"Tangkap--tangkap pencuri! To...tolong!"
Suara panik Ibu Li semakin dekat.
Swoosh!
Seorang pria secepat angin melintasi mulut gang.
Di tangannya tergenggam tas tangan, kepala mengenakan topi hitam - persis "Sang Master Tiga Pedang" yang ditunggu Lin Xian.
Lin Xian melangkah keluar dari gang, persis bertubrukan dengan Ibu Li yang sedang mengejar.
Wajah Ibu Li penuh kecemasan, tangannya mencengkeram lengan Lin Xian:
"Na...nak!"
"Saya paham."
"Ta...tas saya..."
“Tidak masalah.”
Lin Xian menopangnya di dekat tembok:
"Ibu Li, jangan panik. Tunggu saja di sini, sebentar lagi Sanpang akan mengantarkan tas tangan untukmu."
Usai berkata, skill parkour-nya dikerahkan sepenuhnya, dua-tiga lompatan zigzag menghilang di jalan setapak berliku...
Ibu Li membuka mulutnya, seperti biksu 2 zhang yang tak paham situasi:
"Saya... saya bahkan belum mengatakan apa-apa..."
……
Derap! Derap! Derap!
Lin Xian melompat-lompat di lorong sempit yang berantakan.
Rute kabur pencuri ini persis sama dengan beberapa hari lalu, dan dalam hari-hari berulang tak terhitung ke depan... dia tetap akan kabur lewat jalan ini setiap hari.
Lin Xian sebenarnya sudah bisa mengejarnya sejak lama, tapi sengaja menjaga kecepatan sampai si pencuri mencapai jalan buntu yang familiar itu, baru kemudian melompat -
"Pergi kau!" "Aaaa--"
Sebuah tendangan terbang menjatuhkan pencuri ke tanah.
Lin Xian meraba-raba, mengeluarkan belati dari dada, ikat pinggang, dan sepatu bot si pencuri lalu melemparkannya ke belakang, kemudian mencabut tali celananya untuk mengikat.
Bum!!!
Dalimao menendang tumpukan kayu bakar di mulut gang:
"Berani-beraninya mencuri di wilayah kekuasaan aku!!"
Dia muncul dari gang ditemani tiga anak buah berwajah garang, otot wajahnya yang bengis berkerut:
"Beraninya kau--"
Tongkat pemukul di tangannya berhenti di tengah ayunan, Dalimao tertegun.
"Amarah yang membara tiba-tiba mereda seperti disiram air, ekspresi garang dan mulut yang menganga membeku di wajah..."
Di depan mata.
Seorang pria bertopi hitam celananya diturunkan paksa, kedua tangan diikat ke belakang dengan ikat pinggang, bergerak seperti belatung yang terhina di lantai.
Di sampingnya, berdiri seorang pria muda yang terlihat seperti baru menyelesaikan urusannya, tangan di kantong sambil menatap ke arah sini, tiga belati berkilat masih tergeletak di lantai.
"Kau..."
Dalimao mengacungkan tongkat lipat yang sudah setengah terentang, menunjuk ke arah belatung di lantai lalu ke Lin Xian:
"Kau, kalian berdua siapa yang penjahat sebenarnya?"
"Kak Muka, tangkap."
Lin Xian mengambil tas tangan yang diletakkan di atas tembok samping, melemparkannya.
Prak.
Dalimao menangkapnya dan memeriksa - memang benar tas Ibu Li.
Ia menoleh memberikan tas itu ke Sanpang:
"Sanpang, antarkan tas ini ke rumah Ibu Li."
Sanpang langsung lari terbirit-birit. Dalimao menggaruk kepala, mendekat dan mengamati Lin Xian dari atas ke bawah:
"Kau... kenal aku?"
"Aku pernah dengar reputasimu."
"Siapa namaku?"
"Dalimao."
"Lalu kenapa kau memanggilku Kak Muka? Orang normal pasti memanggil Kak Kucing?"
"Kucing itu ideologi, wajah itu metafisika."
"Waduh!!"
Dalimao tertegun seperti disambar petir lima kali!
Ia melesat mendekat, menggenggam tangan Lin Xian! Menyeretnya ke depan A Zhuang dan Er Zhuzi, sambil menepuk-nepuk punggung Lin Xian:
“Kau ini keren! Pasti orang berbakat! Saudara dipanggil apa?”
“Lin Xian.”
“Lin Xian, aku perkenalkan. Mereka berdua dan yang lari tadi adalah tiga anak buahku. Ini A Zhuang, ini Er Zhuzi, yang lari tadi namanya San Pang.”
Setelah memperkenalkan satu per satu, Dalimao menepuk dadanya:
“Kau benar-benar jeli! Di jalanan aku dipanggil Dalimao, kau panggil saja Kak Muka!”
“Omong-omong, asalmu dari mana? Aku kenal semua orang di sini, tak pernah lihatmu.”
“Aku cuma gelandangan... jalan-jalan tak tentu arah.”
Lin Xian mengikuti naskah yang sudah direncanakan.
Ini pasti cara tercepat bergabung dengan geng Dalimao, masuk Kelompok Muka.
