Pukul tujuh malam.
Restoran Barat yang familiar, suasana yang tak asing.
Ini sudah kali ketiga Lin Xian makan di restoran ini.
Pertama saat mengajak Zhao Yingjun, kedua saat janji dengan Tang Xin, ketiga... perjodohan yang diatur Chu Shanhe. Kebetulan yang tak terduga, lokasi yang dipesan tetap restoran ini.
Takdir haram!
Pagi ini, Lin Xian dibangunkan oleh telepon Chu Shanhe.
Awalnya dia bingung tujuan telepon tersebut. Setelah mengangkat, Chu Shanhe langsung menjelaskan maksudnya. Katanya ada Putri temannya yang seusia dengan Lin Xian, menganggap keduanya cocok dalam berbagai hal, lalu ingin menjadi perantara:
“Lin Xian, sekarang sudah saatnya kau mempertimbangkan untuk mencari pasangan. Berkeluarga dan membangun karir bukanlah hal yang bertentangan, malah saling melengkapi. Hidupmu di Shanghai pasti cukup sepi, putri temanku ini sangat cantik dan berasal dari keluarga berkecukupan. Kalian sama-sama muda, cobalah berkenalan dan berbincang. Jika cocok, bisa mulai menjalin hubungan.”
Ah...
Rupanya ini perjodohan, kencan buta.
Lin Xian menggosok matanya lalu bangkit dari ranjang.
Ini pertama kalinya dia mengalami perjodohan. Selama ini pemahamannya tentang kencan buta hanya berasal dari sketsa drama di platform video pendek yang penuh ketegangan, layaknya pertarungan epik.
Sebenarnya dia sama sekali tidak berniat untuk merisik.
Urusannya sendiri saja masih menumpuk, belum lagi berbagai masalah yang belum terselesaikan bahkan ancaman pada dirinya. Mana ada waktu untuk memikirkan hal romantis?
Namun, sulit menolak kebaikan hati Chu Shanhe. Lagipula dirinya memang tidak punya alasan kuat untuk menolak; sungguh tidak sopan jika langsung menampik tawaran perjodohan dari sang tokoh terpandang tanpa mau bertemu.
Di Shanghai ini, posisinya masih jauh dari mapan. Dari berbagai aspek, menjaga hubungan baik dengan Chu Shanhe jelas menguntungkan.
Setelah mempertimbangkan matang, Lin Xian pun menyetujui.
Bagaimanapun kencan buta hanyalah acara makan bersama antara dua orang asing. Tak ada yang memaksa pernikahan usai makan malam, cukup jalani formalitas saja.
“Hahahaha, baiklah Lin Xian.” Chu Shanhe di seberang telepon terdengar sangat senang mendengar persetujuan Lin Xian:
“Waktunya kita tentukan jam 7 malam. Restoran sudah kureservasi untuk kalian, seluruh lantai dua sudah kusewa. Kalian tinggal datang dan ngobrol santai, pesan apa saja yang diinginkan, tidak perlu khawatir.”
“Kau juga tidak perlu terlalu banyak pertimbangan. Keberhasilan urusan ini tergantung pada chemistry kalian. Kalau cocok lanjutkan, kalau tidak cocok juga tidak perlu sungkan. Aku cuma jadi perantara saja.”
Lin Xian juga memahami maksud Chu Shanhe.
Sangat menghargai posisinya, memintanya untuk tidak ragu menolak demi menjaga "menghargai" darinya. Langsung beri tahu jika tidak tertarik.
Setelah menutup telepon, Lin Xian menggaruk kepala.
Ia merasa dirinya tidak pandai menolak orang... Terlalu mudah termakan perasaan.
Sejak kecil, Gao Yang selalu bilang Lin Xian itu orang baik yang suka menolong. Tapi sebenarnya mereka berdua sama-sama memiliki sifat itu, makanya bisa berteman baik dan populer.
Tidur sebentar lagi.
Setelah mandi pagi, Lin Xian langsung menuju restoran Barat yang sudah dikenalnya.
Sebelumnya saat makan dengan Zhao Yingjun dan Tang Xin, mereka selalu duduk di lantai satu. Belum pernah naik ke lantai dua.
