“Chu Anqing?!”
“Lin Xian dan Gao Yang membuka mata lebar-lebar, menatap gadis di depan yang sama sekali tak terduga.”
“Dulu di Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan, Huang Que memang pernah berkata bahwa dia akan mencari anggota tim lain yang bisa dipercaya.”
“Lin Xian juga tidak mempermasalahkannya.”
“Dia yang serba bisa ini pasti akan membawa pakar antariksa atau ahli teknologi, dan Lin Xian pun percaya.”
“Tapi siapa sangka!”
“Bagaimana mungkin Huang Que memilih Chu Anqing yang biasa-biasa saja tanpa bakat khusus?”
“Mengirim gadis 19 tahun mahasiswa Fakultas Seni dengan pesawat antariksa ke luar angkasa untuk menangkap Partikel Ruang-Waktu – ini bukan lelucon!”
“Hehe～”
“Setelah menirukan gaya hormat militer, Chu Anqing yang tadinya berdiri tegap langsung mengendurkan posturnya.”
“Dia tersenyum genit, menyatukan tangan di belakang punggung sambil bergoyang-goyang melihat Lin Xian:”
““Senior Lin Xian, lama tidak bertemu!””
——
“Beberapa bulan lalu.”
“Hari ketiga setelah 《Kompetisi Hacker Dunia》 berakhir.”
“Bandara New York, Amerika, di kompleks pesawat jet pribadi internasional.”
“Tim keamanan siber Tiongkok yang menang telak sedang naik pesawat dengan pengawalan pasukan elite nasional, pulang membawa kejayaan.”
““An Qing, semua barang sudah dibawa?””
“Lin Xian menoleh, memandang Chu Anqing yang hampir tidak membawa barang.”
“Chu Anqing mengibaskan tangan seperti anak ayam:”
“Aku cuma bawa barang segini, soalnya kan aku kabur diam-diam. Mana mungkin pulang dulu buat ambil koper? Pasti langsung ketahuan sama orang tuaku… Lagipula aku takut kehabisan waktu dan ketinggalan pertandingan, jadi nggak sempat ngemas banyak barang. Langsung aja beli tiket pesawat ke Amerika.”
Lin Xian menghela napas sambil tersenyum kecut:
“Lain kali jangan begini lagi, bahaya tahu. Kalau sampai terjadi sesuatu padamu, gimana aku harus bertanggung jawab ke Tuan Chu… Tenang saja, urusanku bisa kuhandle sendiri. Kalau benar-benar butuh dukunganmu, nanti aku yang akan bilang.”
“Iya dong!”
Chu Anqing menyeringai manis:
“Jangan sungkan-sungkan ya! Aku kan banyak waktu luang! Kapanpun siap ditemani!”
Di belakang mereka.
Dua petugas perlindungan dari pihak berwenang Tiongkok dengan hati-hati mengangkat karya seni yang sudah dipaketkan di rak logam, bersiap memindahkannya ke ruang kargo pesawat.
Melewati Lin Xian, mereka bertanya:
“Tuan Lin, menurut Bapak pengepakan karya seni ini sudah tepat? Waktu kami sangat terbatas jadi tidak sempat mencari kemasan yang lebih profesional.”
Lin Xian memeriksa sekeliling paket lalu mengangguk:
“Cukup. Saat mengikat, hati-hati di bagian sudut bingkai lukisan. Permukaan cat minyak jangan sampai tersentuh atau tertutupi benda apapun.”
“Siap.” “Baik.”
Keduanya mengangguk lalu membawa lukisan 《Einstein yang Murung》 ke ruang kargo khusus.
“Hmm…”
Chu Anqing menggosok pipinya dengan jari telunjuk, tampak berpikir:
"Senior Lin Xian, menurutmu...apakah lukisan 《Einstein yang Murung》 yang kita lihat di Shanghai Exhibition Center saat pameran keliling karya lukisan dunia dulu, pasti juga menyimpan set password yang berbeda dengan yang ada di lukisan yang kau pegang ini?"
