“Lihat, kan? Sudah kukatakan, dia memang merespon suaramu.”
Zhao Yingjun memandang penuh minat pada rekaman video beberapa detik tadi, tak bisa menahan tawa.
Anjing Pomeranian bernama VV itu memang sangat menyukai Lin Xian. Begitu mendengar suaranya, langsung menjadi jinak dan patuh, seolah berubah menjadi kucing manja dalam sekejap.
Lin Xian pun mulai mengubah persepsinya tentang anjing kecil ini, kini tampak lebih berwibawa di matanya.
Bagaimanapun...
Kita semua berasal dari akar yang sama.
Kita sama-sama VV, jangan sungkan.
Sampai di sini.
Lin Xian telah memahami semua asal-usul VV beserta logika ruang-waktu sebab-akibatnya, sebagian besar hal tentang VV bisa dijelaskan dengan jelas.
Satu-satunya hal yang masih membingungkan adalah—
VV yang disebut-sebut CC ini... ada apa sebenarnya?
Jelaslah, nama anjing Pomeranian ini, model robot tempat sampah, dan nama otak pusat Istana Langit Rhein—semuanya diberikan oleh Zhao Yingjun, sehingga disebut VV.
Tapi Zhao Yingjun tidak pernah menganggap dirinya sebagai VV.
Baik sekarang maupun 600 tahun kemudian, di mata Zhao Yingjun dirinya akan selalu menjadi Lin Xian, dan dia tidak akan pernah menyebut dirinya dengan nama VV.
Alasan dia mengatur VV sebagai password aktivasi suara murni karena dia baru merekam suaranya sendiri yang memanggil VV, sehingga menyembunyikan petunjuk di seluruh kota langit agar suatu hari nanti dia akan mengucapkan kata sandi ini di depan robot tempat sampah yang membandel.
Karena itu.
Pada dasarnya, VV yang disebut CC sama sekali tidak berhubungan dengan VV dalam hidup Zhao Yingjun.
Satu-satunya jawaban yang masuk akal.
Yakni diri sendiri di masa depan—versi diri yang berubah menjadi pria berjanggut tanpa alasan—yang memberitahu CC secara langsung bahwa namanya adalah VV.
Ini agak menarik untuk direnungkan.
Mengapa diri sendiri tidak memberitahu CC nama aslinya?
Apalagi sekarang dia sudah tahu bahwa VV adalah nama anjing... Siapa yang akan menggunakan nama anjing sebagai kode panggil?
Bukankah ini mempermalukan diri sendiri?
Menurut CC, dalam fragmen memori dari ruang-waktu yang tidak diketahui itu, saat bertemu VV dia masih gadis kecil yang belum dewasa, sedangkan pria berjanggut itu sudah setengah baya.
Jangan-jangan, di suatu dunia masa depan, dirinya juga berhasil hidup sampai 600 tahun kemudian?
Mungkin saja.
Bagaimanapun, setiap mimpi yang berbeda mewakili kemungkinan masa depan, yaitu garis dunia yang berbeda di bawah kelengkungan ruang-waktu yang berbeda seperti yang diungkapkan Liu Feng.
Dalam mimpi ketiga, diriku sendiri sudah meninggal sebelum tahun 2026, pasti tidak mungkin bertemu CC di dunia 600 tahun kemudian.
Lalu bagaimana jika diriku mengubah masa depan lebih lanjut.
Bagaimana dengan mimpi keempat setelahnya? Mimpi kelima? Seperti apa jadinya?
Ini sulit diprediksi...
Perubahan ruang-waktu tidak terkendali, diriku hanya bisa meraba-raba langkah demi langkah mengandalkan keberuntungan.
Tapi pertama-tama, tugas inti sekarang adalah membuat diri cepat menjadi kuat, bagaimanapun juga, temukan cara untuk melewati tahun 2026 dulu.
……
Zhao Yingjun menonton rekaman video yang baru dibuatnya berulang kali, lalu bangkit dari lantai dan memasukkan ponsel ke dalam saku:
"Aku juga tidak tahu harus berkata apa... Sudah tujuh tahun aku merawatnya, setiap hari masih menganggapku musuh. Tapi kalian berdua, baru pertama kali bertemu langsung disukai begitu, lebih baik kamu bawa saja pulang."
