Bab 133 Bertanya Jalan pada Master 15

　　Tanggal satu bulan pertama Tahun ke-2 Daxiang, Song Que bertarung melawan Yue Shan di Kota Chang'an, menang, memperoleh julukan Golok Surgawi. 　　Di hari yang sama, Song Que melihat Xi Ying sang Pangeran Surga berkeliaran di Chang'an, lalu mengejarnya karena kecewa dengan penggunaan karakter "Langit" dalam gelarnya. 　　"Memang masih anak muda." You Chuhong menangkap kertas yang ditembakkan seperti panah legendaris dari udara. 　　Tulisan di atasnya sepertinya terburu-buru dibuat, benar-benar berantakan. 　　Terhadap keputusan Qi Xun yang langsung mengejar Song Que dan Xi Ying, hanya meninggalkan catatan pendek karena hubungan baik dengan Klan Dugu, You Chuhong juga tidak merasa terlalu aneh. 　　Song Que yang nekat seperti pemuda hijau ini, sembrono menantang Sekte Iblis, tentu saja Qi Xun harus mengejarnya untuk mengantisipasi hal tak terduga. 　　Apalagi sebelumnya mereka sudah memiliki catatan membunuh Shi Zhixuan dan Bian Bufu, serta menghancurkan Yue Shan si Pedang Tirani. Hubungan permusuhan alami dengan Sekte Iblis ini sudah bisa dibilang mendarah daging. 　　You Chuhong tidak keberatan bekerja sama dengan kekuatan dalam Sekte Iblis, tapi jelas bagi para pemuda ini, hitam tetap hitam, putih tetap putih. Kepala mereka penuh dengan ide menegakkan keadilan dan menghukum kejahatan. 　　Untungnya, posisi Klan Song memang memungkinkan mereka untuk bertindak semena-mena seperti ini. 　　Siapapun yang mengakhiri kekacauan utara-selatan ini, sudah seharusnya memperlakukan kekuatan seperti Klan Song dengan baik. 　　Siapa yang menyuruh mereka berlokasi di Lingnan, tidak takut racun udara, membentuk aliansi rumit dengan pasukan multi-etnis Li-Liao setempat, bahkan karena dekat laut, kabarnya angkatan laut mereka juga terlatih dengan sangat baik. 　　Bahkan jika ada pihak yang benar-benar berniat memberantas dari utara ke selatan, Klan Song sepenuhnya bisa berlayar ke laut lepas untuk menyelamatkan diri. 　　Dengan demikian, Song Que tidak lagi memiliki beban keluarga di pundaknya, kemampuan bela dirinya yang cepat atau lambat akan mampu bersaing dengan ahli Martial Arts terkemuka di dunia, niscaya akan menjadi mimpi buruk para penguasa. 　　Kecuali ada kepastian bisa membunuh satu pukulan, orang seperti Song Que hanya perlu dirangkul dengan rekonsiliasi dan tidak perlu dimusuhi sampai mati. 　　Apalagi di sampingnya masih ada Nona Qi yang misterius. 　　"Terkadang aku benar-benar iri dengan tipe orang seperti ini." You Chuhong berjalan perlahan di Taman Barat Ji, di sampingnya seorang pemuda yang menunduk patuh adalah calon pengganti sementara yang dia pilih. 　　Kelebihan lain orang ini mungkin tidak ada, tapi unggul dalam kepatuhan - hal yang paling dibutuhkan You Chuhon kini. 　　Harus diketahui bahwa Dugu Feng ternyata masih meninggalkan seorang anak semasa hidupnya. You Chuhong menamainya Dugu Ce. Sebelum anak ini dewasa, dia tidak berencana membina orang yang memiliki kemampuan cukup hebat untuk melawannya di arena pertarungan. 　　Apalagi kondisi fisiknya kini jauh lebih baik dibanding sebelumnya. Tanpa kerusakan meridian paru yang menyebabkan batuk kronis, dia memiliki energi cukup untuk menguasai klan besar ini sekaligus mengalahkan suara-suara ketidakpuasan dari bawahannya. 　　"Ilmu golok Song Que itu, kamu hari ini sudah menyaksikan pertarungannya. Apa pendapatmu?" tanya You Chuhong sambil berjalan. 　　Pemuda di sampingnya menjawab dengan keraguan: "Saya tidak terlalu menguasai ilmu golok. Hanya mendengar penonton mengatakan bahwa dia level di mana tidak ada lagi selain golok." 　　"Jangan selalu mendengarkan omongan orang lain," ucap You Chuhong. 　　Pemuda itu segera menjawab "Setuju", namun jelas mendengar nada kepuasan dalam suara sang nyonya tua. 　　Jawaban yang aman ini jelas merupakan hal yang ingin dia dengar keluar dari mulutnya. 　　You Chuhong melanjutkan, "Tapi pernyataan itu memang benar. Kemajuan Song Que dalam jalan golok mengikuti jalur bertanya pada hati dan langit. Orang seperti ini pasti harus melepaskan beberapa hal di hadapan kemajuan besar jalan golok, dan pasti tidak bisa dibelenggu oleh kekuasaan. Ini justru baik. Dia mengejar puncak jalan pedang, berbeda dengan orang-orang biasa seperti kami yang hanya menginginkan kekuasaan." 　　You Chuhong mengangkat pandangan melihat langit. 　　Di sisi lain perayaan kemenangan Song Que atas Yue Shan dan sukacita Tahun Baru di ibu kota, Yuwen Huaji - yang sebelumnya terluka oleh Yang Guang dan melaporkan Adipati Sui - tiba-tiba meninggal karena penyakit ganas, menyelimuti suasana perayaan dengan bayangan kelam. 　　Apakah ada unsur kesengajaan dalam hal ini sebenarnya bukan hal yang sulit ditebak. 　　Sementara Kaisar Tianyuan yang tengah bersenang-senang di istana kerajaan, dikelilingi kemewahan, semakin menunjukkan tanda-tanda kelelahan fisik saat muncul hari ini - ini adalah fakta yang tak terbantahkan. 　　Pucat dan lemah akibat perubahan cuaca dingin dan panas selama musim dingin ini, tak lagi bisa ditutupi oleh bedak. 　　Bahkan dengan mengenakan jubah naga, di bawah kilauan emas 　　yang mengelilinginya, wajah ajalnya sudah dekat tetap tak bisa disembunyikan. 　　Karena sering sakit, You Chuhong menjadi paham pengobatan. Ia bisa melihat tanda-tanda ini, dan pasti orang lain juga tak akan menutup mata. 　　Ini sama sekali bukan berarti mereka yang ingin merebut kekuasaan kini bisa manfaatkan kesempatan naik takhta. Sebaliknya, situasi yang dihadapi justru semakin berbahaya. 　　Yuwen Yun sungguh bukan kaisar yang bermain menurut Logika umum. Di banyak kesempatan ia tak terlihat normal, namun kini masih menggenggam kekuasaan kerajaan di posisi Kaisar Emeritus yang sebenarnya tetap sebagai kaisar penguasa Chaotian! 　　Jika dua minggu lalu, You Chuhong masih bisa membujuk diri dengan alasan kelompok Guanlong telah sepakat soal imbalan, bahwa kekacauan Yuwen Yun paling hanya bertahan setahun, cukup ditahan saja. 　　Namun kini, aliran bawah tanah di Kota Chang'an yang saling bertindak sendiri untuk menyingkirkan pihak yang berbeda seakan telah menjadi takdir. Bersabar hanya akan membuat mereka terpuruk. 　　Dari perspektif You Chuhong, meski bukan demi Dugu Feng yang tewas sia-sia, demi masa depan Klan Dugu pun ia pantas berjuang. 　　Yuwen Shu yang berada di bawah langit yang sama juga sulit menenapkan hatinya. 　　Kematian Yuwen Shang beserta empat murid Sekte Xieji yang dipanggil pulang, maupun fenomena langit aneh yang sementara berhasil diredam, tidak lebih besar dampaknya bagi Yuwen Shu daripada kematian Yuwen Huaji - si anak ajaib yang matang sebelum waktunya. 　　Ia tidak mendatangi tempat peristirahatan terakhir anak sulungnya, hanya duduk tegak di paviliun taman yang diterpa angin musim dingin yang menerobos ruangan, menyendiri berjam-jam lamanya. 　　Sebagai pemimpin Klan Yuwen saat ini, Yuwen Shu sangat sadar bahwa dirinya tidak boleh dikendalikan oleh kebencian, namun ia tak bisa melupakan raut wajah yang terpancar dari anaknya yang cerdas dan penuh strategi, Yuwen Huaji, ketika sebelumnya ditanya apakah ia benar-benar menganggap fenomena itu sebagai suatu pertanda. 　　Namun ambisi liar ini justru tidak mengantarkannya ke puncak, malah menjadikannya seorang yang terisolasi. 　　“Menjadi orang yang terisolasi juga tidak buruk,” pandangan Yuwen Shu dingin, seolah menembus tembok halaman ke tempat lain, “Setidaknya kini aku bisa mempertaruhkan segalanya.” 　　Aliansi dengan imbalan bersama itu nyaris hanya tersisa seutas ikatan, pada dasarnya telah menjadi lapisan es tipis yang akan remuk seketika disentuh. 　　Namun Yuwen Yun seolah tak menyadari emosi mereka. Titahnya seolah merendahkan Yang Jian untuk menenangkan Klan Yuwen, namun juga menyuruh klan tersebut mengadakan pemakaman sederhana agar tidak mengganggu upacara agungnya sebagai Kaisar Zhou Utara yang akan duduk berdampingan dengan patung Tianzun untuk menyambut para dewa. 　　Yuwen Shu membenci Yang Guang hingga ke tulang sumsum, dan tak lagi menyimpan rasa hormat pada Yuwen Yun. 　　Sama seperti You Chuhong, dulu ia menganggap kelompok Guanlong sebagai pilar Zhou Utara—kekuatan yang berkembang dari Pasukan Enam Garnisun hingga kini, tak mudah lenyap meski dinasti berganti. Tapi kini, ia justru iri pada pemuda dari selatan itu. 　　Tapi mungkin sebentar lagi ia tak perlu iri lagi. Bagaimanapun, dirinya tak perlu mengejar kemurnian Martial Arts. 　　Kini ia ingin menjadi Ming Yue kedua yang bersinar di angkasa! 　　Qi Xun dan Song Que untuk sementara telah menarik diri dari intrik rumit di Kota Chang'an. 　　Meski Xi Ying memilih tempat tinggal Yin A-shu sebagai basis di Chang'an, bukan berarti dia tak punya pengikut. Namun dibandingkan, personel tersembunyi Zhu Yuyan lebih banyak di ibu kota ini. 　　Dalam situasi persaingan yang berkembang alami, orang-orang ini bisa bertanggung jawab menyebarkan rumor saat diperlukan, sekaligus menyampaikan kabar dari ibu kota ke wilayah Selatan. 　　Secara kasat mata, Song Que yang berimage "pemuda baik jalur benar anti Sekte Iblis" ini mengayunkan goloknya dalam kemarahan, memburunya sejauh ribuan li. Meski tak benar-benar menangkap Xi Ying dalam perjalanan ke timur, nyaris berhasil memaksanya keluar ke Perbatasan Utara. 　　Mereka kini sudah berada 600-700 li dari Chang'an. Dalam situasi di mana aksi mengintip tetangga oleh berbagai klan besar kini mendominasi, mana mungkin ada yang menyadari bahwa di siang hari Xi Ying masih terlihat compang-camping hampir terkena tebasan golok, harus mengandalkan racun asap dan menyelinap di kerumunan orang untuk melarikan diri. Namun di malam ini, ia justru duduk semeja dengan Qi Xun dan Song Que, menjadi teman makan yang mengacak-acak kambing rebus untuk santap malam. 　　Xi Ying hampir ingin muntah darah karena frustrasi. 　　Perkataan Qi Xun bahwa jika ia lari lebih lambat sedikit, mungkin nyawanya benar-benar akan melayang di sini, jelas bukanlah kebohongan. Xi Ying bahkan merasa di bawah tekanan percobaan pembunuhan yang diperankan terlalu realistis ini, kemampuan Qinggong-nya meningkat signifikan. 　　Dalam hal kelicikan, siapa pun yang berani mengatakan Qi Xun tidak layak menjadi Santo Penguasa Sekte Iblis ini, pasti akan ditantang berkelahi oleh Xi Ying sampai mencabut ucapannya. 　　