Rencana Jue Wu Shen untuk menggantikan posisi melalui metode Li Dai Tao Jiang () lalu naik tahta dengan cara turun tahta kepada orang berbakat, bukanlah rencana satu dua hari.
Pastinya tidak akan mengubah rencananya hanya karena munculnya pedang yang bisa berubah wujud menjadi manusia di dunia saat ini.
Di dunia yang dipenuhi elemen fantasi ini, Kaisar Wenlong yang berhasil mengubah fisik lemahnya dan bahkan melatih Xuanwu Zhen Gong hingga kekuatan internalnya melebihi Duan Lang yang menelan Dragon Yuan, apalagi saudara kembarnya Kaisar Wuchang yang juga bukan orang lemah. Bahkan bisa disebut ahli bela diri internal, dengan kekuatan perlindungan nadi naga Zhongyuan yang memberi tenaga luar biasa pada jurus tinjunya.
Namun, Jue Di dan Tian Xing yang dikirim Jue Wu Shen untuk membantu Jue Xin justru mengcounter jurus tinju Wuchang. Jue Xin yang diwarisi langsung oleh Jue Wu Shen sendiri, jika mengesampingkan para pertapa tua dan pengguna cheat berumur ribuan tahun, jelas termasuk dalam jajaran ahli tingkat pertama.
——Kini bukan masa Dragon Yuan terbagi tujuh, jadi peringkat seperti ini cukup masuk akal.
Begitu mereka mendapatkan kesempatan memanfaatkan Kaisar Wuchang yang berziarah ke Kuil Lingkong untuk berdoa, lalu menyusup ke sisi kaisar dengan dalih jasa menyelamatkan kaisar, menangkap Wuchang memang bukan hal sulit.
Tentu saja rencana ini masih masuk akal sampai tahap ini, terutama teknik penyamaran/topeng palsu yang digunakan Jue Xin, dikabarkan sebagai karya seorang master yang hampir mustahil terdeteksi.
Tapi mulai dari sini, logika cerita benar-benar amburadul.
Kaisar Zhongyuan yang merasa kemampuannya tak cukup untuk memerintah dunia, turun takhta dan menyerahkan kekuasaan kepada orang berbakat — ini hanya terjadi di era Yao, Shun, Yu. Tapi bahkan Yao, Shun, Yu sekalipun—
Takkan mewarisi takhta kekaisaran kepada seorang Dongying!
Entah bagaimana Jue Wu Shen yang agak ngawur ini bisa merancang rencana seperti ini, yang jelas dia adalah tokoh antagonis yang pasti akan dikalahkan dan akhirnya gagal.
Ini jelas kabar baik bagi Qi Xun.
Untuk meraih keuntungan diam-diam di sini, pertama-tama perlu mengaktifkan anchor point yang memudahkan akses masuk-keluar dungeon. Caranya dengan membuat Kaisar saat ini mengeluarkan kartu karakter, lalu memastikan poin hubungan baiknya mencapai 40+.
Mengaktifkan kartu karakter sebenarnya tidak terlalu sulit saat ini.
Ilmu Pukulan Kekaisaran yang diwariskan keluarga kerajaan bisa dianggap sebagai ilmu bela diri yang cukup mumpuni, dan jelas mampu mengaktifkan kartu skill.
Qi Xun tidak terlalu khawatir tentang kemampuan mempelajarinya. Mengingat kedekatannya dengan tahap memecah dimensi, hampir semua konsep seni bela diri - kecuali teknik khusus seperti Xuanwu Zhen Gong - sudah terkuasai melalui pemahaman mendasar.
Poin hubungan baik ini tentu harus diraih melalui jasa menyelamatkan kaisar!
Bahkan jika gagal, Qi Xun sudah merencanakan alasan "ingin mempelajari ilmu pukulan keluarga kerajaan" setelah operasi penyelamatan berhasil, untuk memastikan kartu skill ini pasti diselesaikan dengan sukses sekaligus menambah poin hubungan baik.
Dari sini, rencana penuh celah Jue Wu Shen justru patut dianggap Qi Xun sebagai tindakan yang menggerakkan Tiongkok.
Masalahnya sekarang: Apakah dia harus langsung ke ibu kota menyelamatkan orang setelah Jue Xin dan Jue Di Tian Xing menyelesaikan aksi pencurian bayi kekaisaran, atau menunggu kabar pedang sakti menjelma manusia berkembang untuk menjebak lebih banyak orang.
Lingkungan Villa Pedang Pemujaan benar-benar kondusif untuk memaksimalkan strategi.
Mereka tidak tahu tentang ilmu Tianshui Divine Art. Kematian Xiong Ba sebelumnya mungkin hanya dianggap efek batu hitam langka miliknya, karena energi yin dan kelembutan ekstrem di bawah laut memperkuat gaya tusukan pedang.
Qi Xun terus mengunyah Blood Bodhi, membuat Qilin Api yang mengikuti Nie Feng berkhayal seolah dagingnya yang dimakan, bukan produk sampingan darahnya.
Namun jika dipikir, hewan itu pernah dibekukan, jika kabar ini tersebar maka reputasinya mungkin akan hancur. Bagaimanapun juga, ia harus membalas dendam. Melihat Nie Feng mencari Qi Xun, makhluk itu pun mengikuti dari belakang.
“Ada perlu?” Qi Xun menaikkan pandangannya ke arah Nie Feng.
Qi Xun tak pernah melihat wajah Nie Renwang (ayah Nie Feng) sehingga tak bisa menilai, namun ibu Nie Feng, Yan Ying, pastilah seorang wanita cantik. Hanya dengan kecantikannya, setelah meremehkan Nie Renwang yang tak lagi berjaya, Yan Ying bisa dibawa pergi oleh Po Jun dan dijadikan token taruhan untuk menjadi istri Jue Wu Shen.
Kecantikan Yan Ying tak diragukan lagi mewarisi
pada diri Nie Feng. Fitur wajahnya lembut dengan aura kharismatik. Hanya darah gila yang diwariskan sejak generasi Nie Ying (leluhur keluarga Nie) yang bisa membuatnya menunjukkan tindakan yang tidak pantas.
Namun raut wajahnya sekarang tampak mengandung sedikit kesedihan.
Qi Xun tidak membunuh Bu Jingyun, Duan Lang, dan Jianchen seperti saat dia membunuh Jianmo, Jianpin, dan Xiong Ba. Bagi Nie Feng yang datang ke sini karena mendengar kabar bahaya yang mengancam Bu Jingyun, ini tentu kabar baik. Tapi dia tidak bisa memahami pemikiran Qi Xun, apalagi mengetahui apakah ketiganya dijadikan cadangan ransum makanan.
Ketiganya kini dikurung oleh Ao Tian di penjara bawah tanah Villa Pedang Pemujaan.
Sekarang, terlepas dari dampak negatif pembunuhan Xiong Ba dan Tonghuang oleh Qi Xun, dalam penilaian Nyonya Ao: selama Ao Tian dan Villa Pedang Pemujaan tidak menyinggung pedang sakti, itu sudah benar.
