Lin Xian tidak banyak bicara.
Jawaban teka-teki ini, tentu saja dia tahu.
Saat SMP dulu, setiap kali pergi ke KTV dengan teman sekelas, lagu yang selalu mereka nyanyikan...
Sebagai penggemar film, mana mungkin dia belum menonton masterpiece 《20th Century Boys》...
Tentu saja dia tahu jawabannya.
Hanya saja.
Dia tidak ingin menekan lonceng rebutan itu, mengucapkan kata tersebut.
Terutama malam ini, di momen spesial ini saat kucing dan tikus harus membuka topeng dan berhadapan langsung.
"Ah, akhirnya Ji Lin yang menang!"
Chu Anqing menambahkan satu poin lagi untuk Ji Lin di papan skor. Di papan skor berbentuk pilar ini, skor Ji Lin tertinggi, mengungguli Lin Xian satu poin. Kemudian keduanya memimpin dengan margin besar atas semua orang lainnya, mengakhiri permainan tebak-tebakan ini.
Melalui beberapa permainan ini, tidak hanya suasana menjadi hidup, semua orang juga semakin akrab. Gao Yang akhirnya berhasil bergaul dengan para mahasiswi tersebut seperti yang diinginkannya.
Bahkan sempat membuka botol anggur merah koleksi mewah di vila karena sedang bersemangat!
Botol anggur merah ini terlihat sangat eksklusif dan berkesan tua, pastinya bernilai sangat tinggi.
Tapi Ji Lin pasti tidak mempermasalahkannya, yang penting semua orang senang.
Gao Yang sambil menikmati anggur merah premium, berdiskusi tentang Freud dan alam bawah sadar dengan para mahasiswi.
Lin Xian berpikir Gao Yang benar-benar harus sujud ke psikolog Tabib Liu saat Tahun Baru. Tabib Liu pasti tidak menyangka bahwa satu moment-nya bisa membuat Gao Yang begitu lihai membaur dengan mahasiswi.
Melihat jam dinding yang tergantung di tembok.
Sekarang sudah jam 10 malam, tapi karena suasana sangat menyenangkan dan semua orang masih asyik bermain, belum ada tanda-tanda akan bubar.
Lin Xian duduk di sofa sambil minum jus, bertanya-tanya apakah Ji Lin akan 'beraksi' padanya malam ini...
Menurut analisis sebelumnya yang dia lakukan bersama Chu Shanhe.
Malam ini pukul 00:42 adalah waktu terbaik bagi kelompok Ji Lin untuk melakukan aksi.
Mengingat dirinya selama ini sangat berhati-hati, tidak pernah keluar di tengah malam, sesuai dengan cara membunuh khas mereka yang sama sekali tidak memberi celah.
Dan untuk membuat diri sendiri keluar di tengah malam, pasti harus ada alasan yang masuk akal, kan?
Saat ini, pesta ulang tahun Ji Lin adalah satu-satunya kesempatan mereka; begitu melewatkan momen baik ini, ingin menunggu kesempatan lain untuk mengajak diri sendiri keluar di malam hari... itu akan sangat sulit.
Ada satu hal lagi.
Dari pihak Chu Shanhe juga sudah diketahui bahwa Ji Xinshui telah memasuki negara ini beberapa hari lalu.
Dia sengaja kembali pada waktu ini, tidak tahu apakah terkait dengan rencana Ji Lin.
Lin Xian yakin pasti ada hubungannya.
Berdasarkan petunjuk yang dimiliki sekarang, tidak diragukan lagi dapat disimpulkan bahwa Ji Lin, Ji Xinshui, dan Zhou Duan Yun bertiga jelas sekongkol.
Sayangnya...
Sekarang tidak bisa menemukan informasi masuknya Zhou Duan Yun ke negara ini.
Jika di kemudian hari ingin menangkap Zhou Duan Yun, harus mencari cara lain.
