"Bukan maksudku saudara, sebenarnya kamu ini siapa sih!"
"Saat ini juga, Azhuang tidak bisa menahan diri lagi, memicingkan mata besar kecil menatap lelaki tak dikenal di depannya."
"Orang ini benar-benar tidak tahu dari mana munculnya."
"Sama sekali tidak pernah melihat sebelumnya!"
"Tapi, sejak kemunculannya, dia begitu santai dan menyatu sempurna dengan lingkungan, rasa rileksnya seperti pulang ke rumah sendiri."
"Ini membuat Azhuang kehilangan kepercayaan diri sejenak, berpikir lama tapi tak juga ingat siapa orang ini."
"Kemudian."
"Dia mulai bersikap akrab dengan Kak Muka, lalu bercanda secara natural dengan Er Zhuzi, bahkan tadi bisa mengobrol santai dengan Li Ningning seolah mereka dekat!"
"Baiklah, ini masih bisa ditolerir, banyak orang di dunia yang memang mudah akrab, kemana-mana merasa seperti di rumah sendiri."
"Tapi sekarang malah semakin menjadi-jadi, dengan wajah menyeringai seolah wajar 'Kalian main gak ngajak gue?' mulai minta peralatan."
"Ini bukan main-main, bisa nyawa taruhannya! Lagipula, kau bisa terjun payung?"
"Tentu saja bisa."
"Lin Xian menjawab:"
"Aku tahu ini berbahaya, tapi kita Geng Wajah tak pernah punya pengecut."
"Siapa-siapa yang kau maksud 'kita'!"
"Azhuang curiga menatap Lin Xian:"
"Kau tahu kita mau melakukan apa?"
"Tahu, bukannya terjun payung dari ketinggian ke Kota Langit Rhein untuk mencari obat pencegahan atau pengobatan penyakit radiasi? Tenang, aku punya pengalaman wingsuit flying dari ketinggian 20.000 meter."
"Lin Xian mulai membual."
"Saat paling liar yang pernah kumainkan dalam mimpi sebelumnya hanyalah terjun payung wingsuit dari ketinggian beberapa ribu meter, tidak lebih dari sepuluh ribu meter."
Bukan karena dia tidak berani.
Alasan utamanya adalah di dunia mimpi pun sulit menemukan kesempatan seperti ini... lagipula Mimpi Pertama juga merupakan dunia masa depan nyata 600 tahun kemudian, kecuali untuk mereka yang disponsori Red Bull "saya bayar kau korbankan nyawa", dari mana bisa mendapat kesempatan terjun payung ultra-tinggi seperti ini?
Meskipun masuk mimpi paling awal setiap hari, dia hanya bisa bertahan 12 jam di sana. Rencana dan aksi yang terlalu rumit tidak punya cukup waktu untuk dijalankan.
"Kau sudah yakin?"
Azhuang menasihati:
"Kau lihat sendiri kasus Kak Muka tadi. Sedikit saja melenceng, selama menyentuh area di luar celah jaringan pertahanan udara, akan langsung ditembak laser dan menguap seketika."
"Dan begitu balon helium ini mencapai ketinggian 20.000 meter, tidak mungkin turun kembali. Ia akan terus naik sampai meledak di luar angkasa. Jadi kalau kau ingin menyerah di tengah jalan... tidak ada jalan pulang."
"Tenang saja tenang."
Lin Xian menyuruh Azhuang mempercepat tempo.
Baru saja dia melihat jam tangan, sudah lewat pukul 11 malam.
Kecepatan naik balon udara sangat lambat, ditambah waktu persiapan dan terjun payung. Sekalipun berhasil masuk Sky City dalam sekali percobaan, waktu eksplorasi yang tersisa sangat sedikit. Harus cepat-cepat.
Tidak lama kemudian.
Beberapa perempuan membawakan Lin Xian satu set peralatan terjun payung dan baju antariksa buatan tangan.
Barang-barang ini sendiri memang tidak langka.
"Sesuatu yang benar-benar langka... adalah nyawa manusia."