Sesampainya di lantai dua, tata ruang dan dekorasinya sama dengan lantai satu. Hanya karena jendela dari lantai ke langit-langit, pemandangannya terlihat lebih luas. Terutama tempat duduk di dekat jendela, bisa melihat seluruh pemandangan jalan.
Melihat Lin Xian naik, manajer restoran segera menyambut dengan sigap:
“Tuan Lin, selamat siang. Ketua Chu telah mengatur semuanya. Malam ini seluruh lantai dua akan dikosongkan untuk Anda. Silakan beri tahu saya jika ada kebutuhan.”
Lin Xian mengangguk.
Melihat jam tangannya, sebenarnya sudah pukul tujuh... Wanita yang akan dijodohkan ini tidak tepat waktu.
Tapi sekarang Shanghai sedang mengalami puncak arus lalu lintas, keterlambatan sedikit masih bisa dimaklumi.
Tanpa kegiatan lain, dia menoleh ke jendela menyaksikan aliran mobil yang terus masuk ke area parkir restoran.
Sekarang sudah memasuki awal bulan ketiga musim semi, siang hari semakin panjang. Langit pukul tujuh baru saja ditinggalkan matahari, kelamnya malam perlahan menyelimuti.
Restoran ini sangat ramai, berbagai mobil mewah masuk. Lantai satu cepat penuh. Dan benar seperti kata manajer, lantai dua benar-benar sepi tanpa pengunjung, privatisasi yang total.
Akhirnya.
Saat langit di luar benar-benar gelap, seluruh lampu restoran menyala terang, bahkan ponsel Lin Xian mulai panas karena terlalu lama menonton video...
Tangga putar menuju lantai dua akhirnya menggema derap kaki yang terlambat.
Tek, tek, tek, tek langkah yang teratur.
Rambut indah berwarna kuning terang muncul pertama kali, diikuti gelembung besar yang ditiup, "Pak!" pecah di udara. Seorang gadis seksi dengan pakaian minim naik.
Topi baseball, kaos putih, jaket tipis, celana pendek denim...
Lin Xian seolah melihat musim panas.
Kriiik—
Dia langsung berjalan ke meja Lin Xian, menarik kursi dan duduk berhadapan sambil menyilangkan kaki:
"Kau Lin Xian, kan?"
Lin Xian mengangguk:
"Halo, Su Su."
Meskipun yang bersangkutan terlambat setengah jam, Lin Xian tidak mempermasalahkannya. Siapa yang tidak pernah mengalami hal darurat di jalan?
Manager kafe yang sudah menunggu lama di samping segera tersenyum mendekat, sendiri mengantarkan menu ke kedua tamu.
Lin Xian menerima menu lalu menyerahkannya ke Su Su:
"Mau pesan apa——" "Kita tidak cocok." Su Su langsung memotong.
……
Ha?
Lin Xian menatap gadis di hadapannya.
Sekarang proses blind date sudah seefisien ini?
Manager di samping mereka ikut canggung, melirik ke kiri ke Su Su, ke kanan ke Lin Xian, bingung harus berkata apa...
Dia sudah menyaksikan berbagai jenis kencan buta di sini, tapi yang versi kilat seperti ini benar-benar pertama kali!
"Kalau... masih mau pesan makanan?"
Justru Lin Xian merasa lebih lega.
Tadi dia masih bingung, bagaimana cara menolak yang sopan sekaligus bisa memberi penjelasan memuaskan ke Chu Shanhe.
Sekarang lebih simpel.
Si gadis langsung tidak tertarik padanya. Hampir saja Lin Xian bersorak dalam hati.
Solusi sempurna!
Su Su mengambil ponsel, memotret Lin Xian, sekitar ruangan, dan manager yang menjadi pelayan sementara, seolah mengumpulkan bukti. Puas, dia mengangguk.
Lalu berdiri dan melambaikan tangan ke Lin Xian:
"Dadaah~"
Usai berkata, dia meraih tas tangan dan langsung bergegas pergi dengan langkah cepat.
“……”“……”
Lin Xian dan manajer toko saling memandang dengan bingung.
Datang tergesa pergi pun tergesa, tak kusangka pertemuan buta pertamaku dalam hidup ini berakhir begitu cepat.
