Namun sebagai rekan bersalah yang terus mempertanyakan makna kehidupan, Putra Mahkota Song kini paham: kadang diam adalah jawaban terbaik.
“Namun di sisi lain, ia dikaruniai wajah yang tegas dan gagah. Saat mengerutkan alis tebalnya yang masih terlihat jelas ke arah An Long, kilauan golok seolah terkumpul di raut wajahnya, membuat Pemimpin Tianlian Zong yang sejak awal hanya berniat menyelamatkan diri ini spontan mundur selangkah.”
“Anak muda ini aura mengerikannya sungguh kuat!”
“Hanya gurauan belaka, kau tahu wilayah Bashu kami tidak terlalu mempermasalahkan hal seperti ini.” An Long tetap tersenyum ramah. Siapapun yang melihat wajah licin ini paham, marah padanya sungguh tak perlu. “Saat berbisnis di Sichuan, saya sempat berurusan dengan Bos Besar Rumah Judi Chuan Nan, Huo Qingqiao. Terseret kebiasaan buruknya, Putra Mahkota Song jangan tersinggung.”
Song Que yang lama menetap di Lingnan memang pernah mendengar reputasi Rumah Judi Chuan Nan. Tempat ini merupakan kasino terbesar di Chengdu. Bahkan Benteng Duzun pun harus memberi mereka ruang. Jika dipikir, perkataan An Long ini cukup masuk akal.
Qi Xun memotong percakapan antara kedua orang itu: "Bos An lebih baik jangan berharap bisa kaya dari perjudian ini. Kini Kota Chang'an bukan tempat yang aman untuk mencari uang."
"Betul, betul." An Long tersenyum lebar dan menangkupkan tangan ke arah Qi Xun, "Mohon tunjukkan jalan yang sah."
Ini adalah isyarat menyerah.
An Long bukan hanya memiliki tangan terampil karena kebutuhan menguasai Tianxin Lianhuan, tapi juga mata yang pandai membaca karakter orang. Saat mengamati Song Que sebelumnya, ia sengaja mengalihkan sebagian perhatiannya pada Qi Xun - sosok yang bisa membuat Zhu Yuyan dan Xi Ying tunduk.
Sebelumnya ia menganggap Xie Hui, putra mahkota Benteng Duzun yang dianggapnya sebagai saudara, juga termasuk orang berpengaruh. Hanya saja dalam menilai wajah asli Fan Qinghui, penerus Ci Hang Jing Zhai, ada sedikit bias akibat filter cinta pertama seorang pemuda.
Jika tidak ada kejadian tak terduga dalam urusan besar, orang ini pada akhirnya akan menjadi penguasa regional.
Namun saat bertemu Song Que, dia menyadari bahwa meski sama-sama bakat muda, ada tingkatan yang berbeda.
Ketika pandangannya beralih ke Qi Xun, dia merasa membandingkan Xie Hui dengannya adalah suatu penghinaan.
Dengan sengaja mengamati, An Long menemukan bahwa Qi Xun juga menunjukkan kekuatan yang dominan dalam proses seleksi dua arah ini.
Gulungan lukisan Da Zongshi yang dipecahkan oleh Liao Kong Chanshi, dan Shanzi Jing yang dilengkapi melalui halaman sobekan prediksi berulang kali, meski mustahil memiliki efek supernatural mengontrol matahari, telah mencapai batas antara hidup dan mati.
Cara unik penyatuan Tiga Kitab dalam mengalirkan energi internal, dengan tenaga dalam sembilan lapis Mingyu Gong yang mengalir diam-diam ke seluruh tubuh, seolah seperti Xi Ying yang memancarkan Tenaga Ungu Jaring Surgawi melalui pupil matanya, memberikan sisa-sisa energi Shenzhao Jing pada sepasang mata yang sedang bertatapan dengan An Long melalui metode yang khas.
Ilmu bela diri Tianlian Zong memang memiliki unsur cabang aliran Zen, membuat An Long hampir langsung kalah dalam bentuk konfrontasi khusus ini.
Ia semakin merasa bersyukur, karena tidak sempat mengeluarkan pendapat oposisi yang tidak pantas—meski masih ada Benteng Duzun sebagai sandaran—ketika Xi Ying datang mencarinya untuk memilih seorang Kaisar Suci bagi Sekte Iblis.
"Jalan yang sah tidak berani kusebut, tapi benar ada urusan penting yang harus Bapak Pemimpin An Long kerjakan." Qi Xun menyipitkan matanya yang tampak sangat ramah, namun An Long menangkap maksud tersirat dalam ucapannya: jika gagal menyelesaikan tugas ini, nyawanya tak layak dipertahankan.
"Nona Qi silakan bicara terbuka."
Qi Xun: "Mohon Pemimpin An Long mengembalikan Jenderal Wu Mingche ke Chen Selatan. Sebagai imbalan, tolong dorong Ekspedisi Utara Chen Selatan."
"......" Mungkinkah orang ini menyederhanakan Ekspedisi Utara seperti membagikan hadiah?
An Long sempat mempertanyakan makna kehidupan, namun segera menyadari ini sebenarnya bukan hal yang mustahil.
Chen Xu mustahil tidak mengetahui keberadaan Sekte Iblis.
Meskipun dia menerima biksu agung yang mengungsi ke selatan setelah Kaisar Wu dari Zhou Utara memberantas agama Buddha, bahkan mendorong berdirinya Sekte Tiantai, kenyataannya baik Biara Jingnian Chan maupun Ci Hang Jing Zhai tidak mendukungnya.
Manusia di akhir masa jabatan selalu ingin mengambil risiko. Dalam situasi seperti ini, tawaran dari Sekte Iblis
mungkin akan menjadi pemicu keputusannya.
Yang pasti, An Long sangat yakin dengan kemampuannya memutarbalikkan fakta.
