Akhirnya.
“Setelah mencari-cari, Tiga Orang akhirnya menemukan peralatan pemotong gas oksiasetilena di sebuah toko periklanan.”
“Satu tabung gas asetilen cair, satu tabung gas oksigen cair. Lin Xian dan Dalimao harus bolak-balik dua kali baru berhasil mengangkut dua tabung gas cair yang sangat berat ini ke dalam mobil van.”
“Sementara CC mengambil selang gas dan pistol penyemprot, sambil menyelinap dari toko sebelah untuk mencuri tiga masker las listrik, memastikan mereka bisa melihat posisi api dengan jelas saat memotong tanpa merusak retina.”
“Korek api juga sudah diambil, semua peralatan lengkap.”
“Lin Xian melihat jam tangannya, waktu yang terbuang sudah terlalu banyak.”
“Ayo berangkat ke bank!”
“Dia bersama Dalimao dan CC kembali naik ke mobil van.”
“Mengencangkan sabuk pengaman.”
“Semuanya berjalan lancar.”
“Bruumm——”
“Mobil van yang reyot itu kembali melaju.”
“Di perjalanan, Lin Xian khusus berpesan pada Dalimao:”
“Kak Muka, toh di gudang bank tidak ada uang, kau tidak perlu terburu-buru membersihkan keluarga dengan main curang, kasihanilah nyawa ketiga anak buahmu itu.”
“Dua tabung besar ini mustahil diangkat berdua saja, kita butuh bantuan anak buahmu untuk mengangkutnya.”
“Dalimao mengangguk, memutar setir dalam diam:”
“Ini sudah kurencanakan, kau tidak perlu khawatir.”
“Tapi jangan beri tahu mereka soal tidak adanya uang di gudang. Mereka bertiga oportunis, kalau tahu tidak ada uang... pasti tidak mau ikut mengambil risiko.”
“Kau fokus saja pada rencanamu. Untuk mereka bertiga, aku punya cara tersendiri.”
……
Tak lama kemudian, mobil van tiba di depan bank yang familiar.
Lin Xian melihat jam tangannya, sudah hampir pukul dua belas. Waktu mencari peralatan tadi terlalu banyak menyita waktu.
Pintu mobil terbuka, tiga anak buah bertopeng sudah menunggu di samping mobil.
Dua dari mereka membawa tabung gas asetilen, Dalimao dan anak buah lain membawa tabung oksigen. Lin Xian menggendong tiga masker las di tangan kiri, sementara tangan kanan membawa torch gun dan selang. CC tampil ringkas hanya membawa laptop kecil untuk memecahkan password.
Rombongan enam orang sudah siap berdiri di depan bank.
“go！”
Dalimao mengayunkan tangannya besar-besaran.
Gerombolan dadakan ini berjalan penuh semangat menuju dalam bank.
Perjalanan lancar, enam orang tiba di depan gudang bank dan memandangi pintu berkode berwarna perak yang memancarkan cahaya redup.
Tiga anak buah bertopeng itu bersemangat menggosok tangan seperti lalat busuk:
"Setelah rampok ini, aku bisa pulang kampung menikah!"
"Kak Muka, sudahkah kau siapkan jalan mundur untuk Kakak Ipar? Apa kita masih akan tinggal di dalam negeri?"
"Kalian berdua bodoh ya? Baik emas batangan maupun uang tunai, semuanya harus diputihkan! Tapi aku sudah punya jalannya, nanti aku bantu kalian memindahkan aset."
Lin Xian geleng-geleng kepala melihat tingkah tiga anak buah ini.
Masih memikirkan Kakak Ipar!
Benar-benar masing-masing menyimpan niat tersembunyi... Tim Dalimao ini susah diatur.
“Tapi ini juga karena Dalimao sebagai pemimpin tim tidak memberi contoh yang baik, tidak memulai dengan benar. Balok atas tidak lurus, balok bawah miring.”
Dalimao tersenyum heh-heh, melangkah maju.
Dia mengusap-usap wajah pria bertopeng di tengah, lalu merangkul bahu dua anak buah yang tersisa, memeluk ketiganya:
“Kalian bertiga, seumur hidup ikut saya menderita.”
“Jika ada kehidupan berikutnya, kita jangan lagi melakukan pekerjaan mempertaruhkan nyawa ini. Nanti, berkeliaran di jalanan dengan bebas, tidak memikirkan ini itu, hidup santai saja.”
“Seperti masa muda kita dulu… berkelahi, menarik uang perlindungan, jadi preman jalanan juga cukup enak.”
Ketiga anak buah menitikkan air mata haru, memeluk erat sang Kakak.
“Sudah, kalian bertiga bawa tabung gas ini ke tepi tembok dan dirikan! Setelah pekerjaan ini selesai kita rayakan!”
