“Boleh!” jawab Lin Xian dengan antusias.
Ini benar-benar kesempatan yang ditunggu-tunggu, persis saat dia menunggu kalimat ini!
Melihat "keterampilan" menyetir Su Su yang payah tadi... Lin Xian juga gelisah melihat Ferrari yang semakin menjauh, sudah lama ingin merebut setir untuk mengejar Huang Que.
Tapi tak ada cara.
Ini mobilnya Su Su, mana mungkin dia merebut setir secara paksa? Sekarang Su Su akhirnya memberi kesempatan, Lin Xian sudah sangat ingin cepat-cepat:
“Cepat, cepat, pinggirkan mobil! Ganti aku yang nyetir.”
“Gila lo!” Su Su memandangi Lin Xian seperti melihat orang gangguan jiwa:
“Kau pikir ini mobil tua? Injak gas langsung jalan? Tidak sesederhana itu!”
“Sudahlah jangan banyak omong, cepat pinggirkan!”
Lin Xian menunjuk Ferrari merah yang sudah hilang di tikungan:
“Kalau masih lama-lama kita benar-benar tidak bisa kejar. Emosi ini bisa kau telan? Tidur nyenyakkah kau malam nanti kalau tidak mengejar?”
Mendengar ini, Su Su terdiam.
Memang...
"Dia hari ini benar-benar menanggung semua kekesalan seumur hidup! Selama bertahun-tahun sebelumnya, tak pernah ada yang begitu arogan di hadapannya, harus segera menyalip balik!"
Melihat Su Su mengurangi kecepatan dan berhenti di sebelah kanan.
Lin Xian dalam hati juga mendengus kecil, ternyata... gadis ini memang mudah dipahami, memberi seribu nasihat tak sebanding dengan teknik provokasi, langsung terpancing.
Klik.
Su Su melepas sabuk pengaman dan turun, melirik ke arah Lin Xian di kursi penumpang depan:
"Kalau memang tidak bisa nyetir, jangan sok jagoan ya."
"Tenang, pasti kubawa kembali kehormatan McLaren Wind Son-mu ini!"
Lin Xian berpindah ke kursi pengemudi, memasang sabuk pengaman, melihat Su Su di kursi penumpang yang menutup pintu mobil——
BOOM!!!
Pedal gas diinjak habis, tenaga dahsyat menerjang!
Saat gaya dorong ke kursi muncul, Lin Xian seolah menyatu dengan mobil ini, merasakan ritme setiap tenaga kuda yang keluar, setiap sentuhan putaran setir!
Ini adalah indera keenam kuat dari belasan tahun balapan liar di dunia mimpi, detail tenaga dan kecepatan reaksi mobil seluruhnya tersimpan di otaknya.
McLaren yang start dengan ban terbakar melesat seperti kijang yang terpental! Akselerasi brutal seperti lompatan menerjang arus mobil di depan!
"Hei-hei-hei! Ada mobil di depan!" teriak Su Su panik.
Karena tadi berhenti di jalur paling kanan - yang merupakan jalur lambat - baik di depan maupun sebelah kiri terdapat beberapa mobil yang melaju pelan.
Dalam kondisi jalan seperti ini, memulai kecepatan tinggi sama saja dengan tabrakan langsung!
Namun!
Adegan yang tak bisa dipahami Su Su pun terjadi!
Lin Xian dengan tangannya yang bergerak cepat menutup semua sistem bantuan mengemudi di dashboard, mengubah mobil sepenuhnya ke mode operasi manual... bahkan sistem stabilitas mobil paling dasar dimatikan!
Dalam kepanikan, McLaren Speedtail yang terus menginjak gas tanpa henti tiba-tiba berkelok-kelok di antara kendaraan! Bergerak gesit seperti burung layang-layang di sela-sela mobil sambil terus menambah kecepatan!
Su Su ternganga tak percaya!
Ini...
Masihkah ini mobilnya??
Kok bisa bergerak menyamping seperti kepiting? Bagaimana cara mengemudinya? Lebih aneh dari game QQ Speed yang dulu pernah dimainkannya!