“Kalau begitu, sesuai keinginan Nona Qi.” An Long terdiam sejenak sebelum membungkuk hormat.
An Long memang seorang pria aksi.
Seseorang yang dalam alur cerita aslinya sempat bermusuhan dengan Shi Zhixuan dan Xie Hui, bahkan membuat Shi Zhixuan memerintahkan Hou Xibai menciptakan Ilmu Memetik Bunga khusus untuk melawan teknik Tianxin Lianhuan miliknya—jika masih bisa hidup nyaman, pantas disebut orang yang luar biasa.
Sementara Xie Hui masih merenungi kabar hilangnya "Dewi Ci Hang Jing Zhai"-nya, tak tahu kapan sang dewi akan datang ke Kota Chang'an, An Long telah menyelundupkan Wu Mingche ke dalam rombongan dagang Tianlian Zong dan mengirimnya keluar Chang'an di bawah gelapnya malam.
Ini memang rute pengiriman yang memutar: dari Chang'an menuju Chengdu, menyusuri Sungai Panjang melewati Linzhou, Kaizhou, Xinzhou, hingga mencapai Jiangling—kota yang pernah dikepung banjir oleh Wu Mingche.
Perjalanan berikutnya mengikuti arus sungai ke timur, ditemani oleh An Long yang menyamar sebagai pedagang besar namun sebenarnya adalah ahli Sekte Iblis. Mustahil ada masalah dalam pengawalannya.
Yuwen Huaji beralasan meski masih muda, ia mampu memimpin misi pelacakan tawanan yang kabur dari penjara bawah tanah untuk Klan Yuwen. Namun pengalamannya tak bisa menyaingi An Long yang sudah lama berkecimpung di Jianghu.
Setidaknya dalam hal menyelundupkan orang keluar Kota Chang'an sambil menghindari patroli Klan Yuwen, An Long benar-benar membuat penerus keluarga Yuwen ini tak menyadari sedikitpun jejak.
Setelah Qi Xun dan Song Que mengunjungi Klan Dugu lagi - menurut Song Que mereka "kucing menangisi tikus" - mereka duduk di rumah pekarangan yang diselimuti salju, merebus teh dengan air salju sambil mendengar kabar lucu tentang operasi pencarian.
Disebut lucu karena para pelakunya baru berusia sekitar 10 tahun. Tapi jika dikaitkan dengan hubungan latar belakang kedua belah pihak, kisah ini sebenarnya tak lagi bisa dianggap lelucon.
Putra kedua Adipati Sui, Yang Guang, yang kelak akan menjadi Kaisar Yang dari Sui, turut campur dalam urusan ini.
Sebelumnya, ketika Qi Xun belum tiba di Chang'an, dia mendengar bahwa ayahnya telah merencanakan untuk menjodohkannya dengan putri Xiao Min dari Liang Barat sebagai calon istri, namun ditunda karena usianya yang masih belia.
Saat permaisuri utama Yang Jian, Dugu Jialuo, masih hidup, hubungan antara Yang Guang dan Yang Yong masih terbilang harmonis. Lebih tepatnya, di usia 10 tahun ini, sang bocah lelaki masih menunjukkan kesombongan khas anak bangsawan klan besar Chang'an, mengingat Yang Jian belum naik takhta.
Entah apakah terjadi perselisihan verbal antara Yuwen Huaji dan Yang Guang selama operasi pencarian, kedua pihak ini akhirnya terlibat perkelahian.
Sebenarnya, perkelahian anak-anak biasa tidaklah masalah, mengingat tinju bocah takkan mematikan. Namun ini bukanlah zaman sejarah biasa, melainkan dunia dengan latar belakang seni bela diri tingkat tinggi.
Seni Bing Xuan Jin yang dikuasai Yuwen Huaji bahkan dianggap oleh Yuwen Shang, ahli terhebat Klan Yuwen yang telah tiada, sebagai bakat penerus yang menjanjikan. Sementara Yang Guang juga bukan orang yang lemah tak berdaya.
Pertarungan antara dua orang seperti ini jelas bukan sekadar perkelahian anak kecil.
Namun yang mengejutkan, yang terluka lebih parah justru Yuwen Huaji.
Qi Xun menyesap tehnya, dalam hati mengeluh tentang dosa karma ini.
Dalam kudeta Jiangdu asli, Yuwen Huaji yang memimpin Pasukan Pengawal Xiaoguo bersekutu dengan Sima Dexian untuk membunuh Kaisar Yang dari Sui. Kini, dengan Kaisar Zhou Utara masih berkuasa dan Yang Jian berada di bawah pengawasan ketat Kaisar Tianyuan, kemungkinan konflik antara Yang Guang dan Yuwen Huaji di lingkungan Kota Chang'an sebelumnya sangat kecil. Namun nyatanya kedua pihak ini tetap bertikai. Bukankah ini benar-benar dosa karma?
Yuwen Huaji tidak hanya terluka biasa. Salah satu lengannya bahkan nyaris terpotong oleh Yang Guang.
Mengatakan "hampir" karena, menurut Xi Ying yang membawa kabar ini, bocah Yuwen Huaji itu segera mengaplikasikan Bing Xuan Jin ke separuh lengannya, menghalangi pisau tajam di tangan Yang Guang, sehingga menyelamatkan tangannya.
"Tebak apa yang terjadi selanjutnya?" Kali ini Xi Ying yang tidak jadi bahan tertawaan malah menikmati drama orang lain, terlihat begitu bersemangat bahkan sempat-sempatnya menjual teka-teki.
Namun seketika itu juga ia melihat Qi Xun, Song Que, dan Zhu Yuyan di halaman ini menatapnya serentak.