Saat ini, di desa-desa yang masih bertahan di Shanghai, selain orang tua, penyandang disabilitas, dan perempuan, hanya tersisa tiga laki-laki dewasa yang hadir di tempat ini.
"Setelah semua laki-laki ini gagal dan menjadi korban..."
"Kami para perempuan harus mulai belajar teknik terjun payung. Setelah menguasai teknisi, kami juga harus mengambil risiko seperti laki-laki yang telah gugur."
"Ini adalah kewajiban yang harus kami lakukan."
"Tanpa obat untuk menyembuhkan penyakit radiasi, orangtua dan anak-anak kami akan menjadi yang berikutnya menunggu kematian."
"Tidak ada yang bisa menghindarinya."
"Dengarkan baik-baik, Lin Xian."
Azhuang sambil mengenakan pakaian antariksa berat pada Lin Xian, menjelaskan:
"Target kita adalah area di atas alun-alun distrik barat laut. Selama bertahun-tahun, satu-satunya keberhasilan kami menghindari laser pertahanan udara adalah di wilayah ini. Jadi, pasti ada celah di arah ini—satu-satunya zona aman."
Lin Xian memandangi peta bergambar lingkaran merah di lantai:
"Luas alun-alun ini cukup besar. Apakah celahnya juga sebesar ini?"
"Tidak."
Azhuang menggelengkan kepala:
"Kami tidak tahu pasti posisi celahnya karena... tidak ada yang pernah kembali hidup-hidup. Berdasarkan posisi penguapan korban sebelumnya, kami hanya bisa menyimpulkan bahwa kemungkinan adanya celah di timur laut dan tenggara sangat kecil."
“Tapi informasi ini belum tentu akurat, tak ada yang tahu berapa luas sebenarnya celah itu. Jadi... kita hanya bisa mencoba. Saya usul nanti kita berdua terbang ke arah barat laut. Jika kita berdua mati di sana, setidaknya Er Zhuzi dan San Pang di belakang bisa mencoba menerobos ke arah barat daya... Ini akan meningkatkan peluang keberhasilan.”
“Baik.”
Lin Xian langsung menyetujui.
Seperti yang dia duga sebelumnya, posisi celah dan area yang bukan celah—semua informasi ini diperoleh dengan mengorbankan nyawa manusia melalui percobaan berulang kali.
Peluang keberhasilan dalam satu nyawa hari ini juga sangat kecil.
Tapi tidak masalah...
Mimpi siklus tak terbatas ini merupakan arena percobaan alami baginya.
Dia bisa mengingat dengan jelas setiap titik kematiannya, lalu menghindarinya di percobaan berikutnya.
Asalkan jumlah percobaannya cukup banyak.
Pada akhirnya, dia pasti bisa mendarat di dalam Rhein Sky City.
Inilah keunggulan terbesarnya dalam mimpi.
Dengan percobaan tak terhitung, bahkan probabilitas 1% pun akhirnya bisa menjadi 100%.
“Siap, kita lepas landas!”
Begitu tali tambatan diputuskan,
Balon helium menarik keranjang penumpang bersama Lin Xian dan Azhuang, perlahan naik dalam kegelapan.
Ini pertama kalinya Lin Xian naik balon udara, terasa sangat baru.
Sebelumnya dalam mimpi, bahkan ketika skydiving atau wingsuit flying, dia selalu naik menggunakan pesawat.
Balon udara ini naik lebih cepat dari perkiraannya, dan semakin lama semakin cepat.
Seiring ketinggian yang bertambah,
Angin juga semakin kencang, meniup balon helium menjauh dari arah Kota Langit.
Ini juga merupakan arah angin yang sudah diprediksi sejak awal.
Aksi invasi ke Kota Langit bukanlah kegiatan yang bisa dilakukan setiap hari.
Cuaca dan arah angin sangat penting.
Balon udara panas yang melayang sedikit menjauh dari Kota Langit tidak masalah, nanti cukup meluncur lebih lama di arah horizontal.