Dalam hitungan detik, McLaren Speedtail berpindah dari jalur lambat paling kanan ke jalur cepat paling kiri, dengan kecepatan mencapai 160 km/jam.
Dan masih terus bertambah!
Di depan ada tikungan tajam ke kiri!
Sama sekali tak ada tanda-tanda perlambatan!
Su Su mencengkeram erat sabuk pengaman...
Mengemudi sendiri dan menjadi penumpang itu berbeda. Terlebih dalam situasi seperti ini, di kecepatan gila-gilaan, dia benar-benar tak tahu bagaimana bisa melewati tikungan ini dengan selamat!
Matanya melirik panik ke pria di sampingnya.
Yang terlihat...
Ekspresinya tetap tenang, bahkan alisnya pun tak berkerut sedikitpun.
Tangannya yang kanan seperti sedang bermain Wing Chun, sama sekali tidak jelas apa yang dioperasikannya:
“Genggam erat.”
Suami itu berbisik lembut, gaya sentrifugal dahsyat langsung menyambar! Menekan Su Su ke pintu mobil kanan seperti terpaku!
McLaren saat ini bagaikan yoyo yang dilempar, ngepot super cepat menempel tepi dalam jalan, melukis garis lengkung bak karya seni!
Ini pertama kalinya Su Su melihat drift saat menikung bisa terus diiringi akselerasi.
Biasanya dia cuma berani nyetir mobil ini sampai 200 km/jam, tapi sekarang angka di dashboard sudah melonjak ke 240 km/jam! Di kecepatan gila begini... meski kaca depan dirancang slow-speed, bayangan mobil yang melintas seperti panah terlontar ke belakang, sama sekali tak bisa dibedakan!
Mobil bisa dikendarai seperti ini?
Su Su merasa seluruh konsep hidupnya dijungkirbalikkan!
Dibanding Lin Xian... gaya berkendaranya yang cuma bisa ngegas lurus itu kekanak-kanakan seperti mobil bumper di taman hiburan!
Saat keluar dari tikungan tajam, speedometer sudah mencapai 260 km/jam.
Ini bukan sirkuit...
Ini cuma jembatan layang biasa di pinggiran Shanghai.
Berani ngebut segila ini di sini, sama saja memesan makan malam bersama Dewa Kematian.
Su Su mulai merasa mual.
Menahan napas.
Detak jantungnya semakin cepat.
Tapi pria di sebelahnya tetap tenang bagai air mengalir, benar-benar tak tertebak sejauh mana batas kemampuannya!
Saat ini, di mata Lin Xian...
Hanya ada mobil sport merah yang menyelinap di antara arus kendaraan di depan, Ferrari LaFerrari.
Dia bisa merasakannya.
Pengemudi di mobil itu jelas sedang menunggunya.
Tentang hal ini, dia sangat yakin.
Waktu yang terbuang saat bertukar posisi dengan Su Su tadi, jika Ferrari LaFerrari ingin menghindar, itu akan sangat mudah.
Tapi dia baru saja menyusul di satu tikungan... Jelas-jelas, pihak lawan sengaja memberi kelonggaran, menunggu dirinya.
Sekarang, Lin Xian semakin yakin bahwa orang di Ferrari itu adalah Huang Que.
Perempuan ini pernah bilang, dia bukan musuh Lin Xian.
Lin Xian juga percaya soal ini. Dia tahu terlalu banyak rahasia Lin Xian, jika benar-benar musuh, Lin Xian sudah mati sejak lama.
Justru di momen kritis, dia malah memberikan banyak informasi dan membimbing Lin Xian memperhatikan organisasi misterius Klub Jenius... Jadi, kemunculannya pasti bukan kebetulan.
Kalau dia bisa tepat waktu menjaga posisi di kantor Zhao Yingjun untuk menunggu Lin Xian,
maka hari ini, di acara seperti ini, dia menunggu di luar restoran juga bukan hal aneh.
Lin Xian tidak tahu alasannya, tapi sepertinya Huang Que ini sangat paham pergerakan hariannya... Mungkin tidak setiap hari, tapi pengetahuan dia tentang Lin Xian dan Zhao Yingjun benar-benar detail sampai menakutkan.