"Tuan... Tuan Lin, sudah datang jauh-jauh! Bagaimana kalau Bapak makan malam dulu di sini sebelum pulang!"
"Ya, baiklah."
Lin Xian langsung memesan beberapa hidangan yang menurutnya enak sebelumnya, lalu mengembalikan menu ke manajer:
"Cukup ini saja."
……
Saat itu juga.
Aula utama lantai satu penuh sesak pengunjung, bahkan sampai mengantri panjang.
Di depan pintu masuk, sebuah mobil bisnis Alphard berhenti di depan podium penyambutan. Sopir membuka pintu mobil, Zhao Yingjun keluar dengan mengenakan sepatu hak tinggi.
Manajer lantai satu segera menyambutnya:
"Nona Zhao, Yang Mulia datang!"
Nona Zhao belakangan sering datang ke sini dan melakukan banyak isi ulang saldo. Transaksi tersebut ditangani langsung oleh manajer ini yang mendapat banyak komisi, tentu saja dia ingat betul sang Dewa Kekayaan ini.
Hanya saja...
Hari ini wajahnya terlihat serba salah saat menjelaskan pada Zhao Yingjun yang baru turun mobil:
"Andai Yang Mulia memberi kabar sebelumnya, pasti saya siapkan tempat khusus... Sekarang semua kursi sudah penuh, nomor antrian pun harus menunggu sangat lama. Saya sarankan Nona Zhao mencari restoran lain hari ini."
"Tak ada tempat kosong?" Zhao Yingjun mengangkat alisnya:
"Masa? Sopir kami sengaja melihat ke dalam saat mobil berbelok tadi. Lantai dua masih sepi, kok bisa tidak ada tempat?"
Manajer itu membungkuk dengan malu sambil tersenyum:
"Nona Zhao, seluruh restoran di lantai dua hari ini sudah dipesan penuh... Hanya lantai satu yang terbuka untuk umum. Sungguh kami minta maaf sebesar-besarnya."
“Kami juga baru menerima pemberitahuan reservasi penuh siang tadi... Bagaimana kalau saya bantu ambil nomor antrian untuk Anda? Nanti ketika sudah mendekati giliran, saya akan telepon.”
Reservasi penuh?
Zhao Yingjun mendengus kecil, melipat tangan di depan dada.
Ulah tangan yang mewah begini... Pasti ada tuan muda dari Shanghai yang ingin mempesona pacarnya. Atau mungkin merayakan ulang tahun sang kekasih:
“Benar-benar penuh gaya ya.”
Dia menggerutu sambil memandang kerumunan orang yang keluar dari restoran.
Mereka mungkin pengunjung yang tak sabar menunggu. Paling mencolok adalah gadis berambut pirang dengan celana pendek panas yang sedang meniup gelembung karet dan berjalan cepat.
“Ayo kita pergi juga.” Zhao Yingjun tersenyum pada sopirnya:
“Hari ini jangan ganggu kebahagiaan orang lain.”
Dia kembali masuk ke Alphard. Sopirnya mengemudi ke arah pintu keluar.
Melalui jendela mobil, Zhao Yingjun menoleh ke arah lantai dua restoran yang terang benderang...
Benar-benar sepi! Hanya ada satu meja di dekat jendela dengan seorang pria dan sosok yang semakin familiar!
“Berhenti!”
Zhao Yingjun membuka jendela, menyipitkan mata ke arah jendela besar di lantai dua.
Kaca jendela dari lantai ke langit-langit itu sangat bening, memamerkan seluruh interior restoran.
Matanya tidak salah melihat!
Di lantai dua hanya ada [satu-satunya] pria! Dan profil wajah yang familiar itu adalah sekretarisnya—
【Lin Xian】!
Apa yang terjadi ini?
"Zhao Yingjun mengedipkan mata, penuh kebingungan."
"Apa yang sedang dilakukan Lin Xian ini?"
"Hal seperti menyewa restoran sepenuhnya... tidak seperti gaya dia."
"Dia yakin setelah sekian lama bergaul, cukup mengerti sifat Lin Xian. Pria itu sangat rendah hati, sama sekali tidak seperti tuan muda boros yang suka menghamburkan uang untuk menyewa tempat."