Dalimao tertawa terbahak-bahak, mendorong ketiganya ke tepi tembok:
“Hari-hari indah masih menanti di belakang! Hahahahaha!”
Dor!!
Dor!!
Dor!!
Tepat saat ketiga anak buah berbalik badan——
Dalimao mencabut pistol dari pinggangnya secepat kilat! Menembak kepala ketiganya berturut-turut tiga kali!
Byur... byur... byur...
Bersamaan dengan mekarnya tiga bunga darah, tiga mayat tak bernyawa terjatuh kaku ke tanah. Pandangan kosong, darah mengalir deras.
Krek!
CC mundur selangkah ke depan, mengarahkan pistol ke Dalimao, seluruh tubuhnya tegang dengan kewaspadaan di matanya.
"Easy, santai sedikit."
Dalimao memutar pistolnya lalu menyelipkannya kembali ke pinggang.
Kemudian ia merobek topeng di wajahnya dan melemparkannya ke tanah.
Mengambil sebatang rokok dari kotak rokok.
Menjepitnya di antara bibir.
Setelah menyalakan korek api, ia menghembuskan asap tebal:
"Keluarga punya aturan. Aku hanya memberi pelajaran pada anak buahku, tidak mengganggu rencana kita."
CC masih belum sepenuhnya menurunkan kewaspadaannya.
Ia hanya menurunkan laras pistol sedikit sambil menoleh melihat Lin Xian.
Lin Xian melambaikan tangan:
"Tidak apa CC, kau lanjutkan membuka pintu berkode itu. Urusan internal keluarga sulit diintervensi, pembersihan keluarganya tidak ada hubungannya dengan kita."
CC tetap di tempat, tidak berkata apa-apa.
Setelah jeda beberapa detik, ia pun menyimpan pistol dan mengambil komputer kecil untuk membuka pintu berkode.
Lin Xian memandangi Dalimao yang terus menghembuskan asap rokok.
Menendang mayat di dekat kakinya ke samping:
"Apakah kau memang kejam sejak kecil? Atau mulai sejak putrimu mengalami musibah?"
"Aku sudah lupa..."
Dalimao menggigit puntung rokok, menyeringai:
"Tapi waktu muda dulu aku memang tidak seperti ini. Mereka bertiga pun waktu muda dulu tidak seperti ini."
Ia menunjuk tiga mayat di tanah, menghela nafas disertai kepulan asap tebal:
"Dulu kami tinggal di satu desa, semuanya saudara seperjuangan. Mereka bertiga mengikutiku, meskipun tidak banyak berbuat baik, setidaknya hati mereka tidak jahat."
“Tapi setelah merantau ke luar…hati orang-orang sudah berubah, tim juga semakin sulit diatur. Saat tidak punya uang kita semua saudara baik, tapi begitu ada uang malah saling berkhianat, masing-masing menghitung dengan sempoa sendiri.”
“Tapi……”
Dalimao berhenti sejenak, menatap Lin Xian berkata:
“Mungkin kau benar. Andai putriku tidak mati, mungkin aku tidak akan sampai seperti ini.”
“Kalau putriku masih hidup, pasti aku tidak akan melakukan pembunuhan, pembakaran, dan hal berisiko hukuman mati ini. Aku masih ingin hidup beberapa tahun lagi, menjadi seseorang yang terhormat, lalu berpidato di pertemuan orang tua murid sekolahnya.”
“Tapi…mana ada begitu banyak andai-andai? Hidupku sudah begini, tak bisa diubah lagi. Asal bisa membalaskan dendam putriku, aku mati pun takkan menyesal.”
……
Lin Xian memandangi Dalimaro menginjak puntung rokoknya, diam membisu.
【Hidup akan berubah.】
Setelah Profesor Xu Yun mempublikasikan tesisnya, teknologi hibernasi akan diluncurkan ratusan tahun lebih awal. Baik di realitas maupun alur masa depan, perubahan dahsyat pasti terjadi.
Saat itu tiba, di bawah pengaruh efek kupu-kupu ruang-waktu...
Bukan hanya kehidupan Dalimao.
Hidup CC, nasib setiap orang di alun-alun, masa depan 600 tahun kemudian, seluruh dunia mimpi – semuanya akan bertransformasi menjadi sesuatu yang sama sekali berbeda dari sekarang.
Akankah Dalimao masih menjadi bandit berbahaya saat itu?
Masihkah CC nekat membuka brankas?
Masihkah kedua saudara bertarung di alun-alun seperti biasa?
Semuanya masih tanda tanya.
Tapi semua…pada akhirnya akan berubah.
……
Drip drip.
Pintu berkode mengeluarkan dua bunyi nyaring.
Kemudian terdengar suara klik, lampu indikator pada kunci kode berubah dari merah ke hijau, pintu berkode perak tebal pun terbuka.
CC menoleh, memandangi kedua orang itu:
"Pintunya terbuka!"