Makanya Lin Xian ingin mengejarnya, menanyakan semua ini sampai jelas!
"Ketahuan juga!"
Su Su menunjuk Ferrari yang berjarak beberapa mobil sambil berteriak girang:
“Tinggal sedikit lagi! Salip dia!”
Bagi gadis dengan harga diri setinggi dia, tidak ada yang lebih menyenangkan daripada menyalip mobil sport yang menantangnya!
Dia langsung mendekat dan menepuk bahu Lin Xian:
“Cepat-cepat! Salip dari kiri! Buka jendela kanan!”
“Untuk apa?”
“Aku mau tunjukkan jari tengah padanya!!”
“……”
Dengan jarak sedekat ini ditambah trek lurus, menyalip menjadi jauh lebih mudah bagi McLaren yang memiliki keunggulan tenaga besar ini.
Seiring kaca jendela kanan yang perlahan turun, McLaren Speedtail menyusul Ferrari dari sebelah kiri dengan kecepatan relatif perlahan seperti tiupan angin.
Jari tengah putih mulus Su Shu menjulur keluar jendela, menggoyang-goyangkan keras ke arah Ferrari yang berjarak satu meter.
“Puas!”
Su Shu mendengus, menjulurkan lidah, wajah penuh kebanggaan!
“Luar biasa saudara! Aku benar-benar mengubah pandanganku padamu!” Su Shu menepuk bahu Lin Xian, sorot mata berbinar:
“Untung kau membantuku memenangkan kembali harga diri, kalau tidak pasti aku tidak bisa tidur semalaman haha!”
Usai bicara, dia mengeluarkan permen karet dari saku dan menyodorkannya ke Lin Xian:
“Ayo makan permen!”
“Tidak mau.”
Perhatian Lin Xian sama sekali tidak di sini, matanya terus menatap Ferrari LaFerrari di kaca spion.
Dia sadar, Huang Que pasti tidak mungkin mengajaknya balapan tanpa alasan. Pasti ada tujuan tertentu di balik aksinya menarik dirinya ke sini.
Benar saja.
Ferrari yang mengikutinya tiba-tiba mengurangi kecepatan, menyalakan lampu sein kanan dan turun dari jalan layang menuju jalan bawah.
Lin Xian langsung membanting setir untuk mengikuti.
Di kejauhan, bangunan tinggi megah berpendar lampu huruf putih di puncaknya——
【Rumah Sakit Afiliasi Universitas Shanghai】
Hmm?
Untuk apa Huang Que membawanya ke sini?
Setelah turun dari jembatan layang, langsung ada lampu merah. Mobil di depan menghalangi Lin Xian yang hanya bisa pasrah melihat Ferrari LaFerrari masuk ke Rumah Sakit Afiliasi Universitas Shanghai.
Hanya dua kali Lin Xian datang ke sini, yaitu saat mengunjungi kamar pasien Xu Yiyi untuk menemui Profesor Xu Yun.
Jangan-jangan kedatangan Huang Que berkaitan dengan Profesor Xu Yun dan Xu Yiyi?
Perempuan ini seperti orang yang berbicara dengan teka-teki, selalu ingin memberi petunjuk tapi akhirnya selalu membuatnya misterius seperti permainan teka-teki lentera, tidak pernah menjelaskan secara utuh. Ini sangat menyebalkan.
Saat lampu hijau menyala, Ferrari sudah hilang dari pandangan. Lin Xian langsung menyetir masuk ke Rumah Sakit Afiliasi Universitas Shanghai... Dia tidak khawatir kehilangan jejak Huang Que, justru sebaliknya pihak perempuan itu yang harus memastikan dia bisa mengikuti.
Lin Xian langsung menyetir ke bagian rawat inap rumah sakit.
Seperti dugaannya, Ferrari merah itu terparkir rapi di tempat parkir depan pintu masuk bagian rawat inap.
Lin Xian menarik pintu mobil, turun dari kendaraan.
"Hei, kau mau ke mana!" Su Su berteriak dari kursi penumpang depan.
"Aku mau menjenguk orang sakit." Lin Xian melambaikan tangan untuk berpamitan:
"Terima kasih sudah mengantarku, nanti aku pulang sendiri saja, dah～"
"Hei!"
