Ini...
Lin Xian meletakkan garpu, mengangkat gelas anggur merah untuk minum taktis.
Ini kekuatan kalangan overseas returnee?
Serangan langsung sekeras ini?
Bikin Lin Xian agak kewalahan.
Harus diakui, Tang Xin memang cewek yang berprinsip dan jujur, apa yang dipikirin langsung diomongin, nggak muter-muter atau malu-malu.
Dia memang punya rasa suka yang khusus ke dirinya, dan nggak pelit langsung ngungkapin.
Kasusnya mirip sama Zhou Duanyun, sama kayak banyak orang... mereka semua inget banget kejadian-kejadian masa remaja, bahkan bisa dibilang nancep di hati.
"Seperti yang dikatakan Zhou Duanyun, semua usahanya sekarang hanyalah untuk menutupi rasa inferiornya saat lulus ujian negara."
"Bagi Tang Xin, aksi membantu tanpa sengaja yang dilakukannya di masa sekolah justru menjadi sungai waktu yang tak bisa diseberangi sepanjang masa remajanya. Bahkan setelah bertahun-tahun berlalu, ia masih sering menoleh ke belakang dan merenung."
"Inilah kekuatan destruktif dari 'cahaya bulan' yang sering disebut-sebut itu?"
"Lin Xian tak pernah menyangka... suatu hari dirinya akan menjadi 'cahaya bulan' bagi orang lain."
"Kita kan teman sekelas, saling membantu itu wajar."
Lin Xian meletakkan gelas anggur, tersenyum memandang Tang Xin:
"Dulu begitu, sekarang juga sama. Kau baru di Shanghai, belum kenal lingkungan. Kalau ada kesulitan jangan sungkan, apapun bisa cari saya atau Gao Yang. Kami akan berusaha membantu."
"Hihihi, dengan ucapanmu ini saya jadi tenang."
Tang menyandar tegak sambil mengambil kembali pisau dan garpu:
"Seperti katamu, saya memang tak punya teman atau kerabat di Shanghai... Bahkan setelah lama di luar negeri, banyak hal di dalam negeri yang terasa asing."
"Untung rekan kantor baik dan perhatian. Mereka tidak hanya membantu urusan rumah, tapi juga selalu mendukung keseharian saya."
"Kalau waktu luang biasanya ngapain?" Lin Xian melanjutkan obrolan:
"Misalnya... di luar jam kerja atau setelah pulang kantor, ada hobi khusus?"
“Seorang rekan kerja yang mendengar bahwa kemampuan bermain biola saya cukup baik, kemudian memperkenalkan saya ke 【Orkestra Shanghai】, di sana kebetulan sedang kekurangan beberapa pemain biola.”
Tang Xin menyantap sesuap salad, lalu menatap Lin Xian sambil berkata:
“Sejak kecil saya sudah belajar biola, saat sekolah di luar negeri juga tergabung dalam orkestra sekolah... Jadi proses wawancara di Orkestra Shanghai berjalan lancar, ditambah mereka memang sedang kekurangan personel, langsung mengizinkan saya bergabung dalam latihan resmi.”
“Jadi di waktu senggang saya biasanya berlatih biola, lalu ikut latihan bersama orkestra, dan sebagainya. Saya sangat menyukai musik, bermain biola memang membawa kebahagiaan bagi saya.”
“Begitu rupanya.”
Lin Xian mengangguk:
“Kau benar-benar multitalenta. Bisa masuk ke Orkestra Shanghai, itu membuktikan level permainan biolamu memang sangat mumpuni.”
“Hehe, untuk hal ini saya tidak akan rendah hati～” Tang Xin tertawa:
“Kalau kau suka mendengar... Saya bisa mencari kesempatan untuk memainkannya untukmu. Untuk biola, saya cukup percaya diri!”
“Baiklah, kalau ada kesempatan.” Jawab Lin Xian secara diplomatis.
……
Makan malam ini berakhir dengan menyenangkan.
Karena waktu masih awal, Tang Xin mengusulkan untuk jalan-jalan di tepi sungai dekat sana. Lin Xian pun menyetujuinya dengan senang hati. Keduanya berjalan-jalan selama satu jam mengelilingi tepi Sungai Huangpu, berbincang banyak tentang masa lalu dan berbagai hal menarik. Setelah itu Lin Xian memanggil taksi untuk mengantarkan Tang Xin pulang.
“Dah, Lin Xian～ Sampai jumpa lagi!”
Setelah turun dari mobil, Tang Xin melambai-lambaikan tangan pada Lin Xian.
“Dah.”
“Tidak lama setelah pulang, telepon gosip Gao Yang langsung menelepon, menanyakan ini itu, lalu mengangguk setuju:
“Aku setuju dengan perjodohan ini.”
“Setuju apanya!” Lin Xian benar-benar heh.
“Kenapa? Kau tidak puas dengan Tang Xin?” Gao Yang sangat tidak terima:
“Tang Xin punya postur bagus, wajah cantik, karakter baik, yang terpenting dia selalu setia dan tidak bisa melupakanmu! Aku tanya, di mana lagi bisa menemukan gadis sebaik ini?”