Lin Xian terkikik, dia tahu Zhao Yingjun sedang bercanda, lalu menjelaskan:
"Sebenarnya dari sudut pandang biologi... mungkin karena faktor aroma."
"Aroma?" Zhao Yingjun memiringkan kepalanya.
"Ya."
Lin Xian terus mengelus-elus kepala anjing Pomeranian, menyisir bulu di lehernya sambil memperhatikan suara dengkurannya yang menandakan kenikmatan:
“Indra penciuman anjing jauh lebih tajam daripada manusia, sehingga bisa mencium banyak aroma yang tidak terdeteksi oleh manusia. Bagi anjing, aroma merupakan jenis informasi yang sangat penting. Saya menduga ada aroma tertentu pada tubuh saya yang tidak tercium manusia tapi bisa dirasakan anjing, membuatnya begitu tenang dan menyukai saya.”
“Sama seperti kelelawar dan lumba-lumba yang bisa mendengar suara di luar jangkauan pendengaran manusia, suara terbagi menjadi ultrasonik dan infrasonik berdasarkan frekuensinya. Frekuensi yang terlalu tinggi atau rendah tidak bisa didengar telinga manusia. Prinsip serupa juga berlaku untuk aroma.”
“Tapi... ini hanya dugaan saya saja. Saya tidak ingat di mana pernah membaca teori ini, mungkin juga cuma konten marketing yang mengarang bebas. Atau mungkin seperti katamu, dia memang suka mendengar suara saya.”
Zhao Yingjun berkedip secepat kilat:
“Pengetahuanmu benar-benar di luar dugaan. Tapi bagaimanapun, kamu sangat membantu. Dengan video ini... Saya ingin memutar suaramu saat dia menggonggong mengganggu warga nanti malam, pasti akan membuatnya tenang.”
Dia mengangkat pergelangan tangan, melihat jam kecil di sana, lalu tersenyum:
“Sebagai ucapan terima kasih, kebetulan sudah jam makan. Ada restoran masakan Hunan enak di depan pintu kompleks, aku traktir kamu makan. Bisa makan pedas?”
“Bisa saja.” Jawab Lin Xian.
“V～～～” Anjing Pomeranian mengeluarkan suara manis yang tidak sesuai dengan karakternya, menjulurkan lidah menjilat punggung tangan Lin Xian.
……
Di gerbang kompleks, berdiri restoran masakan Hunan yang megah.
Setiap sudut dihiasi dengan pot-pot cabai merah menyala sebagai dekorasi, menunjukkan tingkat kepedasan dan keaslian masakan restoran ini benar-benar terjamin.
Baru sekarang Lin Xian menyadari bahwa sebenarnya dia hanya makan bersama Zhao Yingjun beberapa kali saja.
Dan ini pertama kalinya mereka makan masakan Tionghoa.
Dari sedikit pengalaman makan bersama sebelumnya, entah itu di pesta jamuan atau restoran Barat, benar-benar baru pertama kali ini datang ke rumah makan Tionghoa.
Mengingat kembali pertama kali mereka makan bersama...
Waktu itu masih di jamuan amal sains saat pertama kali bertemu Profesor Xu Yun.
Saat itu, status mereka bagai langit dan bumi. Lin Xian yang mengenakan setelan jas pas tapi tak sesuai statusnya berdiri di belakang Zhao Yingjun, diam-diam menghalau pria-pria yang ingin mengajaknya berdansa.
Kini...
Hubungan mereka bukan lagi bos dan anak buah.
Secara jabatan, mereka sudah setara sebagai CEO perusahaan masing-masing. Apalagi dengan hak cipta Kucing Rhein dan lisensi bahan kimianya, Lin Xian kini sudah menjadi pemilik utama Perusahaan MX.
Namun bagi Lin Xian, dia tetap sangat menghormati Zhao Yingjun.
Bukan hanya karena hubungan mentor-murid dulu, tapi lebih karena 600 tahun kesepian di Mimpi Ketiga dan pertemuan melintasi waktu yang hanya menyisakan patung... membuatnya menyimpan perasaan tak terucap pada Zhao Yingjun.
Hari ini, dia benar-benar ingin lebih banyak berbicara dengan Zhao Yingjun.
Mengingat pemandangan di koridor proyeksi...
