“Lalu.”
“Bagaimana cara naik ke Rhein Sky City?”
“Apakah ada penerbangan khusus?”
“Atau ada lift di tempat yang tidak kuketahui?”
Lin Xian melihat ke kiri-kanan...
“Hmm?”
Dia kembali melihat kerumunan orang dan penerangan yang berkumpul di kejauhan.
Tadi di titik kelahiran, dia sudah melihat tempat itu.
Tempat itu terlihat seperti dataran rata, dari kejauhan dikelilingi setidaknya ratusan orang, seolah sedang mengadakan pesta.
Selain itu, itu satu-satunya area yang memiliki penerangan dalam jangkauan pandangan, sehingga sangat mencolok; bocah lelaki yang ditemui Lin Xian tadi di jalan juga berlari ke arah itu setelah berpisah.
Alasan Lin Xian mengeluarkan suara kebingungan...
“Karena di tempat kerumunan dan penerangan itu, perlahan-lahan terangkat sebuah balon udara raksasa!”
Balon udara seperti ini, Lin Xian memang hanya pernah melihatnya di film dan televisi, di dunia nyata benar-benar belum pernah melihatnya.
Ini adalah perangkat terbang yang menggunakan udara panas atau gas helium untuk naik ke langit.
Tapi karena kurangnya kemampuan manuver dan fungsi gerakan horizontal, sebagian besar balon udara hanya bisa mengikuti angin... Oleh karena itu, dalam kehidupan sehari-hari kegunaannya tidak terlalu besar, lebih banyak digunakan untuk olahraga ekstrem atau wisata.
Dan sekarang.
Sebuah balon udara yang sengaja dikembangkan di tepi kaki Kota Langit.
Tidak perlu dikatakan lagi, pasti ini adalah alat transportasi menuju Kota Langit.
“Tak menyangka moda transportasinya begitu primitif.”
Hanya dengan balon udara seperti ini, bisakah terbang dengan aman ke Rhein Sky City?
Lin Xian meragukannya.
Tapi dia tetap melangkah berlari ke arah kerumunan, ingin melihat apakah bisa mendapat tumpangan gratis... Ah bukan, balon gratis.
Namun.
Karena lari sembarangan sebelumnya, jarak ini terlalu jauh.
Lin Xian hanya bisa melihat balon udara perlahan mengembang dan naik ke langit...
Ketika Lin Xian akhirnya tiba di lokasi kerumunan, balon udara raksasa itu telah menarik keranjang penumpang kecil di bawahnya hingga puluhan meter, dan masih terus naik perlahan.
Lin Xian menengadah ke atas.
Menyadari...
Ini bukan balon udara tradisional, melainkan balon helium.
Secara umum, balon udara diisi dengan udara, kemudian menggunakan obor pemotong besar untuk memanaskan udara di dalamnya, mengurangi kepadatannya, sehingga mendapatkan daya apung udara.
Balon helium berbeda.
Tidak ada perangkat pemanas sama sekali, juga tidak membutuhkan perangkat pemanas apa pun.
Kepadatan helium sendiri sudah lebih rendah daripada udara, jadi cukup mengisi balon raksasa dengan helium dan menyegelnya dengan baik, ia sudah bisa memberikan daya apung udara yang besar tanpa perlu fasilitas lain.
Tapi...
Kota Langit Rhein ini diperkirakan hanya setinggi 2-3 ribu meter, apakah menggunakan balon helium untuk mengudara bukan tindakan yang berlebihan?
Jarak segini sudah lebih dari cukup jika menggunakan balon udara tradisional yang membakar udara.
Mungkinkah...
Ketinggian sebenarnya Kota Langit Rhein ini lebih tinggi dari perkiraan diri sendiri?
Lin Xian mengingat kembali pengetahuan geografi yang dipelajarinya di SMP.
Rasanya jika ketinggiannya lebih dari itu, akan menjadi tidak realistis.
Ia ingat di buku geografi tertulis, setiap kenaikan 1000 meter di atas permukaan laut, suhu akan turun sekitar 6 derajat Celsius. Jadi ketinggian 2-3 ribu meter paling cocok untuk kehidupan penduduk Kota Langit, tidak terlalu dingin.
Selain itu, seiring bertambahnya ketinggian, tekanan udara juga akan melemah secara bersamaan. Ini tidak hanya akan menurunkan titik didih air sehingga menyulitkan kehidupan sehari-hari, tetapi juga kadar oksigen yang tipis bisa menyebabkan gejala ketinggian.
Tentu saja.
