Lin Xian menggelengkan kepala.
Hibernasi ada efek sampingnya?
Film-film fiksi ilmiah tak pernah menyinggung hal ini……
Dalam narasi mereka, hibernasi digambarkan sebagai proses mudah—tidur selama ratusan, ribuan, bahkan puluhan ribu tahun berlalu begitu saja.
Perkataan Xu Yun ini membuat Lin Xian menyadari titik buta tersebut.
Sudah menjadi hukum alam: tiap obat pasti mengandung racun.
“Obat dan metode pengobatan apa yang sama sekali tidak memiliki efek samping?”
“Apalagi hibernasi yang merupakan rekayasa tubuh manusia begitu rumit, mustahil tidak ada efek samping sama sekali.”
“Saya tidak tahu, Profesor Xu.”
Lin Xian menjawab dengan jujur:
“Apakah masih ada efek samping lain dari hibernasi? Apakah terkait dengan fungsi tubuh?”
Profesor Xu Yun menggelengkan kepala.
Mengulurkan jari telunjuk, menunjuk kepalanya sendiri:
“【Efek samping terbesar adalah karena sinyal otak yang tidak aktif dalam jangka panjang, akan menyebabkan kehilangan ingatan dengan tingkat berbeda-beda.】”
“Sebenarnya dalam hal fungsi tubuh, hibernasi tidak memiliki efek samping apapun, bahkan atrofi otot ringan sekalipun bisa dipulihkan melalui latihan.”
“Tapi... kerusakan pada memori otak sama sekali tidak bisa dihindari. Teori hibernasi saat ini memang bisa memperlambat reaksi fisiologis tubuh puluhan hingga ratusan kali lipat, namun prinsip memori otak sangat kompleks - ini adalah mode pencarian kabur yang dipertahankan melalui stimulasi sinyal saraf.”
“Terlalu rumit untuk dijelaskan padamu, Lin Xian. Intinya, semakin lama waktu hibernasi, semakin banyak memori yang hilang. Tentu kondisi tiap orang akan sedikit berbeda, tapi jika hibernasi melebihi 20 tahun... kemungkinan besar semua ingatan akan hilang.”
……
Lin Xian menganggukkan kepala.
Efek samping kehilangan ingatan terdengar cukup masuk akal.
Profesor Xu Yun mengelus lengan kering putrinya sambil tersenyum datar:
“Sebenarnya kalau Yi Yi melupakan saya juga tidak apa-apa, bahkan melupakan sampai bersih pun tidak masalah... Dia akan memulai kehidupan barunya, mengingat ayah tua seperti saya atau tidak itu tidak penting.”
“Tapi saya tidak ingin melupakan dia... Saya tidak ingin melupakan Yi Yi. Waktu Yi Yi aktif ceria hanya beberapa tahun saat kecil, ingatan saya tentang dia juga hanya sedikit ini...”
“Sedikit pun dari ingatan ini, saya tidak rela kehilangan.”
“Apalagi, kalau kehilangan ingatan, apakah berarti perasaan juga akan hilang? Jika setelah bangun nanti, saya dan Yi Yi menjadi orang asing, tidak ada ikatan emosi sama sekali... Saya rasa ini hal yang sangat menakutkan.”
Profesor Xu Yun menatap Lin Xian, tersenyum tipis:
“Jadi, saya tidak akan melakukan hibernasi.”
“Saya akan menyimpan ingatan tentang Yi Yi sampai detik terakhir hidup, dan juga akan menggunakan detik terakhir hidup untuk mengembangkan kapsel hibernasi yang lebih baik untuk Yi Yi.”
“Jadi Lin Xian, jika suatu saat Yi Yi terbangun dan kamu masih ada... tolong bantu perhatikan para gadis ini untuk saya.”
Lin Xian refleks mengibaskan tangan!
Jangan jangan jangan.
Amanat ini terlalu berat baginya!
“Profesor Xu, menurut saya Yang Mulia tidak perlu berpikir begitu pesimis.”
Lin Xian menghibur:
“Perkembangan ilmu teknologi tidak bisa diprediksi siapa pun. Bisa saja suatu hari nanti efek samping kehilangan ingatan ini teratasi. Yang Mulia harus lebih memperhatikan kesehatan... Ayah mana yang tidak ingin melihat putrinya tumbuh besar dengan mata sendiri?”
Profesor Xu Yun tersenyum, tidak berkata banyak:
“Kau sengaja datang ke sini, ada urusan apa Lin Xian?”
Lin Xian menganggukkan kepala.
Mengeluarkan undangan, menjelaskan maksud kedatangannya.
Sabtu malam, yaitu besok lusa malam.
Perusahaan MX akan mengadakan pesta perayaan besar-besaran, ingin mengundang Profesor Xu Yun untuk hadir.
Lin Xian awalnya mengira Xu Yun pasti akan menolak dengan halus.
Namun...
“Baiklah.”
Xu Yun tersenyum ramah menyetujui.
Ia menepuk bahu Lin Xian:
“Kau sudah banyak membantuku, sudah seharusnya aku datang untuk mendukung acaramu.”
“Aku juga sudah lama tidak merasa senang dan rileks seperti ini... Nanti di hari itu, kita minum beberapa gelas bersama!”
Terlalu lancar di luar perkiraan.
Malam hari...
