Shanghai Baru.
Lin Xian menyaksikan pemandangan menakjubkan yang bahkan tak terlihat di film fiksi ilmiah... merasakan betapa dahsyatnya kekuatan teknologi.
Dari sini terlihat, perubahan waktu ini tidak membuat perkembangan teknologi tertinggal.
Seperti yang diharapkan Profesor Xu Yun, teknologi manusia melesat luar biasa!
Meski dalam 600 tahun teknologi baru berkembang sampai level ini, Lin Xian merasa masih kurang.
Menurut intuisinya... seharusnya bisa lebih futuristik dari Shanghai Baru.
Tapi ini sudah cukup baik.
Setidaknya dibandingkan mimpi awal dan perkembangan teknologi di "Mimpi Pertama"... tingkat teknologi Shanghai Baru di sini sudah unggul ratusan tahun.
"Benar-benar kota masa depan ya..." Lin Xian menghela napas:
"Bagus sekali."
"Bagus apanya!"
Dalimao meludah:
"Bagus itu urusan mereka! Apa hubungannya dengan kita! Kita bahkan tak bisa mengais sampah sisa mereka!"
Lin Xian menoleh ke belakang.
Memandangi beberapa lentera yang tak menyala di desa, redup dan berkedip-kedip.
Tapi di sisi lain, Shanghai Baru gemerlap lampu neon, seperti negeri dongeng.
"Jadi..."
Lin Xian menoleh memandangi Dalimao:
"[Cabin hibernasi] sudah berhasil dikembangkan ya?"
"Cabin hibernasi? Sepertinya pernah dengar nama ini, katanya ada di Shanghai Baru," kata Dalimao:
"Tapi buat apa semua teknologi canggih ini? Semua itu dinikmati mereka, tak ada hubungannya dengan kita."
"Tapi kenapa dunia bisa berkembang seperti ini?"
Lin Xian bertanya:
"Apakah karena cabin hibernasi membuat orang kaya dan berkuasa bisa hidup abadi secara tak langsung? Kekayaan mereka takkan pernah hilang atau terpecah, malah semakin terkonsentrasi. Pendidikan, pengetahuan, bahkan ide dan pemikiran akan dimonopoli elite... Apakah karena ini situasi sekarang tercipta?"
"Atau karena orang-orang kompeten pergi hibernasi, tak mau berjuang, hanya ingin menikmati masa depan? Jadi masyarakat nyata pelan-pelan merosot?"
Lin Xian mengungkapkan dugaan dangkalnya.
"Aku tak tahu."
Dalimao menggelengkan kepala:
“Saya tidak tahu apa-apa. Sejak saya lahir... bahkan sejak kakek buyut saya lahir, dunia ini selalu seperti ini.”
Lin Xian terdiam. Ia teringat kalimat yang pernah dibaca dari sebuah buku——
Kematian adalah hal paling adil dalam masyarakat manusia.
Hanya kematian yang bisa menghapus pelapisan sosial yang mengeras dari akarnya, sungguh-sungguh mendorong kemajuan peradaban.
“Baiklah”
Lin Xian mengangguk.
Di era tempatnya tinggal, ada banyak game dan film bertema 《Cyberpunk》. Dunia yang digambarkan di sana mungkin tidak jauh berbeda dengan situasi dalam mimpinya sekarang.
Di mana letak masalah dari perkembangan menyimpang seperti ini?
Lin Xian bukan sejarawan, juga bukan sosiolog. Ia tidak bisa memahaminya.
Namun yang patut disyukuri adalah——
Teknologi tetap berkembang sesuai janji.
Sebenarnya, saat mempertimbangkan fenomena tidak logis dalam "mimpi pertama" sebelumnya, Lin Xian juga pernah curiga... apakah Klub Jenius telah membendung perkembangan sains manusia?
Apakah mereka sudah membunuh semua ilmuwan?
Ia pernah berpikir demikian, tapi tidak bisa menemukan alasan yang jelas.
Pertama, tidak tahu apa makna melakukan hal seperti itu.
Kedua, tidak mengerti manfaat apa yang didapat Klub Jenius sendiri dari tindakan tersebut.
Jika cahaya putih yang tiba tepat pada pukul 00:42 adalah sinyal kehancuran bumi, bukankah anggota Klub Jenius juga akan tewas dalam cahaya itu?
Lalu untuk apa mereka melakukan ini?
“Mengapa tidak membiarkan teknologi bumi berkembang pesat? Baik itu mencari rumah baru di luar bumi, maupun menghadapi ledakan teknologi dan alien yang ingin menghancurkan bumi... Bagaimanapun sama sekali tidak perlu membatasi perkembangan teknologi manusia, kan?”
“Tapi, itu semua sudah menjadi masa lalu.”
“Mimpi pertama” di mana perkembangan teknologi manusia mandek selama 600 tahun itu telah benar-benar lenyap.
Yang menggantikannya...
Adalah “mimpi kedua” dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat ini, yaitu dunia masa depan setelah perubahan ruang-waktu.
Kesenjangan ekonomi dan ketimpangan perkembangan adalah ranah sosiologi.
Murni dari sudut pandang kemajuan sains, tingkat teknologi dunia masa depan memang mengalami lompatan berkat publikasi makalah Profesor Xu Yun.