Semua ini dilihat dari sudut pandang tahun 2023 dalam memandang dunia.
Sekarang Rhein Sky City sudah jelas-jelas telah memecahkan fusi nuklir terkendali. Mereka memiliki energi dan panas yang tak terbatas. Masalah suhu dan tekanan atmosfer sama sekali bukan hambatan besar, bisa diatasi dengan mudah.
Jadi, tidak menutup kemungkinan bahwa perkiraanku tentang ketinggian Rhein Sky City memang salah.
Namun.
Tak lama kemudian.
Lin Xian menyadari keanehan lain—
Dia melihat "penumpang" yang berdiri di bawah balon helium raksasa, di dalam keranjang penumpang... saat ini justru mengenakan pakaian lengkap!
Seluruh tubuhnya terbungkus rapat dan tebal, seperti memakai setelan baju antariksa sederhana yang kedap udara.
Perumpamaan ini tidak berlebihan.
"Penumpang" itu terlihat menggembung seperti karakter iklan ban Michelin. Yang paling penting, di kepalanya terpasang helm antariksa besar yang sangat mirip dengan yang dipakai astronot.
Ini membuat Lin Xian semakin bingung...
Balon helium + baju antariksa, untuk apa orang ini sebenarnya?
Bukankah dia hendak ke Sky City? Mengapa perlu seribet dan semewah ini?
Lin Xian memutuskan untuk bertanya pada seseorang.
Matanya terus menyapu kerumunan...
Tak lama kemudian.
Dia menemukan tiga sosok familiar yang tak terduga namun sekaligus bisa ditebak!
Azhuang!
Er Zhuzi!
San Pang!
Mereka adalah tiga anak buah Dalimao yang dulu!
Bertemu kenalan di tanah rantau, Lin Xian tak bisa menahan tawanya.
“Tiga anak buah ini, di Mimpi Pertama sudah tak terhitung kali ditembak mati olehku dan Dalimao; di mimpi kedua, mereka semua bertobat dan bekerja di bawah Dalimao dan Bos Li... Tak kusangka di mimpi ketiga masih bisa melihat mereka.”
Pada detik ini, Lin Xian merasakan bahwa mungkin sejarah memang memiliki keniscayaan tertentu.
Beberapa orang, beberapa peristiwa, seolah menjadi simpul-simpul sejarah yang niscaya...
Pasti ada.
Pasti terjadi.
Jangan-jangan... ini adalah Hukum Ruang-Waktu baru?
Lin Xian masih belum sepenuhnya memahaminya.
Tapi sekarang bukan saatnya merenungkan hal itu, lebih baik tanya langsung pada mereka untuk apa kerumunan orang di sini.
“Azhuang!”
Lin Xian menyapa dengan ramah.
Azhuang yang lebih pendek setengah kepala namun bertubuh kekar mengalihkan pandangannya dari langit, menatap Lin Xian dari ujung kepala sampai kaki:
“Kau siapa?”
“Tak penting.” Lin Xian menepuk bahunya sambil tersenyum, setelah bertemu berkali-kali sama sekali tak merasa canggung:
“Kak Muka mana? Di mana dia?”
Mendengar sebutan "Kak Muka" dari mulut Lin Xian... ekspresi Azhuang pun melunak.
Melihat sikap Lin Xian yang santai dan akrab, mungkin dia teman Kak Muka, Azhuang pun tak lagi berjaga-jaga, menunjuk ke balon udara yang sudah naik ratusan meter di angkasa:
“Kau telat, Kak Muka sudah berangkat.”
？？？
Lin Xian memiringkan kepala tak percaya, menengadah melihat balon udara yang melesat cepat di langit:
"Orang yang pakai baju antariksa di atas itu... Kak Muka? Dalimao?"
"Ah, masa iya bukan?"
"Dia mau ke Rhein Sky City ya?"
"Pasti dong."
Azhuang melirik Lin Xian, melanjutkan:
"Kau pasti sudah tahu ini semua sebelum datang kan? Fokus nonton saja."
Usai berkata, dia tak lagi menghiraukan Lin Xian, menatap langit:
"Ya... Semoga kali ini Kak Muka berhasil. Kalau tidak..."
Bibirnya tergigit, tak melanjutkan kalimat.
Lin Xian memandang Azhuang dengan bingung.
Sudah berperlengkapan lengkap seperti itu, masih ada bahaya apa lagi?
Sudahlah, untuk sementara tak ditanyakan. Diam-diam menyaksikan aksi Dalimao saja.
