Ji Lin?
Mendengar nama ini, Lin Xian sangat terkejut.
Kok tiba-tiba alurnya jadi seperti di "Detective Conan"? Apakah profesi novelis detektif yang jarang keluar rumah seperti Pintu Gerbang dan Pintu Kedua ini benar-benar punya kemampuan membantu polisi memecahkan kasus?
Memberi kesan seperti orang sakit yang panik mencari pertolongan.
Tapi...
Menurut penjelasan Chu Shanhe, kemampuan Ji Lin diakui begitu tinggi oleh Kepolisian Shanghai, bahkan benar-benar berhasil memecahkan banyak kasus tak terpecahkan dan misterius, menunjukkan orang ini memang punya tingkat deduksi kriminal yang luar biasa.
"Alasan polisi Shanghai begitu mempercayai Ji Lin memang ada dasarnya."
Chu Shanhe yang melihat kebingungan Lin Xian segera menjelaskan:
"Ini bukan pertama kalinya Ji Lin membantu kepolisian dalam negeri. Sebelumnya selama beraktivitas di luar negeri, dia sudah membantu polisi kita memecahkan beberapa kasus lintas negara. Makanya kali ini Kepolisian Shanghai sendiri yang mengundang Ji Lin bergabung, dan hasilnya memang cukup memuaskan."
……
Lin Xian diam saja mendengar penuturan Chu Shanhe.
Dia tidak meragukan kemampuan Ji Lin... dalam hal ini kepolisian Shanghai lebih berwenang. Kalau mereka begitu mempercayainya, pasti ada alasan dan hasil nyata.
Masalahnya, Lin Xian yakin Tang Xin bukan tipe perempuan yang suka bermain cinta.
Meski penilaian ini sangat subjektif...
Tapi dalam situasi kematian Tang Xin yang sudah penuh misteri dan direkayasa, penyebab kematian yang begitu absurd membuat Lin Xian sulit menerima.
Poin krusialnya...
Chu Shanhe tadi juga bilang, polisi sudah menemukan bukti konkret, bahkan pelaku kejahatan sudah diidentifikasi.
“Lalu dari mana asalnya bukti-bukti ini?”
“Apakah saya benar-benar salah menilai Tang Xin... atau bukti-bukti itu dipalsukan dengan sempurna tanpa cela, sampai-sampai polisi Shanghai dan Ji Lin tidak menyadarinya?”
“Terkadang, manusia bisa tertipu oleh ilusi.”
Chu Shanhe menghela napas perlahan, lalu melanjutkan:
“Bahkan saya yang sudah bermain di dunia bisnis selama bertahun-tahun pun sering salah menilai orang. Ini hal yang tidak bisa dihindari, penilaian manusia selalu dipengaruhi amarah, jadi banyak situasi dimana kita tidak bisa mengambil keputusan tepat.”
“Saya tahu masalah Tang Xin ini mungkin sulit kau terima, tapi polisi pasti bekerja berdasarkan bukti. Meski saya sendiri tidak melihat bukti konkretnya... saya yakin, saat polisi akhirnya mengumumkan kasus ini di masa depan, yang sebenarnya pasti akan terungkap.”
“Lin Xian, meski kasus temanmu itu menyedihkan, tapi kesalahan bukan ada di dirimu. Kau tidak perlu merasa bersalah seolah-olah kau pelaku kejahatan. Hidup ini penuh kekecewaan, semakin kau sudah tua nanti, semakin banyak pengalaman seperti ini... Kau harus belajar menerima, jangan terjebak dalam jalan buntu amarah.”
Sambil berkata demikian, Chu Shanhe memberi isyarat pada Lin Xian untuk mengeluarkan ponsel:
“Mari kita tukar nomor telepon. Seperti yang kukatakan tadi, kau sudah menyelamatkan Putriku. Hutang budi ini pasti akan kulunasi.”
“Kapanpun kau butuh bantuan di kemudian hari, telepon saja aku. Di Shanghai ini, hampir tidak ada hal yang tidak bisa kuselesaikan. Selama itu permintaanmu, aku akan bantu sepenuh hati.”
Lin Xian mengangguk, bertukar kontak dengan Chu Shanhe.
Hutang budi ini tetap harus diterimanya... jauh lebih penting daripada rekening bank atau uang itu.
Sekarang, dalam permainan kucing-tikus mereka, jelas pihak lawan yang unggul, bahkan sudah mulai menantangnya secara tidak masuk akal.
Sedangkan kekuatannya saat ini memang terlalu kecil, tidak punya kemampuan super maupun kekuatan sendiri. Untuk memenangkan permainan petak umpet ini... mustahil tanpa bantuan kekuatan eksternal yang kuat.
Di Shanghai, sosok paling bisa diandalkan dan paling kuat jelas adalah Ketua Kamar Dagang yang terang-terangan ini, sekaligus godfather bawah tanah yang terselubung.
Saat waktunya tiba...
Chu Shanhe akan menjadi kartu asnya untuk membalikkan keadaan dan mengubah kekalahan menjadi kemenangan.
Sejauh ini, posisi Chu Shanhe masih cukup bisa diandalkan.
Lin Xian sempat menduga Chu Shanhe adalah anggota Klub Jenius, tapi setelah kematian Xu Yun dan konfirmasi bahwa undangan Zhao Yingjun itu palsu...
