BAB 11 CC yang Menghilang

　　Sekitar patung ini tampaknya tidak ada petunjuk yang bisa ditemukan, Lin Xian berencana mencari ke area di luar alun-alun. 　　Menuruni anak tangga menuju patung... 　　“Hmm? Jalan buntu?” 　　Lin Xian mengira dengan menuruni tangga ini bisa mencapai alun-alun dari platform tinggi patung. 　　Tapi di dasar tangga, terdapat pintu elektronik tinggi yang memisahkan area patung dengan alun-alun. 　　Baru sekarang dia paham mengapa area lain alun-alun ramai pengunjung, tapi sekitar patung sepi hanya ada robot tua pengumpul sampah. 　　Karena keberadaan pintu elektronik tinggi besar ini, panggung patung ini sebenarnya merupakan area terlarang masuk. 　　Dirinya masuk ke sini dengan cara jatuh dari langit, pengunjung normal tidak mungkin masuk. 　　Lin Xian memeriksa pintu elektronik yang tinggi besar ini, tidak menemukan mekanisme pembuka maupun tombol password, sepertinya tidak bisa keluar dari sini. 　　Tapi tidak masalah, ini tidak akan menghentikannya. 　　Robot sampah tadi langsung dilempar dari tepi panggung, dengan keahlian parkour-nya yang mahir, dirinya cukup memanjat tembok untuk turun. 　　Kembali ke atas panggung, menemukan lokasi tempat melempar robot, Lin Xian memegang tepi panggung dan melompat dengan beberapa gerakan memburu hingga mendarat aman. 　　Brak. 　　Setelah mendarat, Lin Xian melihat beberapa komponen robot sampah yang terlepas di sebelahnya. 　　Tiba-tiba dia berpikir... 　　Jika ingin kembali ke panggung patung dari sini, pasti harus melewati pintu elektronik besar itu. 　　Tadi dirinya sudah memeriksa, pintu elektronik itu terkunci rapat. 　　Lalu... bagaimana robot sampah VV tadi bisa melewatinya? 　　"Apa ada lorong khusus? Dirancang khusus hanya untuk robot sampah?" 　　Lin Xian masih belum mengerti. 　　Tapi sekarang robot model VV itu sudah dia bongkar, sudah terlambat untuk memverifikasi. 　　Meninggalkan area patung, Lin Xian menyebrangi alun-alun menuju jalan raya. 　　Harus diakui, kerumunan di alun-alun mengenakan pakaian aneh dengan berbagai gaya yang sangat absurd namun juga bebas. 　　"Perhatikan lebih seksama lagi..." 　　Lin Xian terkagum-kagum saat menyadari, pakaian yang dikenakan penduduk Kota Langit bukanlah sekedar kain biasa—melainkan lebih mirip kain pintar berteknologi layar fleksibel yang bisa menampilkan gambar! 　　Ia bingung mendeskripsikan produk teknologi tinggi ini... 　　Pakaian para gadis kerap berganti warna dan motif layaknya tayangan kartun—kadang berubah corak, kadang berganti model bak sihir transformasi. 　　Pakaian para Paduka relatif sederhana, jarang berubah warna. Namun bila diamati, motif pada pakaian mereka ternyata dinamis. 　　Pola hiasannya bergerak-gerak, bukan tertiup angin, melainkan seperti video yang diputar bebas di permukaan kain. 　　Riaikan ombak bergulung, dedaunan meliuk-liuk. Pada pakaian bergambar karakter kartun, tokoh-tokoh itu bisa menjulurkan lidah atau beraksi... sungguh ajaib. 　　Karenanya Lin Xian yakin, pakaian mereka pasti terbuat dari bahan khusus berteknologi tinggi yang memadukan kelembutan kain dengan kemampuan menampilkan gambar layar komputer, mempermudah pergantian outfit. 　　"Praktis sekali." 　　Lin Xian membayangkan, andai teknologi ini ada di tahun 2023, kita tak perlu lagi pusing memilih paduan baju setiap hari. 　　Memakai pakaian berteknologi tinggi ini seperti mengganti kulit karakter dalam game, cukup sentuh pocel dan warna serta pola baju akan berubah sesuai keinginan; bahkan bisa diatur seperti screensaver dengan model perputaran dinamis, layaknya kaleidoskop Sakura si Tukar Rupa. 　　Di alun-alun, karena gaya pakaian orang-orang berbeda-beda dan terus berubah, penampilan sederhana Lin Xian dengan kaos lengan pendek dan celana panjang tidak terlihat aneh. Kehadirannya tidak menarik perhatian berlebihan. 　　