Dalam teriakan Su Su, Lin Xian langsung berlari kecil... meninggalkan Su Su sendirian di dalam mobil dengan wajahnya berubah-ubah antara muram dan cerah.
……
Lin Xian berjalan cepat mendekati Ferrari.
Pintu mobil tidak terkunci, setelah menekan gagangnya, pintu otomatis terangkat.
Di dalam masih sepi, Huang Que sudah lama menghilang...
"Ngapain sih, setiap hari kayak hantu muncul-hilang gini."
Lin Xian mengusap jok kulit asli.
Masih terasa hangat, menandakan wanita itu baru saja pergi.
Kunci mobil diletakkan di dashboard, dibawahnya tertindih selembar tisu.
Lin Xian mengambil tisu itu, tertulis sebaris kalimat dengan lipstik——
"Jangan lupa kembalikan mobilnya ya～"
“……”
Lin Xian terdiam.
Rupanya Huang Que benar-benar memperlakukan Zhao Yingjun seperti ATM, kantor seenaknya masuk, kunci seenaknya ambil, mobil mewah seenaknya pakai.
Mirip hubunganku dengan Li Cheng di Mimpi Pertama dulu.
Lin Xian keluar dari mobil, berdiri tegak sambil melihat ke sekeliling.
Sama sekali tak terlihat bayangan Huang Que.
Malam segelap ini, mencari seseorang memang sulit, apalagi kalau yang dicari adalah ahli sembunyi seperti Huang Que.
Tapi...
Lin Xian percaya, Huang Que sengaja membawanya ke Rumah Sakit Afiliasi Universitas Shanghai pasti punya "niat tersembunyi", kemungkinan besar sama seperti sebelumnya, ingin memberikannya petunjuk yang 【tidak bisa diucapkan】.
Di malam hujan di kantor itu, Huang Que sendiri pernah berkata:
"Bukan aku tidak mau memberitahumu Lin Xian, tapi aku 【tidak bisa mengatakannya】."
Alasan apa sebenarnya yang membuatnya tidak bisa mengatakannya?
Intuisi Lin Xian mengatakan, ini pasti terkait dengan Hukum Ruang-Waktu. Karena setelah menjelaskan ketidakmampuan untuk berbicara, Huang Que langsung menyarankannya untuk lebih mempelajari Hukum Ruang-Waktu. Kedua hal ini pasti berhubungan.
Kembali ke pikiran sekarang.
Mungkin, karena Huang Que berada di bawah batasan tertentu yang membuatnya tidak bisa langsung memberi jawaban atau petunjuk, maka dia menggunakan cara "penyelamatan tidak langsung" dengan membawa Lin Xian ke rumah sakit, agar dia bisa menemukan petunjuk penting sendiri.
Satu-satunya orang di rumah sakit ini yang punya hubungan dengannya...
Hanya 【Xu Yiyi】.
Lin Xian teringat gadis vegetatif di ranjang pasien yang kurus kering tanpa otot sama sekali.
Sejujurnya, setelah kematian Profesor Xu Yun, Lin Xian tidak pernah mengunjungi kamar Xu Yiyi lagi.
Meski tahu Zhao Yingjun pasti sudah mengurus Xu Yiyi dengan baik... tapi entah bagaimana, perasaan bersalah dan penyesalannya membuatnya sangat menolak untuk memasuki kamar pasien itu.
“Dia terus berpikir, setelah berhasil menangkap pelaku kejahatan yang membunuh Profesor Xu Yun, baru akan mengunjungi Xu Yiyi dan memberitahukan kabar ini.”
“Dia juga bertekad, setelah cabin hibernasi berhasil diciptakan, akan memastikan Xu Yiyi masuk dengan aman untuk memenuhi wasiat Profesor Xu Yun.”
“Sebenarnya,”
“Semua ini hanyalah bentuk penundaan diri Lin Xian belaka.”
“Hah.”
“Dia menghela napas.”
“Memang, seharusnya sudah lama mengunjungi Xu Yiyi.”