Xi
Ying tiba-tiba tersadar, ia seharusnya tidak melakukan tindakan bodoh ini. Bagaimana tidak, dari keempat orang yang hadir, mungkin sulit menentukan siapa peringkat dua atau tiga, tapi siapa yang paling bawah dalam rantai makanan ini sudah jelas.
“……Sudahlah, aku langsung bicara saja.” Xi Ying tersenyum kikuk, “Kemudian Yuwen Huaji dengan luka parahnya, dibawa Yuwen Shu menghadap paman dan kakek angkat mereka – maksudku Yuwen Yun. Tentu saja mereka mengaku bersalah atas kaburnya beberapa tahanan, tapi tanpa ragu mereka juga melaporkan Yang Jian, bilang kalau tak bisa mendidik anak itu satu hal, yang sekarang cuma merusak urusan negara, tapi nanti siapa tahu bakal menggagalkan informasi militer penting.”
“Yuwen Huaji ini tidak sederhana.” Qi Xun berkomentar, “Kalau dia tidak bentrok dengan Yang Guang, mungkin akan kena sanksi karena gagal menangkap Wu Mingche dkk. Tapi sekarang penyebab kegagalan operasi penangkapan bukan semata kemampuannya yang kurang, ada juga pihak lain yang mengacaukan situasi, jadi dia lebih nyaman.”
“Apakah Yang Guang benar-benar bertemu dengannya secara kebetulan atau sengaja dijerat, itu sudah tidak penting lagi. Fakta yang jelas, dia seharusnya bisa mengalahkan Yang Guang, tapi karena menahan diri malah membuatnya terluka. Karena fenomena aneh ini, Klan Yuwen pertama kehilangan ahli terkuat mereka, sekarang junior mereka juga dipermalukan. Setelah mengakui hubungan kekerabatan dengan Yuwen Yun, tentu mereka harus diberi penjelasan?”
Zhu Yuyan menyambung: “Yang lebih menarik, dia memilih target yang paling tepat untuk diserang. Yang Jian sudah lama dicurigai Yuwen Yun. Siapakah yang perlu menyerang putra orang yang memiliki pertanda gaib? Tentu mereka yang juga menginginkan klaim takdir surgawi.”
“Yang Jian harus menerima tuduhan ini.” Ujung jari Qi Xun mengetuk tepian cangkir, matanya menyiratkan lamunan.
Bagaimanapun tuduhan sudah diterima, apakah ini tuduhan palsu atau tuduhan yang lebih buruk sepertinya tidak ada bedanya?
Perilaku Yuwen Huaji pada malam kematian Yuwen Shang juga mendapat perhatian Qi Xun. Meski belum memiliki kemampuan mengamuk yang dahsyat, bocah ini jelas bukan anak biasa.
Membiarkan sosok seperti ini tumbuh dalam kekacauan dan mewarisi warisan Klan Yuwen sama saja dengan mencari masalah sendiri.
Dari luka parah hingga meninggal... sebenarnya tidak ada jarak yang terlalu jauh, bukan?
Xi Ying tiba-tiba merasakan dingin di punggungnya.
Qi Xun dengan santai menuangkan teh segar untuk dirinya: "Pemimpin Xi, An Long sudah punya urusan. Kukira kau juga tidak ingin ketinggalan?"
"..." Taktik provokasi! Ini jelas-jelas taktik provokasi!
Tapi sebagai anggota Sekte Iblis, prinsip "menindas yang lemah dan takut pada yang kuat" sudah mengakar dalam diri Xi Ying.
"Alasan Qi Xun sebelumnya bisa menggantikan identitas Sekte Hua Jian dengan dalih bisa merampas warisan mereka, lalu 'melamar' posisi Kaisar Suci dari Dua Sekte Enam Jalan Sekte Iblis, sejujurnya karena Xi Ying tidak mampu mengalahkannya dan memiliki rasa takut yang mendalam padanya."
Sekarang pun tidak terkecuali.
Xi Ying bahkan tidak tahu metode apa yang digunakan Qi Xun, sehingga meski dia pernah mengganti tempat persembunyian sekali, sang gadis tetap bisa menemukan lokasinya dengan akurat. Ini membuktikan bahwa kemampuan lawannya jauh melampaui imajinasinya.
Maka dari itu, sama seperti An Long yang tidak bisa menolak permintaan Qi Xun untuk membujuk Chen Selatan menggalang Ekspedisi Utara usai mengembalikan Wu Mingche, Xi Ying sebagai Pemimpin Sekte Mie Qing juga tidak bisa menolak tuntutan untuk sementara menjadi tukang pukul di bawah komandannya.
"Lebih baik Nyonya berbicara terang-terangan saja." Setelah menyadari penuh bahwa Zhu Yuyan tidak akan membantunya dalam hal ini, Xi Ying memutuskan untuk menjadi orang yang tahu diri.
“Bunuh Yuwen Huaji. Kau pasti tahu penyakit apa yang harus menjadi penyebab kematiannya?”
Seandainya Yuwen Shang masih ada, Xi Ying memang tak bisa bebas keluar-masuk Klan Yuwen. Namun fakta bahwa Klan Yuwen kini kekurangan kekuatan tempur puncak, meski penjagaannya ketat, tak bisa dipungkiri.
Xi Ying benar-benar bisa membunuh Yuwen Huaji.
"Ngomong-ngomong, untuk membunuh calon penerus Klan Yuwen ini, bukankah sebenarnya tak perlu aku yang turun tangan?" gumamnya tak tertahan.
Qi Xun tak mungkin menjelaskan bahwa mengirim Xi Ying adalah cara untuk membuatnya terlibat lebih dalam dalam rencana ini.
Apalagi, Qi Xun dan Song Que masih punya urusan penting: pertarungan melawan Yue Shan si Pedang Tirani.
