Lin Xian menatap jalur deduksi yang padat di atas kertas putih...
Dia tidak bisa menjamin semua dugaan subjektif ini sepenuhnya benar, bagaimanapun seluruh jawaban deduksi ini memiliki premis hipotetis——
【Kematian Profesor Xu Yun direncanakan oleh Ji Xinshui.】
Selama poin ini valid, maka semua deduksinya akan terbukti benar.
Namun jika premis ini tidak valid, seluruh deduksinya hanyalah omong kosong di atas kertas.
Untuk membuktikan premis ini, ada satu titik terobosan paling langsung——
【Asalkan bisa membuktikan Zhou Duan Yun memiliki hubungan erat dengan Ji Xinshui, maka kemungkinan besar mereka adalah sekutu.】
Karena saat ini, kecurigaan terhadap Zhou Duan Yun jelas tidak bisa dibersihkan. Jadi, siapa pun yang berhubungan dengan Zhou Duan Yun patut dicurigai.
"Menyelidiki Ji Xinshui dan Ji Lin secara langsung sangat sulit, saat ini aku belum memiliki kemampuan untuk berhadapan langsung dengan mereka. Sebaliknya, menyelidiki Zhou Duan Yun jauh lebih mudah."
Lin Xian menopang dagunya sambil berpikir...
Bagaimanapun dia adalah teman sekelas Zhou Duan Yun, dan di Hangzhou banyak orang yang mengetahui latar belakang Zhou Duan Yun, sehingga penyelidikan tidak akan sulit.
Jika deduksinya benar, maka baik Zhou Duan Yun maupun Ji Lin sebenarnya sedang berpura-pura tidak tahu di hadapannya, semua kebaikan yang mereka tunjukkan hanyalah menunggu dirinya ketahuan.
Mengingat dirinya sudah dikenali musuh, tidak ada gunanya lagi bersembunyi.
Secara objektif, dirinya sebenarnya masih memiliki tiga keunggulan:
1、Karena Ji Lin berusaha menguji diri sendiri, itu artinya mereka tidak memiliki bukti terkait bantuannya kepada Profesor Xu Yun dalam penelitian hibernasi. Untuk sementara, dirinya masih aman.
2、Dia sangat paham, mereka hanya akan membunuh dengan metode kecelakaan mobil pada pukul 00:42. Cara pembunuhan yang ketat seperti ini mudah dihindari asal berhati-hati. Masalah akan selesai jika tidak keluar rumah di malam hari.
3、Saat ini masih ada beberapa kartu truf bagus: mimpi 600 tahun kemudian, hutang budi besar Chu Shanhe, semuanya bisa menjadi senjata balik di saat kritis. Naga kuat tak bisa mengalahkan ular lokal - di Shanghai, Chu Shanhe adalah penguasa mutlak. Bahkan Ji Xinshui yang hebat pun takkan sanggup melawan.
"Setelah menyelesaikan masalah ini, aku harus segera membangun kekuatan sendiri."
Saat ini.
Lin Xian telah menyusun rencana awal untuk masa depan.
Mengembangkan diri, menjamin keamanan penelitian Liu Feng tentang konstanta alam semesta 42, mendapatkan undangan Klub Jenius, menggali lebih banyak intel melalui eksplorasi mimpi, dan memperbesar inisiatif.
Tapi semua strategi ini hanya bisa dijalankan jika memenangkan permainan kucing dan tikus yang sangat genting ini.
Pikiranannya kembali melayang pada perkataan Huang Que di kantor Zhao Yingjun kala itu...
Perempuan itu mengatakan tak bisa memberitahu cara mendapatkan undangan Klub Jenius kepada Lin Xian.
“Tapi dia muncul di momen yang tepat, bahkan mengingatkan saya akan keberadaan permainan kucing dan tikus ini. Mungkin... permainan inilah kunci untuk mendapatkan undangan Klub Jenius!”
“Aku harus menemukan cara untuk memenangkan permainan ini.”
Lin Xian mengeluarkan loyang panggang besar dari dapur, lalu membakar semua kertas deduksi di dalamnya.
Api menjalar dan meliuk di antara lembaran-lembaran kertas.
Lin Xian seolah mencium bau hangus yang khas dari krematorium...
Itu adalah bau yang dibenci dalam gen manusia, mekanisme peringatan akan bahaya.
Tapi dalam dua tiga bulan singkat ini, Lin Xian sudah menciumnya dua kali.
Saat adik Tang Xin menerima abu jenazah dari petugas rumah duka, Lin Xian dan Gao Yang berdiri di sampingnya.
Ini pertama kalinya dalam hidup Lin Xian menyaksikan proses kremasi dari dekat.
Tak disangkannya, tubuh manusia membutuhkan waktu hingga dua jam untuk menjadi abu meski dibakar dalam suhu setinggi itu.