“Bagaimanapun juga,”
“Lin Xian berdiri di luar pintu gerbang gedung rawat inap, menatap deretan lentera di lantai 17 yang menyala terang:”
“Mari kunjungi kamar Xu Yiyi.”
“BAB 42 KUBURKAN AKU DI BULAN”
“Lin Xian memasuki gedung rawat inap, masuk ke lift, dan menekan tombol lantai 17.”
“Pintu lift tertutup, perlahan naik...”
“Mengingat kunjungan terakhir ke kamar Xu Yiyi pada 29 Desember 2022.”
“Karena tepat dua hari kemudian, di pesta perayaan MX sekaligus malam tahun baru, Profesor Xu Yun ditabrak pelaku kejahatan pada pukul 00:42 hingga tewas tragis di jalanan.”
“Sejak itu, Lin Xian tak pernah kembali ke sini, fokus mengejar jejak pelaku kejahatan.”
“Namun beberapa bulan ini, hasil investigasi cukup signifikan.”
“Dalam jangka panjang, berhasil menemukan petunjuk konstanta alam semesta 42.”
“Meski makna dan kegunaan angka 42 masih misterius, kematian ayah Dalimao 600 tahun kemudian membuktikan bahwa angka mistis ini menyimpan rahasia yang menakutkan.”
Dan penulis asli buku 《Pengantar Konstanta Semesta》 juga telah ditemukan sendiri, masalah mengungkap rahasia 42 sepenuhnya hanya soal waktu.
Setelah kondisi keamanan diri sendiri terjamin, Liu Feng bisa dijemput ke Shanghai, membangun laboratorium untuknya, memungkinkannya fokus meneliti misteri konstanta alam semesta 42.
Nanti... begitu menguasai kekuatan 42, barulah benar-benar memiliki kemampuan untuk melawan musuh.
Dalam jangka pendek, identitas pelaku kejahatan juga harus diungkap.
Zhou Duan Yun, Ji Lin, dan Ji Xinshui – ketiganya pasti terlibat dalam pembunuhan Profesor Xu Yun.
Hanya perlu mengumpulkan bukti pembunuhan yang cukup... lalu menghukum mereka sesuai hukum!
Ding——
Pintu lift lantai 17 terbuka, Lin Xian langsung menuju ke pintu kamar pasien Xu Yiyi.
"Hmm?"
Pintu rumah sedikit terbuka, memungkinkan melihat kondisi di dalam dengan jelas.
Di depan kamar Xu Yiyi berdiri seorang pria asing.
Pria itu sedang melakukan latihan rehabilitasi untuk Xu Yiyi yang tertidur, sehingga Lin Xian hanya bisa melihat punggung pria tersebut.
Tingginya tidak mencolok, tapi bertubuh kekar seperti pekerja fisik. Rambut semi-panjang tertata rapi, jenggot di dagu tercukur bersih tapi masih terlihat bayangan kehijauan.
Dengan sabar dan hati-hati, pria itu mengangkat kaki kurus Xu Yiyi, perlahan menekuk, meluruskan, menekuk lagi... Gerakannya persis seperti yang dulu dilakukan Xu Yun.
Lin Xian mengamati beberapa saat dalam diam.
“Melihat pria itu melakukan latihan rehabilitasi untuk Xu Yiyi dengan sangat serius dan teliti, kesan pertama Lin Xian... apakah pria ini perawat yang disediakan rumah sakit? Tapi setelah dipikir-pikir sepertinya tidak, penampilan pria ini benar-benar tidak seperti perawat.”
“Tidak lama kemudian, pria itu akhirnya menyelesaikan seluruh rangkaian latihan rehabilitasi, lalu menoleh dan melihat Lin Xian yang berdiri di pintu:”
“Tuan, Anda...?”
“Dia sopan, berbicara dengan logat Mandarin yang tidak terlalu baku.”
“Saya teman Profesor Xu Yun.” Lin Xian menunjuk ke arah Xu Yiyi yang dalam kondisi vegetatif di ranjang pasien:”
“Saya datang menjenguk Xu Yiyi. Anda...”
“Pria itu tersenyum, berbalik sambil mengangguk:”
“Nama saya Zheng Chenghe, keluarga pasien dari kamar sebelah.”