Meski terlihat seperti pengagum fanatik dan kaki tangan utama pedang sakti, setidaknya ini mencegah lelucon di Jianghu: "Pedang buatan mereka malah membantai para pembuatnya."
Dengan kekuatan pertahanan seperti ini, meskipun Nie Feng telah meningkat drastis kemampuannya setelah menelan Blood Bodhi, tetap tidak mungkin menyusup ke penjara bawah tanah secara diam-diam untuk menyelamatkan ketiganya. Dan begitu memancing perhatian kekuatan penjaga di Villa Pedang Pemujaan, itu sama saja membangunkan Qi Xun.
Xiong Ba sebagai guru yang mengajarinya, menguasai teknik Kaki Dewa Angin, Telapak Tangan Pengusir Awan, Tinju Embun Beku, serta ilmu Tiga Unsur Menyatukan Yuan, tetap tak bisa mengalahkan Qi Xun. Kerjasama Nie Feng dengan Qilin Api juga sebelumnya terbukti bukan tandingan pedang sakti ini. Jika sampai terdeteksi, mustahil baginya mundur utuh.
Karena itu, nekat menerobos jelas bukan pilihan.
Dia juga tak bisa menjamin, di hadapan sikap membunuh seenaknya sang pedang, apakah mereka tak akan langsung dibunuh begitu terlihat ingin kabur.
Nie Feng tak berani mempertaruhkan nyawa Bu Jingyun - ini adalah saudara yang bisa dipercayai punggungnya, punya ikatan hidup-mati. Adapun Duan Lang...
Dalam Lingyun Ku, Duan Lang memang pernah meninggalkannya, tetapi Nie Feng tidak bisa melupakan hal-hal dalam perjalanan pertumbuhan Duan Lang yang secara bertahap mendorongnya ke posisi ini. Dengan sifatnya yang selalu mengingat kebaikan bukan dendam, dia merasa jika ada kesempatan, tetap tidak ingin melihat saudara ini mati.
Jadi kini dia berdiri di hadapan Qi Xun, memutuskan untuk menggunakan negosiasi sebagai pengganti aksi penyelamatan tawanan.
Qi Xun memainkan Blood Bodhi di tangannya, memandang dengan penuh arti pada kegelisahan Nie Feng saat ini.
Kini dia semakin merasa menjadi sebilah pedang adalah hal yang sangat menyenangkan.
Tindakan pedang yang aneh sekalipun, orang lain bisa menganggapnya memiliki makna mendalam dengan alasan "dia kan bukan manusia". Sebaliknya, pedang juga tidak peduli dengan alasan pemerasan moral. Satu-satunya cara untuk mendapatkan keuntungan darinya adalah menawarkan sesuatu yang benar-benar berguna baginya.
Inilah yang sedang dipikirkan Nie Feng saat ini.
Dari kabar yang didengar dari mulut Ao Tian dan apa yang dilihat langsung oleh Nie Feng, sejauh ini Qi Xun hanya menunjukkan minat pada dua hal.
Salah satunya adalah Blood Bodhi yang disiram oleh darah Qilin Api.
Satunya lagi adalah ilmu bela diri yang bisa disuling setelah pendekar pedang terkemuka tewas di tangannya.
"Aku ingin melakukan transaksi dengan Pedang Sakti." Pikiran Nie Feng berputar ratusan kali, tapi akhirnya hanya mengucapkan kalimat ini.
Mata Qi Xun yang masih mempertahankan ciri mata ungu berapi itu perlahan beralih dari bola lampu merah darah di tangannya ke tubuh Qilin Api. Pandangan penuh makna ini berhasil membuat makhluk itu nyaris melompat kabur.
Pedang Qilin pada dasarnya adalah senjata sakti yang dibuat dari sisik tubuhnya sendiri. Entah apakah ini bisa dijelaskan dengan pepatah "menggunakan tombak mereka sendiri untuk menyerang perisai mereka", yang jelas pedang jahat ini memang bisa melukai Qilin Api. Efek luka pada penglihatannya, meski ada Blood Bodhi, tetap tidak bisa menyembuhkan Qilin Api dengan cepat.
Tapi ini jelas tidak menghalanginya membaca dua kata "keinginan untuk merebut" dari pandangan Qi Xun.
Nie Feng menjawab dengan tegas: "Aku tidak akan menyerahkan Qilin Api ke tanganmu. Pertumbuhan Blood Bodhi juga membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mencapai efek seperti sekarang. Jika Tuan Pedang Sakti menyukai Blood Bodhi, masih banyak yang tumbuh di Gua Lingyun di Leshan, aku bisa mengambilnya."
"Aku ikut denganmu."
Jawaban Qi Xun ini benar-benar di luar perkiraan Nie Feng.
Tapi setelah sadar, dia merasa ucapan ini sangat mirip dengan tingkah anak kecil yang langsung mau ikut begitu dengar ada makanan enak, kalau dipikir-pikir sepertinya... juga tidak ada masalah.
Bagaimana mungkin dia tahu, bahwa Qi Xun sejak pertama kali melihat Nie Feng sudah berpikir, mungkin dia tidak perlu bingung memilih antara langsung pergi ke ibu kota untuk menyelamatkan Kaisar atau menunggu seseorang datang sendiri, melainkan bisa memilih metode aksi yang lebih proaktif.
Kaki Patung Buddha Leshan juga dikelilingi air. Jika tidak demikian, tak akan ada legenda "air menggenangi lutut Buddha, api membakar Gua Lingyun". Lingkungan ini sebenarnya cukup cocok untuk pertempuran. Rute perairan dari sini ke Leshan juga aman dari serangan di tengah jalan.
Aliran naga di Gua Lingyun dijaga oleh dua ahli: Nie Renwang dan Duan Shuai. Keduanya berada di kedalaman labirin gua, dan bisa dijadikan sekutu potensial.
Adapun Kaisar di ibu kota itu, bukanlah urusan yang perlu terlalu diprioritaskan.
Jasa menyelamatkan kaisar akan memberikan imbalan tertinggi justru ketika nyawanya di ujung tanduk dan kita muncul secara dramatis.
"Lagipula kaisar ini sebenarnya tidak bisa disebut penguasa yang bijaksana. Keunggulan utamanya hanyalah masa pemerintahan selama 70 tahun melalui suksesi antar saudara, terutama dalam konteksnya sebagai anchor point Qi Xun di dunia ini."
"Bagaimanapun, Jue Xin saat ini hanya mengambil alih identitasnya tanpa membunuhnya. Jika mereka benar-benar melakukan operasi turun tahta, upacara alih kekuasaan ala Jue Wu Shen pasti akan megah. Untuk sementara dia masih aman."
"Kalau begitu, daripada membuang waktu di Villa Pedang Pemujaan menunggu musuh yang mungkin tidak segera muncul, lebih baik kita pergi ke Lingyun Cave!"
"Kalau begitu, berani saya tanya apakah Pedang Sakti bisa membebaskan beberapa teman saya?"
