Setelah Lin Xian dan Gao Yang selesai menulis, mereka menggabungkan daftar masalah yang dibuat.
Kemudian hapus beberapa pertanyaan yang tidak relevan dan dapat dijelaskan dengan logika, hasil yang tersisa adalah seperti ini——
【Fenomena Tidak Masuk Akal dalam Mimpi】:
1、Dunia mimpi selamanya membeku pada tanggal 28 Agustus 2624 ini, dan tepat pada pukul 00:42 dini hari mengalami kehancuran, mengulang hari yang sama tanpa henti.
2、Di jaringan komputer, mengapa tidak bisa menemukan berita, undian, atau informasi dari ratusan tahun yang lalu?
3、Tingkat perkembangan teknologi dalam mimpi sama dengan tahun 2022, tingkat kehidupan dan kondisi masyarakat juga tidak jauh berbeda dengan 2022, apa yang dilakukan ilmuwan selama 600 tahun ini?
4、Di dalam mimpi, bagaimanapun caranya melakukan perusakan atau bertindak semena-mena, bahkan jika kota dihancurkan menjadi rata, keesokan harinya saat masuk mimpi lagi, kota tetap baru seperti semula, semuanya kembali normal.
5、Mengapa manusia sama sekali tidak mengetahui bencana besar pada pukul 00:42? Semuanya datang tiba-tiba tanpa persiapan sama sekali.
……
Keduanya melihat ketidakmasukakalan di atas kertas ini, semakin dilihat semakin tidak masuk akal.
"Mimpimu ini terlalu banyak bug!"
Gao Yang menunjuk poin pertama:
"Poin pertama ini masalahnya sangat besar! Dunia nyata mana mungkin waktunya tidak mengalir dan terus mengulang hari yang sama? Dari sisi ini saja, sudah membuktikan mimpi ini pasti bukan dunia nyata."
Dia menunjuk poin kedua:
"Poin kedua lebih absurd! Data di internet mana ada yang bisa dihapus bersih? Asalkan pernah muncul di internet, tenang saja, pasti akan meninggalkan jejak. Kalau tidak, bagaimana sejarah kelam selebriti bisa dibongkar?"
Gao Yang menggerakkan jarinya ke baris ketiga:
"Aku tarik kembali ucapan tadi, yang satu ini jelas yang paling tidak masuk akal! Selama 600 tahun penuh, tingkat teknologi manusia sama sekali tidak berkembang... Menurutmu sendiri ini mungkin? Jangan 600 tahun, kehidupan orang 60 tahun ke depan saja pasti sudah sangat berbeda dibanding sekarang!"
Lalu menunjuk ke baris keempat:
"Pengaturan dalam mimpimu ini langsung melanggar hukum kekekalan energi dan materi! Jika di dunia nyata benar-benar ada kota yang bisa pulih seperti semula meski dirusak... mungkin cuma Hogwarts?"
Gao Yang mengetuk baris terakhir:
"Astronomi manusia sekarang sudah sangat maju, lintasan meteor, penuaan matahari, radiasi kosmik, semua bisa dihitung dengan akurat... Ada teleskop antariksa di atas, detektor gelombang gravitasi di bawah, bagaimana mungkin bencana penghancur bumi tidak terdeteksi? Apakah para astronom sudah mati semua?"
Gao Yang mengangkat kedua tangan, memandang Lin Xian:
"Menurutku, sekarang tidak perlu lagi dipikirkan. Terlalu banyak hal tidak logis dalam mimpimu ini, sama sekali tidak masuk akal dalam logika dunia nyata!"
"Jadi, dunia absurd seperti ini pasti bukan dunia nyata, apalagi dunia masa depan 600 tahun kemudian!"
……
Mendengar kepastian Gao Yang, Lin Xian tetap diam.
Sebenarnya pemikirannya sedikit berbeda dengan Gao Yang.
Meski dia mengakui bahwa fenomena tidak logis ini mustahil ada di dunia nyata,
Namun banyak detail menunjukkan bahwa mimpinya bukan sekadar dunia palsu. Di dalamnya terdapat hal-hal di luar pengetahuannya, pengetahuan yang tak pernah dipelajari, serta fenomena nyata yang belum pernah disaksikannya di dunia nyata...
【Ini mustahil hanya sekadar mimpi fiktif belaka.】
“Kau Lin Xian... selalu terlalu serius menanggapi segala hal, selalu ingin mengerti semua sampai tuntas. Sebenarnya tak perlu hidup seberat ini. Beberapa hal bisa dibiarkan berlalu dengan kecerobohan.”