"Jika kita bisa mendapatkan set password dari lukisan itu dan membandingkannya dengan yang ini, apakah proses peretasannya akan lebih cepat? Soalnya dalam film 《The Imitation Game》...film tentang kehidupan ilmuwan jenius Alan Turing itu dikatakan, saat meretas password, jika kita bisa mengekstrak fragmen yang sama atau mirip dari password yang berbeda, itu sangat membantu dalam memposisikan logika password dan mempercepat kemajuan peretasan."
Lin Xian mengangguk:
"Memang begitu. Tadi malam saya juga mencari beberapa dokumen. Tentang lukisan ini, di sudut-sudut tersembunyi internet memang ada berbagai kabar angin yang keasliannya tidak diketahui...ada yang bilang lukisan ini memang punya beberapa karya asli, tapi jumlah pastinya tidak ada yang tahu."
"Selain itu, saat ini yang bisa dilacak lokasi penyimpanan atau informasi penjualannya hanya dua - satu yang kita lihat di pameran lukisan dulu; satunya lagi koleksi sutradara Hollywood terkenal. Tapi jelas-jelas lukisan di tangan sutradara Hollywood itu dibeli oleh aktris Angelica dan diberikan kepada Ji Lin, yang sekarang ada di tangan kita ini."
“Fakta bahwa karya asli《Einstein yang Murung》berjumlah 8 buah, adalah kesimpulan yang didapat Ji Lin melalui deduksi password, tanpa bukti konkret atau catatan resmi. Tapi kurasa Ji Lin yang begitu jenius mungkin sudah memecahkan sebagian password ini, bahkan mungkin sudah memahami sebagian logikanya... sehingga bisa begitu yakin menyebutkan total lukisan asli ini.”
……
Mendengar nama Ji Lin, hati Chu Anqing tak bisa menahan berdegup kencang.
Ia teringat, di kamar tidur vila yang diberikan sebagai hadiah dewasa itu, terdapat dua lukisan tergantung di dinding.
Satu adalah sketsa wajahnya yang digambar sendiri oleh sang senior Lin Xian, hadiah dari Ji Lin yang dicuri dari buku catatan Lin Xian.
Satunya lagi adalah sketsa dasar karya senior Lin Xian yang diwarnai dengan cat air olehnya sendiri, menggambarkan foto bersama bertiga dengan Lin Xian dan Ji Lin, penuh kehangatan dan vitalitas.
Hanya saja.
Sekarang benda masih ada tapi orangnya telah tiada, terpisah oleh dunia fana dan alam baka.
Selama ini, Chu Anqing tak pernah secara aktif menyebut nama Ji Lin di hadapan Lin Xian. Meski perasaannya kontradiktif terhadap eksistensi Ji Lin yang kompleks secara status dan emosi, ia selalu merasa... Senior Lin Xian pasti juga akan sedih mendengar nama itu, bukan?
Memang ia bukan orang yang sangat cerdas.
Tapi untuk hal seperti ini, ia masih bisa merasakannya.
Ayahnya pernah bercerita, Lin Xian-lah yang merancang pertarungan terkutuk itu untuk memancing Zhou Duan Yun; sementara Ji Lin, besar kemungkinan sengaja bekerja sama dengan rencana Lin Xian; karena semua ini terjadi terlalu mulus, terlalu cepat.
"Pada saat yang sama, dia juga tahu."
"Ternyata pesta ulang tahun yang riang dan bahagia pada hari itu... sebenarnya adalah arena eksekusi yang dirancang Ji Lin untuk membunuh Lin Xian."
"Dan saat Lin Xian memilih membebaskan Ji Lin tanpa tuntutan... itu juga menjadi peti mati yang setengah terkubur bagi Ji Lin."
"Karena dalam pemberitaan resmi, Zhou Duan Yun dinyatakan tak bersalah. Setelah kematian Ji Xinshui, hanya Ji Lin satu-satunya di dunia yang mengetahui bukti kejahatannya. Demi keamanan dirinya sendiri, dia pasti akan mencari cara untuk menyingkirkan Ji Lin, sehingga tak ada lagi yang bisa membuktikan kesalahannya."
