Kini, berbagai informasi tentang Klub Jenius semakin kabur dan membingungkan.
Satu-satunya bukti fisik yang pernah ia lihat adalah undangan yang diterima Zhao Yingjun.
“Melihat Chu Shanhe di tempat yang tak terduga ini...”
Lin Xian merasa dirinya seperti semut yang terjatuh ke dalam pusaran gelap, terombang-ambing dalam kebingungan.
“Lebih baik kita pantau dulu perkembangannya, lihat apa tujuan sebenarnya Chu Shanhe datang ke sini.”
Dia berdiri di samping, berpura-pura menjadi penonton biasa.
Banyak mahasiswa Universitas Shanghai juga berkerumun di sekitar, sebagai senior yang baru lulus setengah tahun lalu, Lin Xian bisa dengan mudah menyamar di antara mereka bagai kayu tersembunyi di hutan.
Namun berbeda dengan sikap penasaran Lin Xian, para mahasiswa di sekitarnya... sama sekali tidak terkejut dengan kemunculan tiga mobil mewah dan Chu Shanhe, seolah hal ini sudah biasa:
“Chu Shanhe lagi antar putrinya ke kampus ya, benar-benar sangat memanjakan putri kecilnya.”
“Ngomong-ngomong... kenapa mobilnya tidak langsung masuk ke dalam kampus? Dengan status dan posisinya, mana mungkin satpam berani menghalanginya?”
“Pasti putrinya yang melarang keras. Kalau tidak, mengingat cara Chu Shanhe memanjakan putrinya... dia pasti ingin mengantarnya sampai depan asrama.”
“Ah, punya ayah yang terlalu perhatian kadang juga merepotkan, meskipun dia seorang CEO otoriter.”
“Kekuatan dan status Chu Shanhe jauh melebihi sekedar CEO otoriter. Bisa dibilang... ada yang bisa menaklukkannya. Di seluruh Shanghai, hanya sang putri kecil inilah yang bisa ‘menjinakkan’ orang besar ini.”
……
Lin Xian menyimak dengan telinga yang tajam.
Ternyata, dia salah sangka terhadap Chu Shanhe.
Dia bukan datang untuk mencari Xu Yun, tapi mengantar putrinya ke kampus.
Lin Xian sudah lama mendengar rumor bahwa Chu Shanhe adalah seorang ayah yang sangat manja terhadap putrinya. Saat pesta sebelumnya, Zhao Yingjun juga pernah mengkritik hal ini.
Namun selain itu, Lin Xian sama sekali tidak mengenal putri Chu Shanhe. Tentu saja, dia juga tidak memiliki minat lebih untuk mengetahuinya.
Dari mulut siswa-siswa sekitar, terutama siswi-siswi, Lin Xian mengetahui bahwa ["Putri kecil"] ini masuk sekolah pada September tahun ini dan sekarang berada di tahun pertama kuliah.
Menurut rumor yang beredar, sang putri kecil ini memiliki reputasi baik di kampus, mudah bergaul, dan rendah hati.
Kalau bukan karena Chu Shanhe kemudian mengantar-jemput dengan sangat mencolok... sampai latihan militer berakhir, tak ada yang tahu dia adalah putri Chu Shanhe.
Pepatah mengatakan, rasa ingin tahu tentang gosip adalah naluri semua orang.
Lin Xian pun tak kuasa menahan rasa penasaran. Dia melangkah ke samping, mencari sudut pandang menyamping untuk melihat seperti apa wajah putri Chu Shanhe sebenarnya.
Di seberang jalan...
Adegan yang sama sekali bertolak belakang dengan karakter Chu Shanhe sedang terjadi.
Chu Shanhe yang biasanya angkuh dan penuh percaya diri... kini dengan senyum manis berkeliling setengah mobil, mendekati sisi kanan Maybach, lalu membuka pintu mobil sendiri.
Dia bahkan tak sabar memanggil beberapa kali ke dalam mobil, tapi raut wajahnya yang dipenuhi kasih sayang... mana ada sedikit pun kemarahan?
Menyaksikan kontras yang mencolok ini, Lin Xian hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum kecut.
Ternyata kabar angin itu benar.
Bahkan kabar yang beredar masih terlalu hati-hati.
“Pria yang paling tidak boleh diusik di Shanghai; baik secara terang-terangan maupun diam-diam, dia dianggap sebagai sosok paling berkuasa di Shanghai; selalu percaya diri dan angkuh, tak pernah merendahkan kepala kepada siapapun.”
“Tapi menghadapi putri kesayangannya, semua kata seperti perhatian ekstra dan mengikuti ke mana-mana rasanya masih kurang tepat.”
……
Akhirnya.
“Putri kecil” dalam mobil sepertinya sudah siap.