Tapi jika angin meniup balon udara panas ke arah Kota Langit...
Kemungkinan besar belum mencapai ketinggian aman, sudah menyentuh area laser pertahanan udara dan langsung GG.
Perlahan-lahan.
Lin Xian duduk di balon udara yang semakin tinggi.
Kerumunan di lantai berubah menjadi titik cahaya kecil.
Udara menjadi dingin menusuk, kacamata pelindung helm mulai berembun es.
Untungnya Lin Xian dan Azhuang membawa tabung oksigen di punggung, pakaian antariksa mereka tertutup rapat, tekanan internal dan kadar oksigen baik, suhu juga tidak terlalu terasa.
Pandangan dari balon udara yang naik hampir sama dengan naik pesawat.
Ada momen ketika masuk ke lapisan awan, kabut di sekeliling sangat tebal, tidak bisa melihat apapun di segala arah maupun bawah.
Tapi begitu mencapai ketinggian tertentu, pandangan tiba-tiba menjadi luas, lapisan awan di bawah justru terlihat jelas, memamerkan lentera-lentera di bumi.
Lin Xian melirik altimeter di sampingnya.
Ketinggian saat ini sudah mencapai 15.000 meter.
Suhu udara minus 37 derajat.
Melihat ke atas... langit berwarna kelabu, cahaya bulan sangat terang, terlihat masih ada awan tipis di atas.
Lin Xian pernah dengar, dengan menengadah di ketinggian lebih dari tiga puluh ribu meter, seseorang bisa melihat kegelapan luar angkasa.
Dia sempat meragukan hal ini.
Bagaimanapun, ketinggian tiga puluh ribu meter hanyalah stratosfer atmosfer, jarak ini masih sangat jauh dari luar angkasa.
Tapi... fakta berbicara lebih keras daripada argumen.
Dia telah menonton banyak video olahraga ekstrem, termasuk terjun payung dari ketinggian di atas tiga puluh ribu meter. Saat balon helium naik di siang hari yang cerah, begitu mencapai ketinggian tiga puluh ribu meter, latar belakang benar-benar berubah menjadi kegelapan luar angkasa.
Apakah karena atmosfer yang terlalu tipis?
Lin Xian tidak pernah mempelajari ini secara serius.
Jika ada kesempatan seperti itu, dia sangat ingin berdiri di ketinggian lebih dari tiga puluh ribu meter, menatap alam semesta ini, melihat apakah benar bisa menyaksikan garis lengkung bumi dan kegelapan luar angkasa.
Tak lama kemudian...
Indikator ketinggian menunjukkan balon helium telah mencapai ketinggian 17.000 meter.
Ketinggian ini telah melebihi semua pesawat komersial, suhu mendekati minus 50 derajat, tekanan atmosfer turun menjadi sepersepuluh permukaan bumi.
Tidak ada makhluk hidup di bumi yang bisa bertahan di ketinggian ini, ini adalah zona terlarang bagi kehidupan.
Suhu tidak perlu disebutkan, sekadar bernapas normal saja sudah menjadi kemewahan.
Di atas kepala, meskipun Azhuang terus mengeluarkan gas dari balon helium, ukurannya tetap membesar sampai tingkat yang mengerikan.
Tekanan udara, sesuatu yang biasanya tidak kita sadari keberadaannya, dalam situasi tertentu dapat dengan mudah menjadi kekuatan penghancur nyawa.
Akhirnya!
Ketinggian mencapai hampir 20.000 meter di udara!
Azhuang menepuk helm Lin Xian, memberi isyarat agar melihat ke bawah—
Kota Langit Rhein yang diterangi lentera neon terhampar jelas di bawah.
Benar-benar kota yang sangat maju...
Arus mobil berubah menjadi garis cahaya yang memanjang, seperti kunang-kunang yang beterbangan di seluruh kota.
Mengikuti petunjuk Azhuang, Lin Xian mengunci posisi alun-alun pusat itu.
Terlalu... terlalu kecil...
Dari ketinggian 20.000 meter, cahaya alun-alun itu hanya sebesar kuku, tapi setidaknya ada patokan arah terbang.