Hari ini murni karena dirinya yang terlambat, ketinggalan balon udara Dalimao. Jika nanti Dalimao benar-benar berhasil login ke Rhein Sky City, besok datang lebih awal untuk nebeng saja.
Lin Xian juga tak terlalu ambil pusing, bersama kerumunan yang hening di sekelilingnya, menatap gumpalan putih kecil yang melesat naik di langit.
Sekarang...
Balon helium yang ditumpangi Dalimao sudah mencapai ketinggian minimal 2000 meter. Balon udara raksasa itu kini terlihat hanya sebesar kepalan tangan.
"Tapi untungnya ribuan mesin fusi nuklir terkendali di bawah Kota Langit Rhein bekerja tanpa henti siang malam. Sambil memberikan daya angkat yang cukup untuk mengambangkan kota langit, mereka juga memancarkan cahaya yang menerangi separuh langit, memungkinkan kita di bawah melihat jelas sosok Dalimao yang perlahan mengecil menjadi titik putih kecil."
Lin Xian menyipitkan matanya, memandangi balon udara Dalimao yang terus naik... naik... naik...
Hingga mencapai ketinggian yang tak terlihat lagi.
Dia mendekati Azhuang yang mengepal tangan tegang seperti menghadapi musuh, berbisik pelan:
"Sepertinya... terbang terlalu tinggi..."
Kini ketinggian Dalimao jelas-jelas sudah jauh melebihi Kota Langit Rhein. Jika terus terbang, bahkan bisa mencapai stratosfer. Ini jelas penyimpangan rute.
"Apa yang kau bicarakan?"
Azhuang menoleh, menatap Lin Xian:
"Di sekitar Kota Langit Rhein terdapat area pertahanan udara laser setinggi 10.000 meter. Begitu menyentuh zona itu, akan langsung terkunci laser dan menguap seketika... Seluruh sistem pertahanan membentuk kerucut yang mengunci rapat kota langit, hanya ada satu titik buta di puncak kerucut tepat di tengah kota setinggi 10.000 meter itu. Satu-satunya cara menembus pertahanan Rhein adalah melalui sana."
？
Lin Xian merasa seperti membaca novel fantasi:
"10.000 meter? Sistem pertahanan laser? Seketat itu pengamanan kota langit ini?"
"Tentu saja."
Azhuang kembali menoleh, terus menatap titik putih kecil yang hampir tak terlihat di angkasa:
“Jadi, untuk menembus pertahanan dan masuk ke Kota Langit Rhein, kita harus naik balon udara hingga ketinggian hampir 20.000 meter, lalu melompat, menemukan posisi yang tepat dengan cara meluncur, menukik ke bawah, dan membuka parasut... baru bisa masuk dengan aman ke kota langit untuk mendarat.”
Ini...
Lin Xian berkedip-kedip, tidak percaya.
Apa maksud ucapan liar ini?
Naik balon helium hingga ketinggian 20.000 meter, lalu melakukan terjun payung gaya luncur?
Apa-apaan ini, bahkan di game "Extreme Nation" pun tidak berani main seperti ini!
Setelah dipikir-pikir, pantas saja Dalimao memakai pakaian antariksa tertutup rapat.
Karena di ketinggian 20.000 meter, suhu pasti di bawah minus tiga puluh derajat Celsius. Tanpa pakaian tebal, pasti akan membeku dalam angin dingin yang menggigit.
Apalagi dia tidak hanya diam di sana, tapi harus melompat melawan angin dan gaya gravitasi.
Selain itu, tekanan udara di ketinggian 20.000 meter hanya seperlima dari permukaan bumi sekarang, kandungan oksigennya jauh tidak cukup untuk bernapas. Jadi bisa dibayangkan, di punggung Dalimao pasti ada tabung oksigen dan perangkat penunjang tekanan konstan.
“Ini gila sekali.”
Lin Xian menghela nafas takjub.
Meski dia sudah berkali-kali nekat dalam mimpi dan mengalami banyak olahraga ekstrem yang nyaris merenggut nyawa, tapi tetap ada perbedaan antara nekat dan mencari maut.
"Dia pernah menantang diri terjun payung dari ketinggian 8.000 meter dalam mimpi, berkali-kali juga berakhir menjadi bubur karena berbagai situasi."
"Bahkan sering pingsan tanpa alasan selama terjun bebas."
"Ketinggian 8.000 meter saja masih sesulit ini."
"Apalagi Dalimao harus melompat dari ketinggian 20.000 meter, lalu meluncur lewat gravitasi untuk membidik satu-satunya celah sistem pertahanan udara, menukik dan membuka parasut tepat waktu."