Dua jam itu, setiap detiknya terasa menyiksa.
Seorang teman sekelas yang hidup, berubah menjadi setengah guci abu.
Alasan apa yang membuat Zhou Duan Yun rela mengabaikan kemanusiaan untuk membunuh seorang teman lama, bahkan merencanakan pembunuhan terhadap teman lama lainnya?
“Tunggu aku.”
Dalam kabur api yang berkedip, muncul senyuman Tang Xin.
Lin Xian berkata kata demi kata:
“Tidak ada satu pun yang bisa lolos!”
……
Keesokan harinya, setelah menangani urusan perusahaan secara remote, dia langsung kembali ke Hangzhou dan menuju ke kampus baru Distrik Yigao untuk menemui wali kelasnya dulu.
Lima tahun berlalu, wali kelas masih terlihat gagah, tetap semangat membara memimpin kelas kelulusan.
"Ah, Lin Xian! Dari angkatanmu, kamu yang paling membekas di ingatanku!"
Wali kelas tertawa terkekeh, menepuk bahu Lin Xian:
"Dulu kamu tiga tahun berturut-turut menjadi juara kompetisi parkour kota, sampai sekarang masih jadi legenda di kalangan junior. Tapi yang paling membuatku terkesan justru keberhasilanmu masuk Universitas Shanghai! Nilaimu dulu kan pas-pasan, seharusnya mustahil diterima di universitas ternama... Eh tiba-tiba nilaimu melesat seperti roket, memang usaha tidak pernah mengkhianati hasil ya!"
Lin Xian tersenyum tipis.
Masak tidak? Belajar siang hari saja sudah biasa, malamnya masih lembur belajar di mimpi, masa tidak ada hasilnya sedikitpun?
Setelah mengobrol sebentar, Lin Xian menyampaikan maksud kedatangannya:
"Guru, saya ingat dulu Bapak pernah membagikan kabar gembira di grup kelas, bilang semua murid kita lulus ujian negara tanpa ada yang gagal. Bapak juga pernah membuat tabel yang mendata universitas tujuan setiap orang, masih ingat?"
Inilah tujuan Lin Xian menemui mantan wali kelas SMA-nya.
Dia ingin mengetahui universitas mana yang berhasil dimasuki Zhou Duan Yun, lalu menyelidiki mengapa dia memilih drop out dan bisa menghasilkan uang sebanyak itu dalam waktu satu dua tahun.
Menurut Zhou Duan Yun, pengalaman hidupnya selama beberapa tahun terakhir ini cukup untuk menulis buku.
Pertama, pria miskin yang setelah lulus langsung memenangkan tiket lotre, harta berlimpah dan meraih kemajuan pesat; lalu meskipun nilainya biasa saja, ia berhasil masuk kampus yang diidamkan sehingga wajahnya bersinar; yang lebih hebat lagi, ia memutuskan keluar di tengah jalan, meninggalkan studi akademik untuk berbisnis, langsung dinobatkan dengan Rolls-Royce.
Tak ada yang menyangka anak lelaki penuh rasa inferior dan miskin semasa lulus ujian negara itu bisa mencapai level seperti ini.
Kisah tentang perubahan nasib dalam tiga dekade, jangan meremehkan pemuda yang masih miskin ini...
【Apakah ini mirip secara tak terduga dengan perjalanan hidup Ji Xinshui?】
Lin Xian bukan iri pada Zhou Duan Yun.
Tapi kehidupan yang begitu legendaris ini... kalau bukan fiksi, pasti ada semacam aura protagonis atau sistem kebangkitan tertentu.
"Heh, tentu saja aku ingat! Angkatan kalian membuat wajahku bersinar!"
Wali kelas tersenyum heh-heh, mengeluarkan kotak arsip dari laci samping, mulai mengobrak-abrik isinya:
"Semakin lama semakin jelek kualitasnya, angkatan kalian adalah murid paling membanggakan yang pernah kubimbing! Bayangkan, semua lolos ke kampus, tak ada yang gagal!"
Tak lama, wali kelas menemukan lembar statistik itu, bahkan sengaja dilaminasi.
Lin Xian mengangkat lembar statistik sambil membaca, di sebelahnya wali kelas mengenang situasi masa lalu:
"Surat penerimaan kalian semua kufoto untuk kenang-kenangan! Saat itu satu per satu kuminta foto kalian, lalu mencatatnya satu per satu, sungguh sangat membahagiakan."
Lin Xian melihat satu per satu:
"Hasil ujian kalian cukup bagus, universitas yang masuk juga bagus-bagus."
"Gao Yang gagal tampil maksimal." Wali kelas berkata dengan nada menyesal:
"Bukannya kalian berdua dekat? Gao Yang sebagai ketua kelas sangat baik, hanya saja ujiannya kurang beruntung. Kalau tidak, pasti bisa masuk universitas sarjana."