Nie Feng baru saja mengajukan pertanyaan itu ketika menerima tatapan Qi Xun yang bermakna "Kau terlalu muluk". Sebelum sempat menambahkan syarat lain, dia sudah melihat Qi Xun pergi dengan gaya khasnya yang suka berpikir satu langkah dan langsung bertindak.
Ia mengangkat pandangan melihat langit, semakin berpikir semakin merasa menjadi pedang lebih bebas daripada manusia.
Bisa tidak menjawab pertanyaan jika tidak mau, bisa tidak punya kemanusiaan jika ingin - ini membuatnya semakin merasa seperti sedang berlibur ke tempat ini.
Setelah memberi tahu Ao Tian bahwa ia akan ikut Nie Feng mencari "camilan" dan akan kembali nanti, melihatnya terkekeh-kekeh lama tak bisa memberikan alasan yang masuk akal untuk membujuk "pedang", malah khawatir sang pedang akan marah tak kenal ampun, akhirnya hanya bisa mengeluarkan kata "Setuju", Qi Xun semakin yakin dengan perasaannya.
Tentu ia juga memutuskan untuk membalas hiburan yang diberikan Ao Tian ini dengan memberikan dua butir Blood Bodhi lagi kepada Nyonya Ao.
Pandai besi Zhong Mei jelas-jelas tidak puas dengan sikap Ao Tian yang terlalu mudah menyerah seperti ini.
Sebelumnya ia sudah merasa Ao Tian bukan orang yang tepat untuk menguasai Pedang Legendaris, kini perasaannya semakin kuat.
Pedang jelas masih berada di Villa Pedang Pemujaan mereka, tapi Ao Tian tidak punya kemampuan membuat pedang itu mengakui tuannya. Kini bahkan tidak bisa memanfaatkannya untuk meningkatkan pamor villa, malah terjebak dalam posisi pasif saat pihak lain mengumumkan akan sementara waktu pergi.
"Apa yang kau mau aku katakan?" Ao Tian tidak berani melawan Qi Xun, kini hanya bisa melampiaskan amarah pada Zhong Mei. "Apa aku harus bilang: Blood Bodhi mungkin kurang efektif untuk pedang sakti. Villa kami berhasil menempa batu hitam langka, bahkan memberinya momen transformasi. Jika dia mau kembali ke wujud pedang, dalam perawatan bilah dan pencarian metode peningkatan, Villa Pedang Pemujaan lebih berpengalaman?"
Alasan ini diucapkan pun, Ao Tian sendiri merasa tidak punya daya persuasif.
"Pedang-pedang termasyhur sepanjang masa, terutama yang ditempa dengan pengorbanan darah tidak sedikit, namun yang bisa menjelma menjadi manusia hanya satu ini. Villa Pedang Pemujaan kita bahkan tidak bisa menunjukkan pengalaman senior mana pun. Alasan ini mungkin bisa dipakai sebagai visi internal untuk evaluasi diri, tapi kalau benar-benar diucapkan—
Ao Tian merasa urusan sebelumnya saat dia membujuknya mencari Xiong Ba akan dibuka kembali. Saat itu nyawanya mungkin benar-benar terancam.
Beberapa hari ini dia sempat berbicara dengan Nyonya Ao.
Kekecewaan Nyonya Ao sedikit mereda setelah melihat Ao Tian akhirnya menunjukkan sedikit tekad. Bagaimanapun, Jianmo sudah mati, masih ada kesempatan untuk memperbaiki anak ini. Jika tidak berhasil, dia akan mengelola villa dari belakang layar.
Ao Tian akhirnya berjanji akan berusaha menjadi anak yang baik dan Tuan Zhuang yang kompeten.
Meski begitu, saat harus mengakui kekalahan, Ao Tian tetap tidak pantas menyandang namanya yang gagah.
"Setidaknya kita harus menugaskan orang untuk mengawasi..." Zhong Mei bersikeras dengan alasan logis.
Garisan pandai besi di Villa Pedang Pemujaan mereka, pada hakikatnya, memiliki ikatan yang lebih lemah terhadap villa itu sendiri dibandingkan dengan pedang. Jika pedang yang telah menghabiskan usaha beberapa generasi ini pergi, setidaknya budak pedang penjaganya harus ikut.
Ao Tian menyeringai dingin, "Kalau begitu, lebih baik kau pergi lihat bagaimana rupa orang-orang yang mengikutinya."
Zhong Mei yang diseret Ao Tian ke depan Villa Pedang Pemujaan, menyaksikan Qi Xun dengan santai melemparkan bungkusan perak yang disiapkan Nyonya Ao ke tangan Nie Feng, sekaligus melihat tiga orang lain di belakangnya.
Penampilan ketiganya saat ini sama sekali tidak mencerminkan semangat juang saat pertarungan di Kolam Pedang dulu, melainkan seperti tiga boneka tali!
Perubahan ini jelas bukan akibat kondisi penjara bawah tanah Villa Pedang Pemujaan, melainkan pasti karena dimanipulasi oleh sesuatu.
Qi Xun sebelumnya berpikir bahwa ketika dia dianggap sebagai pedang, orang-orang akan memikirkan sendiri alasan tindakannya. Saat ini pun tidak terkecuali.
Baik Zhong Mei yang baru saja melihat pemandangan ini sekarang, maupun Ao Tian dan Nie Feng yang sudah melihat kondisi aneh ketiga orang ini sebelumnya, sama-sama tidak mencurigai keadaan mereka terkait racun.
Pedang mana mungkin menggunakan racun?
Ini jelas harus disebut ketidakmampuan pendekar pedang untuk mengalahkan kemampuan pedang tersebut, sehingga malah jatuh ke dalam keadaan dikendalikan!
Alasan ini terdengar cukup masuk akal, bahkan jika Bu Jingyun dan ketiganya ingin membantah, jelas mereka tidak bisa bersuara secara aktif saat ini.
Di dungeon Gedung Terbang Lintas Laut sebelumnya, Qi Xun hanya bisa memanipulasi dua orang yang merupakan batas maksimal kemampuannya dalam keadaan satu pikiran dua fungsi, namun sekarang jelas jumlahnya bisa ditambah.
Dalam arti tertentu, ini mungkin juga disebut mahir karena terbiasa.
Nie Feng berniat berdiskusi dengan Qi Xun apakah ketiga orang ini masih bisa diselamatkan, namun melihat sang gadis berbaju merah itu sudah melesat turun dari jalan pegunungan Villa Pedang Pemujaan, dalam sekejap mata telah sampai ke kapal yang akan berangkat ke Gunung Le.
Saat berikutnya dia bahkan melihat Shixiong Yun seolah tidak terkendali, juga mengandalkan Qinggong untuk melompat turun, dengan kondisi yang sama persis adalah Jianchen dan Duan Lang.
Sekilas terlihat mereka tak berbeda dari sebelumnya, tapi setelah Nie Feng menyusul bersama Qilin Api, baru menyadari ketiganya tetap berada di kapal dalam kondisi seperti saat di depan Villa Pedang Pemujaan.