Begitu menyusup ke organisasi dan mendapat kepercayaan Dalimao, langkah selanjutnya bisa memintanya mengantar menemui Ayah Kucing untuk mengungkap kebenaran konstanta alam semesta.
“Hmm...”
Dalimao menggaruk dagunya sambil melirik Lin Xian dengan tatapan penuh kekaguman.
Seolah membuat keputusan besar yang melanggar ajaran leluhur, raut Dalimao menyakitkan. Ia menggigit bibir lalu menatap A Zhuang dan Er Zhuzi:
“Aku ingin merekrut dia ke geng kita. Kalian setuju?”
“Jangan Kakak!”
A Zhuang berteriak:
“Jangan percaya dia hanya karena bisa baca buku dan sekolah! Orang berpendidikan paling tak bisa dipercaya! Kandungannya penuh akal bulus!”
“Benar!” Erzhuzi memandang Lin Xian dengan pandangan merendahkan:
“Dia ini berkulit halus seperti perempuan, pasti punya niat jahat. Kalau orang seperti ini masuk geng... aku tidak yakin dengan keselamatan kakak ipar!”
Dua suara menolak.
Dalimao melihat Sanpang yang berlari kembali:
“Sanpang, bagaimana pendapatmu?”
Sanpang menggelengkan kepala dengan bijak:
“Menurutku tidak baik.”
Dalimao menghela nafas dengan sedikit kecewa, memegang tangan Lin Xian:
“Saudara, maaf ya. Aku menganggapmu teman sejiwa, ingin merekrutmu jadi anak buah geng. Tapi... geng kami sangat menjunjung demokrasi, aku tidak bisa membantumu.”
Dia merogoh saku, mengeluarkan beberapa lembar uang dan memberikannya ke Lin Xian:
“Hari ini kau sudah membantu kami menangkap pencuri. Terimalah tanda terima kasih ini, teruslah mengembara. Kalau suatu hari tidak bisa bertahan, datanglah mencari kakak, pasti akan kuberi makan.”
“Jangan begitu, Kak Muka.”
Lin Xian bingung, bagaimana bisa dirinya langsung ditolak?
Di bagian mana naskahnya salah?
Kenapa alurnya sama sekali melenceng?
Dia menunjuk pencuri yang menggeliat seperti belatung di tanah:
“Aku bisa menaklukkan pencuri sendirian, itu membuktikan kemampuanku, Kak Muka. Aku sangat lincah, pasti bisa berguna untuk geng. Ingin kutunjukkan dua gerakan?”
Lin Xian mencengkeram celah batu bata, melompat kuat, melakukan dua salto di udara langsung melompat ke lantai dua.
“Waduh!” Dalimao terkesima: “Gerakan yang hebat!”
“Kakak, bagaimana dia bisa terbang ke atas sana!”
"Brak."
Lin Xian mendarat dengan selamat, menepuk debu di tangan, tersenyum melihat Dalimao:
"Bagaimana, Kak Muka, kemampuan saya lumayan kan?"
Dalimao mengangguk setuju, menatap A Zhuang.
A Zhuang yang tadi bersikap berbeda, kini mengacungkan jempol ke Lin Xian:
"Kakak, menurutku kemampuan anak ini benar-benar hebat. Keahliannya memanjat tembok bukankah yang paling kita butuhkan sekarang? Yang kurang di kita adalah ahli panjat tembok seperti dia!"
Er Zhuzi wajah pucat pasi:
"Saya tidak setuju! Orang yang suka sembarangan memanjat tembok belakang rumah orang seperti dia, pasti mau mencuri atau berzinah! Geng Muka tidak bisa menerima orang bermoral bejat seperti ini!"
Satu setuju satu menolak.
Dalimao menatap Sanpang:
"Sanpang, bagaimana pendapatmu?"
Sanpang mengangguk bijak:
"Menurutku bisa."
"Baik! Kalau begitu semuanya diputuskan!"
Dalimao menepuk kedua tangan, tertawa terbahak sambil memeluk leher Lin Xian:
"Saudara, mulai hari ini kau resmi anggota Geng Muka kita! Jujur saja... Pertama kali lihat kau sudah kurasakan ada takdir di antara kita! Sekarang yang paling kita butuhkan adalah ahli panjat tembok sepertimu!"
"Maaf ya Saudara, tadi aku salah paham. Sebagai permintaan maaf..."
"Katakanlah, apa keinginanmu? Mau minta apa? Selama bisa kupenuhi, pasti kuberikan!"
Benar saja, Dalimao memang murah hati. Lin Xian paling suka bergaul dengan orang seperti ini.
“Kak Muka, ayahmu itu guru matematika SD kan?”
“Betul.”
“Apa beliau sedang meneliti kitab kuno berjudul 《Pengantar Konstanta Alam Semesta》?”
“Wah, kau tahu sampai segitu?”
Lin Xian mengangguk sambil tersenyum:
“Sebenarnya aku datang karena mengagumi ayahmu. Ke depannya kau bisa suruh aku melakukan apa saja, sekarang keinginanku cuma satu...”
“Bisakah kau bawa aku menemui ayahmu sekarang? Ada beberapa masalah matematika yang ingin kukonsultasikan.”