Akhirnya, Lin Xian memperhatikan nama Zhou Duan Yun dengan keterangan universitas penerimaan tertulis Universitas Hunan.
"Universitas Hunan?" Lin Xian terkejut:
"Zhou Duan Yun bisa masuk universitas sebaik itu?"
Universitas Hunan adalah perguruan tinggi 985 dan 211!
Pencapaiannya sendiri yang tadinya ranking menengah-bawah bisa masuk Universitas Shanghai 211 saja sudah seperti cultivasi manusia biasa.
Perlu diketahui, nilai Zhou Duan Yun selalu stabil di ranking terbawah kelas!
Seorang murid ranking buncit langsung diterima di universitas 985, itupun melalui ujian akademik murni tanpa jalur prestasi khusus...
Ini!
Ini sudah melampaui analogi cultivasi manusia biasa.
"Guru, kenapa dulu tidak pernah menceritakan pencapaian luar biasa ini!"
Lin Xian sangat heran.
Mengingat karakter wali kelasnya yang suka pamer, seharusnya dia mengukir nama Zhou Duan Yun di papan tulis sebagai bukti kesuksesan mengajar.
Tapi setiap kali dibahas, wali kelas lebih memilih membanggakan Lin Xian yang masuk Universitas Shanghai 211 lewat jalur seni, daripada menyebut Zhou Duan Yun yang masuk 985 Universitas Hunan...
Apa yang sebenarnya terjadi?
Wali kelas mengatupkan bibirnya, diam seribu bahasa.
Dia berjalan ke tepi tembok kantor, membuka jendela, lalu menyalakan sebatang rokok.
"Setelah menghisap beberapa kali, ia membersihkan abu rokok di jendela, lalu seolah-olah baru mengambil keputusan, menghela napas:"
"Lin Xian... Karena kau sudah bertanya, guru tidak boleh berbohong. Sebenarnya hal ini sudah lama tersimpan di hati saya."
Dia menoleh, memandang Lin Xian:
"Zhou Duan Yun masih kau ingat? Pakaiannya compang-camping, keluarganya sangat miskin, ayahnya sudah lama meninggal karena sakit. Ibunya membesarkannya sendirian... Saya pernah melihat ibunya mengantarkan selimut untuk Zhou Duan Yun. Perempuan desa yang kurus kering, sering ditindas di desa... Mereka berdua sebenarnya sangat memprihatinkan."
Lin Xian mengangguk, hal-hal ini juga pernah didengarnya.
Tapi di kelas, tidak ada yang dia ingat pernah mengganggu Zhou Duan Yun, semua cukup bersahabat.
"Semakin seperti ini kondisi anak, semakin butuh harga diri, semakin sensitif dengan martabat."
Wali kelas menghisap rokok, melanjutkan:
"Ketika saya meminta surat penerimaan mahasiswa, ibu Zhou Duan Yun sendiri datang ke sekolah menyerahkan surat penerimaan Universitas Hu Nan kepada saya."
"Karena tidak bisa menggunakan ponsel, dia khusus naik bis jauh ke sekolah mencariku... Membawakan sekarung telur dan karung goni berisi kacang tanah."
Saat mengatakkan ini, puntung rokok di tangan wali kelas mulai bergetar:
“Sampai sekarang saya masih tidak tahu bagaimana seorang wanita desa yang kurus kecil itu bisa membawa dua tas besar ini sejauh ini……Tapi waktu itu dia benar-benar sangat bahagia, bersemangat, dan bangga. Dia terus-menerus menyebut-nyebut tentang Kampus Hunan, tentang anak lelakinya yang akhirnya sukses, bahwa desa tidak akan mengganggu keluarga mereka lagi.”
Lin Xian mendengarkan dalam diam, matanya menyaksikan ekspresi wali kelas yang semakin muram sambil mematikan puntung rokok di jendela:
“Saya tidak bisa berkata apa-apa, kata-kata itu terasa mengganjal di kerongkongan. Saat itu saya benar-benar bingung harus bagaimana. Melihat seorang ibu yang membesarkan anaknya sendirian, hidup dalam kemiskinan, dan sedang diliputi kebahagiaan……saya terlalu polos untuk mengungkapkan kebenaran.”
“Maksudmu……” Lin Xian tersedak, sepertinya dia sudah menebak yang sebenarnya.
Wali kelas memutar badan, menatap Lin Xian sambil mengangguk:
“Sebenarnya kami para wali kelas lebih dulu tahu nilai ujian kalian dibanding kalian sendiri.”
“Nilai ujian Zhou Duan Yun tahun itu……”
“Hanya lebih dari 300 poin.”