“Memang begitu…” Lin Xian menggaruk kepala, membuka gorden kamar tidur, memandang bulan purnama di luar jendela.
Tang Xin memang sangat baik di segala aspek.
Seperti perpaduan Zhao Yingjun dan Chu Anqing, memiliki aura memesona Zhao Yingjun sekaligus kelucuan manis Chu Anqing, benar-benar dikaruniai.
Tapi sebaik apapun, Lin Xian belum pernah membayangkan hubungan mereka ke arah itu.
“Kau bisa mulai memikirkannya.” Di seberang telepon, Gao Yang berkata:
“Kita bukan anak kecil lagi, hubungan pria-wanita itu wajar, lagipula Tang Xin sudah sangat aktif padamu…hampir terang-terangan, kalau kau terus tidak memberi jawaban jelas, bukankah itu kurang sopan?”
“Memang sedikit.”
Lin Xian juga berpikir begitu.
Dalam hal asmara, kalau mau pacaran ya diteruskan, kalau tidak tolak langsung, jangan beri harapan kosong, itu baru tindakan sopan.
Hanya saja sekarang dia juga bingung.
Meski merasa Tang Xin sangat baik, tapi saat ini belum ada perasaan suka padanya.
"Lagi pula, Tang Xin memang sudah menaruh perhatian pada Lin Xian selama enam tujuh tahun di dalam hati... Tapi bagi Lin Xian, ini baru pertemuan kedua dalam hidupnya."
"Adapun urusan masa SMA sudah dia lupakan sama sekali, tentu tidak bisa dihitung."
"Jadi, baru bertemu dua kali, saling tidak memahami, mana ada perasaan yang bisa disebut."
"Selain itu, ada kekhawatiran lain."
"Menurut perkataan Huang Que, permainan kucing-tikusnya sendiri sudah dimulai."
"Maka sudah pasti, sekarang dia berada dalam bahaya tertentu - musuh tidak diketahui, tujuan tidak diketahui; ditambah masih banyak hal yang harus dikerjakan, mana ada waktu bagi Lin Xian untuk memikirkan urusan pacaran."
"‘Ditambah masih ada urusan dalam mimpi yang harus ditangani.’"
"Mengingat New Shanghai tempatnya tewas, Lin Xian merasa pusing. Belakangan sibuk terus, sudah lama tidak masuk mimpi siang hari untuk mencari CC."
"Mengingat Bank Thyme jaraknya tidak terlalu jauh dari titik penyusupan mereka, lebih baik segera pergi ke sana."
"Hari berikutnya."
"Setelah menyelesaikan pekerjaan yang menumpuk di pagi hari, Lin Xian buru-buru makan siang lalu pulang."
"Berbaring di ranjang."
"Masuk ke alam mimpi dengan lancar."
"Dalam mimpi, dia mengikuti prosedur sebelumnya: pertama mencari CC di hutan belakang rumah Li Cheng, setelah membujuknya membawa CC kembali ke Shanghai Lama, bergabung dengan Geng Wajah, membujuk Li Cheng membuat tangga manusia, lalu bersembunyi di truk sampah, berhasil menyusup ke New Shanghai..."
……
"‘Baju masih banyak noda darahnya.’"
"Saat ini."
"Lin Xian dan CC telah membunuh dua petugas pemeriksaan di pos pemeriksaan, sedang berganti seragam mereka."
"Meskipun Lin Xian lebih hati-hati saat menggorok leher kali ini, tetap tidak bisa menghindari percikan darah yang menempel di seragam, lengket."
"Tidak ada cara, kalau menggorok leher pasti tidak bisa dihindari."
Di sisi lain truk sampah, CC sudah memakai seragam petugas perempuan dan menyelipkan pistol di pinggang.
"Memang terlalu mencolok, ketahuan hanya masalah waktu."
Lin Xian menopang dagunya mulai berpikir.
Saat kabur dengan motor terbuka ke Bank Thyme kemarin, dia perhatikan area sekitar bank sangat ramai dengan lalu lintas orang dan kendaraan. Jika mereka berjalan dengan seragam bernoda darah, pasti ketahuan.
Sistem keamanan Shanghai Baru lebih ketat dari perkiraan, banyak anjing mekanis dan petugas patroli... Setelah susah payah masuk ke mimpi, Lin Xian tidak mau gagal lagi seperti terakhir kali.
Setidaknya harus mencoba password di Bank Thyme.
Dia menoleh.
Memandangi deretan truk sampah yang terparkir rapi di pekarangan:
"Ada ide! Kita terus bersembunyi di truk sampah saja?"
Lin Xian menatap CC:
“Truk sampah ini sendiri sudah diatur rutenya menuju Bank Thyme, hanya berhenti sementara di sini untuk inspeksi masuk kota. Jadi kita hanya perlu menemukan tombol atau program izin yang sesuai, agar truk-truk sampah bisa melanjutkan perjalanan.”
“Nanti kita tetap bersembunyi di dalam truk sampah untuk menumpang, langsung bisa sampai ke Bank Thyme tanpa risiko sama sekali.”
CC mengangguk:
“Benar, seharusnya tidak sulit. Aku akan cek komputer mereka.”
Setelah berkata demikian, dia berjalan menuju ruang kontrol.
