“Kok malah nggak turun, Saudara! Lama banget sih!”
Da Lianmao melihat Lin Xian tidak mengikutinya.
Ia berlari kembali membuka pintu mobil, mendesak Lin Xian turun:
“Sudah hampir jam dua belas, Saudara! Cepetan!”
Hah...
Lin Xian menghela napas.
Tujuan malam ini sebenarnya hanya ingin membuat sketsa Keke Kucing, sama sekali tidak berniat merampok bank lagi.
Siapa sangka, Da Lianmao ini memaksa dari tadi, menarik-nariknya sampai ke sini.
“Sudahlah, sudah sampai di sini.”
Lin Xian melompat turun, menyusul Da Lianmao.
Gesek-gesek...
Sampailah di depan bank.
“Sudah beres?” tanya Da Lianmao.
Anak buahnya mengangguk.
Dor!!
Darah berceceran di tembok!
Da Lianmao membersihkan pistolnya:
“Sekarang berkurang satu orang yang membagi uang, kita berdua bisa dapat lebih banyak!”
“Hmm.”
Lin Xian menganggukkan kepala:
“Orang yang tidak jujur seperti ini sama sekali tidak boleh dipertahankan.”
“Waduh?”
Kucing Muka Besar tertegun, menatap Lin Xian dengan mata terbelalak:
“Bagaimana kau tahu?”
“Lihatlah wajahnya! Hampir seperti menulis kata 'tidak setia' di wajahnya!”
“Beneran nggak sih, Saudara...”
Kucing Muka Besar menggaruk-garuk kepala.
Melihat Lin Xian dengan ragu:
“Sudahlah, cepat kita pergi!”
Gesek gesek gesek...
Keduanya tiba di persimpangan terowongan.
Krek.
Anak buah bermasker memotong kabel:
“Selesai, sistem alarm sudah dimatikan!”
Dor!!
Kotak listrik penuh dengan darah!!
“Pantas.”
Prajurit Cinta Murni Lin Xian mencemooh:
“Bajingan yang menggoda kakak ipar ini, mati pun masih terlalu murah baginya.”
“Waduh?!”
Kucing Muka Besar terkejut sampai melompat:
“Urusan memalukan ini bahkan kau tahu?!”
Dia meludah, wajahnya menghijau karena marah:
“Siapa yang bocorin kabar ini! Kalau sampai kau tahu, berarti seluruh dunia sudah tahu aku dikenakan tudung hijau oleh anak buah?”
“Ya... belum sampai seluruh dunia sih.”
Lin Xian menghibur Kucing Muka Besar:
“Aku juga bisa melihatnya dari wajahnya. Lihatlah wajah orang ini, hampir seperti menulis 'menggoda kakak ipar' di dahinya.”
“Saudara, kau bercanda ya? Tulisan essay di wajah? Lagipula——”
Kucing Muka Besar menendang mayat itu hingga terbalik:
“Dia membungkuk membelakangimu、menutupi wajah、di kegelapan、kau masih bisa melihat wajahnya?”
“Diberi tangga turun malah cari ribut, mau kubongkar kalau semua orang di dunia sudah tahu?”
“Batuk-batuk... Cepat pergi, kita buru waktu.”
Depan.
Seorang pria gemuk berlari keluar dari terowongan bawah tanah:
“Putra Sulung——”
Dor!
Kucing Berwajah Besar menoleh memandang Lin Xian.
Lin Xian juga menatapnya, tak bersuara.
“Tahu kenapa aku membunuhnya?”
“Yang ini benar-benar tidak tahu.” Lin Xian geleng kepala.
“Dasar brengsek! Dia rencanakan bunuh kita semua untuk monopoli uang, bahkan sudah siapkan rute kabur! Menurutmu pantas kubunuh?”
“Kalian berdua jangan saling mengejek...”
Mereka melanjutkan perjalanan, tiba di depan gudang bank.
Tembok hitam yang familiar.
Pintu password perak yang tak asing.
“Saudara, giliranmu menyumbang!”
Kucing Berwajah Besar menunjuk pintu password:
“Cepat retaskan passwordnya! Begitu listrik utama pulih, sistem keamanan otomatis akan berbunyi!”
“Tenang, hanya butuh 10 detik.”
“Wah keren banget!” Kucing Berwajah Besar teriak histeris!
Lin Xian mengulurkan tangan merogoh pinggang belakang Kucing Berwajah Besar——
“Aduh, ngapain kau?”
“Pinjam C4.”
Lin Xian menekan switch, menempelkan bahan peledak C4 di pintu password perak!
“Lari!”
“Shift——”
Brakk!!!
Brakk!!!
Brakk!!!
