“Saya tahu.”
Ji Xinshui mengangguk.
Sebagai ahli di bidang farmasi, tentu dia mengetahuinya:
“Hukuman mati suntik memberi tiga suntikan pada tahanan. Jarum pertama hanya bius biasa, tidak mematikan; jarum kedua pelumpuh otot yang membuat napas berhenti perlahan; jarum ketiga berisi kalium klorida dosis mematikan yang mudah membunuh seseorang.”
Sampai di sini, Ji Xinshui tersadar.
Ekspresinya terlihat agak menolak, juga tampak tidak mengerti:
"Yang Mulia……Maksud Yang Mulia adalah, menyuruhku menerima hukuman mati?"
Lin Xian mengangguk:
"Seperti hari ini, aku sudah mengatur segalanya untukmu. Saat menjalankan eksekusi suntik nanti, kami akan mengganti obat suntikan kedua dan ketiga dengan larutan garam fisiologis terlebih dahulu. Dengan begitu kau hanya akan tertidur lelap oleh bius suntikan pertama, ahli forensik yang sudah diatur akan mengeluarkan sertifikat kematian untukmu. Setelah itu……kami akan mengangkut 'mayatmu' secara resmi."
"Dengan begini, secara hukum dan di hadapan dunia kau telah mati; tetapi di Klub Jenius dan aliran sejarah, kau bisa hidup kembali."
Inilah rencana Lin Xian.
Dia ingin membuat Ji Xinshui secara sukarela menerima hukuman mati.
Sedangkan modal yang dimilikinya……adalah surat undangan Klub Jenius yang unik ini, meskipun palsu tapi lebih meyakinkan daripada yang asli.
Taruhannya adalah nafsu dan obsesi Ji Xinshui.
Jika Ji Xinshui adalah orang yang rasional, rencana ini kemungkinan besar akan gagal. Ji Xinshui akan mempertimbangkan risiko, tidak berani mempercayai Lin Xian dalam urusan hukuman mati ini, apalagi mengambil risiko sembarangan.
Tapi.
Jika Ji Xinshui adalah orang yang penuh nafsu, obsesif, dan terobsesi secara tidak wajar; orang yang demi bergabung dengan Klub Jenius rela [mengabaikan keluarga], [membunuh murid tercintanya], [mengorbankan bawahannya], [menginjak-injak nyawa orang lain]……
Menurut Lin Xian.
Orang seperti ini, kemungkinan besar akan menyambar umpannya.
"Sudah menjadi pepatah, manusia mati demi harta, burung mati demi makanan. Di bawah dorongan keuntungan yang cukup besar, bahkan kapitalis rela mengorbankan nyawa mereka sendiri demi mengambil risiko."
"Apalagi Klub Jenius bagi Ji Xinshui?"
"Inilah taruhan Lin Xian hari ini."
"Di depan mata."
"Ji Xinshui jelas-jelas mulai ragu."
"Wajahnya terlihat bimbang, suaranya kecil terdengar:"
"Aku tinggal punya belasan jam lagi akan dibebaskan tanpa kesalahan... Saat itu tiba, mungkin aku bisa mengatur kematian palsu yang lebih khidmat dan terhormat."
"Ekspresi Lin Xian tetap datar, tanpa upaya lebih lanjut untuk membujuk."
"Dia tak tahu apakah keraguan Ji Xinshui berasal dari ketidakpercayaan, atau justru lebih memperhatikan kesan khidmat dan terhormat dari kematian palsu tersebut."
"Bagaimanapun, tak boleh berlama-lama di sini lagi."
"Terlalu banyak bicara hanya akan membeberkan kelemahan."
"Sudah waktunya pergi."
"Ji Xinshui, ini adalah ujian."
"Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan Lin Xian menekan undangan itu, menariknya perlahan ke arah diri sendiri:"
"Kau tentu bebas memilih untuk ikut atau tidak. Tapi bagi kami... kami lebih mengharapkan partner yang bisa dipercaya."