Tapi saat ini, masalah yang paling perlu dipikirkan adalah...
Chu Anqing dan teman-teman sekelasnya paling lambat tidak mungkin tinggal di sini sampai jam 11. Chu Shanhe sudah menyatakan jelas tentang masalah jam malam, jadi sekarang mereka sedang asyik bermain sampai agak larut, tapi tidak lebih dari setengah jam lagi akan naik mobil sopir pulang ke kampus.
Setelah itu, di rumah ini hanya akan tersisa diri sendiri, Gao Yang, dan Ji Lin bertiga.
Mengenali sifat Gao Yang.
Sudah makan sampai kenyang.
Anggur merah juga sudah habis diminum.
Mahasiswi yang selalu diidamkannya pun sudah pergi.
Maka tidak ada gunanya lagi dia tinggal di vila Ji Lin, pasti akan menarik diri sendiri untuk menepuk pantat dan pergi.
Pada saat itu, masalah pun muncul...
Lin Xian meletakkan jus di tangannya, bersandar ke belakang di sofa empuk...
Masalah yang bahkan saat itu bersama Chu Shanhe juga tidak bisa memecahkan——
【Ji Lin, cara apa sebenarnya yang akan digunakan untuk menahanku sampai pukul 00:42 semalam ini?】
Apa yang akan dia lakukan?
Kartu apa lagi yang dia miliki?
Lin Xian tidak bisa memahaminya.
Inilah titik yang paling dikhawatirkan dan menjadi pertimbangan utama dalam semua rencananya malam ini...
Semua aspek lain sudah dia pertimbangkan.
Tapi satu-satunya yang tidak bisa dia tebak adalah bagaimana Ji Lin akan menahannya sampai larut malam.
Jadi.
Tidak ada cara lain.
Hanya bisa menyesuaikan diri sesuai situasi.
……
Waktu menunjukkan pukul 22:40.
Chu Anqing dan teman-teman sekelasnya bersiap kembali ke sekolah.
Sopir Chu Shanhe sudah menyalakan mobil bisnis di depan vila, siap mengantar mereka ke asrama sekolah.
"Senior Lin Xian, Ji Lin, Senior Gao Yang, kami pamit dulu ya."
Di depan pintu, Chu Anqing melambaikan tangan kepada ketiga pria itu.
Ji Lin mengangguk, lalu maju selangkah:
"Terima kasih sudah datang ke pesta ulang tahunku, hari ini sangat menyenangkan."
"Hehe, seharusnya kami yang berterima kasih atas jamuannya!"
Chu Anqing tersenyum memandang Ji Lin:
"Tahun depan ulang tahun kita harus rayakan bersama lagi! Untuk ulang tahun tahun depan... mungkin aku dan Lin Xian bisa memberimu hadiah yang lebih bermakna! Batuk-batuk... Sebenarnya tahun ini sudah kami rencanakan, tapi belum sempat menyiapkannya."
"Begitu ya."
Ji Lin tersenyum tipis:
"Sayang sekali, aku cukup penasaran apa yang akan kalian berikan."
"Tidak sayang kok, masih ada tahun depan!"
Si gadis periang Chu Anqing sama sekali tak ambil pusing.
Menurutnya, tahun depan hanyalah setahun yang singkat belaka.
365 hari.
Tahun kedua di kampus.
Ketiga orang itu masing-masing bertambah satu tahun usianya.
Tak ada yang akan berubah, semuanya tetap ada.
Ji Lin melambaikan tangan:
"Selamat tinggal."
……
Setelah mengantar Chu Anqing dan temannya pergi dengan mobil bisnis, Lin Xian, Ji Lin, dan Gao Yang kembali duduk sebentar di dalam rumah.
Setelah para gadis pergi, topik obrolan ketiga pria ini menjadi lebih realistis dan sepele.
Tujuan utama Gao Yang adalah menghabiskan botol anggur merah mahal itu.