Ini benar-benar kota yang bebas, kota dengan tingkat toleransi yang sangat luas. 　　Setelah keluar dari alun-alun, Lin Xian baru benar-benar tiba di Kota Langit yang sesungguhnya. 　　Berbeda dengan kemewahan semu di Shanghai Baru... Kemewahan Rhein Sky City adalah perubahan hidup nyata melalui teknologi. 　　Di segala penjuru langit, mobil dan robot bergerak cepat bertebaran. Operasi mereka rumit namun teratur. Hampir semua gedung tinggi menampilkan proyeksi gambar berganti-ganti, polusi cahaya yang parah bercampur efek 3D mata telanjang yang sempurna. 　　Di tepi jalan, Lin Xian melihat "robot pengolah sampah" yang sesuai dengan gaya arsitektur Kota Langit. 　　Robot-robot berukuran besar ini bergerak sangat cepat. Saat melintas, mustahil melihat cara kerjanya... Sampah di tanah langsung tersedot masuk ke kompartemen sampah. 　　Tidak mengerti, sama sekali tidak mengerti. 　　Inilah kota masa depan yang sesungguhnya. 　　Wajar saja kalau tidak mengerti. 　　Keberadaan Lin Xian di kota ini sudah setara dengan manusia purba dari 600 tahun lalu. Segala sesuatu yang bisa dia pahami, pasti sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. 　　Jadi... 　　Ini sangat kontradiktif. 　　Bukankah tujuan Klub Jenius adalah menghambat perkembangan teknologi manusia? 　　Lin Xian merasa bingung. 　　Selama ini dia selalu berpikir seperti itu. 　　Dari teknologi Mimpi Pertama yang berjalan di tempat, hingga teknologi mimpi kedua yang hanya tampak luar bagus, dia selalu mengira bahwa tangan hitam yang tak terlihat dari Klub Jenius-lah yang menghambat perkembangan sains manusia. 　　Tapi saat ini, tingkat teknologi Kota Langit Rhein ini jelas sudah meledak ke tingkat yang luar biasa, sama sekali tidak terlihat jejak penghambatan. 　　Fusi nuklir terkendali juga sudah berhasil dipecahkan, berbagai elemen teknologi tinggi tersedia lengkap. 　　【Jika tujuan Klub Jenius bukan sekadar menghambat perkembangan teknologi, tapi hanya menggunakan ini sebagai kedok untuk menyesatkan orang... lalu apa tujuan sebenarnya mereka?】 　　"Semakin tidak bisa dipahami." 　　Satu-satunya alasan yang bisa dipikirkan Lin Xian adalah... 　　Mungkinkah ini ada hubungannya dengan konstanta alam semesta 42? 　　Sayangnya, ayah Dalimao di mimpi ketiga telah meninggal karena sakit radiasi saat Dalimao masih kecil, tidak memiliki prestasi apapun di bidang matematika, sehingga Lin Xian kehilangan jalur mudah untuk mengklarifikasi apa sebenarnya 42 itu. 　　Setelah keluar dari alun-alun, Lin Xian melihat papan petunjuk di pintu masuk dan baru tahu bahwa nama alun-alun ini adalah Alun-alun Peringatan Rhein. 　　Di sini dilarang membunyikan klakton, dilarang kendaraan bermotor, dilarang terbang. 　　Tampaknya ini adalah tempat yang sangat terhormat dan penuh kesakralan. 　　"Mengingat Zhao Yingjun bisa mendirikan patung di tempat ini, pastinya statusnya di Rhein Sky City sangat tinggi." 　　Lalu bagaimana dengan dirinya sendiri? 　　Bukankah dirinya sendiri yang merupakan pendiri dan CEO perusahaan Rhein... 　　Apa yang sebenarnya terjadi selama 600 tahun ini? 　　Jika ingin memahami semua ini, cara termudah adalah mencari toko buku dan memeriksa catatan sejarah... tentu saja, jika sejarah di dunia ini masih bisa dilacak dan tidak sengaja terputus. 　　Sayangnya, Lin Xian sudah mencari lama bahkan bertanya pada pejalan kaki, tapi tidak menemukan satupun toko buku yang buka. Banyak pejalan kaki malah menunjukkan wajah menyeringai penuh keraguan: 　　"Toko buku? Sekarang masih ada orang yang membaca buku?" 　　Singkatnya, toko buku tidak ditemukan, tapi apotek berhasil ditemukan. 　　Setelah masuk dan bertanya, memang tersedia obat untuk penyakit radiasi, tapi jumlahnya sangat terbatas. 　　