Chu Shanhe membungkuk mengambil tas dari dalam mobil, menyangkutkannya di lengan, lalu mundur selangkah sambil tersenyum lebar——
Seikat rambut ekor kuda tinggi yang mengembang, melesat keluar dari pintu mobil.
Rambut halus berkilau dengan riak alami hasil pengeritingan diikat tinggi oleh karet, terlihat semakin mengembang dan elastis. Saat gadis itu melangkah keluar sambil berjinjit, gerakan rambut yang melambai-lambai memancarkan aura vitalitas muda.
Dia mengenakan syal wol merah mantel putih panjang, namun bagian bawah tubuhnya tertutup sudut mobil Maybach sehingga tidak terlihat jelas.
Ekor kuda tinggi, syal merah, mantel putih.
Tiga elemen ini sama sekali tidak memenuhi ekspektasi atau mengejutkan Lin Xian. Di kampus, gaya berpakaian seperti ini sangat biasa. Sejak beberapa tahun lalu saat Lin Xian masih kuliah, perempuan sudah suka berdandan seperti ini.
Secara keseluruhan, “putri kecil” ini memberi kesan yang cukup biasa bagi Lin Xian, terlihat seperti mahasiswi baru yang sangat biasa.
“Benar-benar sederhana, tidak ada kesan pamer atau mencolok, seperti gadis baik-baik.”
"Baru saja Lin Xian terus membayangkan, seperti apa rupa putri Chu Shanhe."
"Dilihat dari hasilnya... bisa dibilang di luar dugaan tapi masih masuk akal."
"Sayangnya sang putri kecil itu terus membelakangi sini, tidak terlihat wajah aslinya, tidak tahu bagaimana parasnya."
"Sepertinya, Chu Shanhe membesarkan putrinya dengan baik. Meski dimanja, tidak tumbuh menjadi nona manja yang semena-mena seperti di sinetron."
……
Di seberang jalan.
Lin Xian melihat sang putri kecil menerima tas sekolah dari tangan Chu Shanhe, menggendongnya di pundak. Kemudian melambaikan tangan pada ayahnya sebelum berlari kecil menuju gerbang sekolah...
Kuncir kuda yang bergoyang-goyang itu membuat Lin Xian terus menatapnya sampai masuk gerbang sekolah, benar-benar hipnotis.
Setelah sosok putri kecil itu menghilang, ekspresi ramah di wajah Chu Shanhe langsung lenyap, berubah kembali menjadi raut tegas yang berwibawa.
Ia melambaikan tangan pada para pengawal, semua masuk mobil dengan tertib. Tiga mobil mewah berkonvoi dalam formasi 2+1 lalu pergi.
Saat itu, suara perbincangan siswa sekitar jelas semakin ramai.
Banyak pria bercanda bahwa siapa yang bisa memikat putri kecil ini pasti akan meraih kemajuan pesat seumur hidup, sambil terus memprovokasi teman-temannya.
Tapi terasa jelas... meski bercanda, mereka tetap menjaga batasan, tidak ada yang berani bicara sembarangan.
Ini mungkin menunjukkan wibawa unik Chu Shanhe di Kota Shanghai. Jika kau bercanda tentang Chu Shanhe, dia mungkin hanya tertawa dan tidak menganggapnya serius; tapi jika kau membuat lelucon berlebihan tentang putrinya... itu lain cerita.
"Sudahlah, waktu 'makan semangka' sudah berakhir, saatnya mengerjakan urusan penting."
Lin Xian memegang kertas naskah yang dijilid, berjalan mengikuti kerumunan menuju gerbang Universitas Shanghai.
……
Setelah mengetahui bahwa Chu Shanhe tidak datang untuk Profesor Xu Yun, kekhawatiran di hati Lin Xian pun berkurang.
Misteri terkait Klub Jenius bisa diselidiki perlahan nanti.
Prioritas sekarang adalah segera menyerahkan materi hibernasi yang sudah ditranskrip ke Profesor Xu Yun, untuk mengubah masa depan dan memodifikasi mimpi.
Lin Xian mengendarai sepeda kuning kampus, dengan cepat menemukan gedung laboratorium. Setelah bertanya ke satpam, dia langsung naik ke lantai dua mencari laboratorium Profesor Xu Yun.
Melalui jendela, Lin Xian melihat suami yang berantakan itu sedang asyik mengutak-atik mikroskop.
Masih mengenakan jas lab dan kacamata tebal, persis seperti saat pertemuan di rumah sakit dulu.
Profesor Xu Yun begitu fokus pada penelitiannya, tak menyadari kedatangan tamu.
Lin Xian menarik napas dalam, mendekati pintu laboratorium yang terbuka separuh—
Tok! Tok!
Buku jari mengetuk pintu kayu.