Dalam suasana ibu kota yang belakangan dipenuhi berbagai peristiwa besar kecil,
pertarungan ini terasa tak selaras dengan nuansa Kota Chang'an, seolah adegan pertarungan penuh semangat menyusup ke dalam drama politik layaknya komik remaja penuh semangat.
You Chuhong masih ingat bahwa sebelumnya Yuwen Yun pernah mengatakan bahwa dia tertarik dengan pertarungan ini dan ingin menonton dari samping sebagai penonton.
Namun dengan tingkat penjagaan berbagai klan besar yang seharusnya ketat, ternyata masih ada orang yang mengalami musibah secara berturut-turut. Hal ini membuatnya meragukan kemampuan pertahanan para ahli bela diri yang mengklaim diri sebagai pendekar.
Ketika You Chuhong menanyakan hal ini melalui perantara, Yuwen Yun yang biasanya suka kemewahan justru tidak melanjutkan keinginannya untuk berpartisipasi. Sebaliknya, dia meminta agar acara yang sudah ditetapkan pada tanggal satu bulan pertama itu dijauhkan dari rombongan patroli jalanannya.
Qi Xun juga tidak terlalu memperhatikan hal ini.
Upaya Yuwen Yun mengembangkan kesenian Qihan Huxi sebagai budaya tari dan nyanyi Zhou Utara tidak mengurangi jumlah penonton yang diinginkannya. Sedangkan candaannya sebelumnya dengan Liao Kong Chanshi tentang memanfaatkan pertarungan pendekar golok untuk melakukan pembunuhan Kaisar, sebenarnya hanyalah lelucon untuk memaksa Liao Kong keluar dari meditasi tutup mulutnya.
Faktanya, Yuwen Yun tetap hidup sampai Mei tahun kedua Daxiang - waktu yang seharusnya menjadi tahun kematiannya karena sakit - justru jauh lebih bernilai bagi Qi Xun.
Memang Yuwen Yun bukan penguasa yang bijaksana, bahkan kendali atas urusan pemerintahan saat ini sudah sangat lemah. Namun selama dia masih hidup, demi legitimasi perwalian, Yang Jian tetap harus menjadi "Yang Jian yang sekarang".
Bagaimana lagi? Para pengikut yang setia kepada Yuwen Yun mampu menekan ambisi Yang Jian untuk merebut posisi sejak dalam tahap embrio.
Berbagai tindakan provokatifnya sebelumnya di ibu kota, ditambah dengan keseimbangan kekuasaan selama Yuwen Yun masih hidup, jelas lebih baik daripada langsung terjun ke kekacauan.
Seperti pisau tumpul mengiris daging...
Song Que merasa mungkin pendengarannya bermasalah, karena baru saja mendengar Qi Xun berkata "Bukankah ini cuma pertarungan biasa?"
"Entah kenapa, kalau ucapan itu keluar dari mulutmu, tingkat kredibilitasnya langsung anjlok," komentar sinis Song Que.
Dengan operasi Qi Xun yang memiliki setidaknya seribu akal, dia malah mengucapkan penilaian "sederhana" – Song Que sama sekali tidak percaya.
Siapa tahu, kesederhanaan ini mungkin menyembunyikan maksud untuk menunjukkan gaya "Santo Penguasa Sekte Iblis" di depan Yue Shan si Pedang Tirani yang satu sekte, atau kesempatan merebut kitab Sekte Hua Jian dari gadis kecil di samping Yue Shan dengan alasan yang lebih wajar.
Yang jelas bagi Song Que kini, semua kejadian yang diciptakan Qi Xun di Kota Chang'an ini sama sekali tidak bermaksud merugikannya.
Setelah menggerutu, tiba-tiba dia tersenyum: "Sudahlah, jika kau bilang ini bisa dianggap pertarungan sederhana, tak apa-apa berlaku sederhana sekali."
Pemuda berbaju hitam berdiri dengan golok di punggungnya, menundukkan mata dan alisnya sambil tersenyum.
Pertarungan yang lebih sederhana pun tak masalah.
Di zaman sekarang, tidak banyak orang yang menggunakan golok dan setia pada golok. Pertarungan yang sudah Song Que antisipasi sejak meninggalkan Lingnan ini, tidak ingin ia lewati dengan penyesalan.
Meski begitu, ketika tiba di lokasi pertarungan yang diatur Klan Dugu di kota, Song Que menangkap nuansa emosi yang sulit ditebak dari sorotan mata Yue Shan yang terpisah separuh arena.
Tampaknya lawannya tidak sesantai dirinya...
Song Que bahkan bisa menebak maksud Yue Shan tanpa perlu berkomunikasi.
Duel antar pendekar golok ini terasa sangat tidak sesuai dengan waktu dan konteksnya.
Pencapaian Martial Arts setinggi Yue Shan memungkinkannya dengan mudah mengamati para saksi pertarungan di bawah panggung.
“Jalinan kisah atau transaksi yang pernah terjadi antara Zhu Yuyan dan dirinya, membuatnya langsung mengenali identitas wanita berbaju putih dan bermasker di samping Qi Xun saat pertama kali melihatnya.
Situasi yang bahkan mungkin tidak bisa disebut sebagai mantan kekasih ini, membuat Yue Shan kesulitan menentukan sikap apa yang harus digunakan saat berhadapan dengan Zhu Yuyan.
Ia berusaha keras memusatkan pandangan pada golok di tangannya, baru kemudian berhasil meredakan gejolak emosi yang mengganggunya.
"Sebenarnya menurutku tidak perlu terpaku pada pertarungan ilmu golok. Mengalahkan Yue Shan si Pedang Tirani di hadapan publik juga bisa dianggap prestasi di Sekte Iblis," kata Zhu Yuyan yang mengabaikan kekikukan sesaat Yue Shan.