“Sambil berkata demikian, dia menunjuk ke dinding sebelah kiri:”
“Adik saya sejak kecil sering sakit, sering dirawat di rumah sakit. Karena kamarnya bersebelahan dengan Xu Yiyi, kami sering mendapat perhatian dari Profesor Xu Yun.”
“Profesor Xu Yun sangat memperhatikan kami saudara kandung, banyak membantu... Beberapa waktu lalu ada banyak bingkisan di sini, hampir semuanya dibagikan ke kami. Saya dan adik sangat bersyukur padanya.”
“Setelah mengatakan itu, dia menoleh memandang Xu Yiyi:”
“Kemudian... Profesor Xu Yun mengalami musibah. Saya khawatir Xu Yiyi kesepian, jadi saya sering mengajak adik datang mengajaknya bicara dan melakukan latihan rehabilitasi.”
……
“Begitu rupanya.”
“Lin Xian juga sopan mengangguk pada pria tersebut.”
“Orang ini dan Profesor Xu Yun bisa dibilang teman sesama pasien yang sama-sama menderita——satu punya adik yang dirawat jangka panjang, satu lagi putrinya dalam keadaan vegetatif.”
“Tampaknya Profesor Xu Yun biasanya memang baik pada kami (saudara kandung) ini, makanya Zheng Chenghe ini sering datang untuk melakukan terapi rehabilitasi pada Xu Yiyi, bisa dibilang sebagai bentuk membalas budi.”
“Dia berjalan ke sisi ranjang Xu Yiyi, baru menyadari pipi kiri suami itu penuh bekas luka!”
“Bahkan ada beberapa bekas luka yang membentang langsung dari leher sampai telinga, sangat mengerikan. Meski lukanya sudah sembuh lama, tapi melihat bekas luka yang menebal dan kemerahan ini... memang masih cukup menakutkan.”
“Sebaliknya, kulit pipi kanan suami itu masih mulus.”
“Bekas luka di wajahmu ini...” Lin Xian mengajukan pertanyaannya.
“Oh, ini bekas gigitan anjing waktu kecil,” kata suami itu sambil meraba bekas luka di pipi kirinya dengan tersenyum:
“Waktu kecil belum mengerti apa-apa, tidak tahu tinggi-rendahnya langit, akhirnya digigit anjing tetangga.”
“Gigitannya cukup parah ya.”
“Waktu itu memang parah, tapi untungnya cuma terlihat menyeramkan dan jelek sedikit, sebenarnya tidak ada masalah serius.”
“Bukan begitu!” Tiba-tiba, suara kekanak-kanakan terdengar dari pintu.
Lin Xian menoleh ke arah pintu kamar pasien...
Yang datang adalah seorang gadis kecil berbaju pasien, kulitnya putih pucat bagai salju——putih yang tak pernah kena sinar matahari, putih yang lemah dan pucat seperti orang sakit.
"Dia memiliki rambut panjang, sangat kurus, posturnya juga tidak tinggi, terlihat seperti berusia tiga belas atau empat belas tahun."
"Kakak sama sekali tidak tidak mengerti! Dia melindungiku! Dia pahlawan!"
Gadis kecil itu memegang ujung baju Zheng Chenghe dengan keras kepala, menatap Lin Xian sambil melihat ke atas.
Lin Xian tersenyum, lalu berjongkok di hadapannya:
"Siapa namamu?"
"Namaku Zheng Xiangyue," jawab gadis kecil itu dengan suara sehalus lonceng.
"Zheng Xiangyue?" Lin Xian mengangguk penuh keheranan:
"Nama yang sangat indah."
Lin Xian kembali menatap Zheng Chenghe:
"Sebenarnya nama kalian berdua sangat bagus, Chenghe dan Xiangyue. Pasti orangtuamu orang-orang berpendidikan."
Namun...
Mendengar perkataan Lin Xian, sorot mata Zheng Xiangyue tiba-tiba meredup.
Hmm?
Lin Xian menyadari... apakah dia mengatakan sesuatu yang salah?
"Aku tidak pernah melihat ayah dan ibuku..." Zheng Xiangyue berkata dengan sedih:
"Mereka sudah dibunuh orang ketika aku masih kecil."