Dia pernah menyaksikan Nie Renwang menjadi gila setelah Yan Ying pergi, saat itu memegang Xueyin bahkan membunuh orang biasa, persis seperti jalan golok yang dirasuki iblis. Juga pernah melihat Duan Lang terhipnosis sifat jahat Pedang Qilin, sehingga tidak meragukan efek rahasia senjata semacam ini.
Hanya saja melihat ketiganya sama sekali tidak merespon, dia tak bisa menahan diri untuk menghela napas.
Ini semakin membuatnya sadar, pedang ini benar-benar bukan senjata yang bisa dikuasai dengan mudah...
“Kau sekarang tahu? Selain Nie Feng yang menggunakan golok, semua pendekar pedang yang mengikutinya berubah menjadi seperti ini.” Ao Tian sudah melihat pemandangan ini lebih awal dari siapa pun pagi ini. Bahkan ia merasa sangat lega, karena dirinya tidak nekat memaksa mengikat hubungan antara pedang sakti ini dengan Villa Pedang Pemujaan.
Zhong Mei yang baru tersadar bertanya kembali: “Tapi kalau begitu, bagaimana Tuan Zhuang menjamin pedang sakti ini akan kembali ke Villa Pedang Pemujaan?”
Masalah ini sudah atau belum dipikirkan Ao Tian sama saja, toh ia tak bisa mengubah fakta bahwa dirinya tak punya cara mempengaruhi keinginan Qi Xun.
Di depan bawahannya, ia tetap bersikap keras kepala: “Apakah sekarang masih ada yang tidak tahu bahwa pedang ini berasal dari Villa Pedang Pemujaan kami?”
Meskipun kekerasan kepalanya ini hanya bertahan sampai keesokan harinya.
Seorang tamu yang tak pernah terbayangkan akan datang ke Villa Pedang Pemujaan menyerahkan surat permohonan di pagi hari. Menjelang siang, karpet mewah telah digelar di tangga megah di luar villa, dan saat matahari tepat di atas kepala, sosok berjubah emas pun menapaki tangga itu setahap demi setahap.
Ao Tian merasa tahun ini benar-benar tahun sial baginya.
Enam karakter "Dari Istana Tak Bertuhan" pada surat permohonan yang membuatnya gugup itu jelas-jelas menunjukkan identitas tamu berwibawa tersebut.
Dari penampilan usia yang terpancar pada sosok ini
, jelas hanya ada satu kemungkinan: Jue Wu Shen sendiri yang datang.
Ini benar-benar masalah!
Ao Tian merintih dalam hati.
Kini tak ada Jianmo yang bisa menjadi tameng di depannya. Satu-satunya yang bisa dilakukannya adalah, sebelum Jue Wu Shen menginjakkan kaki di anak tangga terakhir Villa Ao Jian, bahkan sebelum sang tamu membuka mulut, ia sudah berseru: "Pedang Sakti sudah tidak ada di Villa Pedang Pemujaan, semua orang di sini sudah mengetahuinya."
Di hadapannya, Jue Wu Shen memancarkan aura yang bahkan lebih menakutkan daripada saat Upacara Pedang dulu, membuat keringat dingin kembali mengucur di dahi Ao Tian.
"Lalu di mana pedang saktinya sekarang?"
Ao Tian menjawab dengan terpaksa: "Dia pergi ke Gua Lingyun bersama Nie Feng dan Qilin Api."
Jue Wu Shen yakin dengan aura yang dimilikinya, Tuan Zhuang Villa Pedang Pemujaan tidak berani berbohong.
Gua Lingyun memang merupakan makam Nanlin Sword Chief. Keinginan pedang sakti untuk mengunjungi tempat ini terlihat logis. Adapun Nie Feng yang masih bisa bergerak bebas, alih-alih menjadi korban pedang seperti yang ia duga sebelumnya, juga tidak mengganggu rencananya.
Ao Tian hampir terjatuh karena tekanan aura Jue Wu Shen. Hanya dengan mengingat harapan di mata Nyonya Ao, ia bertahan untuk tidak bertekuk lutut di hadapan orang asing ini.
“Dia menahan napas dengan kencang, akhirnya tubuhnya mengendur ketika hampir tak sanggup bertahan. Kini, tak ada jejak Jue Wu Shen sama sekali di depan matanya.”
“Tuan Zhuang……”
“Suruh orang mengirim surat.” Wajah Ao Tian pucat pasi, “Bebaskan Raja Naga Tujuh Lautan, suruh dia mencari cara menemui Wuming. Katakan Jue Wu Shen telah datang ke Zhongyuan, selambil merebut pedang sakti pasti ada tujuan lain. Jika dia masih lelaki sejati, jangan cuma menunggu panggilan tuannya—carilah orang yang bisa melawan Jue Wu Shen. Juga kirim perahu cepat untuk memberi tahu Pedang Sakti.”
Dia tak bisa asal sebutkan lokasi, sebab mengingat watak Jue Wu Shen, pasti akan membantai seluruh isi Villa Pedang Pemujaan.
Tapi dia benar-benar tak ingin senjata sakti ini jatuh ke tangan Istana Tanpa Dewa.
Sayangnya utusan yang dikirim Ao Tian kepada Qi Xun benar-benar tak bisa mendahului Jue Wu Shen.
Jue Wu Shen adalah sosok yang selalu mementingkan kemegahan. Bawahan yang menyertainya ke Zhongyuan kali ini tidak sedikit, meski tidak seperti Jue Xin yang membawa seribu pasukan Oni Shura, tetap ada sekitar dua hingga tiga ratus orang.
Setelah meninggalkan Villa Pedang Pemujaan, ia segera memilih kumpulan ahli kemudi terbaik dari mereka, mengatur shift tiga giliran, untuk mengemudikan kapal tersebut dengan kecepatan penuh.
Dalam perkembangan aslinya, di situasi dimana Jue Xin menggantikan Kaisar saat ini, Jue Wu Shen bahkan bisa memerintahkan ribuan pengrajin di ibu kota bekerja siang-malam membangun Jalan Kaisar menuju puncak Longfeng - tempat penobatan. Siapapun yang menolak perintah langsung dibunuh. Meski korban kelelahan dan jatuh tak terhitung, hatinya tetap tak tersentuh. Kini yang dipakai hanya tenaga dari sektenya sendiri, sehingga hal ini sama sekali tak menimbulkan sedikit pun gejolak dalam dirinya.
Ia berdiri tegak di haluan kapal dengan raut wajah penuh keyakinan akan keberhasilan.
Pedang pergi ke Gunung Leshan tidak masalah, hanya penundaan dua hari untuk mendapatkannya.
Tepat sebelum Jue Xin dan Jue Tian berhasil memasuki istana kerajaan, mari lihat tempat yang merenggut nyawa Nie Renwang dan istrinya ini, seperti apa sebenarnya rupanya.
Xiong Ba tak punya mental untuk memasuki Gua Lingyun, membiarkan Pedang Qilin jatuh ke tangan Duan Lang bertahun-tahun kemudian, membiarkan Pedang Salju kembali ke Nie Feng. Pantas saja nasibnya berakhir tenggelam di laut, menjadi naga yang terpuruk! Tapi Jue Wu Shen berbeda!