Lin Xian memicingkan mata, menatap Shanghai Baru yang berjarak beberapa kilometer...
Berbagai mobil besar kecil melesat di udara, robot tersebar di setiap sudut kota, bahkan di tembok baja setinggi 100 meter itu dipasangi berbagai peralatan berteknologi tinggi yang tak bisa dipahami.
Ini mungkin era yang baik, mungkin juga tidak.
Tapi setidaknya di era ini tidak ada hambatan yang membatasi perkembangan teknologi manusia.
Sangat mungkin, bahkan Klub Jenius itu sendiri mungkin sudah tidak ada lagi.
“Tembok tinggi itu...”
Lin Xian menunjuk tembok setinggi 100 meter yang mengelilingi Shanghai Baru, bertanya pada Dalimao:
“Kalian bisa masuk ke dalam?”
Dalimao menggelengkan kepala.
“Benar-benar tidak ada cara sedikitpun untuk masuk?” Lin Xian terus mendesak:
“Mimpi putri kalian adalah tinggal di Shanghai Baru, jadi meskipun dia belajar giat dan berusaha keras, tetap tidak bisa pergi ke Shanghai Baru?”
“Tidak, kecuali kalian bisa meledakkan tembok tinggi itu.”
Dalimao tertawa terbahak-bahak:
“Tempat mereka dan tempat kita adalah dua dunia berbeda. Mereka melihat kita seperti alien, kita melihat mereka juga seperti alien.”
“Baiklah.”
Lin Xian berkata pelan:
“Sebenarnya meski tidak pergi ke Shanghai Baru, kalian tetap hidup bahagia.”
“Kak Muka, sekarang kau sudah punya anak lengkap, orang tua masih sehat, menikmati kebahagiaan keluarga. Seandainya diberi kesempatan ke Shanghai Baru, belum tentu kau mau.”
“Itu benar.”
Dalimai cekikikan:
“Sebenarnya aku tidak terlalu mikir, jalani saja hari demi hari, lagipula hidupku tidak terlalu buruk.”
Lin Xian juga ikut tersenyum.
Dalam mimpi sebelumnya...
Ayah dan putri Dalimao dibunuh Klub Jenius, Dalimao yang dibututi dendam akhirnya terpaksa menjadi bandit jalanan.
Dibandingkan dengan itu, masa depan seperti ini sudah cukup baik.
“Setidaknya Klub Jenius seharusnya sudah tidak ada lagi.”
Lin Xian menatap Dalimao:
“Pernah dengar tentang Klub Jenius?”
“Tidak.”
Dalimao menggelengkan kepala:
“Apa itu? Tidak pernah dengar.”
“Sepertinya kelompok kejahatan.” Lin Xian tersenyum menjelaskan:
"Ada kabar angin yang mengatakan, hanya orang terkaya kelas atas, jenius sejati, dan pejabat tinggi berkuasa mutlak yang bisa menerima undangan klub ini. Tapi sebenarnya kabar itu palsu, ambang batas untuk bergabung dengan kelompok ini jauh lebih dari itu."
"Jujur saja, aku juga tidak tahu apa sebenarnya tujuan organisasi ini. Ia terlalu misterius, misterius sampai-sampai seperti tidak benar-benar ada."
"Bahkan kadang aku curiga... Apakah ini benar-benar organisasi jahat? Mungkin karena beberapa hal, orang salah paham tentang klub ini?"
Dalimao menggelengkan kepala:
"Apa sih omonganmu yang berantakan ini? Bisa tidak jelasin lebih sederhana, klub ini sebenarnya ngapain?"
Lin Xian menggelengkan kepala:
"Aku juga tidak tahu apa-apa. Satu-satunya hal yang kuketahui tentang mereka... hanyalah lambang klub ini."
Lin Xian mengangkat tangan kanannya, menjulurkan jari telunjuk lurus ke langit:
"Lambang mereka seperti ini, tangan kanan yang menunjuk ke langit."
"Hei!"
Ekspresi Dalimao penuh ejekan, mendesis keras:
"Aku dengarkan serius begini lama, rupanya kau cuma bercanda! Ngibulin aku dengan cerita palsu, Saudara! Kukira semua yang kau ceritakan benar!"
Lin Xian menatap tangan kanannya sendiri, agak terkejut:
"Kau pernah lihat gestur ini?"
"Siapa sih di dunia ini yang belum pernah lihat! Sudah ada selama ratusan tahun!"
"Di mana?"
"Lihat ke atas sana!"
Lin Xian mengikuti gerakan tangan Dalimao, menengadah ke langit.
28 Agustus 2624.
Kalender lunar: 16 bulan ketujuh.
Bulan purnama yang bulat bagai nampan giok tergantung tinggi di angkasa malam.
Di permukaan bulan yang putih cemerlang itu, terpampang jelas bayangan hitam raksasa yang membentang dari kutub utara hingga selatan bulan, hampir membelah nampan giok itu menjadi dua.
Bentuk bayangan itu adalah tangan kanan yang menjulurkan jari telunjuk, menunjuk lurus ke atas!
Persis seperti gerakan tangan Lin Xian saat ini...
Persis sama.
"Heh."