"Tantangan mematikan seperti ini, kesalahan sekecil apapun akan merenggut nyawa!"
"Ngapain sih Dalimao..."
Lin Xian menghela napas.
"Kau kan cuma kucing bermuka lebar, bukan Batman. Buat apa pamer kemampuan? Nyawa nggak penting?"
"Bagaimana kalian yakin ada celah pertahanan udara tepat di pusat Rhein Sky City?"
"Karena ada yang pernah masuk."
Azhuang berbisik pelan:
"Meski... hanya sekali dan akhirnya gagal. Tapi kami benar-benar melihatnya masuk."
"Hanya ini satu-satunya cara masuk ke Rhein Sky City?" tanya Lin Xian.
"Tidak ada cara lain yang lebih aman?"
Azhuang menggelengkan kepala:
"Kalau ada... untuk apa kami bersusah payah bertahun-tahun dengan pengorbanan sebesar ini?"
Usai bicara, Azhuang memberi isyarat agar Lin Xian diam. Keringat dingin mulai muncul di alutnya, matanya memicing menatap balon udara yang sudah tak terlihat di langit.
Lin Xian sesaat benar-benar tak paham alasan dan tujuan dari semua ini.
Tapi melihat keadaan orang-orang di sekitar, semua diam seribu bahasa sambil mengepal erat tangan.
Dia tahu ini bukan saat yang tepat untuk bertanya, hanya bisa mengikuti pandangan Azhuang menatap langit tanpa tujuan.
Jadi...
Ini sebenarnya masih bentuk lain dari Shanghai Baru, ya?
Shanghai Baru menghalangi mereka masuk dengan tembok tinggi; Rhein Himmelstadt bahkan lebih ekstrem, terbang ke angkasa dan memasang jaringan pertahanan setinggi 10.000 meter yang benar-benar menghilangkan kemungkinan invasi.
Tapi.
Mengapa justru menyisakan celah di tengah langit kota?
Apa tujuan dari tindakan ini?
Lin Xian tidak percaya ini masalah teknis...
Berbeda dengan Shanghai Baru yang hanya tampak megah, Rhein Himmelstadt telah menguasai fusi nuklir terkendali. Sebagai kota futuristik yang sangat maju, bagaimana mungkin mereka menyisakan blind spot pertahanan udara?
Apakah menutupnya sangat sulit?
Mengapa sengaja meninggalkan [kelemahan] khusus?
……
Hmm?
Tunggu dulu.
Lin Xian merenungkan semua ketidaknormalan ini...
Jangan-jangan...
Celah itu!
Adalah [pintu belakang] yang sengaja disiapkan untuknya?
Tapi ini terlalu menganggap tinggi dirinya!
Siapa yang begitu menghargai kemampuannya?
Jika ingatan Lin Xian tidak salah, hingga tahun 2023, pemegang rekor ketinggian terjun payung dunia masih seorang wakil direktur Google.
Pada 2014, dia naik balon helium ke ketinggian lebih dari 40.000 meter, lalu jatuh bebas selama empat menit sebelum akhirnya membuka parasut dan mendarat dengan selamat.
Inilah daya tarik tantangan olahraga ekstrem.
"Ini juga alasan mengapa populasi di luar negeri umumnya jarang."
"Meskipun di bawah rekor lompat parasut Wakil Presiden Google dari ketinggian 40.000 meter, lompatan Dalimao dari 20.000 meter ini terlihat tidak terlalu sulit."
"Tapi tingkat kesulitan antara mereka berdua bagai langit dan bumi!"
"Secara sederhana, Wakil Presiden Google hanya perlu melompat dari 40.000 meter lalu membuka parasut pada waktu yang tepat."
"Sedangkan untuk Dalimao..."
"Dia juga harus mengontrol kecepatan dan arah melalui peluncuran presisi di celah pertahanan udara, baru bisa mencari kesempatan membuka parasut."
"Sedikit saja melenceng, posisi bergeser, atau kecepatan berlebih, mungkin akan langsung menyentuh jaringan pindai pertahanan udara dan menguap karena laser!"
"Lin Xian yakin Dalimao bukan tipe orang yang suka mencari masalah atau menantang batas ekstrim."
"Lalu kenapa Rhein Sky City ini..."
"Harus sangat dia datangi?"
"Tiba-tiba!"
"Kerumunan orang berseru kaget:"
"Lompat! Lompat!" "Dalimao lompat!" "Sedang meluncur!" "Ingat betul posisinya!"..."
"Suara kekhawatiran dan keheranan bergema, tapi Lin Xian sama sekali tidak bisa melihat."