Justru dengan mendapatkan senjata paling legendaris di dunia ini, merebut posisi tertinggi di jagad raya, barulah pantas menyandang gelar pahlawan sejati.
-------------
Meski Qi Xun tidak tahu Jue Wu Shen sudah membuntuti dari belakang dan mungkin bisa menyusul dalam kurang dari satu hari, dia bisa menduga perjalanannya ke Gunung Leshan pasti akan menggagalkan rencana orang yang ingin mencarinya.
Tapi justru ini membuatnya lebih aman dibanding sebelumnya.
Apakah metode pengiriman pesan di dunia Fengyun punya keunikan bisa secepat kilat melintasi ribuan li? Qi Xun merenung lama tapi tak juga menemukan jawabannya.
Tapi setidaknya satu hal yang pasti, untuk menemukan jejaknya dengan cepat dan mengirimkannya ke tangan orang yang tepat, lalu dari posisi mereka mengejarnya, sepertinya akan ada selisih waktu.
Melawan satu musuh tidak masalah, melawan satu
kelompok yang berkumpul bersama, itu tidak terlalu baik.
Mengetahui banyak petarung level T0 dan T1 di sini yang lebih kuat darinya, tentu lebih menyenangkan membentuk tim dan melakukan serangan beramai-ramai.
Kini dengan tambahan Qilin Api, dia memiliki lima pengawal, meski tiga di antaranya tidak sukarela, itu tidak penting.
Di Feijing sudah bilang, menjaga kesadaran di bawah blokade Yabulu dan Xuan Bing Ji Le sambil mencari kesempatan melawan balik, sebenarnya ujian berat bagi keteguhan hati.
Duan Lang yang berwatak ekstrem ini telah banyak dipengaruhi Pedang Qilin. Bu Jingyun yang terobsesi dengan kematian Kong Ci dan dendam Huo Butian bahkan sampai mematahkan Pedang Wushuang di batu geser, jelas perlu didinginkan. Jianchen yang hidup terlalu mulus, jika lebih dulu mengalami kesulitan mungkin tidak akan terkena Segel Hati Patah dari Pojun hingga melakukan kesalahan beruntun.
Membiarkan ketiganya 'mendinginkan kepala' dengan metode menyepi seperti ini jelas membawa manfaat.
Sebagai imbalan, tidak ada masalah meminta mereka membantu melawan monster.
Tentu dia masih perlu melakukan persiapan lain.
Untuk melatih penguasaannya terhadap ilmu bela diri ketiganya, Nie Feng menyaksikan kapal telah menempuh separuh perjalanan. Qi Xun seolah menemukan kesenangan baru, menyelipkan pedang berkualitas hasil curiannya dari Villa Pedang Pemujaan ke tangan masing-masing, memaksa mereka mengeluarkan jurus secara tak sadar terhadap lawan.
Dia sendiri duduk di sana, menikmati pertarungan ketiganya seperti menonton pertunjukan.
Tentu saja yang dieksplorasinya bukan hanya jurus ketiganya, tapi juga titik kritis di mana dia bisa tetap bertindak maksimal sambil memanipulasi gerakan ketiganya. Maka menurut pengamatan Nie Feng, pertarungan mereka terlihat kurang elegan.
Hanya saja pada tubuh Qi Xun, energi pedang yang lebih mengejutkan daripada saat dia menerobos gerbang Villa Pedang Pemujaan dulu, seolah terus meningkat seiring waktu kontaknya dengan dunia luar. Ini membuat kata-kata bujukannya untuk menghentikannya kembali tertelan.
Dia juga tak berani memastikan: apakah ketiganya hanya berlatih dengan jurus biasa? Jangan-jangan jika dia menghentikannya, di detik berikutnya pedang mereka langsung menembus leher atau dada lawan.
Nie Feng menarik napas dalam-dalam, lalu memilih menemani Qilin Api yang sedang bersembunyi di buritan kapal.
Namun tak lama setelah duduk, dia melihat sebuah kapal yang tampaknya tidak dirancang untuk berlayar di sungai.
Sosok berjubah hitam dan emas yang tak bisa diabaikan bahkan dari kejauhan ini, meski wajahnya belum terlihat jelas, memancarkan aura bahaya yang begitu menggelegar.
Kapal ini melaju dengan kecepatan yang sungguh luar biasa!
Itu dua kali kecepatan kapal biasa.
Saat kapal semakin mendekat, latar merah dengan pola biru pada layar kapal serta karakter "Jue" raksasa langsung mencolok mata Nie Feng.
Nie Feng yang pernah menjadi Ketua Divisi Angin Ilahi di , sangat memahami kekuatan-kekuatan besar di dunia. Istana Wu Shen Jue telah bangkit di Dongying (Jepang) selama 20 tahun. Meski 16 tahun lalu Wuming menghalangi Jue Wu Shen memasuki perbatasan hanya dengan satu pedang, dan sejak itu tak pernah menginjakkan kaki ke Zhongyuan, hal itu tak mengubah status kekuatan mereka.
Di Istana Wu Shen Jue, Jue Wu Shen adalah inti mutlak. Maka kemampuan mengibarkan panji-panji seperti ini di sungai dan laut...
Tiba-tiba ia mendengar suara benturan senjata di haluan kapal berhenti.
Nie Feng menoleh ke belakang dan melihat Qi Xun telah tiba di buritan kapal, juga menatap ke arah kapal itu. Di belakangnya, mengikuti ketiga orang tersebut.
Namun yang mengejutkannya, Pedang Qilin kini berada di tangan Duan Lang, Bu Jingyun masih memegang pedang biasa dari "pertunjukan" tadi, sementara di tangan Jianchen tergenggam pedang panjang emas-merah yang belum pernah dilihatnya sebelumnya.
Dari segi warna kemilau emas-merah, Jin Hong Jian jauh melampaui Pedang Qilin. Tapi dalam hal aura, justru kalah jauh.
Nie Feng hanya bisa menduga ini mungkin senjata berkualitas tinggi dari Villa Pedang Pemujaan, yang untuk sementara dipaksakan ke tangan Jianchen oleh Qi Xun.
Memang benar jika dikatakan dia mempersenjatai pengawalnya, meski alasan Bu Jingyun masih memegang pedang lama tetap menjadi misteri.
Sementara Nie Feng mengamati dirinya dan ketiga orang itu, kapal dengan lambang Wu Shen Gong telah mendekat lebih jauh, setidaknya sudah cukup dekat bagi Qi Xun untuk melihat sosok di haluan kapal, dan tentu saja cukup bagi lawannya untuk melihatnya.
Praktisi bela diri yang telah mencapai puncak seni tempur biasanya memiliki aura spiritual yang berbeda dari orang biasa, seiring dengan kekuatan internal yang mencapai
tingkat kesempurnaan, aura ini justru menjadi semakin sederhana namun semakin jelas terlihat di mata sesama ahli.