"Andai saja aku tidak melihat sendiri interaksimu dengan Song Que belakangan ini, mungkin akan kukira kamu sengaja mengangkatnya bukan hanya sebagai penguasa dunia, tapi juga sebagai Ahli Seni Bela Diri dan pemimpin para pendekar golok."
Zhu Yuyan melirik Song Que, sudut bibirnya menyentak. "Membesarkan anak sendiri pun tak serumit ini, Benar kan?"
Qi Xun tersenyum kecut.
"Aku selalu punya prinsip: tidak pernah melakukan sesuatu tanpa imbalan. Itu pun harus imbalan yang menguntungkanku sendiri." Jawabnya setelah berpikir sejenak.
Alasan mengirim Song Que untuk melawan Golok Penguasa? Tak lain karena Qi Xun tak terlalu menganggap Yue Shan sebagai tandingan sepadan. Dengan mengandalkan kemampuan tempur Song Que untuk mengalahkannya, tugasnya tetap terselesaikan sambil bisa mencapai tujuan sampingan - win-win solution.
Mengapa mendorong Pasukan Song ke panggung persaingan kekuasaan? Di dunia dengan sumber daya dan perkembangan Martial Arts yang sudah mencapai level saat ini, sistem daur ulang anchor point bisa menjadi persiapan untuk keadaan darurat.
Orangnya sama sekali tidak harus Song Que.
Andai ia muncul di era akhir Dinasti Sui sesuai setting The Legend of the Twin Dragons, tanpa ragu ia akan memilih Keluarga Li dan Li Shimin.
"Namun Kini, untuk menenangkan kekacauan Dinasti Selatan-Utara dengan cepat dan menghindari pengulangan kesalahan Dinasti Sui yang terpengaruh kelompok Guanlong yang berakar kuat, Song Que beserta Klan Song di belakangnya memang pilihan paling tepat."
"Seandainya bukan karena hubungan sebelumnya denganmu, mungkin aku akan mengira kau sedang berbohong untuk menenangkan situasi." Zhu Yuyan mengejek, namun melalui cadar tipis di wajahnya hanya terlihat sorot mata penuh selera humor, "Kalau dipikir-pikir, Putra Mahkota Song sebenarnya tidak seberuntung yang kukira sebelumnya. Tapi dibandingkan Xi Ying, Yue Shan, bahkan Bian Bufu atau Shi Zhixuan, dia pantas disebut 'orang bodoh yang beruntung'. Ngomong-ngomong tentang Master Liao Kong... Sayang kita tidak sempat bertemu formal di bawah tembok Zhongzhou, jadi aku tidak tahu bagaimana rupa sang master yang kau bawa pergi dengan kemarahan heroik itu."
"Perkataanmu ini lebih baik diucapkan secara pribadi. Biara Jingnian Chan memang memiliki konflik posisi dengan kalian, namun dalam menenangkan kekacauan dan kemarahan rakyat, mereka jauh lebih efektif dibandingkan Sekte Iblis. Master Liao Kong juga telah mengorbankan diri untuk rakyat. Dalam hal kemurnian niat, aku tak bisa menandinginya." Qi Xun ucapan bercanda Zhu Yuyan.
Pemimpin Sekte Yin Gui ini jelas memahami batasan ucapan. Tiba-tiba ia tersenyum manis, "Sikap formal Nona Qi dalam urusan publik justru membuatku semakin yakin akan keberhasilan rencana besar ini. Tapi melihat situasi ini..."
Benar-benar semua hanya tool character!
Zhu Yuyan tiba-tiba menyadari masih banyak yang harus dipelajarinya.
Kemampuan Qi Xun memperlakukan Song Que - yang bisa disebut sebagai nomor satu di dunia pria tampan - dengan sikap seperti ini, tentu akan memuluskan segala rencana.
Melihat Zhu Yuyan tak berniat melanjutkan pembicaraan, Qi Xun mengalihkan topik, "Ngomong-ngomong, aku pun pertanyaan. Di antara Dua Sekte Enam Jalan Sekte Iblis, Yue Shan termasuk aliran mana?"
“Dia, dia tidak termasuk ke mana-mana.” Pandangan Zhu Yuyan tetap tenang, “Jika tidak, mengapa kau pikir aku memilihnya? Sebelumnya aku memiliki ambisi besar untuk menyatukan Sekte Iblis, tentu tidak ingin penerus yang lahir memiliki keterkaitan dengan kekuatan lain di luar Sekte Yin Gui. Dengan begitu, ketika Sekte Yin Gui mengungguli sekte-sekte lain, tidak akan ada gangguan. Cara bertindak Yue Shan memang mencerminkan sifat kejam pembalas dendam khas Sekte Iblis, pantas dimasukkan ke dalam kategori anggota bebas di Sekte Iblis.”
“Tapi kini dengan Nona Qi yang mewakili menyelesaikan tujuan menyapu bersih Sekte Iblis dan menyintesis Kitab Tian Mo Ce, perhitunganku sebelumnya jadi terlihat kurang perlu.”
“Belum tentu,” kata Qi Xun dengan haru, “Setidaknya ini cukup membuktikan Permaisuri Zhu juga orang yang tidak mudah terbawa emosi. Dengan begitu transaksi kita bisa dilanjutkan.”
“Sudahlah, tidak usah dibahas lagi. Pertarungan ini harus segera dimulai.”
Zhu Yuyan masih ingin mengamati wajah gadis belasan tahun lebih muda ini, namun menyadari gadis itu benar-benar enggan melirik Song Que dan Yue Shan tadi. Kini ia justru tampak seperti penonton yang antusias.
Meski hari ini tanggal satu bulan pertama, suasana meriah kota nyaris tak terdengar di sini. Ini akibat upaya Klan Dugu mengisolasi area untuk mencegah dampak pertarungan kedua pihak terhadap warga.