Gao Yang bersenandung sambil membereskan sampah di meja, memasukkan botol-botol dan bungkus makanan ke tempat sampah:
“Seperti kemampuan memprediksi pertandingan Piala Dunia ini, bukankah ini keberuntungan besar? Besok ingat lihat siapa juara Piala Dunia 2026 ya! Kita bisa kaya empat tahun lagi!”
Lin Xian melambaikan tangan, menyuruh Gao Yang segera pergi:
“Tanyakan lagi empat tahun mendatang. Siapa tahu isi mimpi berubah? Keke Mao saja berubah jadi Rhein Mao, bisa saja hasil pertandingan ikut berubah.”
“Benar juga.”
Gao Yang merapikan sisa sampah, mengangkat dua kantong plastik lalu melambaikan tangan di pintu:
“Aku pergi dulu.”
“Pergi sana.”
……
Keesokan hari.
Gao Yang datang membawa tas berisi uang kepada Lin Xian.
Brak!
Tas hitam itu menghantam meja kopi dengan berat.
Lin Xian membukanya.
“Di dalamnya ada 16 ikat uang kertas 100 yuan yang ditata rapi, total 160.000 yuan.”
“Ngapain dikasih sebanyak ini?”
Lin Xian menatap Gao Yang. Dia hanya membeli lotre senilai 30.000 yuan, hadiahnya cuma 110.000 yuan.
“Dibagi dua aja.”
Gao Yang mengunyah permen karet, memainkan kalung emas di lehernya, menyesuaikan kacamata hitam Ray-Ban di hidungnya, lalu menaruh sepatu AJ barunya di meja kopi:
“Tumpukan tiket lotre itu anggap aja kita beli berdua. Hadiahnya total lebih dari 300.000 yuan, bagi dua aja. Nggak usah dihitung detail.”
Lin Xian tidak setuju.
Dia mengambil lima ikat uang dari tas hitam dan melemparkannya ke Gao Yang:
“Saudara kandung saja harus jelas hitungannya. Lagipula... gajiku sekarang jauh lebih besar darimu, nggak kurang uang segini.”
“Wah! Keren juga!”
Gao Yang menggulung lengan sweater Givenchynya, memperlihatkan jam Longines di pergelangan tangan, meletakkan iPhone terbaru di meja kopi, lalu mengencangkan ikat pinggang Montblanc.
“Udah, udah, udah, udah!”
Lin Xian tidak tahan, langsung mengangkat tangan menghentikan Gao Yang:
“Lagi ngapain sih? Lagi pamer di hadapanku? Bisa nggak sikap orang kaya baru ini dikurangin dikit?”
“Hahaha kamu nggak ngerti Lin Xian. Kita sekarang punya uang, penampilan harus naik kelas! Lihat perlengkapanku ini, kesan pertama gimana?”
“Kesannya seperti pohon natal.”
……
……
Gao Yang melambaikan tangan:
“Sudahlah, nggak usah berdebat sama orang sakit. Selera estetikamu mungkin masih tertinggal 10 tahun lalu.”
“Siapa di antara kita yang lebih terlihat seperti orang yang melakukan perjalanan waktu dari 10 tahun lalu?”
Gao Yang melepas kacamata hitamnya, menatap Lin Xian dengan wajah serius:
“Jangan banyak bicara! Aku mencarimu hari ini untuk membahas hal penting.”
“Hal penting? Tentang mimpiku?”
“Tepat!”
Plak!
Gao Yang menjentikkan jari, tersenyum bangga sambil menunjuk Lin Xian:
“Percayalah padaku!”
“Kali ini... aku akan membongkar kebenaran mimpimu sampai tuntas! Aku punya metode yang benar-benar bisa diandalkan!”
“Yang Mulia punya pendapat brilian apa lagi nih?”
Melihat Gao Yang yang begitu percaya diri, Lin Xian merasa ingin tertawa sekaligus menangis.
Sejujurnya, dalam hal mengungkap kebenaran mimpinya sendiri, Lin Xian sudah tidak berharap apa-apa lagi pada Gao Yang.
“Lupakan saja, Gao Yang.”
Lin Xian melambaikan tangan, tidak berniat berdebat lagi:
“Urusan ini tidak perlu kau pusingkan. Aku punya rencanaku sendiri, jangan ikut campur.”
“Jangan dong! Percayai aku sekali lagi! Yang terakhir!”
Gao Yang merengek-rengek sambil menarik lengan Lin Xian, mengacungkan jari telunjuk kanannya:
“Aku bersumpah! Kali ini benar-benar masuk akal! Pasti bisa membuktikan mimpimu itu palsu!”