Sambil menyendok daging tipis dari kuah mendidih, ia menghela napas panjang. 　　Untungnya kedua orang ini belum sampai ke tingkat yang begitu kejam, membuatnya bahkan tidak bisa beristirahat di malam hari. 　　"Besok tidak perlu lari lagi." 　　Tiba-tiba mendengar perkataan Qi Xun ini, Xi Ying secara reflek membalas bertanya: "Ini makanan terakhir sebelum eksekusi?" 　　"......" Qi Xun meliriknya dengan ekspresi tak tahu harus berkata apa, sekali lagi memastikan bahwa kemampuan orang ini menjadi Pemimpin Sekte Mie Qing pasti hanya karena kekuatan fisik, bukan keunggulan kecerdasan atau EQ. "Luhur Xi, kalau kau anggap ini makanan terakhir, besok saat melewati Kota Zhongzhou akan kugantungkan kau di sana, biar ada awal dan akhir yang jelas." 　　"Ah, lebih baik tidak usah." Xi Ying langsung menunduk memperkecil diri. 　　Ungkapan "ada awal dan akhir" ini terdengar agak kurang tepat penggunaannya. 　　Tapi mengingat sebelumnya saat meninggalkan Zhongzhou dia meninggalkan mayat Shi Zhixuan dan Bian Bufu di sana, kini kembali ke tempat yang sama dan menggantung Xi Ying sang Pangeran Surga, sepertinya memang cocok sebagai penutup yang sempurna. 　　Bagaimanapun, Sekte Iblis mereka memang tidak pernah mengenal persaudaraan seperguruan. Tanpa kehadiran Xi Ying, Sekte Mie Qing pasti bisa mengangkat penggantinya untuk mengikuti tren besar yang dituntun oleh Santo Penguasa Sekte Iblis. 　　Kabar ini bila sampai ke Kota Chang'an, akan menambah lapisan prestasi gemilang bagi Qi Xun dan Song Que. 　　Dengan demikian, dia harus mengembangkan nilai yang tak tergantikan oleh orang lain. 　　Xi Ying sama sekali tidak menyadari bahwa saat ini, ketika Qi Xun belum mendapat pengakuan dari Sekte Mo Xiang dan Sekte Xieji, sebenarnya dia tidak perlu langsung menganggapnya sebagai Kaisar Suci, apalagi masuk ke dalam proses persuasi diri bahkan mulai aktif mencari-cari tugas. 　　Ia mengusap rambut pendek di pelipisnya yang terpotong, menghitung kemungkinan kolaborasi antara Sekte Mie Qing yang punya karakteristik khusus dengan Sekte Yin Gui dalam melanjutkan kampanye opini publik ini. 　　Tiba-tiba dia mendengar Qi Xun berkata kepada Song Que di sampingnya: "Besok kita akan berpisah jalan untuk sementara. Perjalanan Putra Mahcrown Song ke selatan memikul tanggung jawab berat membujuk Pasukan Song keluar dari Lingnan untuk memperebutkan kekuasaan. Istilah 'makanan terakhir' yang diucapkan Pemimpin Xi tidak tepat, lebih cocok disebut 'makanan perpisahan'." 　　Song Que terdiam sejenak sebelum balas bertanya: "Kau tidak berencana ikut ke Lingnan?" 　　Awalnya dia mengira karena mereka berdua bersama-sama melakukan perjalanan ke utara, tentu sewaktu kembali ke selatan juga harus bersama. 　　Sebenarnya jika dihitung berdasarkan durasi perang yang bisa mencapai satu tahun lebih, waktu yang dibutuhkan untuk perjalanan ke selatan ini diperkirakan tidak akan lama. 　　Klan Song yang berlokasi di Lingnan bukanlah kelompok yang buta terhadap situasi dunia. Sejak era Song Beifeng, pengasingan diri di Lingnan lebih merupakan strategi menunggu waktu yang tepat daripada melarikan diri dari perang. 　　Pemahaman masyarakat tentang Klan Song masih terbilang sepihak. 　　Jika hanya menganggap mereka sebagai sekelompok orang barbar yang memimpin pasukan gabungan Li-Liao, menunggang harimau dan macan tutul di pegunungan, membawa kapak batu dan pedang besi untuk menyerang, bahkan terbatas oleh lingkungan sehingga hanya bisa bertempur saat musim semi tiba, itu sungguh meremehkan mereka! 　　Qi Xun telah membuka situasi seperti ini, pasti ada orang bijak di Klan Song yang mampu membaca situasi saat ini dengan jelas. 　　Ditambah meskipun Song Que masih sebagai Putra Mahkota, kekuasaan pengambilan keputusan tetap cukup besar ketika menyajikan keuntungan dan kerugian. 　　Jika dalam kondisi seperti ini Klan Song masih tidak berani berjuang mati-matian, memaksimalkan keunggulan pergerakan cepat di musim dingin, bagaimana bisa disebut sebagai Pasukan Song! 　　Sesuai rencana yang telah dibuat sebelumnya antara dia dan Qi Xun, begitu Klan Song bergerak, mereka harus memanfaatkan momentum Ekspedisi Utara Chen Selatan untuk menyerang dari belakang, langsung memotong jalur Shandong melalui papan loncatan Jianghuai, kemudian menggunakan Shandong sebagai benteng untuk maju ke Henan. Memanfaatkan kekacacauan di Chang'an dan momen kembalinya pasukan Yuchi Jiong, mereka akan mengembangkan kekuatan di wilayah Shandong-Henan, memanfaatkan angkatan laut Klan Song untuk membuka jalur pantai, lalu secara bertahap bergerak menuju Guan Zhong. 　　Separuh pertama strategi perang ini pernah digunakan oleh dua orang: Liu Yu dan Zhu Yuanzhang. 　　Sebenarnya, Song Que hanya mengetahui ekspedisi utara Liu Yu. Sayangnya, ketidakstabilan internal Dinasti Jin Timur membuat Liu Yu gagal dalam langkah maju ke Guan Zhong di barat. 　　Namun justru Klan Song tidak memiliki kekacauan struktur internal seperti itu. 　　Kekuasaan Perbukitan Song selama lebih dari seratus tahun di Lingnan sudah cukup untuk membuat pasukan Li-Liao di bawahnya tertib rapi. Sebaliknya, kelompok Guanlong di Kota Chang'an yang telah dibombardir intrik dan dipenuhi celah perpecahan, lebih pantas disebut sebagai pasukan yang berantakan. 　　Jadi ketika Qi Xun mengajukan rencana ini, Song Que merenung cukup lama, memastikan satu-satunya masalah mungkin hanyalah kemampuannya meyakinkan ayah untuk melakukan langkah pertama menyerang Chen Selatan secara diam-diam. 　　Perjalanannya dari Jiankang ke Luoyang, lalu dari Luoyang ke Chang'an, telah cukup membuat Song Que bisa menjawab pertanyaan ini sendiri saat memikirkannya—— 　　Dalam persaingan kekacauan, jika masih ingin menjadi sosok sempurna secara moral, orang seperti itu pasti tak paham keseimbangan. Pada saat ini, hanya mengakhiri kekacauan dengan cepatlah yang merupakan jalur benar. 　　Qi Xun: "Mengapa aku harus ikutmu kembali?" 　　Song Que menjawab: "Jika ayahku tidak menyetujui rencanaku, harus merepotkan Nona Qi untuk bersama-sama mengikat personel terkait." 　　Xi Ying mengangkat kepala, merenungkan apakah ini seharusnya didengarnya. 　　Ucapan Putra Mahkota Song ini terdengar penuh daya gerak, hanya sedikit menimbulkan kesan 'bakti yang luar biasa'. 　　Tapi jelas Qi Xun juga bukan orang biasa. Setelah beberapa saat lamunan, dia menjawab: "Kudengar kau masih punya dua adik. Jika tiga lawan satu masih tak bisa menang, julukan Golok Surgawimu ini lebih baik dihentikan saja sejak dini." 　　Pikiran Song Que sesaat melayang. Dalam skenario "tiga lawan satu" ini, apakah ayahnya yang menjadi "satu"-nya atau dirinya? Pikirannya bolak-balik, lalu merasa tak perlu membuat rencana terburuk seperti itu. 　　Setelah dipikir lagi, perjalanan kembali ke Lingnan memang bisa dia lakukan sendirian. Membawa Qi Xun malah akan memberi kesan seolah dia terpengaruh bujukan orang lain. 　　Sorot mata Song Que menatap kaku pada cangkir anggur perpisahan di hadapannya. Dalam bayangan samar di cawan, terpantul cahaya lilin kekuningan yang hangat, sekaligus memantulkan kilau tajam di matanya. 　　Tiba-tiba dia sadar, alasan mengajukan pertanyaan ini mungkin bukan sekadar ingin menambah satu orang dalam tim yang akan membujuk para sesepuh Klan Song. Ada sedikit niat tersembunyi dalam keputusannya ini. 　　Ia kemudian mendengar Qi Xun melanjutkan: "Selain itu, dibandingkan aksi Klan Song, aku lebih perlu memastikan berbagai pihak di utara bergerak sesuai arahan yang telah ditetapkan." 　　Seperti sebelumnya saat ia menggunakan kembang api "Su Yue Liu Tian" untuk menjebak Klan Yuwen dengan fenomena langit aneh, Yuwen Shu yang tangkas dalam permainan politik akan langsung memindahkan fenomena ini ke status Zhu Manyue. Meski disebut bisa mengubah situasi sekejap mata, tetap sulit menjamin beberapa pihak tak tiba-tiba melakukan manuver tak terduga. 　　Atau mungkin bukan karena beberapa orang terlalu cerdik hingga lolos dari perangkap bertahapnya, melainkan karena cara berpikir mereka yang sama sekali berbeda dari orang biasa. 　　Yuwen Yun memang tidak seperti anggota keluarga kerajaan Qi Utara yang terkenal gila, tapi tetap mampu melakukan hal-hal mengejutkan. 　　Selama Song Que kembali ke Lingnan, tinggal di utara memungkinkannya melakukan lebih banyak hal dibanding ikut ke selatan bersamanya. 　　Setelah penjelasan seperti ini, mana lagi ada ruang bagi Song Que untuk membantah. 　　“Kalau begitu tunggu kabar baik dariku.” 　　Song Que mengangkat gelas anggurnya. 　　Hari ini ia tak mengenakan jubah hitam kebiasaannya, melainkan baju praktis berwarna hijau kebiruan. Nuansa dinginnya hanya sedikit lebih terang dari langit malam di luar, membingkai Golok Surgawi di sampingnya. Tampak kemudaannya yang bersemangat, namun juga ketenangan yang terasah oleh kerasnya kehidupan. 　　Xi Ying tak bisa menikmati pemandangan ini. 　　Karena segera ia mendengar kabar paling buruk bagi dirinya yang malang. 　　Syarat kepulangan Song Que ke selatan adalah: dalam sandiwara ini, Xi Ying harus terluka parah lebih dulu dan diusir hingga ke Perbatasan Utara. 　　Sebenarnya alasan "kabur dari musuh dengan membangun jaringan intel" yang ia pikirkan sebelumnya cukup masuk akal, tapi... 　　"Nona Qi, apa Putra Mahkota Song tidak akan memanfaatkan kesempatan ini untuk menghabisi aku?" tanya Xi Ying. 　　"Dia bukan Yue Shan... Tak ada permusuhan pribadi denganmu," jawab Qi Xun. 　　“……Aku baru sekarang menyadari, terlalu banyak berbuat kejahatan memang akan menuai karma.” Xi Ying tersenyum pahit. 　　Faktanya Song Que memang tidak benar-benar mempedulikan pantangan langit itu. Xi Ying berhasil "nyaris" terkena tebasan golok 　　sebelum berjuang melarikan diri ke utara, menghilang dari pandangan para saksi pengejaran ini dengan alasan "keluar dari penyepian". 　　Tak lama kemudian, dia muncul dengan wajah baru untuk bergabung kembali dengan Qi Xun dan Zhu Yuyan. 　　Sementara Song Que, setelah mengancam akan memburu tanpa sisa tenaga jika Xi Ying berani kembali ke Zhongyuan, melanjutkan perjalanan ke selatan dengan kuda cepat. 　　Drama ini pun resmi berakhir. 　　Qi Xun memandang sosok Song Que yang menjauh, teringat saat pertama bertemu, pria itu masih membawa barang bawaan berat berisi produk lokal Lingnan untuk dijual. Sekarang... 　　"Sebenarnya ini juga cara penyelesaian yang baik," gumam Qi Xun pelan. 　　