Lin Xian membalas dengan gestur tanda mengerti.
Kemudian, Azhuang melambaikan tangan ke Lin Xian dan melompat dengan gagah!
Shu!
Di bawah pengaruh gravitasi, tubuh Azhuang mulai jatuh bebas. Jelas dia sudah berlatih lama, dalam sekejap berhasil menstabilkan postur tubuhnya yang terentang, mulai meluncur ke depan dan dalam sekejap sudah menjauh ratusan meter.
Lin Xian juga langsung menyusul, melompat dengan gagah!
Huuuuuuuuuuuu!
Angin dingin menerpa kencang.
Setelah sensasi weightlessness singkat, daya dorong dari hambatan udara dan gesekan membuat Lin Xian merasakan tekanan ke atas.
Daripada langsung merentangkan tubuh seperti Azhuang, dia memilih posisi menukik untuk mempercepat jatuh.
Berencana mengejar ketinggian Azhuang terlebih dahulu, lalu menjaga jarak tertentu di belakangnya.
Kemampuan wingsuit flying Lin Xian sebenarnya cukup baik.
Mengontrol postur dan kecepatan meluncur secara bebas seperti ini hanyalah dasar-dasar.
Galileo melakukan eksperimen di Menara Miring Pisa, menjatuhkan dua bola dengan massa berbeda secara bersamaan, dan keduanya menyentuh tanah pada waktu yang sama, sehingga membantah teori Aristoteles.
Jadi...
Banyak orang mungkin berpikir bahwa dalam kondisi jatuh bebas di udara, orang yang melompat dari pesawat belakangan tidak mungkin bisa menyusul yang melompat lebih dulu.
Sebenarnya teori ini salah.
Semua pelaku olahraga ekstrem tahu, manusia berbeda dengan bola besi - perbedaan posisi tubuh bisa sangat mempengaruhi kecepatan jatuh.
Selain itu... karena hambatan udara meningkat seiring kecepatan jatuh, selama ketinggian cukup, manusia yang jatuh dari ketinggian akhirnya akan mencapai keseimbangan mekanis, berubah dari percepatan menjadi kecepatan konstan.
Kecepatan akhir ini disebut 【kecepatan terminal】.
Secara umum, kecepatan terminal rata-rata berat perempuan sekitar 50 meter per detik; sedangkan pria sekitar 90 meter per detik.
Benar.
Meski bertentangan dengan logika awam.
Tapi faktanya, orang dengan berat lebih besar akhirnya jatuh jauh lebih cepat daripada yang lebih ringan.
Dengan posisi sempurna dan kondisi ideal, kecepatan terminal jatuh bebas manusia bahkan bisa mencapai lebih dari 300 meter per detik.
Sangat cepat.
Ketinggian dan kecepatan jatuh Lin Xian telah menyusul Azhuang yang melompat lebih dulu, kedua orang ini menjaga jarak tetap sambil turun cepat, meluncur ke arah alun-alun distrik barat laut Rhein Sky City.
Semakin dekat.
Semakin dekat!
Kacamata pelindung mulai mengumpulkan kerak es.
Meski memakai helm, teriakan angin dingin saat jatuh bebas berkecepatan tinggi tetap terasa!
Meski jarak ke permukaan Sky City masih 10.000 meter, kecepatan pendekatan visual ini tetap membuat jantung berdebar.
Sebentar lagi... saatnya meraba hadiah.
Lin Xian sengaja menggeser posisi ke kanan alun-alun, berencana mencari "celah" tak kasat mata di jaringan pertahanan udara dari kanan ke kiri.
Jika kali ini gugur, besok akan bergeser sedikit ke kiri; jika masih mati, lusa akan geser lagi...
Perlahan-lahan mengeliminasi pilihan, suatu hari pasti menemukan posisi celah yang benar.
Melalui helm astronotnya, Lin Xian menatap Rhein Sky City yang semakin mendekat.
Di dalamnya...
Apa gerangan yang tersembunyi?