Staf toko memberitahu Lin Xian bahwa sekarang hampir tidak ada yang terkena penyakit radiasi lagi. Antigen imunitas ini sudah bisa diserap bayi langsung melalui ASI ibu, bahkan susu formula juga sudah lama ditambahkan. 　　Alasan masih menyediakan sedikit obat hanya untuk mengantisipasi keadaan darurat saja. Pada dasarnya obat-obat ini akan kedaluwarsa tanpa ada yang membeli. 　　Dari mengelilingi jalan-jalan, Lin Xian benar-benar merasakan kehidupan warga Rhein Sky City yang sangat santai dan bebas. 　　Bahua sistem keamanannya pun sangat longgar, sangat berbeda dengan patroli ketat di Shanghai Baru... Setidaknya sebagai penyusup, dirinya sama sekali tidak mendapat kecurigaan, pertanyaan, atau perhatian berlebihan, sudah berbaur sempurna dengan lingkungan. 　　“Permisi, kalau saya ingin tahu lebih banyak tentang sejarah Kota Rhein, ke mana saya harus pergi?” 　　Lin Xian melihat petugas wanita di apotek ini mudah diajak bicara dan cerewet, lalu mengajukan pertanyaan ini padanya. 　　Petugas wanita itu langsung menjawab tanpa berpikir: 　　“Kalau begitu pergi saja ke 【Museum Rhein】, di sana ada banyak dokumen sejarah. Dan di bagian terdalam museum... ada aula pribadi Nyonya Zhao Yingjun yang menyimpan banyak peninggalan sejarah berharga.” 　　Saat menyebut nama Zhao Yingjun, wajah petugas itu menunjukkan penghormatan tulus: 　　“Sayangnya, sekarang museum sudah lama tutup. Kau baru bisa datang siang nanti.” 　　Aula pribadi Zhao Yingjun? 　　Bagus. 　　Peta baru dan lokasi baru terbuka. 　　Lin Xian berpikir, jika Zhao Yingjun benar-benar meninggalkan informasi penting untuknya, mungkin itu tersembunyi di aula pribadi museum? 　　Singkatnya, sangat perlu untuk pergi ke sana. 　　Masalah museum yang tutup malam hari... nanti cari cara menyusup saja. 　　Kalau sendirian tidak cukup, ajak Dalimao dan yang lain. 　　Asalkan dia bisa menemukan posisi celah jaring pertahanan udara dengan akurat next time, pasti Dalimao dkk mau ikut. 　　Sebenarnya, sekarang Lin Xian sudah mengerti. 　　Hal yang benar-benar menyeramkan di Langit Kota Rhein adalah sistem laser pertahanan udara itu. Begitu berhasil masuk, tidak ada kesulitan sama sekali. 　　Keluar dari apotek, Lin Xian melihat jam tangannya—sudah pukul 00.40. 　　Hari ini waktu terbuang untuk berbelanja dan mengenal lingkungan, tapi sebagai pertama kali masuk ke Kota Langit, hasilnya tetap memuaskan. 　　"Datang lagi besok." 　　Lin Xian melihat jam tangannya sambil menatap langit. 　　Meski teknologi sudah begitu mapan... apakah manusia tetap tak sadar akan bencana besar di 00:42? 　　Ini benar-benar membuat Lin Xian sedikit meragukan dugaan sebelumnya. 　　Cahaya putih ganjil yang menghancurkan itu, sebenarnya apa? 　　Ledakan bumi sendiri? 　　Atau serangan alien? 　　Atau bencana dimensi yang sama sekali tak bisa dipahami peradaban manusia? 　　"Sebenarnya ada kemungkinan lain" 　　Lin Xian teringat film serupa seperti "The Matrix". 　　Mungkinkah... 　　Tempat ini bukan dunia nyata, hanya simulasi buatan yang dibuat persis seperti masa depan sebenarnya, begitu nyata sampai tak bisa dibedakan, mematuhi semua hukum fisika dan pola perkembangan... sedangkan 00:42 hanyalah waktu restart server? 　　Lin Xian menggelengkan kepala. 　　"Menurutku kemungkinannya kecil, tapi masalah ini mudah diverifikasi - cukup tunggu hingga tahun 2023 ketika Bank Thyme didirikan di dunia nyata." 　　"Saat itu, aku akan menyimpan sesuatu di brankas Bank Thyme, lalu mencari Bank Thyme lagi dalam mimpi, membuka brankasku untuk memeriksa apakah isinya sama... maka secara alami bisa dinilai apakah mimpi ini benar-benar terkait dengan realitas." 　　Memikirkan ini, Lin Xian melihat jam tangannya. 　　00:41:20 　　Masih sempat bertanya! 　　