Hanya tidak tahu bagaimana reaksi Song Zhi, adik kedua yang dalam perkataan Song Que sering menganalisis kabar dari luar Lingnan, ketika mendengar berita yang dibawa Song Que pulang ke Lingnan nanti. 　　Sepertinya Pangeran Kedua Song akan merasa sangat pusing. 　　Tapi Qi Xun untuk sementara tidak bisa memikirkan kemajuan misi persuasi Song Que pulang. 　　Waktu tinggalnya di sini terbatas, mungkin dia harus keluar dari dungeon begitu Song Que mengerahkan pasukan. Dia harus memastikan dalam perkembangan dunia selanjutnya, setidaknya Song Que bisa mempertahankan anchor point sementara agar dia bisa kembali. 　　Meskipun level saat ini memungkinkan waktu tinggal di dungeon diperpanjang, mungkin bisa sampai dua tiga bulan. 　　Tapi karena ini masih sebelum era pemerintahan Yang Guang, tanpa adanya Kanal Besar Beijing-Hangzhou yang menghubungkan utara-selatan, waktu perjalanan Song Que kembali ke Lingnan dengan kendaraan kuno pasti tidak singkat. 　　Keputusan di Perbukitan Song dibuat, hingga instruksi persiapan penuh disebarkan ke seluruh Lingnan, lalu pasukan bergerak maju—proses ini membutuhkan waktu setidaknya lebih dari satu bulan. 　　Untungnya kecepatan latihan ini tidak terlalu lambat. 　　Saat Qi Xun dan Song Que menciptakan kesan palsu misi pemburuan Xi Ying, An Long yang bertugas mengantar Wu Mingche kembali ke Jiankang sambil membujuk Chen Selatan, masih berada di kapal yang menyusuri arus timur. Saat ini mereka baru melewati Jiangzhou Utara. 　　Perkembangan di sisi lain Kota Chang'an, dengan mata-mata Sekte Yin Gui yang terus mengirimkan kabar, menunjukkan bahwa pengambilan keputusan menyangkut naik-turunnya keluarga besar tidaklah sederhana. 　　Qi Xun sempat berpikir untuk menambah Api di Kota Chang'an, tapi menyadari semua pihak bukanlah orang bodoh. Gerakan berlebihan justru berisiko, lebih baik menunggu perkembangan. 　　Saat pikirannya menyusuri proses di Chang'an, kabar dari Xiangzhou tiba melalui Xi Ying yang telah menyamar. 　　Dalam obrolan santai setelah makan, Xi Ying yang seharusnya kabur ke Perbatasan Utara, tentu tidak bisa lagi mengenakan pakaian hijau tua seperti sebelumnya, bahkan harus menyamarkan ciri khas pupil matanya yang terbentuk dari ilmu Tenaga Ungu Jaring Surgawi. 　　Jika tidak, sesuai rumor yang beredar, Song Que seharusnya sudah menyerang dengan Tombak Balik. 　　Tapi dia juga tidak memakai baju wanita seperti saat menghindari pengawasan Klan Yuwen, melainkan memanfaatkan musim dingin untuk meniru gaya An Long, akhirnya berubah menjadi kusir kereta bertubuh tambun. 　　"Komandan strategi Di ini benar-benar luar biasa," kereta melesat cepat di atas salju, Xi Ying membuka surat kilat dari bawahannya dan menyerahkan bagian terkait Xiangzhou kepada Qi Xun, "Wilayah Xiangzhou terletak di sebelah utara Sungai Kuning, mencakup kota-kota penting seperti Qinghe, Yangping, Anyang, menguasai wilayah utara Dingzhou, Jizhou, Yingzhou. Putra saudara laki-laki Yuchi Jiong juga menguasai Qingzhou, Jiaozhou, Guangzhou. Cakupan wilayahnya cukup luas." 　　“Di sini banyak orang yang baru kehilangan Dinasti Qi Utara dan tidak mau tunduk pada pengawasan. Yuwen Yun menyerahkan seluruh urusan penertiban kepada Yuchi Jiong untuk ditangani, sehingga jumlah pasukan yang ditempatkan di sini sangat besar. Menurutku, Yuchi Jiong bukan sekadar panglima besar pasukan, bahkan bisa disebut sebagai kaisar lokal.” 　　“Orang seperti ini jika ingin memilih staf ahli, proses seleksinya pasti sangat ketat dengan banyak tahapan, dan jarang mempercayakan urusan penting kepada orang luar. Namun anehnya, hanya dalam waktu sebulan (sinar bulan), Panglima Di ini berhasil meraih kepercayaan penuh dari Yuchi Jiong.” 　　“Kekuasaan di Xiangzhou masih di tangan Yuchi Jiong, tapi urusan administrasi dalam negeri di wilayah Ji-Zhou dan Ying-Zhou sepenuhnya diserahkan kepada Panglima Di ini.” 　　“Ji-Zhou, Ying-Zhou, Teluk Bohai…” Senyum tipis mengembang di sudut bibir Qi Xun. 　　Keluarga Song 　　Pasukan angkatan laut mereka adalah kekuatan yang sangat unik. 　　Pasukan ini pada akhir Dinasti Sui mampu merebut Sekte Laut Selatan, menguasai jalur mundur, sementara pasukan utama mengikuti Kou Zhong menyerbu ke hulu sungai untuk menyerang rombongan Fu Gongyou, menunjukkan kemampuan navigasi air yang baik. 　　Kini untuk merebut wilayah Shandong, memang bisa mendarat melalui area Teluk Laizhou dan Teluk Bohai. 　　Di Feijing sambil memperoleh kepercayaan Yuchi Jiong, sambil menunjukkan sikap tidak berminat merebut kekuasaan dengan mengendalikan garis belakang, namun sebenarnya menguasai posisi strategis yang mematikan – benar-benar strategi yang brilian. 　　"Sebelumnya kau bilang sudah menempatkan orang di sisi Yuchi Jiong, apakah dia orang ini?" Zhu Yuyan memperhatikan raut aneh di wajah Qi Xun, bertanya. 　　"Kalau tidak begitu, bukankah asal-usulnya seharusnya sudah terendus sejak lama?" Qi Xun membalas bertanya. 　　Begitu dia mengucapkan ini, Xi Ying yang semula ingin menyatakan bahwa orang ini asal-usulnya tidak jelas pun menelan kembali ucapannya. Ia juga baru tersadar mengapa dalam kabar yang diterimanya, Di Feijing pernah dikejar-kejar oleh Biara Jingnian Chan. Setelah dipikir-pikir, ia memang muncul setelah insiden Qi Xun menyerang Kuil Jingnian Chanyuan. 　　"Kalau begitu kemampuan hafalannya yang luar biasa dan keahlian mengatur urusan administrasi bak bisa satu pikiran dua fungsi, tapi sebelumnya sama sekali tak terdengar namanya, itu bisa dimengerti." Xi Ying menggeleng penuh kagum, "Tapi Yuchi Jiong benar-benar orang yang lugu. Berani memakai orang berkemampuan begitu tanpa tahu latar belakangnya, bahkan memberi posisi penting. Keputusan seperti ini bukan sembarang orang bisa ambil. Bisa gadis Qi jelaskan alasan apa yang dipakainya untuk meraih posisi ini?" 　　"Siapa penasihat utama Yuchi Jiong?" tanya Qi Xun sambil melihat laporan yang baru diterima. 　　"Xiaoyu Zheng Cui Danu." jawab Xi Ying setelah berpikir sejenak. 　　"Berapa usia Yuchi Jiong tahun ini?" 　　Xi Ying menghitung dengan menjentikkan jari, "Enam puluh tiga." 　　"Yuchi Jiong yang berusia lebih dari enam puluh tahun energinya menurun, namun harus mengawasi pasukan di luar wilayah. Terpaksa menggunakan orang Qi tak berbakat seperti Cui Danu sebagai Kepala Staf, menunjukkan niatnya menggantikan pengelolaan wilayah Qi dengan orang Qi sudah semakin terbuka. Ini tindakan terpaksa akibat ketidakmampuan." 　　"Dalam situasi seperti ini, jika ada yang bisa membantunya mengurus urusan administratif tanpa ikut campur urusan militer atau jabatan komando, dan bisa dikembalikan ke status asal kapan saja - bahkan jika dia mata-mata musih, tetap layak digunakan sementara." 　　Tapi Di Feijing tidak perlu punya kewenangan resmi untuk melaksanakan aksinya. 　　Semakin baik tugasnya dilaksanakan, semakin menonjolkan ketidakmampuan dan kebodohan orang seperti Cui Danu, sehingga secara bertahap mempengaruhi keputusan Yuchi Jiong. 　　Mundur dari Xiangzhou ke wilayah Ji-Yingzhou juga merupakan jurus brilian: mundur selangkah untuk maju dua langkah. 　　Begitu aksi Song Que tidak gagal, pasti akan berhadap-hadapan dengan kekuatan Yuchi Jiong yang bertahan di Xiangzhou di seberang Sungai Kuning. Baik melalui Ji Zhou melintasi Sungai Kuning, maupun lewat Teluk Bohai menuju Yingzhou, semuanya adalah langkah cepat yang brilian. 　　Qi Xun selalu merasa bahwa apa yang dilakukan Di Feijing saat ini bukan sekadar menjadi kuli angkut tugas dinas yang patuh seperti tertulis dalam kabar yang diterima dari Xi Ying. 　　Alasan Su Mengzhen menganggap Di Feijing sebagai tandingan seumur hidup yang sulit ditemukan, yang harus disingkirkan jika tidak bisa bersekutu, terletak pada kemampuannya mengontrol detail-detail kecil bagai air tenang yang menyusup diam-diam. 　　Jangan lihat dia sekarang tidak meminta apa pun dari Yuchi Jiong, bahkan memaksimalkan pengalamannya sebagai orang kedua. Tapi saat dia benar-benar mulai bertindak menuntut, situasi akan sangat berbahaya. 　　Apalagi dia datang dengan tujuan mempengaruhi keputusan Yuchi Jiong untuk mengerahkan pasukan... 　　Kereta kuda melewati Xiangzhou, hanya berputar sebentar saat melintasi kediaman resmi Yuchi Jiong. 　　Qi Xun melihat di tempat ini belum ada tanda-tanda pengiriman pasukan, kebanyakan yang lalu lalang adalah pejabat kecil yang bertubuh kurus, sehingga dia tidak berlama-lama di sini, melainkan beralih ke Komanderi Changle, Ji Zhou yang kini menjadi tempat tinggal sementara Di Feijing. 　　Dibandingkan pejabat biasa yang bergabung dengan istana Zhou Utara setelah kehancuran Qi Utara, Di Feijing tidak memiliki jabatan resmi. Dia hanya mendapat gelar penasihat militer dari Kepala Pelayan Xiangzhou dan Jenderal Besar Zhuguo Yuchi Jiong, sehingga tempat tinggalnya tampak biasa saja. 　　Namun tetap harus menunjukkan sedikit perbedaan dengan pejabat biasa, jika tidak kebijakan dan langkah administratif mungkin tidak akan didengar orang. 　　Qi Xun duduk di atap mendengarkan sebentar 　　sambil menguping, menyadari Di Feijing memang pantas disebut Di Feijing. Bawahan yang melapor padanya menunjukkan sikap hormat yang tulus saat berdiskusi. 　　Setelah mundur keluar, gerakan menutup pintu orang ini juga memancarkan ketaatan sepuluh persen. 　　Mengenai apakah mereka ditaklukkan dengan kekuatan atau terpesona oleh daya tarik kepribadian, Qi Xun tidak memasang kamera pengintai di tempat Di Feijing, sehingga tentu saja tidak tahu detailnya. 　　Setelah orang itu pergi, dia berbalik dan melompat turun dari atap, lalu masuk ke dalam rumah dengan percaya diri. 　　Mengingat ini adalah dua wilayah prefektur yang pernah mengalami pergantian dinasti, tumpukan dokumen arsip di meja Di Feijing sangat banyak, hampir menenggelamkan cahaya lilin di ruangan. 　　Seorang pemuda pucat dan tampan membungkuk di atas meja, menggerakkan kuas tinta dengan gesit seperti terbang. 　　Awalnya dia heran mengapa orang yang masuk tidak mengucapkan sepatah kata pun, tiba-tiba tersadar bahwa lawan sama sekali tidak mengeluarkan getaran pernapasan dalam. Ketika mengangkat pandangan, betapa terkejutnya melihat Qi Xun berdiri tegak di ruangan, hampir membuat kuas tintanya tertekan terlalu keras. 　　