Ayah memberitahunya:
"Ji Lin itu sangat cerdas, dia pasti sudah menebak pemikiran Lin Xian, tahu rencana apa yang akan dijalankan Lin Xian... Coba pikir, bahkan saya yang baru menyadari ini belakangan saja bisa memahaminya, apalagi Ji Lin yang sedemikian pintar? Mungkin saat keluar dari kantor polisi dan melihat tidak ada bukti kesalahan Zhou Duan Yun dalam pengumuman resmi, dia langsung paham bahwa Lin Xian bermaksud menjadikannya umpan untuk menjerat Zhou Duan Yun."
Chu Anqing mendengar rencana yang rumit namun logis ini dengan ekspresi tertegun.
Dia benar-benar tidak mengerti, bagaimana cara kerja otak orang-orang ini...
Rencana berlapis seperti mata rantai ini mungkin tak akan pernah dipahaminya seumur hidup, namun Lin Xian dan Ji Lin justru saling beradu strategi secara terbuka dan terselubung; bahkan... mereka sama-sama memahami karakter lawan dengan sempurna.
"Tapi... tapi..."
Saat itu Chu Anqing menatap ayahnya sambil terus mendesak:
“Mengapa Ji Lin yang jelas tahu dirinya adalah umpan、tahu akan dibunuh Zhou Duan Yun, masih mau menyambar kail itu!”
Chu Shanhe terdiam sejenak, lalu menghela napas perlahan:
“Mungkin Ji Lin juga tidak sepenuhnya yakin akan dibunuh Zhou Duan Yun. Dia sangat paham gelang di kaki dan pergelangan tangannya memiliki fungsi positioning dan Pelacakan. Barangkali... menurut rencana awalnya, Lin Xian akan muncul tepat waktu dan menyelamatkannya sebelum Zhou Duan Yun membunuhnya?”
“Atau mungkin Ji Lin tidak menyangka Zhou Duan Yun akan begitu berani mempertaruhkan nyawa、tanpa ragu langsung menembak mati dia? Tapi kurasa ini kemungkinannya kecil... seperti kataku tadi, Ji Lin itu orang secerdas apa, apa lagi yang tidak bisa dia prediksi? Apalagi terhadap Zhou Duan Yun yang satu kelompok dan sudah lama bekerja sama? Pasti Ji Lin memahaminya. Jadi...”
Chu Shanhe berhenti sejenak:
“Jadi menurutku, mungkin Ji Lin juga berharap、atau sedang bertaruh, bahwa Lin Xian yang sudah mengawasi segalanya di sekitar akan datang menyelamatkannya.”
“Tentu saja ini hanya tebakanku. Detail sebenarnya tidak ada yang tahu. Kemunculan dan tembakan Zhou Duan Yun terlalu cepat. Kapol Liu waktu itu bilang, begitu jejak Zhou Duan Yun terdeteksi, drone dan helikopter langsung segera diterbangkan... Tapi semuanya terjadi terlalu cepat, belum sempat sampai.”
“Permainan mengadu kecerdasan antar orang pintar seperti ini bukanlah hal yang bisa kita pahami. Tak seorang pun tahu persis apa yang ada dalam pikiran mereka.”
“Dia tertawa heh, mengusap-usap kepala putrinya yang seperti kepanasan, lalu membelai rambut halusnya:”
“Hal-hal seperti ini tidak perlu kau pikirkan. Putri kecil seperti dirimu cukup hidup bahagia, menjalani hidup tanpa beban seumur hidup.”
“【Sekalipun bulan runtuh, akan ada kami yang menanggungnya.】”
Chu Anqing mengangguk.
Akhirnya menyerah untuk membakar otaknya sendiri.
Memang seperti yang dikatakan ayah.
Dia tidak bisa memahaminya.
Mengapa Ji Lin yang tahu pasti akan mati, tetap bersedia menjadi umpan untuk membantu Lin Xian menjerat Zhou Duan Yun?
Benarkah dia bisa begitu tenang menghadapi kematian?
Apakah ini bisa disebut mengorbankan nyawa demi kebenaran?
Dia tidak mengerti.
Buku pelajaran mengatakan, kematian sebagian orang seberat Gunung Tai, sebagian lainnya ringan seperti bulu angsa; dari sudut pandang ini... kematian Ji Lin mungkin benar-benar hanya bisa dianggap selembar bulu.
Bukan untuk negara atau rakyat.