Lin Xian awalnya berencana bermimpi menemui CC, untuk memastikan apakah ada kenangan era ini di pecahan memorinya, dan menanyakan kesan tentang nama Chu Anqing.
Tapi... beberapa manajer menengah perusahaan memaksa Lin Xian makan minum bersama, sulit menolak keramahan mereka, bermain sampai subuh baru pulang.
Keesokan paginya tiba di perusahaan, Lin Xian melaporkan ke Zhao Yingjun tentang rencana kehadiran Xu Yun di pesta perayaan.
Zhao Yingjun tersenyum seperti sudah menduga:
“Ternyata memintamu mengantar undangan adalah keputusan tepat. Kalau kami yang pergi... mungkin Profesor Xu Yun tidak akan memberikan penghormatan ini.”
“Aku juga tidak punya pengaruh apa-apa.” Lin Xian menjawab jujur:
“Mungkin Profesor Xu Yun sedang dalam suasana hati baik belakangan ini, jadi ingin bersantai juga.”
Zhao Yingjun membungkuk, mengambil 4-5 lembar undangan merah dari laci bawah:
“Ada beberapa orang yang tidak bisa hadir ke pesta perayaan, undangan sisa ini boleh kau ambil. Kalau ada kerabat, teman sekelas, atau kenalan lain, bisa diundang untuk datang.”
Lin Xian hanya mengambil satu lembar:
“Aku cuma butuh satu saja, di Shanghai aku hanya punya satu teman.”
Sebelumnya dia juga pernah berjanji pada Gao Yang untuk saling membantu jika sudah sukses.
Prasmanan mewah seperti ini tentu tidak boleh ketinggalan si rakus Gao Yang:
“Apakah pesta perayaan hanya dihadiri orang perusahaan kita? Selain Profesor Xu Yun.”
Zhao Yingjun mengangguk:
“Ini memang acara internal perusahaan, aku juga tidak mengundang orang luar supaya semua bisa lebih santai.”
“Tapi pagi ini... ada seorang pejabat tinggi yang meminta ikut serta, katanya ingin memberi selamat langsung di tempat.”
“Siapa?” tanya Lin Xian penasaran.
“Kau kenal.”
Zhao Yingjun tersenyum:
“Chu Shanhe.”
？
Lin Xian agak terkejut:
“Chu Shanhe mau datang? Tak kusangka dia akan berinisiatif memberi selamat pada kita.”
“Apa yang kau pikirkan Lin Xian, tentu bukan untuk kita.”
Zhao Yingjun menyisir helai rambut di dekat telinganya ke belakang:
“Chu Shanhe tidak mungkin tertarik dengan bisnis kecil dan prestasi sepele kita, tujuan utamanya pasti untuk memberi selamat pada Profesor Xu Yun.”
“Seperti pernah kukatakan sebelumnya, selama bertahun-tahun hanya Chu Shanhe sendiri yang mendanai Xu Yun. Lagipula dia memang sangat antusias terhadap kemajuan sains, kurasa setelah tahu Profesor Xu Yun akan hadir di pesta kita, barulah dia ingin memberi ucapan langsung.”
“Tapi pasti dia tidak akan tinggal lama di sini, Chu Shanhe adalah orang yang sangat berintegritas dan memiliki visi yang luas. Paling-paling dia hanya akan menyampaikan ucapan selamat, menyapa, bertemu dengan Profesor Xu Yun lalu pergi, tidak akan tinggal untuk makan.”
“Oh…”
“Begitu rupanya.”
“Ternyata Chu Shanhe datang demi Profesor Xu Yun, maka semua ini menjadi masuk akal.”
“Rasa hormatnya kepada ilmuwan sudah menjadi rahasia umum. Pencapaian Xu Yun saat ini, mungkin malah membuat Chu Shanhe lebih bahagia daripada Xu Yun sendiri.”
“Jujur saja, pesta perayaan kesuksesan Perusahaan MX kali ini… benar-benar 【kumpulan para pahlawan】.”
“Kehadiran Profesor Xu Yun saja sudah menambah kemegahan.”
“Apalagi tak disangka Chu Shanhe juga datang memberikan ucapan selamat.”
“Pesta perayaan kita memang bernilai tinggi, dua orang paling berpengaruh di Shanghai semuanya hadir.” Lin Xian tersenyum.
Zhao Yingjun tidak berkata-kata, hanya menatap Lin Xian dengan ekspresi seolah ingin mengatakan sesuatu namun mengurungkan niat.
Hal ini membuat Lin Xian tidak nyaman, apa ada lalat busuk di wajahku?
“Ada apa, Direktur Zhao?”
Zhao Yingjun tersenyum penuh makna, lalu melanjutkan:
“Ucapanmu tadi memang benar, pesta perayaan kita memang bernilai tinggi.”
“Masih ingat perkataanku saat menghadiri jamuan amal sains kemarin? Setiap kali Chu Shanhe menghadiri acara penting sebelumnya, dia selalu membawa putri kesayangannya, seolah ingin pamer… khawatir orang tidak tahu dia memiliki putri secantik ini.”
“Jadi…”
Dia mengangkat kepala, menatap Lin Xian:
“Chu Shanhe kali ini juga tidak datang sendirian.”
“Dia bilang akan membawa putrinya bersama……”
“Chu Anqing.”
