Gao Yang menyalakan sebatang rokok dan mulai menjelaskan pada Lin Xian:
"Kalau Argentina benar-benar mengalahkan Prancis di babak adu penalti... maka kita tidak boleh membeli tiket lotre yang memilih Argentina menang! Harusnya beli seri!"
"Kenapa?" Mata Lin Xian berbinar polos tanpa pengetahuan.
"Begini penjelasannya..."
Gao Yang mulai beraksi dengan gerakan tangan yang dramatis:
"Pertandingan sepak bola terdiri dari tiga fase: waktu normal, perpanjangan waktu, dan adu penalti."
"Kalau di waktu normal sudah ada pemenang, pertandingan langsung berakhir."
"Kalau skor masih imbang di waktu normal, pertandingan masuk ke perpanjangan waktu."
"Kalau di perpanjangan waktu masih seri juga! Baru masuk ke babak adu penalti, bergantian menendang penalti sampai ada pemenang!"
"[Sedangkan penentuan menang/kalah/seri di lotre sepak bola HANYA melihat hasil waktu normal!]"
Mendengar ini, Lin Xian langsung paham:
"Aku mengerti. Kalau sudah sampai babak adu penalti, berarti sebelumnya pasti seri semua. Jadi harus beli tiket seri."
Gao Yang mengacungkan jempol ke arah Lin Xian:
“Belajarnya cepat sekali! Kamu memang berbakat main lotre sepak bola! Ayo kita beli bersama! Odds seri itu tinggi banget!”
“Beli dikit lah Bang! Kalo kalah tanggung jawab gue! Sebelumnya gue udah dapet 70-80 ribu dari kamu, kali ini kalo menang jadi milikmu, kalo kalah gue yang bayar!”
Gao Yang menarik paksa Lin Xian ke dalam toko.
Akhirnya, setelah dipaksa terus-menerus oleh Gao Yang, Lin Xian membeli lotre sepak bola senilai 30 ribu yuan, memilih seri antara Argentina dan Prancis.
Lin Xian memang tidak suka berjudi, sama sekali tidak ingin membeli sebanyak itu. Tapi Gao Yang sudah terlalu bersemangat, memaksa dengan kasar, merebut ponsel Lin Xian dan langsung melakukan pembayaran dengan pengenalan wajah.
Gao Yang all-in beli 60 ribu, Lin Xian terpaksa membayar 30 ribu.
Odds untuk seri adalah 3.7
Artinya... jika Argentina dan Prancis benar-benar imbang dalam waktu normal, maka Gao Yang bisa mengklaim hadiah 220 ribu yuan, sedangkan Lin Xian 110 ribu yuan.
……
Pukul 3 dini hari.
Pertandingan dimulai lagi di sela-sela deru menguap Lin Xian.
Tim Argentina bermain sangat agresif.
Tak lama setelah pertandingan dimulai, mereka sudah mencetak gol penalti, kemudian menambah satu gol lagi.
Waktu pertandingan menuju menit ke-80, Argentina unggul 2∶0!
Gao Yang kebakaran jenggot:
“Ini gimana Lin Xian? Kok tidak sesuai prediksi! Kecuali tim Prancis dapat mukjizat, mana mungkin mencetak dua gol dalam belasan menit!”
Tapi!
Begitu Gao Yang selesai bicara!
Pemain utama Prancis Mbappe langsung mencetak gol!
Teriakan Gao Yang belum keluar jendela, Mbappe sudah menambah satu gol lagi!
"Dua gol berturut-turut dalam hitungan detik! Cerita fiksi sepakbola pun tak berani menulis begini!"
"Ooooooooooohhhh!!!"
Gao Yang kembali berubah menjadi pel manusia, menggeliat di lantai seperti belatung sambil bergumam seakan memanggil dewa jahat, bahkan tak bisa bicara normal!
Akhirnya...
Tim Argentina memenangkan pertandingan di babak adu penalti.
Messi mengangkat Piala Dunia yang dinantikannya selama ini.
Gao Yang juga mengangkat tiket lotre 220 ribu tael sambil berlari ke Lin Xian——
"Ayah angkat!"
"Pergi sana!"
……
Perkelahian singkat terjadi.
Gao Yang akhirnya tenang dan mulai menganalisis:
"Kalau dilihat sekarang... mimpimu ini benar-benar tak normal! Jika cuma meramalkan kemenangan Argentina sih biasa."
"Tapi kau bisa meramal persis hasil imbang di babak normal, imbang lagi di perpanjangan waktu, baru menang di adu penalti..."