Langit di atas kepala hari ini seolah ingin beresonansi dengan suasana hati anggota Klan Yuwen yang kehilangan calon
penerus, menciptakan aura mencekam bagai badai yang hendak melanda.
Di bawah langit kelam yang belum cerah, angin dingin yang menusuk tulang membawa lapisan salju berdesir. Saat menerpa bilah golok di tangan dua pendekar di atas panggung, terciptalah dentingan khusus.
Song Que tidak menggunakan Jing Zhong Yue yang diambil oleh Klan Dugu dari Liang Barat, melainkan memakai pedang hitam bersarung itu.
Berbalut pakaian hitam, memegang pedang hitam, rambut hitamnya yang diikat di belakang tertiup angin kencang. Seluruh sosoknya seperti terserap dalam monokrom hitam, memancarkan aura pedang yang menyepi dan membekukan darah.
Dibandingkan dengan keanggunannya saat menggunakan Golok Panjang Narcissus, golok yang nantinya dijuluki "Golok Surgawi" ini seolah membawa bobot filosofis khas dalam jalan goloknya.
Di seberangnya, meski sejak diundang ke Kota Chang'an Yue Shan si Pedang Tirani terkesan terjepit, hal itu tak mengurangi kewibawaan gelar "Penguasa Golok"-nya saat ini.
Kecerahan sesaat di wajahnya saat menitipkan Ming Yue ke kursi penonton pada Li Yuan telah lenyap tanpa sisa, bersama segala kegelisahannya atas kemunculan Zhu Yuyan yang tak lagi terlihat.
Bahkan saat tersenyum, ada kesan kejam dan arogansi yang tak terbantahkan, mungkin karena goloknya telah tercemari darah dalam jumlah yang tak terhitung.
Menurut pengamatan Song Que, bukan hanya bilah golok panjang di tangannya yang memancarkan aura merah darah, bahkan seluruh aura tubuhnya seolah terendam dalam nuansa kekerasan.
Ini adalah sosok yang mengembangkan ilmu goloknya sepenuhnya melalui pembunuhan.
Tapi apa artinya itu?
Saat meninggalkan Klan Song di Lingnan, Song Que pernah yakin dirinya takkan terkalahkan oleh siapapun. Sayangnya, kekalahan pertama justru datang dari Qi Xun. Namun trik yang dipelajarinya dari Qi Xun memungkinkannya bangkit cepat dari kegagalan awal itu.
Ketika berdiri tegak di hadapan Yue Shan, bertarung aura ilmu golok sebelum bahkan saling menyentuhkan bilah, ia menyadari: Pendekar golok yang terlihat seperkasa ini, dalam hal kelengkungan aura golok, mungkin bahkan tak lebih unggul darinya.
Jika Song Que merasakan hal ini, bagaimana mungkin Yue Shan tidak menyadarinya sama sekali.
Pendekar golok yang terlalu muda ini, yang terlalu mudah membuat kesan pertama tertuju pada wajahnya, saat mencabut golok—dari langkah kaki hingga genggaman tangan di gagang senjata, hingga gelora pertarungan yang baru mulai berkobar—tidak menyisakan celah kelemahan sedikit pun untuk ditemukan.
Bahkan di tengah pusaran pertarungan sengit antara ahli-ahli golok papan atas, di bawah sorotan pandangan yang berkerumun di sekitarnya, ia tetap tak kehilangan fokus.
Yue Shan teringat tanpa alasan pada surat tantangan yang pernah diterimanya. Kesombongan yang terpancar dari setiap baris surat itu, ternyata sama sekali tidak terlihat jejaknya di raut wajah pemuda ini.
Jelas, ini adalah tandingan yang sangat menakutkan.
Tapi panah telah di busur—harus dilepaskan. Golok telah di genggaman—manusia pun harus menggebu. Saat energi pertarungan Song Que menyatu sempurna dengan pedang hitamnya, Yue Shan tahu ia tak punya pilihan untuk menolak duel ini.
Kalau begitu... MARI BERPERANG!
Namun dia sama sekali tidak menyangka, sosok Song Que yang memberi kesan tajam bagai golok yang baru terhunus, ternyata setiap tebasan dan belahannya saat benar-benar bertindak justru memancarkan kestabilan bagai Gunung Tai.
Ilmu Golok Penguasa Yue Shan membelah langit, seolah menggerakkan seluruh tinta hitam di cakrawala untuk tercurah deras. Rintihan angin yang menusuk nyaris membentuk awan pekat berkilauan dingin yang menyakitkan mata.
Mungkin kebanyakan orang akan terpancing berlomba kecepatan di bawah tekanan senjata tajam ini, namun Song Que justru tak segan memperlambat gerakan menghadapi ilmu golok agresif lawannya, meski sekilas tampak kurang spektakuler.
Tepat di tengah hujan deras dan cipratan tinta dari gemerlap bilah-bilah golok, langkah mantap Song Que justru semakin menonjolkan kesan bak batu raksasa yang tak tergoyahkan di tengah badai.
Meski goloknya bergerak lambat, para ahli di lokasi melihat dengan jelas: sejak ayunan pertama, dia tak sekalipun mundur refleks.
Pedang hitam di tangannya memancarkan cahaya unik yang berkelap-kelip di bawah konfrontasi sinar golok sang tandingan, sementara bobot khas senjata ini tak menghalangi variasi tempo serangannya saat mengalihkan tajamnya golok lawan.
Layaknya pendekar golok mana pun, seumur hidupnya hanya ada
Maju!
Dan di depannya hanya ada satu tandingan itu semata.
Qi Xun patut mengagumi bakat Song Que yang luar biasa.
Jurus 【Garis Horizon Lautan dan Langit】 yang diajarkan Qi Xun kepada Song Que dalam perjalanan ke utara dari Jiankang, kini berubah menjadi taktik defensif-offensif khas ilmu golok Song Que, menjadi benteng tak tertembus bagi serangan Yue Shan.