"Dia melihat sekeliling dan menyadari kebanyakan orang membawa teleskop."
"Menoleh, Er Zhuzi dan San Pang sama-sama memegang teleskop sambil mendongak ke atas."
"Lin Xian mendekat dan menepuk bahu Er Zhuzi:"
"Er Zhuzi, kakak iparmu datang mencarimu."
"Mana!!"
"Er Zhuzi langsung menurunkan teleskopnya, matanya liar melihat ke kiri-kanan!"
"Mana mana, lalu?"
Lin Xian menunjuk sembarangan arah yang ramai orang, lalu merebut teleskop dari tangan Er Zhuzi, menekannya ke mata sambil melihat ke atas.
Teleskop ini ternyata memiliki fungsi penglihatan malam.
Kebetulan cahaya bulan hari ini sangat terang, langit tanpa awan, seiring dengan penurunan ketinggian jatuhnya Dalimao... bayangan putih buram perlahan mulai terlihat dalam teleskop.
Itu pasti Dalimao.
Saat ini, bayangan buram itu sedang menyesuaikan postur tubuhnya, membentangkan badan, sepertinya sedang mengendalikan arah meluncurnya.
Tepat ketika Lin Xian mulai merasa darahnya berdesir...
Tiba-tiba!
Cahaya api menyala tiba-tiba di langit malam sepuluh ribu meter jauhnya!
Bola api kecil muncul.
Kemudian...
Semuanya kembali sunyi.
"Itu..."
Lin Xian menurunkan teleskop, teringat ucapan Azhuang sebelumnya dan pemandangan cahaya api yang tiba-tiba menguap itu.
Hanya ini?
Begitu mudahnya Dalimao terbunuh oleh laser pertahanan udara?
Dia melihat ke sekeliling.
Benar, dari wajah-wajah kita semua, jawaban yang pasti sudah didapat.
Azhuang menghela napas.
San Pang juga menggelengkan kepala.
Seluruh area berkumpulnya ratusan orang ini sunyi senyap, tak ada yang bersuara.
Lin Xian merasa aneh.
Suasana ini benar-benar aneh.
Meskipun dikatakan sedih, tapi sepertinya tidak ada yang begitu sedih.
Seperti sudah mati rasa.
“Seolah sudah terbiasa dengan pengorbanan seperti ini.”
“Sorot mata setiap orang terlihat begitu kosong.”
Seorang pria tua yang berjalan tertatih mendekat, menepuk bahu Azhuang, bercak hitam di wajahnya terus mengeluarkan nanah berbau busuk:
“Azhuang, sekarang giliranmu...”
Azhuang mengangguk.
Menoleh dan berjalan menuju area di seberang.
Di sana...
Terdapat balon helium yang mulai diisi udara, serta satu set peralatan yang persis sama dengan yang digunakan Dalimao yang sudah tewas.
“Tunggu, apa yang kalian lakukan?”
Lin Xian semakin bingung.
Antrean untuk mati?
Atau mungkin anggota Geng Wajah telah melakukan kejahatan besar yang tak termaafkan, dan ini adalah hukumannya?
Sekalipun ada alasan mendesak untuk memasuki Rhein Sky City, tak mungkin terus menerus memeras Geng Wajah seperti ini!
Putra Sulung mereka baru saja tewas, mayatnya menguap begitu saja. Tak bisakah memilih anggota geng lain?
Lin Xian merasa tidak nyaman dengan mati rasa kolektif ini.
Hatinya memberontak membela Dalimao.
Tapi,
saat ia memandang sekeliling,
baru menyadari...
Dari kerumunan orang di sekitar ini, tak ada satu pun pemuda atau pria dewasa!
Perempuan, orang tua, anak-anak...
Hanya tak ada pria.
Ia periksa lagi, benar-benar tak ada satu pria pun!
“Ke mana para pria lainnya?”
Lin Xian tak kuasa menahan pertanyaannya.
Tiba-tiba,
Seorang gadis dengan wajah familiar, Li Ningning, berdiri di sebelah kanannya sambil menggelengkan kepala:
“Mereka bertiga...”
"Dialah pria terakhir di Shanghai."
……
Lin Xian mengerutkan alut.
Melihat kerumunan yang diam di sekelilingnya, melihat Azhuang di sisi lain yang mulai mengenakan baju astronot, melihat kota langit Rhein di angkasa yang dipenuhi ribuan bintang biru, memandang bulan di ketinggian yang tertutup bayangan tangan hitam...
Dunia ini.
Sebenarnya apa yang sedang terjadi?