“Apakah Penasihat Militer Agung Di juga bisa melakukan gerakan yang tidak pantas seperti ini?” Qi Xun dengan penuh minyat mengambil kursi dan duduk, menghindari kesulitan kontak mata karena posisi kepala Di Feijing yang tertunduk. 　　Kini tanpa sebutan Ketua Di, ia memanggil Di Feijing sesuai identitas barunya sebagai Penasihat Militer Agung Di, membuat nada panggilan itu terdengar mengandung unsur bercanda di telinga Di Feijing. 　　Sepertinya di bawah komando Yuchi Jiong benar-benar kekurangan SDM mumpuni. Dengan kemampuan kerja nyata Di Feijing, Yuchi Jiong sampai tidak peduli apakah dia penyusup atau bukan, asal bisa membantu menyelesaikan dokumen sebanyak mungkin. Dalam sebulan sejak tiba di Xiangzhou hingga sekarang, pola kerja lembur Di Feijing bahkan membuat kapitalis sekalipun merasa iba. 　　Dari kesibukan yang luar biasa ini, Di Feijing justru menemukan perasaan langka tentang menjadi nyata dan berpijak di tanah. 　　"Tentu saja dia tidak sampai lupa alasan sebenarnya datang di bawah komando Yuchi Jiong, di tengah kekacauan Dinasti Selatan-Utara yang sedang memuncak." 　　"Nona Qi datang tanpa diundang, tentu tak pantas merebut kesempatan untuk panik." Jawab Di Feijing. "Tapi karena kau sudah sampai, artinya bidak catur gelap di Kota Chang'an sudah ditempatkan. Justru gerakanku yang terlambat." 　　"Komandan besar Di tidak seperti orang yang merendahkan diri sendiri. Menurutku, hanya mengurus dokumen seperti ini seharusnya tidak membuatmu kurus sampai segini." Qi Xun membalik dua halaman sambil memahami situasi. 　　Yuchi Jiong berasal dari kalangan mantan tentara. Jabatannya sebagai Da Zhuguo dan Da Qianyi diperoleh berhasil merebut Hongnong, Sha Yuan, meredakan pemberontakan Xiao Ji. Banyak pengikutnya berasal dari latar belakang militer. 　　Andai saja tak lama setelah Zhou Utara menaklukkan Qi Utara, Yuwen Yun naik tahta dan menyerahkan urusan penertiban Qi Utara kepada Yuchi Jiong secara gegabah, sebenarnya ini bukan tanggung jawabnya. 　　Namun jika dihitung, urusan-urusan ini dibandingkan dengan penanganan Di Feijing sebelumnya terhadap 60.000 penggemar setia Six and a Half Hall yang harus dipertahankan atau dilepas serta penempatan posisi masing-masing, benar-benar tidak setara skalanya. Bagi Di Feijing, hal seperti ini sudah sangat biasa. 　　Penampilannya yang kini terlihat kurus karena kelelahan, tentu bukan karena Qi Xun menggunakan racun Yabulu untuk mengontrolnya sedikit lebih lama, sehingga membuat otaknya tidak setajam dulu. 　　Jelas dia masih melakukan beberapa hal sampingan yang mengalihkan perhatiannya. 　　“Mendengar pertanyaan Qi Xun, Di Feijing tidak berniat menyembunyikan apa pun,”Aku baru-baru ini sedang menjalin kontak dengan beberapa putra Yuchi Jiong. Dari perilaku beberapa putranya ini, Yuchi Jiong mungkin seperti yang dikatakan Putri Changle, seorang menteri setia yang terkenal di seluruh negeri. Tapi putra-putranya tidak demikian. Jika keluarga kerajaan Zhou Utara runtuh, atau menunjukkan niat 'membunuh keledai setelah selesai menggiling', mungkin sulit untuk membujuk Yuchi Jiong memberontak. Malah berisiko membongkar tujuan kita. Tapi sangat mungkin untuk memancing beberapa putranya yang masing-masing sudah membuka pemerintahan sendiri agar memiliki pemikiran seperti ini, lalu memaksa sang ayah tua ini untuk ikut mengerahkan pasukan.” 　　“Bagaimana maksudnya?” 　　Di Feijing meletakkan kuas tulisnya, merenung sejenak sebelum menjawab: "Saya akan jelaskan secara singkat. Lima putra Yuchi Jiong lahir dari ibu yang sama. Meskipun ada ketidakharmonisan antar saudara, belum sampai tahap perseteruan saudara demi berebut warisan keluarga. Karakter kelima bersaudara ini sangat mirip - karena ibunya adalah putri Wei Utara dan neneknya adalah kakak perempuan Yuwen Tai, mereka mewarisi keagungan dua dinasti Zhou Utara dan Wei Utara, sehingga memiliki kesombongan yang luar biasa dalam watak mereka." 　　"Namun kesombongan ini dihancurkan oleh Yuwen Yun." Di Feijing bertanya: "Sejak Anda datang dari Chang'an, tentu tahu bahwa salah satu Permaisuri Yuwen Yun adalah cucu perempuan Yuchi Jiong, 　　Putri Yuchi Shun?" 　　"Benar." Qi Xun mengangguk membenarkan. 　　"Mungkin Anda belum tahu, gadis dari keluarga Yuchi ini awalnya dinikahkan dengan Adipati Xiyang Yuwen Wen, bahkan sudah resmi menikah. Namun saat menghadap ke istana, dia... menarik perhatian Yuwen Yun." 　　Di Feijing memandang ke bawah dengan sorot mata penuh belas kasihan, lalu melanjutkan: "Yuwen Wen dan ayahnya Yuwen Liang terkejut mendengar kabar ini, lalu mulai menaruh curiga pada Yuwen Yun. Posisi kedua orang ini saat ini cukup menarik—— 　　"Zhou Utara mengirim jenderal terkenal Wei Xiaokuan untuk menjaga wilayah Jianghuai. Keduanya adalah bawahan langsungnya, kini berhadapan dengan Chen Selatan di seberang sungai. Xiangzhou yang tidak jauh dari pasukan ini bertanggung jawab atas pengiriman logistik, dengan Yuchi Shun sebagai pengawasnya." 　　"Bagi Yuchi Shun, memiliki kaisar sebagai mantu bukanlah kebanggaan. Bagaimana tidak? Sistem lima permaisuri justru dikocok-kocok oleh Yuwen Yun sendiri. Lima ayah mertua pun belum tentu dihargai olehnya. Bertemu muka setiap hari dengan mantan menantunya jelas merupakan siksaan tersendiri." 　　“Dari sini terlihat, ayah-anak Yuwen Liang-Yuwen Wen, Yuchi Shun dan saudaranya, serta Chen Xu semuanya bisa dimanfaatkan dalam persoalan ini.” Qi Xun dan Di Feijing saling bertatapan, seketika paham bahwa hal-hal seperti ini tak perlu dia urus. Di Feijing sudah punya rencana sendiri. Nantinya cukup serahkan An Long untuk berkoordinasi dengannya. 　　Dia hanya perlu membuka satu titik terobosan, entah dengan mengerahkan putra Yuchi Jiong atau dirinya sendiri untuk mengirim pasukan sekali saja, maka segalanya akan berjalan mulus setelahnya. 　　“Aku…” 　　“Ada satu kalimat lagi yang ingin kusampaikan pada Nona Qi.” Ucapan Qi Xun terpotong ketika Di Feijing mendahului bicara. 　　Pemuda berjubah tebal itu menyiratkan kegelisahan di balik sorot matanya, namun segera terkikis oleh pesona wajahnya yang elok. 　　Qi Xun berkata, “Kamu duluan saja.” 　　“Aku ingin tinggal di wilayah ini.” 　　Suara Di Feijing tenang. Apakah keputusan ini dibuat secara spontan atau hasil perenungan selama sebulan penuh—tampaknya tak sulit untuk menebaknya. 　　" melihat Qi Xun tidak bermaksud menyela, lalu melanjutkan, "Aku hanya berpikir, jika aku masih mengikuti Nona Qi kembali, apakah Anda benar-benar yakin membiarkan aku tetap mempertahankan kesadaran asli? Kini Dinasti Song bersatu menghadapi musuh luar, aku tak bisa menciptakan banyak gejolak. Tapi duri yang sebelumnya tertancap di sini tetap ada."" 　　"Sedangkan dunia tempat Istana Air Suci milik Nona Qi berada, meskipun ada pengaruh yang Anda raih di dunia persilatan, pasti Anda juga tidak akan tenang dengan gelombang yang mungkin aku picu di dalamnya."" 　　Kilau putih kebiruan yang dingin di mata Di Feijing, terpantul oleh cahaya lilin yang berkedip di ruangan, memancarkan keindahan menakjubkan yang membuat siapa pun yang melihatnya gentar, "Kekalahan adalah kekalahan. Di Feijing tidak menyimpan dendam. Tapi bisa tetap sadar melakukan hal nyata, jauh lebih baik daripada hanya menjadi penonton yang tak boleh bersuara."" 　　"Aku tahu Nona Qi ingin menghentikan amukan——" 　　Di Feijing berdiri. 　　Dokumen yang ia kumpulkan selama ini semakin jelas mengurai kekacauan Dinasti Selatan-Utara di hadapannya, kata demi kata. 　　Membuatnya lebih yakin daripada sebelumnya bahwa ini bahkan adalah era yang lebih membutuhkan sosok pembaharu dibandingkan Dinasti Song saat itu. 　　Namun mungkin juga, tindakannya bukan demi "kebajikan besar", mengingat dulu saat menjadi pion Lei Sun di Six and a Half Hall, tak ada prinsip mulia yang dipegang. 　　Ia hanya menunduk di hadapan Qi Xun, meraih jalan terang bagi kesadarannya sendiri, "Di Feijing bersedia menjadi pengabdi gadis." 　　Berbeda dengan penerimaan diam-diam tugas ke Xiangzhou yang diberikan Qi Xun sebelumnya, kali ini ini adalah janji resminya. Chapter 134 Bertanya Jalan pada Master 16 　　Qi Xun tak bisa menyembunyikan kekecewaan, kehilangan seorang petarung cantik. 　　Tapi dengan kemampuan Di Feijing, di tanah yang pernah dilanda Pemberontakan Lima Suku Barbar dan pergantian dinasti Selatan-Utara ini, nyawa yang bisa diselamatkan bukan hanya sepuluh atau seratus orang. 　　Ia kini masih menjabat sebagai penasihat militer yang mengurus administrasi wilayah Ji Zhou dan Ying Zhou. Dengan kemampuannya, cepat atau lambat ia pasti akan menguasai urusan militer dua wilayah di bawah pengawasan ketat Yuchi Jiong. 　　Ditambah seperti yang ia katakan, energi Yuchi Jiong tidak sekuat tahun-tahun sebelumnya. Kekuasaannya telah mulai didelegasikan kepada kelima putranya. Kontak Di Feijing dengan mereka jelas bukan sekadar menyelidiki masalah anak perempuan Yuchi Shun yang direbut secara paksa oleh Yuwen Yun, tapi pasti juga melibatkan perebutan kekuasaan yang lebih kompleks. 　　Jika ia tetap tinggal di tanah ini— 　　Song Que kini berada di selatan sementara Di Feijing di utara. Jika keduanya bersatu, Qi Xun tidak meragukan kemampuan mereka untuk mewujudkan konsolidasi utara-selatan dan bergerak maju secara bertahap menuju Guan Zhong. 　　Jika kawasan Guanzhong dengan bantuan kelompok Guanlong dapat bersatu padu, seperti perkembangan awal Li Tang di mana Li Shimin berperang di luar, sementara tokoh luar biasa seperti Putri Chang Pingyang merekrut pasukan di wilayah Guanzhong untuk memastikan pasokan sumber daya manusia dan material, maka Qi Xun mungkin perlu sedikit khawatir. 　　Namun kini di Kota Chang'an, persaingan antara Adipati Sui, Klan Yuwen, dan Klan Dugu sudah seperti arus bawah yang bergolak tanpa ruang kompromi. Sekte Iblis yang bersembunyi di antara rakyat terus memanas-manasi situasi, ditambah Kaisar tolol Yuwen Yun yang kadang membantu salah satu pihak, kadang tiba-tiba menghantam pihak manapun – ini sama sekali bukan situasi yang memungkinkan pengembangan basis secara bertahap. 　　Selain itu, tanpa masa pemulihan Zaman Keemasan Kaihuang Dinasti Sui, kawasan Guanzhong di bawah eksploitasi Yuwen Yun juga tidak semakmur yang dibayangkan. 　　"Jika Di Feijing telah membuat keputusan, Klan Song yang mengerahkan pasukan ke Lingnan sebenarnya tidak menghadapi situasi penyerangan dari selatan ke utara yang jarang berhasil dalam sejarah, melainkan dari timur ke barat." 　　