Jue Wu Shen bisa melihat aura unik yang memancar dari Nie Feng dan kawan-kawan, namun dalam sekali pandang ia langsung menyadari bahwa kondisi Qi Xun berbeda.
Itu adalah penampakan tenaga murni yang semakin memurni, bahkan cahaya spiritual yang terlihat olehnya ini, lebih mirip kilau giok langka tiada tanding di dunia daripada pancaran tenaga dalam biasa.
Matanya langsung berbinar.
Jika ini bukan Pedang Legendaris, lalu siapa lagi yang layak menyandang gelar itu?
Tapi bagaimana mungkin Jue Wu Shen tahu, bahwa persepsinya tentang giok ini justru sepenuhnya benar.
Saat menyadari bahwa pendatang bukanlah orang yang bisa dihadapi dengan perlawanan biasa, melainkan tak lain adalah pemimpin Kastil Tanpa Dewa, Qi Xun melakukan dua hal saat berjalan dari haluan ke buritan kapal.
Pertama, mengembalikan Pedang Qilin kepada Duan Lang, dan sementara menyerahkan Jin Hong Jian kepada Jianchen.
——Jianchen yang belum terjerumus ke jalan gelap masih memiliki kecocokan aura dengan Jin Hong Jian, setidaknya memungkinkannya memamerkan kekuatan tempur yang jauh lebih kuat dibanding saat memegang Pedang Pahlawan yang tinggal separuh.
Hal kedua adalah menyelimuti tubuhnya dengan aura He Shi Bi yang belum sepenuhnya tercerna di dantian-nya.
Di saat seperti inilah manfaat "memakan" lebih banyak harta langka terlihat jelas.
Lapisan aura khusus ini memperkuat kesan non-manusiawi pada dirinya, membuat Jue Wu Shen yang menyaksikan pedang sakti yang dikabarkan menjelma manusia ini langsung merasa wajar jika Xiong Ba tewas di tangannya.
Tapi dia takkan mundur!
"Sejak mencuri dan mengubah Golden Bell Armor Shaolin menjadi Indestructible Golden Body, belum pernah ada yang bisa menembus pertahanannya dengan senjata. Bahkan Heavenly Blade dan Greed Wolf Sword pun tak mampu menemukan kelemahan Indestructible Golden Body-nya. Maka meskipun pedang ini bisa berubah menjadi manusia, selama tak bisa menembus pertahanannya, dia tetap berada di posisi tak terkalahkan."
"Dia juga bukan hanya ahli bertahan. Jurus Pukulan Pembunuh yang diciptakannya dari ilmu bela diri pusat aliran tinju, adalah jurus pemusnah yang sanggup membunuh dewa sekalipun."
"Kau adalah Pedang Legendaris itu?" Jue Wu Shen berdiri tegak di haluan kapal dengan sikap angkuh.
"……" Sejujurnya, Qi Xun kini agak menyesal tidak menyuruh Ao Tian membuatkan nama lain untuknya sebelumnya, misalnya Seven Stars Longyuan atau sejenisnya.
Pertanyaan Jue Wu Shen ini harus dijawab atau tidak? Ini benar-benar pertanyaan yang menyiksa.
Namun diam sesaatnya justru dianggap Jue Wu Shen sebagai sikap merendahkan, bukti bahwa sang pedang memang bersikap dingin kepada semua orang.
Pedang ini memang pedang yang hebat, sedikit kesombongan pun pantas.
Apalagi dengan prasangka dan keangkuhan yang sudah tertanam dalam pikirannya, ini diartikan sebagai pedang tersebut menantikan kedatangannya.
Perkembangan mulus selama bertahun-tahun di Dongying telah membuat Jue Wu Shen melupakan kekalahan telaknya di tangan Wuming saat mengincar Zhongyuan dulu. Yang ia ingat hanyalah: segala yang diinginkannya - bahkan kecantikan seperti Yan Ying - bisa diraih dengan mudah, dan semua lawan yang membangkang bisa ditaklukkan dengan Pukulan Pembunuh.
Jadi jika pedang ini tidak mau tunduk? Cukup pukul sampai patuh.
Inilah logika Jue Wu Shen.
Tapi ide untuk menyerang terlebih dahulu ini justru sesuai dengan keinginan Qi Xun!
Kapal yang ditumpangi Qi Xun dan kawan-kawan jauh lebih kecil ukurannya dibanding milik Jue Wu Shen.
Saat Jue Wu Shen mengibarkan jubah emasnya dan melompat dari ketinggian, hanya sedikit Oni Harrow (pasukan elite) yang bisa mengikutinya.
Meski Nie Feng tidak tahu bahwa antara Jue Wu Shen dan Yan Ying masih ada seorang anak yang seibu berlainan ayah dengannya, hal itu sama sekali tidak menghalanginya untuk langsung menghadapi para musuh tanpa perlu diingatkan oleh Qi Xun.
Energi es yang tercipta saat Pedang Salju dihunus ternyata memiliki kemiripan dengan kondisi Mingyu Gong dan Tianshui Divine Art milik Qi Xun, serta jauh melampaui kekuatannya saat masih memberontak dari .
Goloknya menghembuskan badai salju, energi pedang yang menyapu-nyapu hampir membentuk tembok angin beku yang mencegat aliran sungai.
Meski tidak memiliki keunggulan kecepatan di hadapan Qi Xun, Nie Feng tetap unggul dalam hal kecepatan melawan para Oni Shura ini.
Bayangan samar akibat gerakan super cepatnya di udara membuat lawan sulit melacak posisinya. Saat hawa dingin menyapu, ledakan energi golok pun menelan mereka bersama kilauan darah, menjatuhkan mayat ke dalam sungai.
Qilin Api yang terluka itu sebenarnya sudah...
Menahan amarah yang tertimbun, saat melihat Nie Feng bertindak, ia pun mengikuti dan seperti bola api yang menyala-nyala menghantam kapal besar Wu Shen Jue Gong.
Api yang memanfaatkan angin segera menyambar dan membakar kapal itu.
Jue Wu Shen tampak sama sekali tidak menyadari nasib bawahannya. Ia bahkan tidak punya ikatan emosional dengan anak kandungnya sendiri, apalagi para bawahan.
Saat melintas di samping Nie Feng, perhatiannya tetap terpusat sepenuhnya pada Qi Xun tanpa melirik orang lain.
Jurus 【Niat Pembunuhan】 dalam Tinju Pembunuhnya menghempas dengan lapisan kilau emas menyilaukan, disertai ledakan dahsyat di udara.
Niat Pembunuhan demi Niat Pembunuhan.
Apakah pedang memiliki niat? Bahkan Jue Wu Shen sendiri tak punya jawaban.
Tapi itu sama sekali tidak mengurangi kengerian jurusnya yang seolah mampu memecahkan segalanya.
Qi Xun melompat mundur dengan ujung kaki, gelombang sungai di kedua sisi kapal tiba-tiba berubah menjadi ribuan kilau pedang yang menyambar Jue Wu Shen.