Seiring tetes terakhir anggur dalam botol yang semakin menyusut... Lin Xian pun semakin merasakan detik-detik penentuan yang semakin dekat.
Akhirnya.
Gao Yang menenggak gelas terakhirnya, lalu bersendawa puas:
"Wah, nikmat! Hari ini benar-benar makan enak, minum enak, main juga seru! Senang bisa berkenalan denganmu Ji Lin, lain kali ada party seperti ini pasti ajak aku ya! Aku dan Lin Xian pasti datang!"
"Boleh saja."
Ji Lin tersenyum memandangi mereka berdua:
"Aku juga senang bisa berkenalan dengan kalian. Ini malam paling menyenangkan yang kualami selama bertahun-tahun ini."
"Kalau gitu Lin Xian, kita pulang juga yuk?"
Gao Yang mengusap perutnya sambil menatap Lin Xian di sampingnya:
"Sudah larut juga, jangan ganggu istirahat Ji Lin. Lingkaran hitam di matanya sudah sangat kentara."
Lin Xian mengangguk:
"Benar juga, hampir tengah malam pukul 12. Kita pulang saja."
Usai berkata demikian, mereka berdua berdiri, mengambil jaket yang tergantung di rak, lalu berjalan menuju pintu.
“Bye-bye, Ji Lin.”
Gao Yang melambaikan tangan ke arah Ji Lin:
“Kami tidak akan membantumu membereskan barang ya.”
“Tidak masalah, ada kepala rumah tangga.” Jawab Ji Lin dengan suara lembut, lalu mengikuti kedua orang itu menuju pekarangan.
Gao Yang menepuk-nepuk perutnya sambil bersenandung berjalan di depan, sudah keluar dari pintu gerbang.
Lin Xian berjalan di belakang, tidak secepat langkah Gao Yang, baru turun dari anak tangga.
Sedangkan Ji Lin berdiri di belakang, tepat di depan pintu rumah.
Lin Xian merasa bingung.
Mungkinkah...
Benar tebakannya selama ini salah?
Rencana pembunuhan mereka tidak hari ini?
“Lin Xian.”
Saat Lin Xian sedang bingung, tiba-tiba Ji Lin memanggilnya dari belakang.
Lin Xian menoleh, memandang pemuda kurus berkulit putih yang diterangi cahaya bulan:
“Ada apa?”
Ji Lin menatap bulan, diam sejenak lalu perlahan berkata:
“Sebenarnya ada satu hal yang selalu ingin kutanyakan padamu.”
“Apa itu?”
“Selama bertahun-tahun ini, aku terus menyelidiki kematian orangtuaku. Saat ini pelaku kejahatan kasus pembunuhan berantai 00:42 sudah ditangkap, tapi informasi tentang pembunuh yang menembak orangtuaku dulu masih belum ketemu.”
“Jadi aku sering bertanya-tanya, siapa sebenarnya yang membunuh orangtuaku? Jika bukan kelompok gila pengemudi taksi yang menabrak orang ini... lalu siapa lagi? Apa tujuan mereka membunuh orangtuaku yang matematikawan ini?”
“Setelah bertahun-tahun menyelidiki, hampir tidak ada petunjuk berguna sama sekali, ini sangat menyiksaku.”
Pandangan Ji Lin bergerak turun dari bulan, menatap Lin Xian di hadapannya:
"Bukan berarti sama sekali tidak ada petunjuk yang ditemukan. Sebenarnya ada sedikit kemajuan. Kau sangat cerdas, kasus pembunuhan berantai 00:42 ini berhasil kau pecahkan, pelakunya juga kau tangkap. Jadi aku ingin mendengar pendapatmu."
"Apa yang sudah kau temukan?" Lin Xian menoleh dan bertanya.
"Aku hanya menemukan satu nama."
Ji Lin memicingkan mata, menatap pupil Lin Xian:
"Lin Xian, pernahkah kau mendengar..."
"Klub Jenius?"