Dibunuh?
Lin Xian mengerutkan alisnya, apa yang sebenarnya terjadi?
"Xiangyue, jangan bicara sembarangan. Bukankah kau tumbuh besar dalam pelukan mereka? Kau hanya lupa karena ingatanmu buruk."
Zheng Chenghe tersenyum kecanggungan, menarik Zheng Xiangyue ke belakangnya sambil memandang Lin Xian dengan permintaan maaf:
“Perkataan anak kecil, Yang Mulia jangan terlalu dipikirkan. Latar belakang keluarga kami memang tidak baik, orangtua lebih dari sepuluh tahun lalu berselisih dengan warga desa, dan secara tidak sengaja terbunuh dalam konflik... Tapi itu semua sudah berlalu, orang-orang itu kemudian juga mendapat hukuman hukum.”
Lin Xian melihat Zheng Chenghe tidak mau menceritakan masa lalunya secara detail, lalu tidak bertanya lebih lanjut.
Setiap orang di dunia ini punya hal yang tidak ingin dibicarakan, tidak perlu memaksa untuk menanyakan sampai jelas, malah akan membuat orang lain tersinggung.
Termasuk bekas luka di wajah Zheng Chenghe...
Berdasarkan ucapan Zheng Xiangyue tadi bisa ditebak, bekas luka itu kemungkinan besar tidak sesederhana seperti yang dikatakan Zheng Chenghe, lebih mirip akibat ada orang yang melepas anjing untuk mengganggu Zheng Xiangyue, lalu Zheng Chenghe melindunginya sehingga wajahnya penuh luka gigitan anjing.
Apakah hal ini ada hubungannya dengan konflik orangtua mereka dan warga desa... Lin Xian merasa kemungkinan besar ada.
Zheng Chenghe terlihat sangat perkasa secara fisik, tapi cara bicaranya sangat sopan dan rendah hati, ini hal yang kontradiktif. Mungkin karena dia menjadi yatim piatu sejak muda dan harus membesarkan adiknya sendirian dengan susah payah.
Kesulitan hidup telah menghaluskan sudut-sudut keras pria ini.
Usia Zheng Chenghe terlihat sekitar tiga puluhan, selisih usia kami (saudara kandung) ini cukup besar, sedikit merapikan alur pikiran...
Karena Zheng Xiangyue tidak terlalu ingat kejadian tentang orangtuanya, berarti saat orangtuanya meninggal usianya masih sangat kecil, sekitar dua tiga tahun.
"Zheng Chenghe saat itu seharusnya berusia sekitar dua puluh tahun, selisih usia kami (saudara kandung) ini mencapai belasan tahun."
"Lagi-lagi melihat baju pasien yang dikenakan Zheng Xiangyue..."
"Benar-benar sepasang manusia yang bernasib malang."
Lin Xian teringat mendalam pada sebuah kalimat yang pernah dibacanya di buku: "Ketika kau merasa hidup tak sesuai harapan, pergilah ke rumah sakit. Kau akan menyadari betapa beruntungnya dirimu, setidaknya kau tidak mengidap penyakit."
"Persis seperti yang terlihat sekarang."
"Setiap orang yang tinggal di gedung rawat inap ini adalah orang-orang malang yang tersiksa oleh penyakit."
"Apa yang sebenarnya terjadi pada kondisi tubuh Xiangyue?" Lin Xian menatap Zheng Chenghe dan bertanya:
"Menurutku sepertinya tidak ada masalah besar? Dia terlihat cukup sehat."
Zheng Chenghe tanpa ekspresi, membelai rambut halus adiknya:
"Xiangyue menderita penyakit jantung bawaan yang sangat parah. Saat pemeriksaan masa kecil, dokter bilang dia tidak akan bertahan sampai dewasa... Selain itu golongan darahnya sangat langka, kami belum pernah menemukan jantung yang cocok untuk transplantasi."
