Pukul 9 malam.
Gao Yang yang baru selesai lembur datang ke rumah keluarga Lin Xian, langsung merebahkan diri di sofa:
"Ayo ceritakan Lin Xian, sebenarnya ada masalah apa?"
Lin Xian duduk di seberang meja teh, mulai bercerita secara detail...
"Mulai dari saat dia masuk ke mimpi untuk membujuk Kucing Berwajah Besar, mengetahui penyebab sebenarnya kematian putri Kucing Berwajah Besar, mengetahui organisasi misterius yang membunuh Papa Kucing bernama Klub Genius, hingga Kucing Berwajah Besar merampok bank demi mendapatkan undangan Klub Genius, lalu kemudian di kantor dia melihat undangan Klub Genius di meja resepsionis..."
"Hmm-hmm."
"Hmm-hmm."
Gao Yang terus-menerus mengangguk, minum air, tampak termenung, wajahnya tegang:
"Aku mengerti."
"Kau sudah paham lagi?"
Bruk.
Gao Yang meletakkan gelas, menatap serius Lin Xian:
"Sebenarnya ini masih masalah 【bawah sadar】!"
"Bawah sadar jadi kambing hitam ya?"
Lin Xian tak tahan menggerutu:
"Kalau bingung pakai mekanika kuantum? Tak bisa jelaskan pakai paralel semesta? Aku sudah jelaskan panjang lebar, kau masih pakai istilah bawah sadar untuk mengalihkan perhatian?"
"Beda konteks!"
Gao Yang menyela Lin Xian, menjelaskan:
"Waktu di bar dulu aku buru-buru nonton Piala Dunia, penjelasanku kurang lengkap. Tapi sebenarnya konsep bawah sadar itu jauh lebih kompleks dari yang kau bayangkan!"
"Tolong jelaskan dengan sederhana."
"Seringkali hal yang kau lihat atau dengar langsung terlupakan. Tapi benar-benar hilang? Tidak! Bawah sadarmu masih menyimpannya, ini yang menyebabkan fenomena deja vu dalam kehidupan sehari-hari."
Lin Xian berdiri melambaikan tangan:
“Kau ini terlalu mengada-ada, lebih baik menulis novel saja, aku tidak mau mendengarkan lagi.”
“Ini benar-benar bukan ilmu metafisik!”
Gao Yang menarik kembali Lin Xian ke sofa, mengulurkan jari telunjuk:
“Aku akan memberimu contoh, kau pasti langsung paham!”
“Coba katakan.”
“Pernahkah kau mendengar sebuah lagu atau melodi yang terasa sangat familiar, seolah pasti pernah kau dengar sebelumnya... tapi sama sekali tak bisa mengingat kapan pernah mendengarnya?”
“Itu memang pernah terjadi.”
“Pernahkah kau melihat orang asing dan merasa sepertinya pernah bertemu sebelumnya? Atau melihat pemandangan tak dikenal tapi terasa seperti déjà vu?”
“Ini... kadang-kadang terjadi.”
“Setiap hari saat berangkat kerja naik kereta bawah tanah, kau bertemu banyak orang. Sejak kecil pun punya banyak teman sekelas. Wajah mereka semua pernah kaulihat, tapi bisakah kau mengingat dengan tepat rupa setiap orang sekarang? Tak perlu terlalu lama, bisakah mengingat penumpang kereta pagi ini?”
“Tentu tidak mungkin, siapa yang bisa ingat.”
Prak!
Gao Yang menepuk pahanya keras-keras! Jari telunjuknya menuding dahi Lin Xian:
“Nah, begitulah!”
“Ingatan manusia sebenarnya sangat tidak bisa diandalkan, semakin lama memori itu semakin tidak nyata. Tapi [alam bawah sadar] berbeda!”
“Banyak hal yang sudah kaulupakan, tapi alam bawah sadar tidak akan lupa! Termasuk orang yang pernah kaulihat, musik yang pernah kaudengar, tempat yang pernah kau kunjungi. Karena itulah kau sering merasakan keakraban tak jelas, seolah pernah melihat/mendengar/mengalami sebelumnya.”
“Jadi, aku simpulkan——”
“Kau pasti pernah mendengar nama Klub Jenius sebelumnya di suatu tempat! Entah itu bisikan-bisikan di lift, iklan sekilas di kereta bawah tanah... Intinya kau pasti pernah mendengarnya, jadi baru bermimpi tentang itu.”
……
Lin Xian memandang Gao Yang dengan bingung:
“Di mana kau mempelajari semua ini? Apa itu déjà vu bawah sadar... Dibahas dengan serius sekali.”
“Hahaha, ini sih.”
Gao Yang mengusap janggut pendeknya:
“Masih dari postingan teman psikolog itu. Ingat kan? Waktu itu aku pernah tunjukkan postingannya padamu.”
Lin Xian tak lagi mempersoalkan hal itu:
“Tapi penjelasanmu sama sekali tak menjawab pertanyaan intiku... Yang kusahkan bukanlah fakta bahwa aku bermimpi tentang Klub Jenius, tapi 【mengapa hal-hal dalam mimpi muncul di dunia nyata】.”