"Semakin cepat proses penyatuan kekaisaran, semakin sedikit penderitaan rakyat yang hidup dalam ketidakpastian di tengah kekacauan." 　　"Maka antara memilih seorang algojo atau menyelamatkan lebih banyak nyawa, tampaknya bukan keputusan yang sulit." 　　"Aku tidak begitu egois. Aku setuju dengan permintaanmu ini." 　　"Karena Di Feijing berdiri di hadapannya, sementara Qi Xun masih duduk tegak di kursi, tatapan rendah leher dan kelopak matanya justru memungkinkan kontak pandang yang lancar dalam posisi konfrontasi ini." 　　"Rambut pendek di pelipis pemuda itu membentuk bayangan halus di pipi dan dahi akibat sorotan lilin di belakangnya, sementara bulu mata hitam pekatnya menyaring cahaya redup di matanya." 　　Tapi Qi Xun merenungkan, mungkin karena kini merdeka, atau karena memiliki pijakan baru dalam karier, di balik bayangan kelam itu memancarkan kilau kebijaksanaan yang luar biasa. 　　Qi Xun memandangnya dengan tatapan mantap, akhirnya hanya mengucapkan: "Di Feijing, jangan kecewakan aku." 　　Dia tidak bertanya: Jika reputasinya hanya tertinggal di tanah ini, mungkin seiring waktu, ibu kota Bianjing Dinasti Song takkan lagi mengingat mantan Pemimpin Hall Utama Di yang jenius luar biasa itu. Teman-teman lamanya yang terpisah ruang-waktu mungkin takkan bertemu lagi. Apakah dia akan menyesal? 　　Seperti kata Di Feijing "kekalahan tetaplah kekalahan", saat nyawanya pernah berada di genggaman Qi Xun dan kehilangan kendali diri pun takkan disalahkannya pada siapapun - ketika diucapkan, tak ada lagi penyesalan tersisa. 　　Qi Xun tidak berlama-lama di tempat ini. Berbicara dengan orang bijak tak perlu mengejar detail hingga ke akar rumput. 　　Di Feijing kini bergerak sesuai rencana yang telah ditetapkannya, menanamkan jaringan intelijen di wilayah Yuchi Jiong, yang akan memberikan "kejutan" bagi lawannya suatu saat nanti. 　　Dia bahkan tidak memiliki Lei Sun kedua untuk disetiahi, lalu apa perlunya Qi Xun melakukan interogasi detail tentang masa lalu? 　　Dia hanya mempertemukan pasukan yang dibawa Xi Ying dengan Di Feijing, memfasilitasi kedua tool character untuk cepat saling mengenal. 　　Pada hari ketiga setelah tiba di Komanderi Changle, Provinsi Ji, Qi Xun pun mengurus barang bawaan dan pergi. 　　Meski tidak tahu berapa lama dungeon ini akan bertahan, kini baik gejolak di Kota Chang'an maupun kemajuan Song Que dalam meyakinkan ayahnya 　　untuk mengirim pasukan, atau upaya infiltrasi diam-diam Di Feijing, Qi Xun sama sekali tidak bisa membantu. Lebih baik dia menggunakan waktu untuk menjelajahi ahli-ahli bela diri lokal. 　　Misalnya, dia sudah lama berniat untuk mengobrol dengan penerus Sekte Mo Xiang yang hingga saat ini belum muncul di hadapannya, sekaligus melihat seperti apa kharisma Sang Penghormatan Bela Diri Bi Xuan. 　　Dihitung-hitung, tiga bos besar seperti Ning Daoqi, Bi Xuan, dan Fu Cailin, Qi Xun belum bertemu satupun dari mereka. 　　Entah disebut penggemar check-in lokasi atau kolektor, semuanya pantas disebut kegagalan besar. 　　Tapi Di Feijing tidak bisa menunjukkan tanda-tanda kontak dengan orang luar, sehingga tidak memungkinkan mengantarnya keluar kota. Hanya sehari sebelumnya, saat Qi Xun kembali menemuinya untuk menyepakati kode rahasia komunikasinya dengan Song Que, dia mengucapkan "Jaga diri". 　　Sejujurnya, melihat kebiasaan Qi Xun yang selalu membuat masalah, Di Feijing merasa ucapan jaga dirinya terdengar kurang bermakna, paling-paling hanya formalitas perpisahan belaka. 　　Memandang sosok yang menjauh tanpa keraguan itu, dia tak bisa menahan senyum kecut yang mengambang di wajahnya. 　　Qi Xun tidak tahu tentang keluhan beberapa orang yang menganggapnya kejam. Kali ini, setelah keluar dari penyepian untuk menemui beberapa tokoh Turk, dia bahkan tidak berencana membawa Xi Ying dan Zhu Yuyan. 　　Dalam situasi genting yang siap meledak ini, jika mereka ingin memberikan kontribusi lebih, jelas lebih baik bolak-balik antara utara dan selatan beberapa kali. 　　Xi Ying merasa cukup menyesal mungkin kehilangan beberapa pertunjukan menarik. 　　Dia sangat senang jika Sekte Mo Xiang atau Bi Xuan yang menggantikannya menjadi target buruan malang itu. 　　Tapi saat ini dia benar-benar menemukan sedikit kesenangan dalam pekerjaan pengumpulan intelijen ini. 　　Dari kondisi sebelumnya yang jarang menggunakan otak, berubah menjadi peran yang terlihat agak cerdas, Xi Ying juga merasa dirinya bisa dianggap naik level. 　　Yin A-shu yang dibawanya dari Chang'an ke Ji Zhou nyaris ingin memutar bola mata. 　　Tapi sekarang dia tidak lagi dipanggil Yin A-shu. Sebagai adik seperguruan pertama yang membantu Xi Ying, dia mendapat nama baru Yin Zuwen yang terlihat lebih berbudaya. 　　Yin Zuwen merasa, meski Xi Ying sekarang terlihat serius dan lebih cerdas, pada dasarnya ini karena arahan Kaisar Suci masa depan yang tepat. 　　Harus diakui, Sekte Iblis memang lebih baik dengan pemimpin yang menyatukan. 　　Kini Xi Ying memanfaatkan jaringan Sekte Mie Qing untuk menjembatani utara-selatan. Secara tak langsung ini tetap memungkinkannya mendapat informasi segar... bahkan efektif meredakan krisis pribadinya. 　　Dengan demikian, Sekte Mie Qing pantas berterima kasih pada Qi Xun. 　　"Ayo pergi." Qi Xun menepuk-nepuk mount-nya, melirik ke kota di belakang sebelum menatap jalan di depan. 　　Subuh musim dingin menyelimuti tanah dengan embun beku dan kabut dingin. 　　Harimau putih besar yang kembali dimanfaatkan oleh Qi Xun melirik ke sekeliling. Kali ini tak ada orang tambahan yang harus memperlambat perjalanannya, juga tak ada mayat yang harus diangkut hingga mengotori bulu indahnya. Ia langsung melesat ke arah yang ditunjuk Qi Xun. 　　Namun yang membuatnya tak senang, belum jauh berlari sudah terlihat seseorang menghalangi jalan di depan. 　　Seorang biksu tampan berbaju jubah luar dengan mantel angin berjalan perlahan dalam kabut tipis, tepat menghadang di jalur perjalanan Qi Xun. 　　Menghitung hari, Liao Kong memang seharusnya sudah kembali dari Gunung Yumeng. 　　"Jaringan Kuil Jingnian Chanyuan di utara memang luas. Meski perjalananku ke Ji Zhou bukan rahasia, tapi bisa melacak sampai Kabupaten Changle itu sungguh luar biasa." Qi Xun tetap duduk di punggung harimau, menatap ke bawah ke arah Liao Kong. 　　Dari utara ke selatan, lalu berbalik dari selatan ke utara lagi - perjalanan Liao Kong hampir tak pernah berhenti sejenak pun. 　　“Dalam konfrontasi dengan kepala Biara Ci Hang Jing Zhai yang sekarang di Gunung Shigu Yumeng, dan negosiasi dengan Empat Biksu Suci setelah kembali ke Luoyang, meskipun hatinya telah tercerahkan, kedua hal ini tetap merupakan urusan yang melelahkan jiwa dan pikiran.” 　　“Debu perjalanan dan embun beku hampir membentuk lapisan cangkang yang menyelimuti wajahnya yang kurus, namun di balik lapisan debu dan es ini, terpancar jelas cahaya tekad yang kuat dari dalam hatinya.” 　　“Dia sedikit mengangguk sambil melantunkan mantra Buddha, ‘Biksu miskin ini datang untuk memberikan Nona Qi sebuah” 　　“benda.’” 　　“Kuil Jingnian Chanyuan dan Ci Hang Jing Zhai telah memutuskan untuk menghentikan misi pemilih penguasa atas nama surga. Benda ini tidak berguna lagi di tangan kami, lebih baik diserahkan kepada Nona Qi, mungkin bisa memberikan bantuan lain.” 　　“He Shi Bi?” Qi Xun menatap pandangan jernih Liao Kong dan balik bertanya. 　　“Sebenarnya, sejak pertama kali Liao Kong muncul, Qi Xun telah memperhatikan gelombang energi khusus yang berasal dari bungkusan di punggungnya.” 　　Kehadiran Liao Kong yang menggenggam He Shi Bi membuat orang sulit tidak merasakan semacam keterikatan takdir. 　　Sebab inilah tanggung jawab yang pernah ia emban dalam perubahan kepemilikan He Shi Bi. 　　Kecuali menempatkan He Shi Bi di dalam Aula Perunggu Kuil Jingnian Chanyuan, mustahil untuk sepenuhnya mengisolasi aura khusus ini. 　　Saat ia membuka bungkusan di punggungnya dan mengangkatnya setinggi alis, kilau harta karun ini tetap memancar melalui kain bagaikan bulan purnama yang muncul dari laut, sama sekali tak ada ruang untuk dugaan lain. 　　Qi Xun tidak langsung menerima relik suci yang kembali muncul setelah 40 tahun ini dan memicu amukan perburuan harta, ia hanya bertanya, "Abbot Liao Kong tentu paham implikasi dari keputusan ini." 　　Liao Kong memegang He Shi Bi dengan tenang berkata, "Nona Qi berniat memanfaatkan kekuatan Klan Song untuk meredakan kekacauan di dunia. Putra Mahkota Song Que tidak memeluk Buddha. Dengan Ci Hang Jing Zhai dan Kuil Jingnian Chanyuan mundur, ini mengakhiri persaingan aliran spiritual selama ratusan tahun." 　　"Tapi demi kesejahteraan rakyat jelata, ini sepadan." 　　Meski meditasi tutup mulutnya telah pecah, pemahaman Zen Liao Kong justru semakin mendalam. 　　Pemahaman akan gulungan lukisan Da Zongshi dari Shanzi Jing mempertajam kondisi batinnya, membebaskannya dari pusaran kekuatan intimidasi spiritual. 　　Pengalaman di sudut Kota Chang'an yang nyata di luar tembok Biara Jingnian Chan telah menyeretnya ke arus deras realitas. Setelah melewati dan melampaui penderitaan rakyat jelata, keputusan tanpa pamrih ini mengantarkannya pada level spiritual baru. 　　Justru karena alasan inilah, saat bertemu dengan Pemimpin Ci Hang Jing Zhai, lalu kembali ke Luoyang dan bertemu Empat Biksu Suci, tak ada yang meragukan bahwa ide ganjil ini muncul karena ancaman pihak lain atau pengaruh penyihir wanita Sekte Iblis. 　　Hal ini juga semakin memperkuat kekuatan persuasif ucapannya. 　　Qi Xun pun tak bisa menghindari perasaan bersalah terhadap murid Zen berbakat yang sesungguhnya memiliki hati sejernih Ming Yue ini. 　　Namun seperti yang dikatakannya, hal tersulit di dunia ini bukanlah saat satu kekuatan berhasil menembus kepungan, melainkan saling menghambat saat berbagai pihak menyeimbangkan imbalan. 　　Jika mereka bersikeras mengibarkan papan nama "pemilih penguasa atas nama surga" untuk mendapatkan dukungan terhadap aliran Buddha Zen setelah pihak lawan berkuasa—— 　　Cukup lihat jaringan yang dikuasai jalur putih selama bertahun-tahun akumulasi. 　　Belum lagi hasil akhir pertarungan, tirai kekacauan ini pasti akan turun lebih lambat. 　　