya, dia pasti akan mencari tahu pergerakan kekuatan tak terduga seperti Shi Tianwang sebelum bertindak, agar tidak mengalami bencana ketika bertemu.”
“Inikah kebijaksanaan survival perompak solo?” Jin Lingzhi merenung.
“Benar, yang kuminta Kepala Wu cari adalah Xiang Tianfei - nomor satu di antara perompak solo. Jika ditemukan, dengan kekayaan keluarga Jin, kita bisa menyewanya sebagai tentara bayaran?”
“Seharusnya tidak masalah,” jawab Jin Lingzhi bukan asal-asalan. Dia cukup paham dengan Xiang Tianfei yang hanya merampas tanpa membunuh, punya prinsip sebagai perompak solo. “Sekarang tinggal lihat——”
Tinggal lihat apakah Wu Weiyang bisa menemukannya.
Dia baru ingin menyambung kalimat tiba-tiba mendengar keributan di halaman depan.
Beberapa kata yang tersampaikan masuk ke telinga, membuat keduanya saling memandang dengan sorot mata yang menunjukkan kegembiraan.
Baru saja membicarakan Wu Weiyang, pria itu pun segera datang.
Saat Qi Xun menyilangkan tangan di belakang dan melangkah masuk ke halaman depan, dia melihat Wu Weiyang sedang mengamati Chai Yuguan dari ujung kepala hingga kaki dengan tatapan kritis. Sekilas, sikapnya terlihat cukup mengintimidasi. Hanya orang yang benar-benar mengenalnya yang tahu bahwa sebenarnya dia bersikap ukan dan menunjukkan kondisi "Si Kurang Akal".
"Kaulah orang yang akan Wakil Pemimpin Istana Qi perkenalkan ke Shenlong Bang? Dasar ilmu tenaga dalammu kok kayaknya kurang matang ya?"
Wu Weiyang adalah tipe orang yang langsung mengungkapkan isi hatinya, bahkan lebih jujur dibanding Jin Lingzhi.
Mendengar ucapan penuh penghinaan yang tak tersamarkan ini，
meski Chai Yuguan sudah mempersiapkan diri bahwa ia mungkin tak langsung mendapat posisi strategis saat baru bergabung dengan Shenlong Bang, tetap saja merasa seperti kena serangan jantung.
Tapi ia benar-benar tak punya keberanian untuk membantah.
Tujuh belas tahun pertama hidupnya dijalani dalam kemewahan, usia 18 hingga 20 tahun meski berada di tempat dengan fondasi ilmu tenaga dalam unggul seperti Shaolin, tetap saja hanya sebagai biksu pekerja biasa.
Saat ini dia belum mendapatkan kesempatan untuk menjadi Raja Kuaile.
Dia benar-benar tidak punya kesempatan mempelajari ilmu tenaga dalam yang mendalam.
Dia yakin suatu hari akan sukses, tapi itu tidak mengubah fakta bahwa sekarang Wu Weiyang menganggapnya tidak kompeten, hanya bisa masuk ke Shenlong Bang dengan menggunakan koneksi.
"Aku serius, Adik, nama bagus seperti Yingming tidak berguna. Lebih baik tingkatkan kemampuanmu, itu baru pondasi hidup." Wu Weiyang mengeluarkan suara 'tsk' dua kali, baru mengalihkan pandangan dari Chai Yuguan ketika Qi Xun masuk.
Chai Yuguan selama beberapa hari terakhir berada di samping Li Yuhan, melihat para sesepuh dunia persilatan di Perkebunan Keluarga Xue, sudah merasa dirinya memiliki tanda-tanda akan meroket. Saat ini ia menahan emosi sekuat tenaga agar tidak menampakkan ekspresi dengki ketika Wu Weiyang menoleh.
Ia segera merasa lebih baik setelah mendengar perkataan Qi Xun, "Pemimpin Wu, jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan. Saudara Chai ini punya tugas penting yang akan kuserahkan padanya."
"Apakah dia memiliki kemampuan khusus yang tak diketahui orang?" Wu Weiyang masih percaya pada penilaian Qi Xun.
"Aku ingin mengirimnya ke suatu tempat untuk menjadi mata-mata di Kelompok Ekor Panjangmu."
Begitu Qi Xun selesai bicara, Wu Weiyang langsung menepuk tangan sambil tertawa lebar: "Benar! Benar! Orang semacam ini memang tidak pantas kupekerjakan. Siapa sangka kita akan menjadikannya mata-mata? Tempat yang bagus, sungguh tempat yang tepat!"
"……" Qi Xun hampir tak bisa menahan tawa.
Jawaban polos Wu Weiyang ini, mau tak mau, benar-benar—
Memiliki daya memukau sekaligus menghina.