"Kamu parkir dulu, saya akan naik ke atas."
"Setelah memberi perintah pada sopir, Zhao Yingjun mengambil tas tangan dan langsung turun mobil, memasuki restoran lalu berjalan menuju lantai dua."
……
"Di waktu yang sama, area parkir restoran."
"Pintu gunting McLaren merah terbuka, Su Su sambil menelepon masuk ke dalam mobil, menjepit ponsel di antara bahu dan leher saat berbicara dengan temannya:"
"Di sini sudah selesai, aku akan menemuimu."
"Cepet banget Kak!" suara wanita di telepon berteriak:
"Tadi kan baru bilang mau masuk untuk temu kencan? Kok baru beberapa menit sudah keluar!"
"Ha-ha, langsung kubuka pembicaraan kalau kita tidak cocok, lalu kabur!" Su Sumenggik senang:
"Aku juga fotoin buktinya! Pokoknya kakak cuma suruh aku datang temu kencan, lalu kartu debitku dicairkan. Aku sudah datang, tidak cocok kan wajar? Intinya... selesai sempurna!"
"Ahaha..." di ujung telepon, temannya canggung tertawa:
"Caramu terlalu kasar! Setidaknya makan dulu bareng baru pergi! Beginikan, pasti pria itu jadi sedih dan kecewa."
"Urusan dia bukan urusanku!"
Susu mengunyah permen karet, mengingat kembali pemuda yang sopan tadi:
“Tapi… pemuda itu memang terlihat sangat tenang, mungkin memang punya hati yang mudah tersinggung.”
“Hahaha, kenapa tidak cepat-cepat kau menghibur dia!”
“Jangan bercanda!” Susu menghardik sambil menyalakan McLaren yang meraung, menoleh ke arah jendela dari lantai ke langit-langit di lantai dua restoran:
“Dia sedih ya biarlah, sebentar lagi pasti plok——”
Susu menyemburkan!
Permen karetnya menyembur keluar, menempel erat di kaca depan mobil!
“Waduh!”
Dia membelalakkan mata:
“Dasar brengsek! Janjian sama dua orang sekaligus?!”
Dalam pandangan Susu… di restoran luas lantai dua, dekat meja dekat jendela, Lin Xian masih duduk di sana.
Tapi yang berbeda!
Di kursi yang pantatnya belum sempat menghangatkan, kini duduk seorang wanita anggun dan cantik!
Wanita itu juga berpenampilan rapi, jelas datang untuk kencan buta!
Yang paling menyebalkan…
Lin Xian di seberang malah bercengkerama dengan wanita itu dengan riang! Bahkan pelayan mulai menyajikan makanan!
Ini apa prosesi jamuan kencan buta?
Di lantai bawah masih ada cewek antre satu-satu? Dasar ini orang lagi memilih permaisuri! Kau pikir diri sendiri kaisar?!
“Ngeselin!”
Susu muntah kering:
“Aku jijik! Asu, aku jadi cadangan!”
“Ada apa nih Su Su?” teman perempuannya bertanya lewat telepon.
“Calon tunanganku itu! Hari ini dia malah janjian kencan buta dengan cewek lain! Ya ampun... Operasi kotor kayak gini cuma ada di novel, eh sekarang malah kualami sendiri!”
“Hah? Benaran!”
“Iyalah! Aku lagi ngintip dari bawah sini, keliatan jelas banget! Baru aja aku turun beberapa menit, calon kedua langsung naik menggantikan! Dasar ahli manajemen waktu, nggak ada sedetik pun yang disia-siakan!”
“Wkwk, lu dikhianati nih.”
“Dikhianati apaan! Aku sih dipermainin!”
Braak!
Su Su turun dari mobil dengan geram, membanting pintu mobil sekuat tenaga, lalu berjalan cepat kembali ke restoran.
Kesel banget!
Beneran ngeselin!
“Udah dulu!” dia memutuskan telepon dengan kasar, sambil melangkah dengan tatapan tajam ke arah sepasang pria-wanita yang sedang tertawa riang di balik kaca lantai dua:
“Kalau kalian berdua bisa lanjut ngobrol hari ini... Ganti marga gue!”