Namun sebelum mencapai sekeliling Jue Wu Shen, serangan itu sudah terhalang oleh lapisan energi dalam dan hancur berkeping-keping seperti debu dan mutiara pecah.
Qi Xun sama sekali tidak terkejut dengan hal ini.
Dalam cahaya pedang yang bertebaran di sekitarnya, dia melangkah mundur sambil melayang dan mendarat di bagian tinggi lambung kapal. Bersamaan itu, tiga cahaya pedang dengan gaya berbeda menyambar dari energi pedang bertebaran seperti embun beku yang saling silang menuju Jue Wu Shen.
Nie Feng sebelumnya hanya melihat saat mereka dikendalikan Qi Xun untuk bertarung berdua-dua, pertarungannya tidak terlihat bagus. Tapi ketika target mereka sekarang adalah Jue Wu Shen, tiba-tiba muncul hubungan (kemampuan kerja sama tanpa komunikasi) yang aneh.
Cara penyerangan yang berbeda dari jurus spontan mereka ini sama sekali tidak tercatat dalam data ahli Zhongyuan yang sebelumnya dikumpulkan Jue Wu Shen.
Lagipula jika benar-benar membiarkan mereka bertarung sendiri, seperti bisa ditebak Duan Lang dan Bu Jingyun hampir pasti sama sekali tidak mungkin bekerja sama.
Pedang Duan Lang cepat dan jahat. Saat ini Pedang Qilin telah kembali ke tangannya, berkoordinasi dengan Ilmu Pedang Gerhana Matahari langsung menyerang titik vital di punggung Jue Wu Shen.
Ilmu Pedang Tanpa Nama Jianchen lebih bebas dan tak terikat. Jurus-jurus misterius ini bahkan kehilangan fokus target karena dikendalikan, lebih mirip gangguan bergerak yang mengelilingi.
Bu Jingyun hanya memegang pedang biasa, tapi serangannya garang bagai badai. Gaya tusukan pedangnya yang tak kenal mundur langsung menghadang Jue Wu Shen.
Jue Wu Shen melihat jelas: Sekalipun bertiga, mereka bukan tandingannya. Apalagi dengan gaya serangan kaku seperti ini.
Tapi untuk mencapai Qi Xun, dia harus terlebih dahulu menghancurkan lingkaran pengepungan ketiganya.
Tanpa ragu, dia mengalihkan Pukulan Pembunuh ke arah Bu Jingyun.
Bukan karena pedang Bu Jingyun paling jelek, tapi karena dia yang paling depan dengan sifat liar yang garang.
Dengan pertahanan Tubuh Emas Abadi, jurus Api Kirin Duan Lang dan dua jurus Jianchen yang tidak terkenal masih jauh dari mampu menembus pertahanannya. Oleh karena itu, lebih baik dia menghabisi si anak menyebalkan yang jelas-jelas paling mengganggu ini terlebih dahulu.
Namun yang tak disangkanya, saat bayangan pedang menyambar dan sebentar lagi akan bertabrakan dengan pukulannya, Bu Jingyun tiba-tiba melemparkan pedangnya dan menggunakan Lengan Qilin untuk menyerang balik.
Pukulan Pembunuh langsung merasuk ke meridian, sama seperti saat Bu Jingyun terkena energi pedang pemutus meridian Jianmo sebelumnya, semakin membuka tiga jalur energi dalam tubuhnya.
Tapi dari luar, jurus bertarung ini terlihat seperti Bu Jingyun sengaja menjadikan dirinya perisai hidup yang menahan energi pukulan Jue Wu Shen.
Meski angin pukulan mematikan itu gagal menghancurkan Lengan Qilin, daya hancur yang dihasilkannya cukup untuk melontarkan Bu Jingyun hingga terlempar ke tengah sungai.
Namun dalam perubahan situasi ini, raut wajah Qi Xun sama sekali tidak menunjukkan kesedihan maupun sukacita, seolah kejatuhan lawan hanyalah hal biasa.
Sungguh pedang yang kejam!
Jue Wu Shen semakin mengaguminya.
Tapi kekaguman adalah satu hal, mengalahkannya dengan kekuatan adalah hal lain!
Terutama dengan kemampuan manipulasi pendekar pedangnya yang aneh!
Kekalahan Bu Jingyun jelas tidak membuat Qi Xun menghentikan konfrontasi dengan Jue Wu Shen.
Hampir bersamaan dengan jatuhnya Bu Jingyun ke sungai, Jianchen dan Duan Lang serentak mundur.
Sesaat kemudian, puluhan pedang dari peti di buritan kapal bercampur dengan
butiran uap air yang telah disapu Jue Wu Shen, semua melesat ke arahnya menyelimuti seluruh tubuhnya.
Tenaga pukulan mautnya telah terlepas, lapisan penghalang energi pedang tadi pun menghilang, memungkinkan serangan ini semakin mendekat.
Tapi ini tidak berarti bahwa besi biasa dan energi pedang es bisa melukai Jue Wu Shen.
Setiap serangan tajam yang menghantam tubuhnya mengeluarkan suara seperti benturan logam dan batu.
Alis Qi Xun bahkan tidak bergerak sedikitpun.
Ini sama sekali tidak mengejutkan.
Tubuh Emas Abadi yang sangat diandalkan Jue Wu Shen memang memiliki alasan tersendiri.
Ratusan benturan yang terjadi dalam sedetik itu, tak satu pun meninggalkan bekas di tubuhnya. Bahkan pedang-pedang yang menabraknya satu per satu melengkung atau patah.
Seolah-olah di sekujur tubuhnya bukanlah daging manusia, melainkan logam mistis yang keras seperti baja.
Tapi ketahuilah!
Setiap teknik Golden Bell Armor pasti memiliki titik vital, tak terkecuali Tubuh Emas Abadi yang telah Jue Wu Shen asah selama puluhan tahun!
Seperti Chen Xuanfeng yang tertusuk belati Guo Jing di titik vitalnya dan hanya menemui jalan buntu, pasti ada celah kelemahan dalam pertahanan Jue Wu Shen!
Namun mengharapkan Qi Xun mengingat bahwa memang ada celah kelemahan masih bisa dimaklumi, tapi memintanya mengingat letak pasti celah tersebut jelas sulit baginya.
Dari catatan tentang pendekar pedang di Villa Pedang Pemujaan, Qi Xun mengetahui bahwa Wuming—legenda dunia persilatan—memiliki ilmu pedang bernama "Kembalinya Ribuan Pedang". Inilah token taruhan lain dalam transaksi antara Po Jun dan Jue Wu Shen, yang akan diberikan kepada Jue Wu Shen setelah Po Jun mengalahkan Wuming.
Saat membaca catatan tentang jurus pedang ini, Qi Xun bertanya-tanya: Mengapa Jue Wu Shen begitu menginginkan jurus ini?
Ternyata bukan hanya karena ini merupakan ilmu pedang yang sangat kuat, tetapi karena saat jurus ini digunakan, ketajaman ribuan pedang yang menyilaukan mungkin akan mengungkap titik vitalnya.