Bukan demi kebenaran heroik.
Tak ada yang melekat di hati.
Tak ada jiwa kesatria.
Bukankah ini kematian yang tak bermakna?
Jika semua orang akhirnya akan mati... siapa yang tidak ingin kematiannya lebih bermakna dan berharga?
“Sudahlah, tidak usah dipikirkan.”
Chu Anqing menggelengkan kepala, mendinginkan pikirannya, berhenti merenungkan intrik antara Lin Xian dan Ji Lin.
Dia hanya merasa...
Lebih baik tidak membicarakan Ji Lin di hadapan Senior Lin Xian ke depannya.
Itu hanya akan membuat senior bersedih.
……
Kembali sadar.
Chu Anqing memandang senior yang berdiri di depan pesawat pulang ke negara, dengan kening berkerut, sedang merenungkan password pada lukisan minyak itu:
“Aku punya ide bagus!”
Dia tertawa seperti buah hati yang ceria:
“Lukisan 《Einstein yang Murung》 yang kita lihat di Shanghai Exhibition Center itu biasanya dipamerkan di British Museum. Sekarang kan mudah sekali ke luar negeri... Nanti kalau ada waktu, kenapa kita tidak pergi bersama ke British Museum lagi!”
“Di sana, seperti waktu di kamar Ji Lin dulu, aku akan menyorotkan lampu dari samping untukmu, kau bisa foto password di lukisan itu dari depan. Foto itu bisa kita bandingkan dan teliti bersama, pasti jawaban passwordnya bisa di-retas lebih cepat!”
Lin Xian mengangguk sambil tersenyum:
“Benar juga. Karena enam lukisan 《Einstein yang Murung》 lainnya tidak diketahui lokasinya, kita hanya bisa mulai dari yang di British Museum ini. Nanti cari waktu yang aman... ke luar negeri lagi untuk mengunjungi British Museum.”
“Ka-ka-kamu harus ajak aku ya!”
Chu Anqing berjinjit mengangkat tangan:
“Aku bisa jadi pemandu wisatamu! Waktu liburan SMA dulu aku pernah ke British Museum! Meski waktu itu cuma main-main tidak mengapresiasi seninya, tapi aku masih hapal rutenya! Kalau benar-benar mau pergi, ajak aku ya, kita pergi bersama!”
“Tidak masalah.”
Lin Xian menjawab sambil lalu:
“Tapi lain kali... harus mendapatkan persetujuan ayahmu dulu, jangan sampai kabur diam-diam seperti ini lagi.”
“Hehe, tenang saja～” Chu Anqing malu-malu menggaruk kepala:
“Lain kali pasti akan kuberi tahu dia.”
Menoleh ke arah lain.
Kabin kargo telah ditutup, semua bagasi penumpang telah dimuat. Lin Xian pun bersama Chu Anqing naik pesawat, memasuki kabin penumpang, dan duduk di kursi yang bersebelahan.
Mengencangkan sabuk pengaman.
Tak lama kemudian, badan pesawat bergetar oleh mesin jet yang menyala, lepas landas menuju arah pulang.
“Ngomong-ngomong...”
Lin Xian menoleh ke Chu Anqing di kursi sebelah:
“Aku belum sempat bertanya, saat itu di lokasi pertandingan Kompetisi Hacker, apa yang dikatakan wanita yang menahan dan melindungimu itu?”
“Dia bilang namanya Huang Que, nama yang sangat aneh.”
Chu Anqing berkedip secepat kilat, menatap Lin Xian:
“Apa kau mengenalnya? Apakah dia kenalanmu?”
“Hmm... Bisa dibilang begitu.” Lin Xian bingung mendefinisikan hubungannya dengan Huang Que:
“Dia memang pernah membantuku beberapa kali, meski selalu misterius dan muncul tiba-tiba, tapi sejauh ini tidak terlihat sebagai orang jahat. Setidaknya dalam kasus Kompetisi Hacker ini, dia menyelamatkanmu dan mencegah terjadinya hal berbahaya. Masalah ini harus kita akui, kita tetap harus berterima kasih padanya.”