"Lin Xian berdiri, mengambil undangan itu, dengan sengaja menggoyang-goyangkan cap bergambar Klub Jenius di hadapan Ji Xinshui:"
"Selamat tinggal, Ji Xinshui."
"Lin Xian menyimpan undangan itu ke dalam tas dokumen, berjalan menuju pintu ruang interogasi:"
"Aku menantimu di Klub Jenius."
"Brak."
"Pintu baja tebal ruang interogasi tertutup rapat."
……
"Haa."
"Lin Xian menghela napas lega."
"Akhirnya pertunjukan keberanian itu berhasil dilalui."
"Bagaimana hasil taruhan kali ini, tergantung pada apakah Ji Xinshui bisa mengalahkan nafsunya sendiri."
Melewati koridor panjang, Lin Xian kembali memasuki ruang pemantauan interogasi.
Pegawai, Chu Shanhe, dan Petugas Liu segera mengerumuni:
"Bagaimana?"
"Ada kemajuan?"
"Dia bicara apa? Apakah pikirannya berubah?"
Lin Xian tersenyum sambil menggelengkan kepala, menunjuk layar monitor yang gelap:
"Nyalakan semua CCTV di dalam. Mari lihat apa yang akan dilakukannya selanjutnya."
Pegawai menoleh dan mengetik beberapa perintah di keyboard, kamera di ruang pemantauan Ji Xinshui menyala kembali.
Lin Xian mendekat untuk mengamati.
Terlihat Ji Xinshui sedang memejamkan mata dengan wajah tegang seperti menghadapi musuh.
Pasti, hatinya sedang sangat kacau saat ini.
Di satu sisi, surat undangan Klub Jenius ini benar-benar sangat menggoda baginya.
Klub Jenius yang begitu misterius dan rahasia, bisa menyelidiki satu nama saja atau membuktikan eksistensinya sudah luar biasa.
Apalagi surat undangan Lin Xian ini memiliki cap bergambar logo, kehadiran stempel ini langsung meningkatkan kredibilitas surat tersebut.
Dan dari reaksi Ji Xinshui tadi,
Dia sama sekali tidak meragukan keaslian surat undangan Klub Jenius ini.
Mungkin... keyakinannya berasal dari pernah melihat surat undangan asli, atau mengetahui bagaimana bentuk yang sebenarnya.
Kalau dipikir-pikir...
Pemahaman Ji Xinshui tentang Klub Jenius ternyata sangat mendalam, jelas jumlah informasi intelijennya melebihi dirinya sendiri.
Jika taruhan kali ini benar-benar dimenangkannya, memang ada unsur keberuntungan tertentu di dalamnya.
Tik-tok.
Tik-tok.
Tik-tok.
Seluruh ruang pemantauan sunyi senyap, jam dinding yang tergantung berputar dengan jarum detik bergerak-sejenak berhenti, mengeluarkan satu-satunya suara di ruangan.
Mata Lin Xian menatap layar monitor tanpa berkedip, mengawasi Ji Xinshui yang diborgol di kursi besi dalam layar.
Waktu... seperti setahun berlalu, sudah tiga jam lagi terlewati.
Ji Xinshui terus-menerus mengerutkan kening berpikir, tanpa gerakan lain sedikit pun.
Lin Xian juga demikian, hanya duduk di sini, memandangi Ji Xinshui dengan tenang.
Pilihan apa yang akan dia ambil?
Tetap bertahan 10 jam lagi, dibebaskan tanpa tuduhan, melepaskan kesempatan mendapatkan undangan Klub Jenius ini?
Atau demi undangan ini, mempercayai "ujian terakhir" yang disebut Lin Xian, membuang nyawa, status, reputasinya, dan bersumpah setia pada Klub Jenius?
Lin Xian tidak tahu pilihan Ji Xinshui.