Tapi pendekar golok senior yang gagal menggoyahkan pendekar baru dengan serangan dahsyatnya, sudah di ambang kekalahan.
Pada jurus ke-76 saat serangan gagal membuahkan hasil, Yue Shan merasakan golok di tangannya sesaat terasa berat. Dia segera menyadari ini bukan kesalahan yang seharusnya dia lakukan.
Namun sudah terlambat.
Golok Song Que telah mengarah ke dada Yue Shan.
……
Pandangan Yue Shan perlahan turun ke bawah, tertuju pada golok panjang di dadanya.
Senjata ini menekan dada lawan tanpa sedikitpun gemetar, menunjukkan kehadirannya dengan sikap pemenang paling tenang.
Kekalahan dari anak muda yang mungkin usianya baru setengah dari dirinya, menjadi pukulan terlalu dahsyat bagi Yue Shan.
Meskipun dia tidak membiarkan pedang hitam itu menembus dadanya dalam pertarungan ini untuk mengakhiri hidup, namun ketika kalah dari tangan lawan, reputasi yang dibangunnya lewat pembunuhan dan julukan Golok Penguasa-nya kini telah menjadi batu loncatan bagi anak muda ini.
Pada detik ini, Ming Yue yang sejak tadi tidak mengalihkan pandangannya dari wajah Yue Shan di tengah kerumunan, jelas melihat sang pendekar golok itu seolah tertindih sesuatu hingga punggungnya membungkuk, bahkan sorot matanya memancarkan aura kematian yang hampir tiba.
Tapi tentu dia tak boleh membiarkan diri berlari menghindar, bahkan harus tetap tenang layaknya senior yang dikalahkan junior: "Ilmu golok Tuan memang tak tertandingi, yang paling langka adalah ketangguhan dalam golokmu."
Sungguh sulit baginya untuk tidak iri pada Song Que.
Di usia muda seperti ini, pemuda ini telah mencapai level jalan golok yang hampir seumur hidup dia raih, namun masih menunjukkan potensi pertumbuhan yang mengejutkan.
Ini mungkin belum menjadi titik akhir baginya.
Tandingan sejatinya adalah orang-orang seperti Ning Daoqi, Bi Xuan, dan Fu Cailin!
Semakin banyak perbandingan, Yue Shan semakin merasa sulit untuk tidak kehilangan semangat hidup, hingga timbul sikap hampir seperti menghindar. Ia bertanya secara mekanis berdasarkan insting: "Sudahkah kau putuskan nama julukan apa yang pantas untukmu di masa depan? Gelar Golok Penguasa ini silakan ambil jika kau mau."
Song Que secara refleks menoleh ke arah Qi Xun mendengar ucapan itu.
Saat ia membelah kilatan golok Yue Shan, ia telah mendengar suara tepuk tangan. Kini, tepuk tangan yang perlahan mereda itu memang berasal dari tangan Qi Xun.
Gadis berbaju biru yang duduk tegak di sisi tribun tertawa sambil menepuk tangan. Desau angin dan bisik-bisik samar di sekitarnya sama sekali tidak mengganggu suaranya yang diperkuat tenaga dalam, dengan mudah mengalahkan semua kebisingan dan terdengar jelas hingga ke telinga semua orang—termasuk Song Que.
“Tuan Song, golokmu laksana naga mengalir, sempurna secara alami. Dengan keberanian ilmu golok yang mengetuk pintu langit, kini ditambah prestasi mengalahkan Golok Penguasa, mengapa tidak menggunakan julukan Golok Surgawi?”
Golok Surgawi?
Golok Surgawi Song Que!
Julukan yang bagus!
Siapa pun yang beruntung menyaksikan pertarungan Song Que dan Yue Shan ini, pasti tak akan menganggap julukan ini sebagai kesombongan yang berlebihan.
Bahkan Song Que sendiri, saat menggenggam erat golok hitam berpangkal tebal di tangannya, merasakan gejolak ambisi yang tak terucapkan.
170 tahun silam pernah ada orang yang menguak rahasia puncak jalan pedang hingga memecah dimensi. Tentu ia pun tak luput dari harapan serupa.
Di usianya yang baru 20 tahun, ia telah melihat kemungkinan dalam konfrontasi antara ilmu golok dan ilmu golok.
Meski satu kemungkinan yang terwujud dalam satu tebasan ini mungkin membutuhkan 40 tahun untuk dipahami, setidaknya ini jauh lebih bermakna daripada kebanyakan orang yang terperangkap dalam kebingungan di dunia sempit mereka.
Bagaimana mungkin dia tidak berani menyebut dirinya Golok Surgawi!
Meski setelah kerumunan orang bubar, bahkan orang yang kalah pun tak tahu ke mana perginya, mereka akhirnya kembali ke
pekarangan kecil itu. Song Que tiba-tiba merasa gelar ini sebenarnya tidak semenarik yang dibayangkan.
Xi Ying yang merasa berjasa membunuh Yuwen Huaji sedikit terbang angkasa, menepuk bahu Song Que: "Ternyata aku dan Tuan Song memang ditakdirkan bertemu. Gelarku Tian Jun [Dewa Langit], gelarmu Tian Dao [Golok Surgawi], sama-sama mengandung karakter 'Langit'."
Tapi tiba-tiba dia merasa ada yang janggal.
Terlalu sering tertipu, dia mulai mengasah insting layaknya binatang kecil.
Di bawah senyum manis Qi Xun yang mengintip ke arahnya, Xi Ying justru merasakan aura hukuman yang mengancam dalam senyuman itu.
“……” Xi Ying tersedu-sedu menelan ludah，“Mengapa Nona Qi menatapku dengan tatapan seperti ini?”