"Tapi aku yakin, suatu hari nanti Xiangyue pasti akan sembuh." Zheng Chenghe tiba-tiba tersenyum, membungkuk untuk mengangkat tubuh kurus Zheng Xiangyue dan mendudukkannya di lengan kokohnya:
"Lagi pula Xiangyue kami ini sangat kuat! Dokter tiap tahun bilang dia tidak akan melewati ulang tahun berikutnya... Tapi bukankah dia selalu berhasil? Pasti tidak ada masalah! Xiangyue keluarga kami adalah gadis baik yang dikaruniai dewa."
“Xiangyue, bulan depan ulang tahunmu yang keempat belas. Ada hadiah apa yang kau inginkan? Kakak akan membelikannya untukmu.”
“Hehe, aku tidak punya hadiah yang diinginkan.” Zheng Xiangyue tersenyum nakal:
“Sejak kecil aku hanya punya satu keinginan itu, kenapa Kakak tidak setuju saja! Sudah kubilang berkali-kali, Kakak tetap tidak mau menyetujui.”
Wajah Zheng Chenghe berubah serius, menggelengkan kepala:
“Tidak bisa. Kakak tidak bisa mengabulkan keinginanmu itu, karena penyakitmu pasti bisa disembuhkan.”
“Bagaimana kalau tidak bisa sembuh? Setujui saja dong!”
“Tidak, Kakak tidak akan menyetujuinya. Kakak pasti akan menyembuhkanmu, tidak peduli seberapa besar usaha yang diperlukan!”
……
Kami saudara kandung saling tarik ulur di sini, membuat Lin Xian penasaran hingga tak tahan bertanya pada Zheng Xiangyue:
“Apa keinginanmu?”
Zheng Xiangyue menatap Lin Xian dengan mata berbinar, tersenyum penuh harap:
“Aku ingin meminta Kakak... setelah aku meninggal, kuburkan aku di Bulan!”
……
Ini...
Lin Xian terdiam sejenak.
Haruskah ini disebut keluguan anak kecil, atau mungkin karena Xiangyue masih terlalu muda untuk memahami bobot kehidupan dan kematian?
Pantas saja Zheng Chenghe mati-matian menolak permintaannya.
Mana ada kakak yang mau membuat perjanjian seperti ini dengan adiknya. Selama masih ada secercah harapan untuk sembuh, pasti akan berjuang mati-matian.
Lin Xian menarik napas panjang...
Lalu menggenggam tangan Zheng Xiangyue:
“Sepertinya kamu tidak akan bisa pergi ke Bulan.”
“Kenapa!” Zheng Xiangyue membelalakkan mata, sangat terkejut.
“Karena kemungkinan besar tak lama lagi, kabin hibernasi generasi pertama sudah bisa digunakan.” Lin Xian tersenyum sambil menjelaskan padanya:
“Kabin hibernasi kamu tahu kan? Itu yang diteliti ayahnya Xu Yiyi, begitu tidur di dalamnya... begitu membuka mata, puluhan tahun, ratusan tahun sudah berlalu.”
“Penyakitmu saat ini memang belum bisa disembuhkan, tapi puluhan tahun, ratusan tahun ke depan ilmu pengetahuan dan teknologi serta teknologi medis manusia akan berkembang pesat, saat itu, penyakit kecil sepertimu bisa diobati dengan mudah.”
Dia menoleh, memandang Xu Yiyi yang juga kurus kering:
“Kebetulan, Profesor Xu Yun memang berencana mengirim Xu Yiyi ke masa depan untuk berobat, nanti kalian berdua bersama-sama kan lebih baik, bangun tidur pun bisa jadi sahabat.”
“Jadi, jangan mudah menyerah ya Xiangyue, jangan selalu menyebut-nyebut kematian, kakakmu akan sedih mendengarnya.”
Namun...
Di saat ini, sorot mata Zheng Xiangyue tiba-tiba terlihat dewasa seperti orang tua, pengertian yang membuat hati tersayat.
Dia menghela napas pelan, menatap bulan yang menggantung di langit malam di luar jendela:
“Tapi... aku benar-benar ingin pergi ke Bulan...”
“Kenapa ingin pergi ke Bulan?” Lin Xian penasaran.
“Karena kakak bilang, ayah dan ibu ada di sana.” Zheng Xiangyue mengatupkan bibir, berkedip-kedip:
“Aku sangat ingin bertemu mereka...”