Yang utama, dia tidak mengenal pribadi Ji Xinshui.
Bagaimana kehidupan yang telah dijalaninya?
Pengalaman apa yang telah dilaluinya?
Kegigihan apa dan alasan apa yang membuatnya rela mempertaruhkan nyawa?
Dia tidak memahami itu semua.
Tapi di dunia ini, bagi banyak orang, banyak hal yang lebih penting daripada nyawa.
Misalnya, Zheng Chenghé yang adik perempuannya menderita penyakit jantung bawaan dan menyaksikan orangtuanya dibunuh di depan matanya.
Misalnya, Li Qiqi yang berharap bisa melihat hujan meteor hanya untuk mengucapkan satu keinginan kepada Liu Feng.
Misalnya, Zhou Duan Yun yang mulutnya penuh kebohongan, ingin mengubah takdir tapi tetap rutin mengirimkan "Selamat malam" setiap hari kepada ibunya.
Atau Li Ningning yang mempertaruhkan nyawa untuk mencuri buku;
Atau CC yang bersedia menemani dirinya menyusup ke New Shanghai sendirian;
Li Cheng yang mengabdikan diri untuk negara dan rakyat, Dalimao yang membalas dendam untuk putrinya sampai mata memerah...
Di dunia ini.
Terlalu banyak orang yang memiliki alasan untuk bertaruh nyawa.
Lalu... bagaimana dengan dirinya sendiri?
Lin Xian mulai menganalisis dirinya sendiri.
Baginya... adakah hal yang layak dipertaruhkan nyawa?
Lin Xian merenungkan semua kemungkinan.
Ia menyadari tidak ada.
Benar-benar tidak ada.
Saat ini, ia tidak percaya ada hal yang lebih berharga dari nyawa.
Tapi...
Bagaimana nanti?
Bagaimana masa depan?
"Orang bisa berubah."
Ia teringat perkataannya pada Zhao Yingjun.
"Lin Xian, kau harus melakukan hal yang kau sukai, hal yang ingin kau pertahankan, sesuatu yang bukan untuk membuktikan pada orang lain... tapi hal yang rela kau pertaruhkan seumur hidupmu."
Juga ingat perkataan Zhao Yingjun padanya.
Akankah di masa depan... ada hal yang layak dipertaruhkan nyawa?
Tiba-tiba.
Pada layar monitor ruang tahanan Ji Xinshui.
Orang tua yang lama merundukkan kepala itu akhirnya mengangkat wajahnya, menatap kamera CCTV.
Kerumunan di ruang pemantauan serentak menahan napas!
"Persilahkan petugas interogasi masuk."
Di layar, sorot mata Ji Xinshui teguh, wajahnya bahkan menunjukkan senyuman tulus:
"Ada hal yang ingin kusampaikan."
……
Saat ini.
Ji Xinshui di ruang interogasi jelas telah mengambil keputusan.
Dia tak pernah takut akan kematian.
Tidak pernah sama sekali.
Usianya sudah 86 tahun, di usia senja seperti ini tak ada yang masih sungguh-sungguh takut mati.
Apalagi...
Bukan karena Copernicus, di usia 56 tahun sebenarnya dia sudah harus meninggal.
Di usia 56 tahun, dia masih hanya seorang peneliti biasa di Institut Penelitian Universitas Shanghai.
Lahir di era perang, masa kecilnya dihabiskan dengan mengungsi ke luar negeri bersama orangtua menggunakan kapal gelap.
Orangtuanya wafat dini, dia merantau belajar dalam kemiskinan separuh hidup, akhirnya pulang membawa mimpi namun terpuruk, bahkan terus dikucilkan di institut penelitian.
Tidak pandai bergaul, kaku dalam bertindak, buta politik kantor - dia dianggap aneh oleh rekan kerja dan kerap mendapat perlakuan kasar.
Di usia 56 tahun, saat berdiri di tepi atap gedung hendak melompat mengakhiri hidup bagai mimpi buruk ini, dia bertemu Copernicus.