Qi Xun: “Pemimpin Xi seharusnya paham makna 'segala sesuatu yang berlebihan tidak baik'. Apa yang kita lakukan di Kota Chang'an kini sudah cukup. Kematian Dugu Feng, Yuwen Shang, dan Yuwen Huaji sebaiknya dibiarkan memfermentasi pengaruhnya. Jadi sekarang lebih baik kita mundur sementara, Setuju?”
“Setuju…” Xi Ying langsung menjawab tanpa berpikir.
Bermain taktik jelas bukan tandingannya Qi Xun, jadi mengikuti kemauannya pasti benar.
“Tapi Song Que baru saja mengalahkan Yue Shan. Seorang pendekar golok berbakat setinggi itu, di Kota Chang'an yang merupakan tempat berkumpulnya klan-klan besar, jika pergi tanpa pamitan sama sekali, bukankah akan menimbulkan kecurigaan? Atau mungkin—dia begitu sombong karena merasa didukung Pasukan Song di belakangnya, sampai berani meremehkan klan Dugu, klan Yuwen, bahkan keluarga kerajaan Zhou Utara. Ini jelas bukan pertanda baik, bukan?”
“Ya… mungkin…” Xi Ying merasa dirinya sudah terperosok dalam jebakan.
“Saat ini kita perlu alasan yang paling sesuai dengan sifat pemulanya, agar dia membawa serta saya meninggalkan Chang'an. Menurut Tuan Xi, jika ada alasan seperti ini, apakah perlu segera bertindak sebelum kabar kemenangan Song Que atas Golok Penguasa dan pencapaian julukan Golok Surgawi menyebar di ibu kota, sehingga undangan mulai berdatangan?”
“Tentu saja.”
Xi Ying tak punya pilihan selain menyetujui.
"Saat bertemu An Long, cahaya emas samar yang pernah muncul di mata Qi Xun terlihat kembali oleh Xi Ying. Ini jauh lebih menakutkan dibandingkan mata ungu berapi hasil latihan Tenaga Ungu Jaring Surgawi miliknya."
"Dalam situasi tidak bisa menang, mengakui kelemahan adalah sifat terbaik manusia," demikian kata Xi Ying sang Pangeran Surga.
"Jika Tuan Pemimpin Xi bersedia berkoordinasi, itu akan sangat baik!"
Senyum manis Qi Xun beradu dengan wajah pucat Xi Ying di hadapannya, yang merasa seperti dilemparkan ke gua es.
"Tunggu, aku..." Kapan dia setuju untuk bekerja sama???
"Baru dapat julukan Golok Surgawi, Song Que mendengar ada anggota Sekte Mie Qing bernama Pangeran Surga yang 'menodai' karakter Tian (surga). Emosi pemuda itu berkobar: sampah masyarakat tak pantas pakai karakter Tian! Begitu dapat kabar Xi Ying di Chang'an, dia langsung mengejar ribuan li untuk membunuhnya dengan golok. Bukankah alasan hening dari Chang'an ini sangat pas?"
Zhu Yuyan sudah tertawa terbahak-bahak tanpa memberi muka sedikit pun pada Xi Ying.
Xi Ying sama sekali tidak ingin berbicara lagi.
Apa ini namanya, membunuh seorang Tian Jun untuk menghibur Golok Surgawi ini?
Meski tahu jelas bahwa nada bercanda masih dominan dalam perkataan Qi Xun, Xi Ying tetap tak bisa menahan diri untuk tidak mengangkat tangan tanda menyerah ketika melihat Qi Xun menyuruh Song Que menyerahkan golok, lalu menghunus pedang hitam itu ke arahnya.
"...Nona Qi, menggunakan aku sebagai alasan kurang baik bukan?"
"Mengapa tidak? Klan Yuwen yang serba bisa mungkin akan menyelidiki kematian Yuwen Huaji yang merupakan ulahmu. Song Que dan aku perlu pergi, membiarkan konfrontasi antar klan di sini memanas. Bukankah kau juga butuh alasan yang tepat untuk meninggalkan Kota Chang'an?"
Qi Xun mengangkat pedang hitamnya mengarah ke dagu Xi Ying, "Pemimpin Xi, saranku adalah - larilah lebih cepat--"
“Kalau tidak, pedang dan golok tak punya mata, pemburuan palsu mungkin akan berubah jadi nyata.”
“……！”
Sial!
Apa lagi pilihan Xi Ying selain lari.
Jika tidak berkoordinasi dengan aktingnya untuk menghindari interaksi dengan You Chuhong dkk, nasibnya pasti sengsara. Lebih baik lari secepat mungkin!
Namun saat baru melesat ke tembok pagar dengan Qinggong super cepat, ia merasakan hembusan angin dari belakang.
Tanpa pikir panjang, ia menggeliat kikuk di udara menghindari serangan. Terlihat pita panjang bagai pedang tajam menyambar, merobek lekukan di tembok.
Pita itu tak berhenti, tiba-tiba berbelok tajam di udara dengan cara tak masuk akal, menyambar lagi ke arahnya.
Xi Ying tak mungkin salah lihat - ini bukan Sabuk Iblis Zhu Yuyan, tapi pita panjang yang masih dikeluarkan Qi Xun dari lengan baju sambil tetap duduk anggun.
Saat menyadari keheningan sejenak dan kepalanya yang menoleh, dia menggerakkan bibirnya, mengucapkan tiga kata yang cukup membuatnya mengenali melalui gerakan bibir——
“Lari lebih cepat!”
“……” Xi Ying mati gaya.
Lari cepat bukan masalah, dia sudah jadi tool character N kali, sekarang jadi target misi pemburuan juga tak apa.
Tapi minimal, minimal jangan curang lah!
Berani bertanya apa gunanya dia lari lebih dulu 30 meter?
Senjatamu terlalu panjang ini!!