Dia buru-buru kembali ke apotek, menemukan pegawai wanita itu: 　　“Maaf, mau bertanya satu masalah lagi. Tahukah Anda di mana letak Bank Thyme di kota ini?” 　　“Bank Thyme?” 　　Gadis pelayan menggelengkan kepala: 　　“Sama sekali tidak pernah dengar. Biar saya cek untuk Anda.” 　　Setelah berkata demikian, gadis pelayan itu tetap diam di tempatnya tanpa gerakan apapun. Lin Xian pun tidak tahu dengan perangkat apa dia sedang melakukan pencarian. 　　Chip di dalam otak? Atau komputer visual yang terintegrasi di retina? 　　Sekitar belasan detik kemudian, gadis pelayan itu kembali menggelengkan kepala: 　　“Maaf Tuan, di seluruh distrik Kota Langit Rhein... tidak ditemukan keberadaan bank tersebut.” 　　Tidak ada? 　　Lin Xian cukup terkejut. 　　Bank Thyme tidak ada? 　　Ini situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya seperti apa? 　　Lin Xian sempat mengira... bahwa Bank Thyme, serta brankas yang bertuliskan namanya itu, adalah entitas yang kokoh seperti Dalimao. Bagaimanapun perubahan ruang-waktu dan dunia ini, mereka seharusnya tidak akan lenyap! 　　Namun kali ini. 　　Perubahan ruang-waktu seperti apa yang terjadi? Langsung menghilangkan Bank Thyme dan brankasnya? 　　Yang paling membuat Lin Xian resah adalah... 　　Bagaimana dengan CC? 　　Dalam dua mimpi sebelumnya, dia selalu bertemu CC justru karena perempuan itu selalu datang ke Shanghai untuk mencari pria berjanggut tebal - yaitu VV - yang meninggalkan brankas berisi kebenaran miliknya. 　　Tapi sekarang, Bank Thyme dan brankasnya sudah tidak ada. 　　Bukankah itu berarti... 　　【CC juga ikut menghilang?】 　　“Ini sebenarnya... apa yang terjadi?” 　　Lin Xian berkedip secepat kilat. 　　Di depan mata. 　　Seolah-olah ratusan kupu-kupu dengan debu bintang biru beterbangan, kepakan sayapnya mengacaukan aliran udara tak kasat mata menjadi kacau-balau. 　　Seperti senar harpa yang dipetik kuat oleh kekuatan luar. 　　Akhirnya... 　　Dor! Senar itu putus sesuai bunyinya. 　　BOOM!!! 　　BOOM!!! 　　BOOM!!! 　　Cahaya putih yang familiar dan membakar menyapu langit dan bumi menjadi debu. 　　…… 　　…… 　　…… 　　Di sudut kamar tidur, Lin Xian membuka matanya di ranjang. 　　Ia mengerutkan alut bangun, memandang jam di meja rias—— 　　00:42 　　"Mengapa... Bank Thyme tidak ada?" 　　Lin Xian menutup matanya. 　　Tak terbayang jangkar apa yang memicu perubahan ruang-waktu ini. 　　Efek kupu-kupu temporal memang sistem chaos, seperti Hukum Ruang-Waktu yang telah ia pahami sejak awal: 　　Perubahan ruang-waktu tidak terkendali. 　　Tampaknya... 　　Bahkan dari perspektif Hukum Ruang-Waktu, tak ada yang mutlak tak berubah atau lenyap. 　　Perubahan kuantitatif memicu perubahan kualitatif, ini tetap soal amplitudo dan elastisitas. 　　Benar. 　　"【Elastisitas Ruang-Waktu】." 　　Lin Xian teringat ucapan Huang Que, peringatan penuh maknanya tentang betapa krusialnya hukum elastisitas ruang-waktu ini——hampir memuat semua jawaban misteri. 　　Namun ia tetap tak memahami makna terdalam hukum ini, maupun signifikansi hierarkisnya. 　　“Dia juga ingin memahami di mana letak pentingnya hal yang disebutkan Huang Que sebagai krusial itu.” 　　“Elastisitas… bukankah itu ketahanan ruang-waktu? Toleransi dalam batas fluktuasi tertentu? Masih ada makna lain apa lagi?” 　　“Lin Xian merasa dirinya hampir menyambar suatu petunjuk, tapi masih selangkah lagi, selangkah terakhir yang menghalanginya meraih titik kunci itu.” 　　“Ah, lebih baik tidur lebih awal.” 　　Lin Xian memutuskan untuk tidak begadang. 　　Dia membuka ponsel melihat jadwal dan informasi tiket pesawat yang dikirim Liu Feng di WeChat: 　　“Besok pagi masih harus menjemput Liu Feng di bandara.” 　　“Di WeChat-nya dia bilang, ada penemuan baru yang mau ditunjukkan padaku…” 　　“Kira-kira apa ya?”