Copernicus dari Klub Jenius itu memperlihatkan secarik undangan yang merangkum seluruh hidupnya.
Hidupnya berubah total sejak saat itu.
Copernicus serba bisa, menguasai segala ilmu.
Segera, dengan bantuan sekilas Copernicus, ia menciptakan paten kelas berat yang mengukuhkan posisinya sebagai Direktur Institut Penelitian Universitas Shanghai, menguasai puluhan perusahaan multinasional raksasa dengan kekayaan yang setara negara.
Tapi posisi sebagai Direktur Institut Penelitian Universitas Shanghai tetap menjadi yang paling ia cintai.
Meski memiliki uang yang tak habis-habis, terkenal dan termasyhur di seluruh dunia.
Ia tetap paling suka duduk di kantor direkturnya, menyeruput teh sambil memandangi para mahasiswa di kampus dan gedung tinggi tempat ia hampir melompat dulu.
Ji Xinshui 56 tahun, benar-benar mati di bawah gedung tinggi itu.
Tapi Ji Xinshui 56 tahun yang mendambakan Klub Jenius, juga terlahir kembali di puncak gedung itu pada detik itu.
Jika bukan karena perpisahan dengan murid kesayangannya Xu Yun, upaya memaksanya meninggalkan penelitian cabin hibernasi dan kembali ke sisanya... Ia pasti tak akan mengundurkan diri dari jabatan direktur yang paling ia cintai.
Saat Copernicus suatu hari menyuruhnya membunuh Xu Yun.
Hatinya hancur.
Tapi di saat yang sama, ia tak punya pilihan.
Nyawanya adalah pemberian Copernicus, hidupnya adalah belas kasihan Klub Jenius. Melaksanakan perintah Copernicus dengan harapan terbesarnya: mendapatkan surat undangan Klub Jenius seperti sang mentor.
Sebenarnya saat Xu Yun masih hidup, ia diam-diam sering mengunjungi Xu Yiyi.
Sengaja ia menempatkan kamar pasien Zheng Xiangyue di sebelah kamar Xu Yiyi.
Tapi setelah Profesor Xu Yun meninggal...
Dia tidak pernah kembali ke sana lagi.
Dia tahu begitu memilih jalan menuju Klub Jenius, menuju ikon matahari, menuju puncak kekuasaan dan kekuatan ini, dia harus menerima semua konsekuensinya sekaligus siap melepaskan segalanya setiap saat.
Dan sekarang, saatnya dia melepaskan semua ini, menghilang dari dunia nyata, menjadi fragmen dalam sejarah.
Mati, lalu hidup kembali.
Inilah ujian terakhir Klub Jenius.
Ji Xinshui yang berusia 86 tahun akan "mati" di tiang eksekusi.
Tapi Ji Xinshui yang berusia 86 tahun akan mendapatkan kehidupan baru di Klub Jenius.
Sudah lama dia merencanakan semuanya setelah bergabung - ingin menjadi seperti Copernicus, berdiri di sampingnya, memandangi seluruh dunia dari ketinggian.
Kematian sama sekali tidak ditakutinya, apalagi ini hanya sandiwara pura-pura mati untuk memperdaya dunia.
Keraguan sesaat tadi hanyalah keinginan untuk mati secara terhormat, dikuburkan megah oleh orang-orang, dikenang atas legenda yang ditinggalkannya di bidang farmasi.
Tapi mungkin...
Rela melepaskan semua atribut duniawi ini, menjadi eksistensi yang lebih murni dalam aliran sejarah manusia, justru kunci dari ujian terakhir ini.
Saat menyadari hal tersebut...
Ji Xinshui seolah melihat pancaran cahaya menyilaukan di depannya!
Copernicus bertepuk tangan untuknya dalam sorotan cahaya:
"Selamat datang di Klub Jenius!"