"Biar kupikirkan dulu."
Gao Yang merenung sementara Lin Xian juga menopang dagu berpikir.
Saat ini.
[Secara kasar bisa disimpulkan, mimpi ini adalah dunia masa depan nyata 600 tahun kemudian.]
Tapi ia merasa masih kurang bukti penentu.
Hanya karena meramal hasil pertandingan bola lalu menyimpulkan mimpi sebagai dunia masa depan, secara logika sangat tidak ketat.
Saat beli tiket lotre tadi, banyak teman futsal di toko lotre tertawa riang bilang tahun ini untung judi bola, sudah menang beberapa pertandingan.
“Ada seorang keparat bahkan sudah menang tujuh kali beruntun, bersiap membeli Haval secara tunai.”
“Taruhan bola pada dasarnya hanya punya tiga hasil: menang, kalah, atau seri.”
“Bahkan kalau sekadar menebak pun ada kemungkinan berhasil menebak beberapa pertandingan berturut-turut. Ini bukan bukti kuat bahwa mimpi itu adalah dunia masa depan yang nyata.”
“Sebenarnya Lin Xian, aku masih sulit mempercayai mimpimu itu nyata.”
Akhirnya, Gao Yang mengangkat kepala sambil menatap serius:
“Meskipun kamu sudah meramalkan tiga pertandingan dengan tepat berturut-turut, tapi terlalu banyak hal tidak logis dalam mimpimu. Jujur, sulit kubayangkan itu dunia nyata.”
“Aku ingat kamu pernah bilang, waktu dalam mimpimu tidak pernah bergerak? Selalu terpaku di hari yang sama?”
Lin Xian mengangguk:
“Setiap kali bermimpi, semuanya berulang persis sama... Orang yang mati kemarin, hari ini masih berdiri di tempat yang sama; Teman yang kemarin akrab denganku, hari ini lupa semua kejadian... Daun-daun selalu jatuh di tempat yang persis sama, tidak pernah meleset sedetik pun... Aku seperti menonton film yang sama berulang setiap hari.”
“Sebenarnya masih banyak hal yang tidak bisa dijelaskan dalam mimpi ini. Misalnya tingkat perkembangan teknologinya yang hampir sama dengan tahun 2022 sekarang. Bagaimana menjelaskan ini? Apa kamu percaya kehidupan 600 tahun lagi akan sama dengan sekarang?”
Gao Yang saat ini juga kebingungan setengah mati, garuk-garuk kepala tak karuan.
“stop！stop！”
Gao Yang memberi isyarat pada Lin Xian untuk diam.
Lalu berlari ke kamar tidur Lin Xian, mengambil kertas putih dan pulpen hitam:
“Terlalu kacau terlalu kacau... Begini saja, mari kita rapikan dulu alur pikirannya! Lalu baru menentukan bagaimana mimpimu ini sebenarnya!”
“Bagaimana merapikannya?” Lin Xian mengulurkan tangan bertanya.
Gao Yang menyerahkan selembar kertas dan kuas pada Lin Xian, memberi isyarat agar dia duduk:
“Seperti yang kau katakan, dunia mimpi dan realita berbeda. Mimpi tidak perlu logis dan teratur, tapi dunia nyata lain! Dunia nyata harus logis, teratur, dan bisa diuji kebenarannya.”
“Jadi sekarang kita berdua akan merangkum [Hal-hal tidak logis dalam mimpimu]! Tuliskan satu per satu!”
“Jika hal-hal tidak logis ini memang tidak tahan uji, kontradiktif, tidak koheren secara logika... maka sudah pasti membuktikan mimpimu hanyalah mimpi biasa! Semuanya hanya kebetulan!”
Lin Xian menerima kuas, mengangguk. Ini memang cara yang bagus, bisa dianggap sebagai penalaran terbalik.
“Baiklah, masing-masing menulis sendiri. Nanti kita gabungkan dan diskusikan.”
Lin Xian menunduk, menulis judul di kertas putih -
[Fenomena Tidak Logis dalam Mimpi]
……
Setelah menulis judul, Lin Xian mulai menulis dengan lancar.
Selama ini dia merasa terlalu banyak kejanggalan dalam mimpi itu, tapi sebelumnya menganggap itu wajar karena mimpi.
Tapi sekarang dengan pendekatan baru yang menghubungkan dunia mimpi dan realitas...
Hal-hal tidak logis itu justru semakin terasa janggal!