Maka serangan Qi Xun saat ini pun terinspirasi dari jurus tersebut.
Hanya saja, ribuan pedang itu bukan energi pedang, melainkan manik-manik es yang beterbangan.
Untuk penguasaan atas air, setelah menyatu dengan Kristal Iblis, kemampuan Qi Xun dengan bantuan esensi leluhur telah mencapai tingkat yang semakin mengerikan.
Dari ratusan benturan tetesan air dengan Armor Emas Abadi Jue Wu Shen, menentukan titik kelemahan dari ratusan suara ini bukanlah hal mudah.
Tapi Qi Xun bisa melakukannya!
Pertama Bu Jingyun meledakkan energi pukulan, lalu pedangnya menyembunyikan serangan es.
Jue Wu Shen sama sekali tidak menyangka bahwa jurus ini bertujuan untuk menguji.
Dia hanya mengira pedang yang enggan tunduk ini sedang memprovokasinya.
Tapi pukulan tergesa-gesanya justru menghadapi serangan 【menyembunyikan identitas】 Jianchen yang kini kembali setelah mundur tadi.
Ini satu-satunya jurus bertahan dalam Ilmu Pedang Tanpa Nama.
Untuk menghancurkan pertahanan ini, Jue Wu Shen bahkan tak menyadari senyum tipis di sudut bibir Qi Xun.
Dia telah menemukan lokasi titik vital itu.
Di bawah tulang rusuk!
Tapi jika dia maju langsung menyerang titik itu sekarang, bukannya membuat Jue Wu Shen tewas di tempat, malah bisa membuatnya waspada lebih awal. Bahkan mungkin memicu jurus "Pukulan Dewa Kematian" yang sebenarnya diciptakan untuk melawan Wuming keluar sebelum waktunya.
Perlu trik khusus! Dan harus cepat!
Saat Jianchen menahan pukulan Jue Wu Shen, energi pedang dari ujung jari Qi Xun melesat. Embun beku yang terpental dari Tubuh Emas Abadi terbawa energi pedang, berubah menjadi jaring cahaya pedang berkilauan yang menyelimuti Jue Wu Shen.
Begitu Qi Xun bergerak, Jianchen langsung berguling menjauh - gerakan yang takkan pernah dia lakukan dalam pertarungan biasa - menghindari serangan tanpa pandang bulu Qi Xun.
Jue Wu Shen belum sempat mengejek gerakan berguling Jianchen, serangan "Api Naga Gerhana" Duan Lang sudah menyambar.
"Api Naga Gerhana" sebagai jurus terakhir Ilmu Pedang Gerhana Matahari juga merupakan jurus jaring pedang.
Kini dengan mengerahkan seluruh kekuatan, tampak samar-samar memiliki aura Pemimpin Pedang Nanlin.
Sebelum Jue Wu Shen menghancurkan dengan pukulannya, ia seolah terjebak dalam dua lapisan jaring pedang.
Satu lapisan es, satu lapisan api.
Juga sepenuhnya memisahkan dirinya
Dari para pengawalnya ke dua lokasi terpisah.
Nie Feng yang semula hendak kembali karena khawatir melihat Bu Jingyun terjatuh ke air, terhalang oleh para Oni Shura, kini justru melihat dengan gembira: di balik jaring energi pedang yang separuh membara seperti malam berbintang dan separuh membeku berembun es yang menutupi pandangan Jue Wu Shen, tiba-tiba muncul tangan yang mencengkeram tepi kapal.
Tangan Bu Jingyun!
Ia tak bisa lengah saat ini, juga tak sempat memikirkan mengapa Qi Xun tiba-tiba menyuruh Bu Jingyun menahan serangan Jue Wu Shen.
Melangkah di tengah kobaran api yang dinyalakan Qilin Api, Pedang Salju berdesir dingin, dengan tekad murni yang semakin membara setelah tahu sahabatnya selamat.
Namun meski bisa membagi perhatian, mungkin ia tetap tak bisa melihat situasi di depan mata.
Bagi Jue Wu Shen, memilih antara serangan Duan Lang dan Qi Xun bukanlah pertanyaan yang sulit dijawab.
Tangkap pemimpin lebih dulu saat menangkap pencuri!
Duan Lang masih terlalu hijau. Meski latihan di Kolam Asura dan Pedang Qilin telah meningkatkan kekuatannya, ia masih jauh tertinggal dibanding Qi Xun yang terlahir sebagai anak keberuntungan.
Alih-alih jurus "Qilin Menggerogoti Matahari", bagi Jue Wu Shen ini lebih mirip kembang api.
Tepat saat pukulan anginnya menyapu jaring pedang es, terlihat energi pedang masih berhamburan. Bahkan cahaya putih membutakan menyelimuti area.
Penglihatan Jue Wu Shen yang tajam hanya bisa menangkap samar-samar: Bu Jingyun yang sebelumnya terjatuh ke air kini berdiri di balik cahaya, dengan...
Itu adalah Pedang Legendaris yang memancarkan sinar gemerlap, membawa sedikit aura api, namun di kedalamannya tersimpan hawa dingin mistis dari batu langka!
Gadis berbaju merah itu telah menghilang tanpa jejak.
Alasan mengapa pedang ini tiba-tiba berubah kembali menjadi manusia dan jatuh ke tangan Bu Jingyun, sama sekali tidak diketahui oleh Jue Wu Shen.
Namun ia sama sekali tak mau percaya bahwa serangan dadakan dan tekanan bertubi-tubinya justru membuat pedang ini memilih sendiri seorang tuan baru!
Dalam sekejap, pikiran yang terlintas di benaknya hanyalah penolakan mutlak terhadap kemungkinan kekalahan.
Jika pedang sudah memilih tuan, maka ia cukup membunuh sang tuan tersebut!
Jue Wu Shen mengayunkan tinju dengan amarah membara.
Gelombang pukulan kali ini bahkan membuat udara terdistorsi secara visual.
Namun sebelum tinjunya mencapai Bu Jingyun, sebilah pedang - lebih cepat dari semua cahaya pedang yang pernah ia lihat - tiba-tiba sudah menancap di rusuknya sebelum sempat bereaksi.
Pedang Qilin!
Bilah pedang berwarna merah menyala, dihiasi dengan sisik kirin api, merupakan senjata penembus zirah terhebat di dunia.
Tapi saat ini, Pedang Qilin ini tidak berada di tangan Duan Lang, melainkan di genggaman Qi Xun.
Setelah mengganggu pandangan Jue Wu Shen dengan jaring pedang yang dilepaskan melalui 【Liu Guang · Chang Ming】, lalu melemparkan Pedang Legendaris ke Bu Jingyun yang baru memanjat kapal dari air, Qi Xun memaksimalkan Qinggong-nya untuk merebut Pedang Qilin milik Duan Lang, lalu menyergap dari blind spot Jue Wu Shen.
Tusukan pedangnya menghunjam tepat di titik vital Jue Wu Shen yang berhasil dilacak melalui teknik mendeteksi suara!
Tepat mengena sasaran!