“Baru semalam aku bermimpi tentang Klub Jenius, baru dengar Big Face Cat bicara tentang surat undangan, pagi ini langsung muncul di depan mata! Menurutmu ini masuk akal?”
“Sangat masuk akal.”
Gao Yang mengeluarkan kotak rokok, menyelipkan sebatang di mulut:
“Banyak orang pernah mengalami mimpi prekognitif, tapi biasanya hanya kebetulan.”
Lin Xian menyeringai sinis:
“Kebetulan seperti apa ini? Dalam mimpiku bahkan cerita latar Klub Jenius sudah kusetting lengkap!”
“Dan buku kalkulus dalam mimpi itu juga pernah kubaca, rumus-rumusnya persis sama dengan buku kalkulus asli. Kau tahu aku tak pernah belajar kalkulus di kampus, masa kau bilang mimpiku lebih hebat dari Gauss?”
“Lalu apa?” Gao Yang tidak menganggap serius:
“Jangan-jangan kau pikir mimpimu bisa meramalkan masa depan dengan akurat? Atau, merasa mimpimu adalah dunia masa depan yang nyata 600 tahun kemudian?”
“Jangan bilang begitu, aku benar-benar pernah meragukannya.”
……
……
Keduanya saling memandang, tak ada yang berbicara.
“Baik.”
Gao Yang menyalakan rokok dengan pemantik api, lalu merogoh saku:
“Kau bilang mimpimu bisa meramal masa depan ya?”
“Aku hanya bilang mungkin saja.”
Pak!
Sepotong kertas kecil merah-putih ditepuk Gao Yang di atas meja teh.
“Apa ini?”
“Kupon judi bola.” Gao Yang menghembuskan asap putih:
“Jam 3 pagi nanti, semifinal Piala Dunia Qatar, Argentina vs Kroasia.”
“Sekarang kau tidur dan bermimpi, cari hasil pertandingan ini dalam mimpi. Setelah bangun jam 00:42, beri tahu aku siapa yang menang!”
Gao Yang menjentikkan abu rokok sambil tersenyum, memandang Lin Xian:
“Bukannya kau bilang mimpimu adalah 【dunia nyata masa depan 600 tahun kemudian】? Ayo buktikan!”
……
Lin Xian mengambil kupon itu.
Tertulis jam 3 pagi, Argentina VS Kroasia.
Kupon ini membeli 100 uang kemenangan Argentina, odds 2.3. Jika Argentina benar menang, kupon ini bisa ditukar 230 uang.
Memang.
Untuk membuktikan apakah mimpinya bisa meramal masa depan... hasil pertandingan sepak bola cukup meyakinkan.
“Baik, akan kucoba.”
"Lin Xian menoleh masuk ke kamar mandi, mulai melakukan persiapan tidur sederhana:"
"Suaramu di ruang tamu kecilkan, jangan ganggu tidurku."
"Kamu lihat baik-baik, ya!"
Gao Yang berteriak dari ruang tamu:
"Lebih baik catat semua skor pertandingan! Kalau kita langsung beli skor, oddsnya lebih tinggi, untungnya lebih banyak!"
"...Masih belum pasti bisa ketemu di mimpi, jangan terlalu berharap."
"Kamu bisa cari komputer buat cek online! Barang begini di internet cuma satu detik langsung ketemu."
"Sudah kucoba dari dulu, kira-kira 20 tahun ini aku ngapain?"
Lin Xian berkumur, meludahkan busa pasta gigi:
"Sejak pertama tahu soal lotre waktu SMP, aku sudah cari komputer di mimpi buat cari nomor SSQ tahun itu."
"Hasilnya?"
"Hasilnya nggak ketemu apa-apa!" Lin Xian mengoleskan pembersih wajah sambil berkata:
"Nggak cuma SSQ, semua berita politik, saham jaman kita sama sekali nggak bisa dicari... Jaringan internet di mimpi itu sampah, nggak ada info berguna."
"Oh begitu ya..."
Gao Yang merobek kemasan camilan, menyalakan TV dan mengecilkan volume:
"Secara logika, informasi di internet nggak mungkin hilang tanpa jejak. Tapi... mengingat ini cuma mimpi fiktifmu, jadi masuk akal juga."
Lin Xian mengusap wajahnya yang sudah bersih:
"Aku tetap nggak percaya mimpiku sesederhana itu, terlalu banyak hal di luar pemahamanku."
"Kenyataan berbicara lebih keras! Cepetan tidur dan bermimpi lah!"
Setelah selesai, masuk ke kamar tidur.
Lin Xian mematikan lentera dan naik ke ranjang, membungkus diri dengan selimut:
"Berangkat."
……
……
Hwaaak!!
Angin musim panas yang familiar menyapu, Lin Xian membuka matanya.
Masih alun-alun yang sama, keriuhan yang tak asing, dering jangkrik yang sudah biasa.
Lin Xian memandangi kerumunan yang familiar di alun-alun, waktu di papan elektronik menunjukkan:
【28 Agustus 2624】
【21:54】
"Hmm..."
Lin Xian menggaruk-garuk kepalanya:
"Hasil pertandingan Piala Dunia Qatar 2022... ke mana harus mencarinya ya?"