Pada tahun 2026, Zhao Yingjun menutup mata yang enggan berpisah dan tidur di dalam kabin hibernasi;
Perempuan yang semakin menua ini merencanakan sendiri pembangunan Kota Langit yang megah;
Di usia senja, dia masih suka tidur siang di Bentley biru yang sudah rusak itu;
Dia sering menaruh robot tempat sampah di kursi pengemudi utama, atau bermain lempar kertas dengannya di rumah yang sepi.
Zhao Yingjun...
Sebenarnya juga ingin berbicara lebih banyak dengan dirinya sendiri, bukan?
"Saat aku kuliah di luar negeri, yang paling kurindukan adalah rasa kuat masakan Tionghoa."
Zhao Yingjun tersenyum melihat ayam pedas berwarna merah menyala yang baru dihidangkan pelayan:
"Makanan luar negeri rasanya terlalu hambar, kalau kebanyakan makan bikin lemas."
"Spanyol kan."
Lin Xian mengangkat gelas air sambil berkata santai:
"Sebenarnya rasa makanan di sana masih tergolong agak kuat dibanding banyak negara Eropa, cuma jenis bumbunya kurang. Eropa itu baru benar-benar gurun kuliner."
Sumpit Zhao Yingjun berhenti di udara, matanya penuh tanya menatap Lin Xian:
"Kau tahu aku pernah kuliah di Spanyol?"
"Hah? Bukan begitu?"
Sekarang giliran Lin Xian yang tertegun - di paviliun pribadinya 600 tahun kemudian, proyeksi di koridor tertulis seperti itu. Apakah ini sejarah yang dipalsukan?
“Saya memang pernah kuliah di sana, tapi waktu tinggal di Spanyol sebenarnya sangat singkat. IESE Business School memang sekolah di Spanyol, tapi mereka memiliki lima kampus di seluruh dunia. Saya segera pindah ke kampus Munich, jadi... Di semua dokumen eksternal saya, selalu tertulis bahwa saya kuliah di Jerman.”
Zhao Yingjun mengambil sepotong ayam untuk dirinya, meletakkan sumpit lalu tersenyum, menatap Lin Xian:
“Jadi... Aku cukup terkejut kamu bisa menyebutkan bahwa aku pernah sekolah di Spanyol. Apa kamu sengaja mencari informasinya?”
“Aku juga lupa di mana membacanya.” Lin Xian menanggapi dengan santai sambil mengalihkan topik.
Percakapan selama makan ini berlangsung sangat alami dan menyenangkan bagi kedua belah pihak.
Pada pertemuan-pertemuan makan sebelumnya, Zhao Yingjun selalu menguasai pembicaraan karena dia cukup memahami Lin Xian, sedangkan Lin Xian sama sekali tidak mengenalnya.
Tapi sekarang berbeda...
Setelah mengalami ruang pamer pribadi Zhao Yingjun di Rhein Sky City.
Lin Xian tidak hanya memahami sejarah separuh hidup Zhao Yingjun, tapi bahkan telah melihat masa depannya di separuh hidup berikutnya. Bisa dibilang, mungkin sekarang dia lebih mengerti Zhao Yingjun daripada dirinya sendiri.
Karena itu percakapan kali ini terasa jauh lebih nyaman, seperti bertemu dengan teman lama.
“Apa kamu juga suka menonton film biasanya?”
Lin Xian meneguk air lalu meletakkan gelasnya:
“Waktu ke rumahmu tadi, aku lihat banyak cakram Blu-ray di samping TV.”
“Dulu tidak sering menonton.”
Zhao Yingjun menggelengkan kepala:
“Tapi selama setengah tahun ini saya sudah menonton cukup banyak. Sebelumnya saat makan bersama, kamu banyak bercerita tentang film-film, terutama genre fiksi ilmiah. Saya jadi tertarik dan membeli beberapa DVD untuk ditonton di rumah.”
“Ngomong-ngomong soal ini, akhir-akhir ini saya menonton beberapa film fiksi ilmiah tentang perjalanan waktu dan antariksa seperti 《Deep Space Amnesia》, 《Interstellar》... Semuanya menampilkan kabin hibernasi, ini membuat saya teringat penelitian Profesor Xu Yun.”