Qi Xun awalnya mengira bahwa Liao Kong kali ini hanya bisa membujuk Fan Qinghui untuk kembali, itu sudah merupakan batas maksimal. Jika bisa mengundang ketua Ci Hang Jing Zhai saat ini, lebih baik berbagai pihak mencari tempat di Luoyang untuk duduk berunding, jauh lebih baik daripada langsung memberikan dukungan politik ke masing-masing pihak. Namun tak disangka, mereka malah bisa langsung menarik diri. 　　Ia melompat turun dari punggung harimau putih, berdiri di hadapan Liao Kong Chanshi. 　　Liao Kong melihat semangatnya yang masih berkobar seperti kemarin, namun kali ini ia memberi penghormatan formal dengan sungguh-sungguh padanya. 　　Sembahyang kali ini berbeda dengan saat ia berkata "Aku telah lama menunggu kata-kata Master ini". Sangat jelas terlihat rasa hormat yang tak tersembunyikan dalam raut wajahnya. 　　“Walau aku tak bisa menjanjikan atas nama orang lain, Song Que bukanlah Yuwen Yong. Dengan keputusan Master, Biara Jingnian Chan takkan menjadi beban negara seperti masa pemerintahan Kaisar Wu Zhou Utara dulu yang merampas tanah dan pajak. Di tengah bencana alam dan malapetaka, manusia tetap membutuhkan keyakinan untuk bertahan hidup. Jadi Master tak perlu benar-benar mundur ribuan li. Ini bisa menjadi transaksi saling menguntungkan.” 　　Liao Kong tertegun sejenak, menyaksikan Qi Xun mengambil bungkusan berisi He Shi Bi dari tangannya setelah berkata demikian. "Tapi ucapanku ini bukan berarti aku mengizinkan Master pergi memberikan pusaka ini. Karena kau sudah membawanya kemari, aku terima dengan senang hati." 　　Sikap Qi Xun yang "terharu, mau berdiskusi kerja sama, tapi minta barangnya dulu" dengan alasan yang sah ini membuat Liao Kong tak bisa menahan senyum. 　　Sejak meninggalkan Chang'an untuk mencegat Fan Qinghui 　　, ketegangan dalam hatinya akhirnya sedikit mereda saat ini. 　　“Apa yang dimaksud dengan win-win?” Liao Kong membiarkannya menyimpan He Shi Bi di dalam jubah, lalu bertanya balik. 　　“Misalnya, karena Biksu Liao Kong sudah bolak-balik dari selatan ke utara, mungkin tidak keberatan untuk melakukan satu perjalanan lagi?” Qi Xun menjawab: “Saya ingat di antara Empat Biksu Suci ada seorang dari Sekte Tiantai. Bhikkhu Zhihui ini memiliki hubungan rekan seperguruan dengan Bhikkhu Zhiyi yang pernah saya temui di Jiankang. Klan Song yang bangkit dari Lingnan harus merebut wilayah Chen Selatan terlebih dahulu. Kami perlu bantuan Chanzong untuk menenangkan situasi.” 　　“Ada hal-hal yang tidak bisa dilakukan Sekte Iblis, tapi Chanzong bisa. Semakin besar kontribusi unik yang diberikan, semakin besar pula jasa dalam menstabilkan situasi pasca perang. Biksu Liao Kong setuju dengan prinsip ini, bukan?” 　　“Chen Xu tidak pernah berbuat salah terhadap Sekte Tiantai. Saat Kaisar Wu dari Zhou memberantas agama Buddha, tiga ribu biksu agung mengungsi ke selatan berkat perlindungan penguasa ini.” Liao Kong menggeleng pelan, “Master Zhihui tidak akan melakukan pengkhianatan seperti itu.” 　　“Pendapat Master keliru. Di dunia ini, posisi seharusnya diduduki oleh yang mampu. Jika suatu hari Chen Xu meninggal karena sakit, apakah Sekte Tiantai akan menyusun barisan biksu di tepi Sungai Panjang untuk membantu Chen Shubao—yang lebih cocok sebagai sastrawan daripada penguasa—bertahan di takhta?” 　　Qi Xun mengamati raut wajah Liao Kong, memastikan ucapannya mulai berpengaruh, lalu melanjutkan: “Bahasaku mungkin kasar, namun logikanya benar. Kini jika Chen Xu menyerahkan posisi kepada Klan Song, keluarga kekaisaran dan rakyat Chen Selatan masih bisa mendapat akhir yang baik. Jika benteng alam Sungai Panjang jatuh, para biksu hanya akan menjadi pemimpin doa penguburan.” 　　“Aku akan membicarakan hal ini dengan Master Zhihui.” Liao Kong merenung sejenak sebelum menjawab. 　　“Mari beristirahat sebentar di Kota Li di depan. Jika Master Liao Kong berhasil memengaruhi Master Zhihui untuk ke selatan, tolong sampaikan suratku kepada Putra Mahkota Song.” 　　Qi Xun berjalan menyusuri jalan resmi ke arah barat, melihat Liao Kong juga menyusul, barulah dia melanjutkan bicara: „Aku bisa menebak kekhawatiran Yang Mulia. Sekte Iblis belum sepenuhnya dibersihkan, selama bertahun-tahun tertekan membuat banyak pengikut jahat bermunculan. Berbeda dengan situasi di Biara Jingnian Chan yang mungkin ada orang hanya mengisi waktu, di sini lebih seperti kondisi dimana nama 'Sekte Iblis' menjadi tameng untuk berbuat jahat. Jika bekerja sama sembarangan, takutnya Biara Chan akan dicurigai bersekongkol dengan mereka.” 　　„Nona Qi tetap seperti biasa berbicara blak-blakan.” Ini memang salah satu kekhawatiran Liao Kong. 　　„Tapi daripada memikirkan cara menyingkap dosa-dosa dan menyingkirkan satu per satu, lebih baik kita adu siapa yang lebih layak menyandang gelar aliran suci resmi——” 　　“Dalam Dua Sekte Enam Jalan Sekte Iblis, banyak terdapat orang jahat. Namun tidak sedikit pula yang benar-benar peduli pada dunia dan memiliki kemampuan nyata. Meski Zen terkesan mengasingkan diri, tetap ada banyak orang seperti Master yang memiliki pencerahan dan welas asih. Jika kedua pihak bisa bekerja sama sekaligus bersaing sehat, ketika budaya ini terbentuk, mereka yang tidak bisa beradaptasi akan tersingkir. Mereka yang menonjol pastinya telah berusaha maksimal meredakan kekacauan. Lantas apa bedanya baik dan jahat?” 　　Saat Qi Xun mengatakan ini, He Shi Bi di ujung jarinya terasa dingin samar. 　　Fenomena khusus ini membuatnya sedikit teralihkan untuk memperhatikan dinding giok berukuran tiga cun persegi ini. 　　Dalam latar cerita Dinasti Tang, He Shi Bi bukan sekadar simbol kekuasaan. Terdapat kekuatan misterius di dalamnya. Dari sudut pandang ilmu tenaga dalam, ini adalah energi dalam khusus yang tidak panas maupun dingin, bahkan bisa berkonfrontasi dengan tenaga dalam pemegangnya. Hanya bisa diaktifkan sepenuhnya dalam kondisi tertentu. 　　Namun sekarang, benda ini sudah seperti makhluk hidup sejak Liao Kong datang mencari, permata ajaib ini memancarkan cahaya samar. Kini tiba-tiba muncul suhu khusus, seolah menjadi suatu sinyal. 　　Hanya saja tak tahu apakah ini sinyal niat baik, atau ketidakpuasan karena dititipkan ke tangannya. 　　Entah itu ketidakpuasan atau niat baik, benda ini sudah jatuh ke tangannya. Qi Xun sama sekali tidak berniat menyerahkannya. 　　"Nona Qi?" Liao Kong menyadari lamunannya, memberi pemberitahuan. Melihat Qi Xun segera mengalihkan pandangan dari bungkusan He Shi Bi ke wajahnya, ia melanjutkan: "Gagasan Nona tentang persaingan Gerbang Suci dan Zen dalam merebut kekuasaan Klan Song melalui prestasi memang layak, namun jika membunuh satu orang dianggap prestasi, metode persaingan ini akan menimbulkan malapetaka." 　　"Saya paham maksud Master. Hal ini akan saya sampaikan dalam surat 　　Akan saya jelaskan kepada Pemimpin Klan Song dan Putra Mahkota Song. Selain itu, di dalam Gerbang Suci, dari sepuluh jilid Kitab Tian Mo Ce terdapat satu jilid bernama Ilmu Xing Dun. 170 tahun yang lalu, hantu bayangan yang menguasai Ilmu Xing Dun menghancurkan dua halamannya setelah berhasil mempelajari ilmunya, menyisakan garis besar hukuman Gerbang Suci dan metode interogasi khusus. Fragmen terakhir ini jatuh ke tangan Sekte Mie Qing. Untuk menertibkan tindakan Gerbang Suci, fragmen Ilmu Xing Dun sangat diperlukan. Saya juga akan meminta Pemimpin Xi untuk mengerahkan orangnya terlibat dalam hal ini." 　　Qi Xun terus berusaha menekan kesombongan Sekte Mie Qing, pada dasarnya karena di antara dua sekte dan enam aliran Gerbang Suci, kekuatan ini memegang terlalu banyak fragmen-fragmen aneh! 　　Untungnya rasa takut dan hormat Xi Ying padanya tidak mungkin berkurang dalam waktu dekat, sekaligus kesempatan untuk menguras habis semua rahasianya. 　　Adapun Ilmu Chanyu lainnya yang ada di tangan Sekte Mie Qing, sudah sejak di Kota Chang'an dulu Xi Ying menyerahkannya kepada Zhu Yuyan. 　　Qi Xun berpikir sejenak lalu berkata: "Namun penggunaan metode interogasi untuk mengatur orang jahat juga bukan solusi jangka panjang. Hanya ketika Klan Song menunjukkan kekuatan menghancurkan segalanya dan mendapat dukungan rakyat, barulah para bandit ini mengerti siapa penguasa dan siapa bawahan, berhenti menggunakan aturan dunia persilatan. Ini hanya bisa menunggu waktu untuk membentuk tatanan." 　　Semua argumen sudah diucapkannya, apa lagi yang bisa dikatakan Liao Kong. 　　Sekte Iblis berani menggunakan Teknik Penyiksaan untuk mengatur perilaku rekan seperguruan yang nakal. Jika Zen masih ragu-ragu mendukung penyebaran ajaran Buddha karena bantuan Chen Xu, lebih baik seperti ucapannya saat muncul dulu: mundur total dan menyerahkan kesempatan pada orang lain. 　　Saat hendak berpisah jalan, Liao Kong memegang surat Qi Xun untuk Song Que dan ayahnya, serta surat lain untuk Xi Ying dan Zhu Yuyan. Ia menunduk memperhatikan kedua kakinya sendiri dengan ekspresi pasrah. 　　Istirahat sebentar di Licheng benar-benar sesuai makna harfiahnya. Qi Xun bahkan menyuruh pelayan penginapan membeli sepatu paling kokoh bahan dan jahitannya di kota, seolah ingin mengganti rugi dengan membuat Master Liao Kong lebih banyak berjalan kaki. 　　Tapi... kenapa rasanya aneh sekali? 　　Memberi hadiah sepatu itu maksudnya apa? 　　Tapi mungkin sejak dia disandera Qi Xun dan dijarah dari wilayah Biara Jingnian Chanyuan, keanehan sudah dimulai. Jadi tak masalah menukar sepatu baru untuk jadi kuli angkut. 　　"Master Liao Kong sungguh harapan aliran Zen. Dalam hal berkorban untuk orang lain, aku jauh kalah." gumam Qi Xun sambil mengelus kucing besar yang setelah makan kenyang semalam, kini terlihat semakin bersemangat. 　　Bayangan Master Liao Kong telah perlahan menghilang di depan. Memikirkan bagaimana murid Zen terkemuka ini pertama-tama membawa pulang sinyal kompromi, membawa He Shi Bi, dan sekarang berkeliling untuk mempromosikan kerjasama saling menguntungkan ini – sungguh sulit untuk tidak membuatnya memiliki pemikiran seperti ini. 　　Perkembangan kuil Buddha setelah kebangkitan dinasti, saat ini masih merupakan janji yang belum terpenuhi. Yang benar-benar didapatkan Master Liao Kong hanyalah sepasang sepatu baru. 　　Bagaimana menjelaskannya? Keledai tim produksi pun tidak memiliki keseimbangan pendapatan-pengeluaran seburuk ini. 　　Kucing besar itu menggelengkan kepalanya. 　　Andai saja bisa bicara, pasti akan mengeluhkan sikap Qi Xun saat ini. Meski ucapannya terdengar berprikemanusiaan, saat memanfaatkan tenaga kerja berat seperti ini, dia sama sekali tidak akan segan-segan. 　　