"Ledakan mengguncang langit memecahkan gendang telinga, batu bata tak terhitung berhamburan. Seluruh lorong dipenuhi debu dan kelabu."
"Cih!"
Kucing Muka Besar bangkit sambil meludahkan kapur:
"Ini caranya ahli kripto memecahkan sandi?! Di mana keahlian dari kata 'ahli' ini?!"
"Yang penting efisien atau tidak?"
Lin Xian berjalan mendekat dari ujung lorong.
"Kok bisa lari sejauh itu? Barusan kulihat kau terbang di dinding!" Kucing Muka Besar terbelalak memandang posisi Lin Xian sebelumnya.
"Ini namanya parkour."
Debu mulai mengendap.
Pintu berkode sudah lenyap, meninggalkan lubang besar di dinding hitam.
Kucing Muka Besar langsung menyelusup masuk, diikuti Lin Xian.
Matanya jelalatan ke segala penjuru...
Jelalatan ke kiri-kanan...
Terus memandang sekitar...
"Uangnya mana?"
"Kau tanya siapa?"
"Aku tanya uangnya mana!!"
"Aku tidak tahu!"
"Kau bilang di sini ada tumpukan uang!! Gunungan ubin emas!!"
Gudang itu kosong melompong.
Kecuali brankas di dinding, hampir tak ada apa-apa.
Kucing Muka Besar langsung mengamuk!
Ia menyambar kerah baju Lin Xian, laras pistol menekan pelipisnya. Urat pelipusnya menonjol!
"Kau mempermainkanku! Karena kau bilang ada uang, aku mau ikut!"
"Aku tidak pernah bilang!"
"Aku yang bilang!"
Suara perempuan jernih terdengar dari belakang.
Da Lian Mao mengulurkan kepala, melihat ke belakang Lin Xian——
Boom！！！
Lin Xian merasakan semangka meledak di bahunya, cairan merah (darah) menyembur ke wajahnya!
Ada juga serpihan tulang yang beterbangan.
"Seru."
Lin Xian mengusap sisi telinganya, merasakan adrenalin mengalir deras.
Ia mendorong mayat Da Lian Mao, setiap tarikan nafas tercium bau anyir darah.
Dalam mimpi sebelumnya, ia pernah berkali-kali ditembak sniper di kepala, tapi pengalaman menjadi korban langsung berbeda dengan sekadar menyaksikan——ini pertama kalinya ia merasakan sensasi kepala meledak dari jarak dekat.
Tak, tak, tak.
Wanita itu melangkah dengan ringan.
"Kenapa menipu Da Lian Mao?" Lin Xian menatap wanita itu.
"Apa yang kubicara padanya?"
"Kau bilang di sini ada uang dan ubin emas, tapi sebenarnya... tujuanmu hanya brankas kan?"
"Bukan urusanmu."
Wanita itu melotot pada Lin Xian:
"Pergilah ke tempat yang lebih sejuk, jangan buatku menyesal menyelamatkanmu."
Setelah berkata demikian, wanita itu menyusuri dinding sambil memeriksa nama-nama di brankas.
Lin Xian mengelap lehernya dengan baju, baru teringat...
Dalam mimpi kemarin, wanita ini juga menembak Da Lian Mao saat hendak membunuhnya, menyelamatkannya.
Hari ini, saat Da Lian Mao mengarahkan pistol ke kepalanya, wanita itu sengaja berteriak untuk mengalihkan perhatian lalu menembaknya.
Aneh sekali.
"Aku tidak punya hubungan darah maupun pertemanan dengannya, bahkan belum pernah bertatap muka..."
"Mengapa seorang pembunuh kejam seperti dia tidak hanya tidak membunuhku, malah menyelamatkanku?"
"Mengapa kau menyelamatkanku?"
"Urus saja urusanmu sendiri."
"Basa-basi seperti ini tidak menarik!"
Saat itu, si perempuan menemukan targetnya—
Brankas bertuliskan nama 【Lin Xian】.
Dia melempar komputer kecil di tangannya, mengutak-atik kunci kombinasi dengan suara klik-klak, tak lagi menghiraukan Lin Xian.
"Begini, mari kita berbisnis."
Lin Xian mendekat:
"Kau beri tahu alasannya menyelamatkanku, aku bantu kau buka brankas. Untung besar untukmu."
"Heh!"
Perempuan itu terkekeh:
"Kau pikir pakai topeng Ultraman, langsung jadi ahli kriptografi?"
"Aku lebih mudah memecahkan kode daripada ahli kriptografi." Jawab Lin Xian.
"Konyol! Kenapa aku harus percaya?"
"Karena..."
Lin Xian menarik karet di belakang kepalanya.
Melepas topeng Ultraman.
Menatap langsung si perempuan:
"Aku ini Lin Xian."