Zhao Yingjun yang salah paham dan Chu Shanhe yang diam-diam membiayai penelitian Xu Yun selama sepuluh tahun, justru menjadi sedikit orang yang bisa dipercaya.
……
Setelah mengobrol sebentar, Su Xiuying dan Chu Anqing selesai menyiapkan makanan. Mereka keluar dari ruang minum sambil tertawa dan duduk di meja makan.
Chu Shanhe mengeluarkan anggur bagus dan ingin minum bersama Lin Xian. Mungkin sebagai rasa terima kasih atas pertolongan Lin Xian menyelamatkan Chu Anqing, Su Xiuying juga sangat ramah padanya:
“Lin Xian, coba cicipi iga bakar ini.”
“Lin Xian, ikan ini masakan andalan tante, kamu harus banyak makan.”
Harus diakui, Su Xiuying memang jago memasak, setiap hidangan terasa lezat.
Terutama ikan kukus ini, meski dimasak sederhana, tekstur dan aromanya jauh lebih enak dari semua ikan yang pernah Lin Xian makan sebelumnya.
“Rasanya benar-benar istimewa.”
Setelah menelan suapan ikan, Lin Xian memuji dengan tulus.
“Aduh, kan saya bilang ini masakan andalan saya!”
Dipuji keahlian memasaknya oleh Lin Xian, Su Xiuying langsung berseri-seri dan memindahkan piring ikan ke hadapannya:
“Saya selalu jago mengolah ikan, sayangnya... anggota keluarga di sini tidak suka ikan, jadi keahlian ini hampir tak terpakai dan mulai karatan. Ayo, makan lebih banyak!”
Lin Xian merasa geli, seolah menemukan orang yang menghargai bakatnya.
“Senior Lin Xian, hidangan ini saya yang masak! Coba cicipi, enak tidak?”
Chu Anqing menunjuk ke piring sayap ayam Coca-Cola yang agak kehitaman sambil menjulurkan lidah:
“Kecapnya kebanyakan dikit.”
“Tetap enak kok.” Lin Xian mencicipi dan memberikan penilaian.
Masakan sayap ayam Coca-Cola sebenarnya sulit gagal asal dimasak cukup lama, apalagi dengan pengawasan ketat Su Xiuying, hasilnya pasti masih dalam batas acceptable.
“Chu Shanhe juga sambil minum alkohol dengan Lin Xian, tertawa lepas sambil mengobrol tentang hal-hal sehari-hari, seluruh keluarga terlihat harmonis dan penuh kebahagiaan.
Meski Lin Xian adalah orang asing, ia sangat menyukai atmosfer kehangatan keluarga ini.
Pepatah mengatakan keluarga harmonis adalah dasar segala kemakmuran, hal ini benar-benar tercermin pada Chu Shanhe. Tak heran Chu Anqing seperti buah hati yang disayangi semua orang, hanya dari keluarga rukunlah gadis seperti ini bisa tumbuh.
Sikap Chu Shanhe yang sangat memperhatikan keluarga juga membuat Lin Xian memiliki persepsi baru tentangnya.
Terlihat jelas bahwa konsep keluarga Chu Shanhe sangat kuat, ia mencintai putrinya maupun pasangannya, meski sibuk bekerja tetap bersikeras pulang untuk makan malam setiap hari.
Meski posisinya di Shanghai sangat terpandang, di rumah ia sama sekali tidak sombong. Ia juga bisa berdebat dengan Su Xiuying, terkadang dibuat tak berkutik oleh Chu Anqing, sambil mengeluh tentang statusnya dalam keluarga ia tertawa dan bersulang dengan Lin Xian.
Suasana seperti ini... tak berbeda dengan keluarga Dalimao.
Benar-benar terasa sangat hangat.
“Lin Xian, kampung halamanmu di Hangzhou ya?”
Su Xiuying menambahkan semangkuk nasi untuk Lin Xian, menyodorkannya.
“Iya Bu, tapi tidak di pusat kota, di kabupaten bawahannya.”
“Pemandangan Hangzhou memang indah ya.” Su Xiuying berkomentar penuh perasaan:
“Tapi meski jaraknya sedekat ini, hanya beberapa kali dikunjungi saat muda, sudah bertahun-tahun tak ke sana... Lin Xian, apakah orangtuamu sekarang berada di Hangzhou?”
“Benar, dulu mereka pekerja di perusahaan negara, setelah reformasi sistem lalu pensiun, sekarang berdagang kecil-kecilan di rumah.” Lin Xian menjawab jujur.
“Apakah kamu anak tunggal? Ada saudara kandung atau semacamnya?”
“Tidak ada.”
Lin Xian menggelengkan kepala:
“Di keluargaku hanya ada aku seorang anak.”
“Bu!”
Chu Anqing sudah menahan lama! Meletakkan sumpit sambil mengerutkan kening memandang Su Xiuying:
“Bu sedang mencatat data kependudukan apa! Ngapa nanya-nanya privasi begitu banyak!”
“Dasar si gadis ini... Ini kan sekadar mengobrol, mana ada privasinya?” Su Xiuying melirik kesal ke Chu Anqing, memberi isyarat agar diam:
“Ibu cuma ingin memahami situasi dasar Lin Xian.”
Usai berkata, dia menoleh, tersenyum pada Lin Xian:
“Sekarang sudah punya pacar belum, Lin Xian? Ada pacar wanita?”
Uh—
Chu Anqing tersedak nasi yang belum sempat ditelan!