Saat ini dia sudah dengan nyaman berbaring telentang di punggung harimau. 　　Harus diakui, Sistem benar-benar hebat dalam pengaturan mount. Dalam kondisi ditunggangi, kucing besar ini bisa menggelinding dan melompat sesuka hati tanpa menjatuhkannya. 　　Dia kembali merapikan mantel bulu rubahnya, kini meski angin menerpa dari atas selama perjalanan, tak setitik pun mengenai dirinya. 　　Sungguh cara bepergian yang sangat nyaman. 　　Kulit harimau yang menjadi sandaran punggungnya terasa hangat, cuaca hari ini pun cerah dengan lapisan sinar matahari yang masih tipis namun hangat menyinari dari atas. 　　Qi Xun satu tangan meneduhkan mata dari sinar secara simbolis, tangan lain membuka Panel Sistem yang tak terlihat orang lain, merapikan kembali Tas Punggung Sistem yang sudah lama tak diurus. 　　Contohnya, beberapa waktu lalu untuk menukar 10x pembukaan sekaligus Peta Harta Karun demi efek keterampilan dan Burung Rohani · Menginjak Awan, banyak menghasilkan duplikat bagian enchant yang sudah dimiliki, serta serpihan kartu perjumpaan karakter seperti mekanisme jaminan dasar peta harta - sekilas saja sudah terkumpul lebih dari 20. 　　Lima serpihan kartu perjumpaan bisa disatukan menjadi kartu utuh, kini di tas punggungnya... 　　...telah bertambah lima lembar lagi. 　　Untungnya sepertinya sintesis serpihan pertama kali yang memicu otomatis kartu utuh, kalau tidak Qi Xun pasti sudah jengkel dengan sistem ini sejak lama. 　　Sekarang mau mencoba menggunakannya? 　　Qi Xun tak bisa menghindari lamunan. 　　Kota Li sudah masuk wilayah Dingzhou, melewati Zhongshan County ke utara adalah Yanzhou. 　　Yanzhou dimana? Yanzhou berbatasan dengan Youzhou di timur yang kini disebut Beijing, mencakup daerah seperti Changping dan Juyong Pass. 　　Dalam periode Dinasti Selatan-Utara, ini adalah wilayah perbatasan. 　　Melintasi bagian Tembok Besar di Daning, ini adalah wilayah perbatasan Qi Utara dengan Turk, juga tidak jauh dari lokasi kemungkinan pertemuan Qi Xun dengan Bi Xuan Sang Penghormatan Bela Diri dan anggota Sekte Mo Xiang. 　　Tentu, mencari kabar figur terkenal di padang rumput luas mungkin tidak terlalu sulit, tapi melacak kemah mereka akan cukup merepotkan. 　　Jika benar-benar mengetahui lokasi perkiraan kemah musuh bisa mencegah tersesat di padang rumput, maka kemampuan Wei Qing dan Huo Qubing mana mungkin terlihat begitu luar biasa. 　　Sebenarnya, bahkan sebelum keluar dari perbatasan, di jalan sepi melintasi Dingzhou ini, desiran angin kencang yang menyertai larian Harimau Putih menyapu telinga Qi Xun, telah menciptakan perasaan keluasan tak bertepi antara langit dan bumi. 　　Ketika pemandangan siang berganti malam, dengan bintang-bintang berputar naik ke angkasa, muncul rasa sunyi yang menyelimuti bagai langit sebagai atap dan bumi sebagai alas tidur. 　　Qi Xun sama sekali tidak meragukan bahwa saat berada di padang rumput luar perbatasan nanti, perasaan bagai sebutir biji-bijian di tengah keluasan akan semakin kuat. 　　Dia sama sekali tidak takut dengan kesepian semacam ini. 　　Meski sejak dulu dia selalu menyukai keramaian, hal itu tidak menghalanginya untuk sesekali menyelami keagungan alam semesta ini, menikmati kebersihan jiwa dalam kesendirian yang reflektif. 　　Bahkan dalam posisi berbaring telentang ini, dia mengeluarkan kembali Gulungan Lukisan Da Zongshi itu. 　　Setelah mendapatkan hasil terjemahan dari Liao Kong Chanshi, ditambah kemajuan pesat kemampuannya sendiri, dia bahkan mulai mengapresiasi teknik sapuan kuas dalam gulungan lukisan ini. 　　Gulungan lukisan itu sendiri kini tidak lagi membuatnya mundur setengah langkah saat memandangnya. 　　Cahaya bintang dan bulan memantul pada sepasang mata yang hidup bagai nyata di gulungan lukisan saat dia mengangkatnya miring, namun di balik mata penuh daya hidup ini terlihat seperti tebing jurang yang mengisyaratkan situasi terjepit. 　　Qi Xun menatap tajam sepasang mata ini lama sekali sebelum mengalihkan pandangan ke langit malam, seluruh konstelasi bintang seolah berputar dan turun dengan cara aneh saat bayangan sepasang mata ilusif muncul. 　　Namun perjalanan penuh kebahagiaan mandiri ini, yang bahkan menyerupai keadaan pengembaraan intelektual, akhirnya tetap dihancurkan oleh tatapan penuh makna tersembunyi setelah melewati gerbang perbatasan. 　　Rasa iri terhadap mount harimau putih yang ia tunggangi, dan iri terhadap penampilannya yang seperti putri kaya yang tak tersentuh duniawi, membuatnya sangat tidak nyaman. 　　Tampaknya untuk menghindari masalah, lebih baik membiarkan beberapa orang datang sendiri. 　　Melewati Komanderi Daning, Qi Xun menambah persediaan makanan dan air, sekaligus memberi waktu istirahat bagi mount harimau putih yang telah bekerja keras. Keesokan harinya setelah melewati Tembok Besar di depan dan melanjutkan perjalanan ke utara sampai mencapai Kota Huaishuāng, mereka sepenuhnya keluar dari wilayah Zhou Utara. Qi Xun langsung menggunakan "kartu perjumpaan karakter". 　　【Sistem】【Kartu perjumpaan karakter sedang diproses...】 　　Namun dia tidak sepenuhnya menggantungkan harapan pada kartu perjumpaan karakter. 　　Setelah keluar dari Kota Huaishuāng, dia melanjutkan perjalanan ke arah barat laut dengan mengandalkan penanda di peta mini. 　　Baik itu Sang Penghormatan Bela Diri Bi Xuan yang merupakan ahli terhebat Turk, maupun penerus Sekte Mo Xiang yang akhirnya meraih posisi penasihat kerajaan Turk Timur, kemungkinan besar masih berada di wilayah pusat kekuasaan Turk. 　　Menurut peta yang sebelumnya diperoleh dari Di Fejing, lokasinya berada di Kharakhorum di tepi barat Sungai Orkhon barat laut. 　　Namun ini sama sekali bukanlah jalan yang mudah dilalui. 　　Baru sehari keluar dari gerbang perbatasan, salju yang hampir tak henti sejak November di wilayah utara kembali turun. 　　Untuk menghindari tersesat, Qi Xun mengikuti aliran sungai di luar Kota Huaihuang yang juga mengalir ke arah barat laut. 　　Lapisan es dan salju yang belum mencair di kedua sisi sungai membentuk pemandangan es yang unik menyerupai kabut beku. 　　Ia jarang melihat pemandangan seperti ini, mengingat Istana Air Suci tempatnya sebelumnya belajar berada di selatan, maka ia pun turun dari punggung harimau 　　dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki beberapa saat. 　　Ketika menoleh ke belakang, ternyata kucing besarnya sedang meringkuk di hamparan salju. Bulu seputih salju membuatnya hampir tak terlihat di antara gundukan salju dan hutan. 　　Tapi begitu dia melambai, makhluk yang sudah terlatih oleh ancaman ini langsung menyusul dengan gesit. 　　Menyusuri sungai dan hutan sampai ujung, terdapat Danau Anguli Nao yang mengering di zaman modern - sebuah danau pedalaman dataran tinggi. 　　Namun kini, Anguli Nao masih berupa genangan air tak membeku, dikelilingi padang rumput subur. Tapi karena masih dalam bulan pertama kalender lunar, yang terlihat hanyalah padang putih membentang. 　　Dia mencoba mengaktifkan Tianshui Divine Art, bukan untuk menciptakan riak besar seperti dulu di luar Pulau Tak Bernama, melainkan berlatih kontrol presisi di Anguli Nao. 　　Sebutir salju yang bercampur dalam badai salju seperti bulu yang pecah, tertarik oleh ilmu kontrol airnya, berhenti di ujung jarinya, lalu perlahan turun ke permukaan danau. Mengapung seperti perahu kecil yang unik di atas air, kemudian hanyut pelan ke arah tengah danau mengikuti riak air yang hampir diam. 　　Namun belum sempat hanyut jauh, sebuah cakar berdaging menamparnya, menghancurkan riak air sekaligus menenggelamkan kepingan salju itu. 　　Kucing besar yang sifat kekanak-kanakannya tak kalah dari Qi Xun ini langsung mendapat tepukan di kepala. 　　Ia mengusap kening sambil marah tapi tak berani protes, lalu kembali mengikuti tuannya yang lincah bergerak di tengah angin kencang dan hamparan salju. 　　Qi Xun menatap ke depan. Di balik debu salju yang berterbangan, terlihat samar-samar kawanan kuda berwarna merah layanan awan kemerahan milik penggembala musim dingin, tak jelas hendak menuju ke mana. 　　Namun arah rombongan ini berbeda dengan barat laut yang akan dilanjutkan Qi Xun. Karena tidak terjadi tabrakan di kedua sisi, Qi Xun hanya mengamati sekilas adat dan pemandangan setempat dari kejauhan. 　　Pemandangan yang berbeda dengan Zhongyuan ini sulit membuat orang tidak berpikir: meski perjalanan keluar dari penyepian menuju tenda suku Turk mungkin tidak membuahkan hasil, penglihatan dan pendengaran seorang diri dengan seekor kuda ini sudah cukup membangkitkan rasa luas di hati, menjadi penghibur seumur hidup. 　　Qi Xun mengguncangkan salju di tepi topinya, lalu menatap cahaya langit sambil tersenyum. 　　Inilah mungkin yang disebut kesenangan dalam traveling. 　　Tapi kesenangan ini tak bertahan lama. Saat ia melanjutkan perjalanan ke barat laut dan tiba di Chahan Nao, bilah notifikasi sistem yang terus dipantaunya tiba-tiba menampilkan pemberitahuan baru. 　　【Sistem】【Kartu Pertemuan Karakter berhasil dipicu.】 　　Berbeda jauh dengan situasi saat bertemu Zhu Zao di Gunung Hua dulu—— 　　Saat notifikasi pesan ini muncul, Qi Xun belum melihat kemeriahan khusus yang menyertai kehadiran karakter, namun sudah merasakan hawa dingin yang menggigilkan mengalir tanpa hambatan dari punggungnya. 　　Dengan level ilmu bela dirinya yang sudah mencapai tingkat ini, mustahil tubuhnya bereaksi karena perubahan cuaca. Ini jelas reaksi intuitif terhadap ancaman yang mendekat. 　　"Pergi!" Begitu menerima perintah ini, Harimau Putih langsung melesat berlarian menjauh untuk menghindari jadi beban. 　　Dalam kewaspadaan intuitif ini, Qi Xun menghentakkan kaki melesat sambil mencabut Jin Hong Jian dari sarungnya seiring gerakan tubuhnya. 　　Menembus badai salju yang mengguyur deras, bayangan pedang berpendar cahaya emas-merah ini seperti kilat menyambar ke arah sumber ancaman terkuat yang dirasakannya. 　　Di area blind spot visual dari jalur sebelumnya, semburat cahaya pedang yang sama-sama berkecepatan luar biasa tiba-tiba muncul menghadang lintasan Jin Hong Jian. 　　Namun mungkin tidak tepat menyebutnya sebagai cahaya pedang, karena itu adalah jaring energi yang terjalin dari energi pedang. Aura yang terpancar saat kemunculannya bahkan membuat Jin Hong Jian yang menyemburkan kilat Kilat Membelah Langit terhenti sejenak. 　　