“Dalam film-film itu, orang tidur di kabin hibernasi lalu terbangun setelah puluhan bahkan ratusan tahun. Dunia sudah berubah total, keluarga dan teman-teman ada yang menua atau meninggal. Saya merasa kesepian seperti ini terlalu menyiksa - lebih menyakitkan daripada kehilangan orang tercinta... Bukan hanya terasing dari dunia, tapi juga terasing dari waktu. Kapanpun kamu bangun dari hibernasi, kamu akan selalu sendirian.”
Lin Xian mengangguk pelan.
Memang benar.
Dia juga pernah mengatakan pada Gao Yang bahwa kabin hibernasi adalah tiket sekali jalan ke masa depan, tanpa jalan pulang maupun kesempatan untuk menengok ke belakang...
Kesepian.
Perjalanan waktu terdengar keren, namun baik ke masa depan maupun masa lalu, yang dibawa hanyalah kesepian.
“Jadi...”
Lin Xian menengadah, menatap Zhao Yingjun:
“Kalau suatu hari nanti kabin hibernasi benar-benar berhasil dikembangkan, apakah kamu mau masuk ke dalamnya?”
“Tidak.”
Zhao Yingjun menjawab tanpa keraguan, tegas seperti memotong besi:
“【Saya pasti tidak akan menggunakan kabin hibernasi.】”
Dia meletakkan sumpit, menengadah, memandang Lin Xian:
"Perasaan itu benar-benar terlalu kesepian. Menurutku di era mana seseorang hidup, maka dia punya hak atas era itu. Jika meninggalkan zaman ini, kita hanyalah hantu tanpa rasa memiliki."
"Aku pasti tidak akan menggunakan kabin hibernasi. Sekalipun dunia masa depan lebih baik dan kaya raya, menurutku terlalu banyak yang harus ditinggalkan di dunia sekarang ini. Orang Tionghoa sejak dulu punya pemikiran tradisional [kembali ke pangkuan leluhur]. Menurutku mati dalam iringan doa keluarga dan teman bukanlah hal menyedihkan, justru hibernasi selama ratusan tahun ke dunia masa depan...tiada yang mengantarmu saat meninggal, bahkan tidak tahu akan dikubur di mana."
Zhao Yingjun tersenyum ringan:
"Bukankah itu cukup kesepian? Dunia yang hanya dirimu sendiri yang tahu siapa dirimu, mungkin setelah meninggal pun tak ada tempat yang layak, hanya bisa menaburkan abu jenazah ke angin."
……
Lin Xian diam membisu.
Ia merasakan ayam pedas di mulutnya, meski dagingnya lembut dan harum, terasa pahit yang tak bisa dikunyah, seperti menggigit tulang.
Ia terkekuk pendek, menundukkan kepala tanpa bicara.
"Ada apa?"
Zhao Yingjun tampak bingung:
"Apa aku salah bicara?"
"Tidak, tidak." Lin Xian cepat-cepat menggelengkan kepala:
"Menurutku memang begitu. Banyak orang berpikir seperti itu, kita semua sama."
"Kalau kamu bagaimana, Lin Xian."
Zhao Yingjun mengedipkan mata, menatap Lin Xian:
“Apakah kau akan pergi ke masa depan menggunakan cabin hibernasi?”
Lin Xian meneguk air.
Memaksa menelan potongan ayam pedas.
Kemudian mengambil tisu dari kotak di samping, mengusap sudut bibir:
“Jika ini beberapa waktu lalu… aku pasti juga tidak mau.”
“Seperti yang kau katakan, perasaan terasing di tempat asing memang tidak enak. Lagipula aku tidak merasa kehidupan sekarang buruk, juga tidak yakin dunia masa depan dengan teknologi canggih bisa memberiku lebih banyak kebahagiaan.”
“Jadi… bilang saja aku berpikiran sempit, aku lebih memilih mati muda di masa kini daripada hidup merana di dunia masa depan yang asing, sepi, dan sama sekali bukan milikku.”
Zhao Yingjun meletakkan sumpit, bersandar di kursi:
“Sepertinya ada makna tersirat. Kalau sekarang? Dari caramu bicara… sepertinya sekarang bisa menerima cabin hibernasi?”
“Ya, sekarang pola pikirku memang berbeda.”
Lin Xian berbisik pelan:
“Jika itu untuk seseorang, atau sesuatu…”
Dia menengadah.
Menatap Zhao Yingjun yang menyilangkan tangan di depan:
“Aku rela.”