Pada detik berikutnya, dari jaring energi pedang yang nyaris berwujud itu, bayangan pedang samar antara nyata dan ilusi menerobos keluar dari energi pedang, lalu membelah dengan beringas melalui badai salju yang memenuhi langit dan bumi. 　　Dalam pedang ini terkandung aura khusus yang berdenyut layaknya detak jantung mengerut dan meletus, bahkan lebih alami dalam gerakannya dibanding Golok Surgawi Song Que, bagaikan naga yang mengaum dari jurang. 　　Badai salju mengitari bulu mata, cahaya pedang semakin menyala-nyala. 　　Dalam sekejap ini, Qi Xun hanya bisa menyimpulkan: tandingan ini sungguh luar biasa kuat! 　　Bahkan menurut perkiraannya, Bi Xuan Sang Penghormatan Bela Diri dari Turk Timur mungkin takkan mampu menampilkan ilmu bela diri sehebat ini. Lagipula tombak api serigala yang digunakan Bi Xuan di masa mudanya jelas bukan pedang! Ini juga tidak sesuai dengan rumor teknik pedang catur Fu Cailin! 　　Sama sekali tidak mirip! 　　Tapi ini sama sekali tak menghalanginya mengayunkan pedang secepat burung terbang. Dalam sekejap mata, badai salju di sekitarnya seolah membeku menjadi aura pertempuran, mengikuti gaya tusukan pedang dahsyat Jin Hong Jian bagai pisau angin dan pedang es. 　　Semakin ia menguasai berbagai kondisi hujan-salju dalam Tianshui Divine Art, semakin cepat Qi Xun mengubah energi pedang menjadi embun beku, menyatu dengan badai salju. 　　Ini berbeda dengan aura ekspansif Tenaga Ungu Jaring Surgawi Xi Ying atau medan gravitasi internal Rahasia Tianmo Zhu Yuyan. Ini lebih menyerupai keadaan meditasi melupakan diri serta dunia dengan konsentrasi total dan ketenangan batin. 　　Dalam situasi terdesak oleh musuh kuat ini, meski Qi Xun masih tidak bisa melihat wajah lawannya, ia merasakan sensasi ekspansi seperti benih yang mulai bertunas, muncul di balik cahaya pedang lawan. 　　Seolah-olah ilmu lawan harus memicu potensi benih untuk mencapai kondisi puncaknya. 　　Namun meski ada proses pemicuan ini, gempuran energi pedang yang menyapu bersama badai salju tak terganggu. Dalam satu tarikan napas, ia berubah menjadi taburan bintang-bintang - puluhan cahaya pedang menyapu tanpa ampun, menciptakan kesan menekan yang mengejutkan seperti air raksa tumpah ke tanah yang ada di mana-mana. 　　Bersamaan dengan cahaya pedang, terdengar suara "Hm?" spontan dari lawan. 　　Ia mengira serangan pedang dahsyatnya akan membuat Qi Xun - meski berbakat luar biasa - terpaksa mengibaskan salju di padang ini ke angkasa saat menangkis jalinan energi pedang yang merobek udara. 　　Namun yang ia lihat hanyalah salju beterbangan dalam radius tiga zhang di sekitarnya, sama sekali tidak tertekan oleh gaya pedangnya. Sebaliknya, salju itu tiba-tiba berkumpul dan meledak mengikuti arah pedang merah membara lawannya. 　　Dalam kepadatan gaya tusukan pedang ini, jelas terasa aura dahsyat yang seolah menggerakkan langit. 　　Saat ia melesat dengan ratusan energi pedang dan berhasil menemukan titik lemah Jin Hong Jian untuk ditusuk, ternyata yang tertembak adalah pedang panjang yang terbuat dari es dan salju. 　　Hampir bersamaan, dua energi pedang menyala yang melekat pada pita panjang putih bulan menembus badai salju. 　　Warna merah dan putih menyilang di depan mata Qi Xun. 　　Merah itu bukan darah, putih itu pun bukan salju. 　　Melainkan manifestasi benih khusus yang dirasakannya di tubuh inang benih iblis, yang terpicu sepenuhnya saat tiga cahaya pedang pelangi menghujam. 　　Qi Xun akhirnya melihat jelas wajah lawannya. 　　Ini memang wajah dengan garis yang sangat tajam, sulit untuk tidak menggambarkannya seperti diukir dengan pisau dan kapak. Meskipun badai salju di bawah kendalinya semakin ganas, sepasang mata yang tak terlupakan di wajah itu memancarkan aura jahat yang mengerikan. 　　Ini juga sosok yang sulit ditentukan usianya. 　　Meskipun sejak Qi Xun menyadari keberadaan Benih Iblis dalam ilmu lawan, dia sudah menebak identitasnya dan tahu bahwa pria ini telah hidup hingga usia dua ratus tahun, namun secara penampilan, dia tak lebih dari orang berusia awal tiga puluhan. 　　Dia adalah Xiang Yutian si Kaisar Iblis! 　　Juga merupakan tandingan paling menakutkan yang pernah dihadapi Qi Xun hingga saat ini! 　　Bahkan Fang Geyin yang pernah dihadapinya sebelumnya tak bisa dibandingkan. 　　Waktu memang menjadi keunggulan yang mengerikan. Ditambah fakta bahwa Qi Xun di berbagai Dungeon belum genap dua puluh tahun, seberapa pun dia memanfaatkan kelebihannya, jelas tak mungkin menandingi lawan yang usianya sepuluh kali lipat lebih tua. 　　Xiang Yutian, Sang Kaisar Gelap Sekte Iblis ini, sama sekali bukan tipe yang akan berbelas kasih pada generasi junior. 　　Untungnya, bertemu Xiang Yutian di tengah kekacauan Dinasti Selatan-Utara bukanlah skenario yang tak pernah terlintas dalam pikirannya. 　　Saat membunuh You Wujuan dan tiga murid Xiang Yutian lainnya, Qi Xun sempat merencanakan strategi serangan beramai-ramai. Meski kini lingkungan tempur kurang ideal dan pasukan tak tersedia, persiapannya tetaplah matang. 　　Sudah datang ke sini... Walaupun yang ditemui adalah Xiang Yutian alih-alih Bi Xuan atau Zhao Deyan, pertarungan tetap bisa dilakukan! 　　Selendang Bai Zhang Han Guang berkelebat seperti naga, menyapu ribuan kilau pedang. Energi Jurus pedang Nù Qū Jīnhóng menggelora, mengubah badai salju menjadi pusaran putih yang kacau-balau. 　　Siapapun pasti limbung menghadapi gelombang energi ini, tapi bagi Xiang Yutian, teknik pedang lawannya masih terkesan kaku dan kurang mumpuni. 　　Kemampuan multitasking memang patut dipuji, sayangnya akurasi serangannya masih kurang. 　　Namun sebelum 　　Ia sempat mengayunkan pedang untuk menyerang, tiba-tiba bahunya terasa ringan setelah kilau kain sutra melintas. 　　Refleks tangannya mencoba meraih pita panjang yang dilempar lawan, namun yang tergenggam justru bola salju. 　　"......?" Apakah kemampuan gadis ini mengendalikan salju—atau lebih tepatnya mengendalikan air—terlalu tinggi? 　　Tidak, dia tidak boleh terdistraksi sekarang! 　　Saat pita panjang melesat melewatinya, barulah ia sadar: kilau pedang dari kain sutra itu hanyalah kedok. Tujuan sebenarnya adalah magnet tersembunyi di pita yang menyedot relik besi di pundaknya. 　　Perbedaan waktu ini cukup baginya untuk menarik kembali kain sutra, mengamankan magnet dan bola besi yang terselip di dalamnya. 　　Serangan mendadak sebelumnya dalam pertarungan tak terhindarkan membuat Xiang Yutian mengira Qi Xun adalah sosok yang masih muda dan emosional, mana mungkin menyangka bahwa dalam serangan kali ini, sang gadis sama sekali tidak berniat merebut keuntungan dalam konfrontasi bayangan pedang. 　　Xiang Yutian bahkan sebelumnya sempat merasa teknik memanipulasi badai salju ini sangat mirip dengan Yan Fei yang dulu menggunakan aura Taiyin Zhenshui saat beradu pedang dengannya. 　　Tapi sekarang sama sekali tidak terlihat mirip! 　　Sosok itu dulu bertarung dengannya sampai keduanya muntah darah. 　　Yang ini melakukan apa! 　　Begitu jurus berhasil, Qi Xun segera mundur dengan menginjak tanah, tiga zhang badai salju dalam sekejap berubah menjadi cangkang es yang membungkus Xiang Yutian. 　　Benda ini tentu tak bisa menjebak Xiang Yutian. 　　Tapi saat ia menyapu penghalang ini dengan cahaya pedang Huaigu dan menerobos keluar, Qi Xun yang memang mahir dalam ilmu gerakan ringan sudah mundur hingga lima zhang jaraknya. 　　Ia bahkan menggenggam erat "Kristal Besi" di tangannya, melakukan gerakan seolah-olah jika Xiang Yutian melangkah lebih maju, dirinya akan menghancurkan lapisan besi beserta isinya. 　　Xiang Yutian berhenti seketika di tempat. 　　"Tuan langsung menyerang diam-diam, bukanlah tindakan seorang senior kan?" teriak Qi Xun menantang. 　　Genggaman pada bola besi itu membuatnya merasakan aura khusus yang merambat ke telapak tangan, sama sekali tidak kalah dengan He Shi Bi yang pernah ia dapatkan sebelumnya. 　　Tentu ini bukan bola besi biasa, melainkan Kristal Iblis yang terbungkus lapisan besi! 　　Dalam dua pertarungan melawan Yan Fei dulu, Xiang Yutian pernah menggunakan Pedang Huaigu dan sekali memakai Kristal Besi ini - memang senjata andalannya. 　　Qi Xun sebelumnya menduga, apakah Kristal Iblis ini masih berada di tangan Xiang Yutian sebelum ia memecah dimensi dan menyerahkannya kepada Lu Miaozi? 　　Jika masih ada, dengan cara apa benda ini akan ada? 　　Di Sekte Iblis, bahkan Shi Zhixuan pun tidak mungkin memiliki kemampuan untuk merebut Kristal Iblis dari tangan Xiang Yutian. Maka benda ini pasti masih ada dalam bentuk aslinya - senjata itu. 　　Cangkang besi Kristal, meski bukan logam biasa, tetap merupakan benda besi. Kebetulan, di Pasar Transaksi sistem game Qi Xun memang terdapat magnet. 　　Benda ini bahkan masuk kategori senjata, dirancang khusus untuk Pendekar Muda Jianghu menjebak lawan yang menggunakan pedang besi, bisa dianggap sebagai alat prank. 　　Namun saat pedang berada di tangan, dibungkus energi pedang, sebenarnya sangat sulit tertarik oleh magnet jenis ini. 　　Sayangnya, saat Xiang Yutian menggerakkan pedang, ia lupa bahwa tujuan jurus Qi Xun bukan untuk melawan, tapi merebut Kristal Besi. 　　Meskipun Xiang Yutian sangat memahami bahwa banyak Kaisar Gelap sebelumnya tidak pernah berhasil mengeluarkan esensi leluhur yang tersimpan dalam Kristal Iblis secara menyeluruh atau merusak Kristal Iblis itu sendiri, hal ini tidak mengubah perasaan kekalahan tak terucapkan yang muncul saat melihat Qi Xun memegang Kristal Besi dengan jarak tertentu darinya. 　　Bahkan muncul ilusi aneh dalam benaknya - mungkin segala kejadian yang menimpa gadis ini tidak akan membuatnya merasa heran. 　　Bisa saja memang ada cara untuk merusak Kristal Iblis. 　　Ini tak terhindarkan membuat senyuman di sudut bibirnya sedikit memudar, kesan liar dan tak terkekang yang terpancar sejak awal pun seolah menggerogoti, "Lalu apa alasan Tuan membunuh muridku, kini merebut pusaka suci Sekte Shengji kami?" 　　Tunggu! 　　Sorot mata Xiang Yutian tiba-tiba menjadi gelap. 　　Pembukaan percakapan yang direncanakannya semula bukan seperti ini! 　　Rencana awalnya adalah memukuli 　　anak ini sebentar, lalu berkata "Kau telah membunuh muridku, sekarang kau harus menggantikannya. Kurasa kau cukup cocok!" 　　Tapi mengapa sekarang justru mengikuti alur pembicaraannya? 　　Dia kehilangan harga diri!