Chu Anqing mengangguk:
“Dari penampilannya, Kakak Huang Que memang terlihat seperti orang yang sangat baik. Dia sangat lembut, melindungiku dengan baik, dan... dan! Matanya benar-benar sangat indah! Saat aku menoleh dan melihat mata biru cerahnya, aku langsung terpana! Seperti melihat galaksi Bima Sakti! Meskipun itu ilusi... tapi warna biru di pupil matanya seakan mengalir dan bersinar!”
“Yang paling kuingat darinya adalah sepasang mata itu. Jujur saja, saat pertama melihatnya, kupikir Kakak Zhao Yingjun yang datang. Tapi kemudian kusadari, wajah dan suaranya sama sekali berbeda dengan Kakak Yingjun, hanya aura dan kesan yang mirip. Saat itu dia berkata padaku... berkata padaku...”
Kali ini, hadiah apa yang akan dia berikan padamu?
Mengingat ucapan Huang Que itu, Chu Anqing tiba-tiba memerah wajahnya, agak malu untuk mengungkapkannya:
“Dia bilang aku sangat pemberani.”
Chu Anqing mengangguk, melewati kalimat itu:
“Lalu dia bilang bintang segilima yang kau gambar di langit itu sangat cantik, mengatakan namanya Huang Que, dan kami akan segera bertemu lagi. Hanya itu yang kuingat.”
“Waktu itu aku benar-benar gugup dan takut, mungkin ada beberapa perkataan yang tidak kuingat sempurna, tapi kalimat-kalimat ini jelas tertanam di ingatanku. Oh iya, dia juga sepertinya menyebut hacker jenius Kevin Walker sebagai pengecut, menyuruhnya berhadapan langsung denganmu... hanya itu.”
Pengecut ya...
Lin Xian mencerna kalimat itu.
Tampaknya, Huang Que juga sudah tahu sejak awal bahwa pemuda bertudung di lokasi pertandingan itu bukanlah Kevin Walker yang asli.
Dari fakta bahwa Kevin tidak berani muncul sendiri, hanya bersembunyi di balik layar dan mengendalikan segalanya dari sudut yang tak diketahui... mungkinkah sebutan "Pengecut" adalah sindiran Huang Que terhadap Kevin Walker?
Jika dipikir lebih dalam lagi.
Huang Que mengaku sebagai anggota Klub Jenius, dan Kevin Walker kemungkinan besar juga anggota Klub Jenius. Jika keduanya biasa berkomunikasi, bertemu, dan bertukar pikiran... apakah "Si Pengecut" adalah julukan Kevin Walker di dalam Klub Jenius?
Ada satu hal lagi yang mengganggu pikiran.
Mengapa Huang Que mengatakan kepada Chu Anqing bahwa mereka akan bertemu lagi?
Chu Anqing hanyalah seorang gadis kecil biasa.
Identitas Huang Que jauh lebih kompleks... anggota Klub Jenius, diduga penjelajah waktu, ahli teka-teki yang tahu segalanya tapi tak mau bicara, orang berkuasa yang bisa mengatur Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan, dan masih banyak lagi.
Dari sudut mana pun dilihat, dia dan Chu Anqing sepertinya tidak memiliki hubungan apa pun.
Mungkin itu hanya basa-basi belaka.
Saat ini, terlalu banyak misteri di benak Lin Xian sehingga dia memilih untuk tidak memikirkan hal ini untuk sementara.
……
10 jam kemudian.
Pesawat khusus mendarat di Bandara Beijing, lalu lepas landas lagi menuju Bandara Pudong Shanghai, dan mendarat sekali lagi.
Setelah perjalanan panjang, Lin Xian dan Chu Anqing turun dari pesawat di Bandara Pudong, menguakkan badan...
Di luar masih siang hari.
Matahari bersinar terik.
“Benar seperti ilusi dua dunia yang berbeda……” Chu Anqing berucap penuh perasaan:
“Saat lepas landas masih siang, sekarang juga masih siang! Hehe, apa ini bisa dibilang kita [menembus ruang-waktu], [arus waktu terbalik] ya?”
“Senior Lin Xian, hari ini yang kita jalani ini... apakah masih dianggap hari yang sama dengan hari keberangkatan kita dari Amerika?”
Pertanyaan ini benar-benar membuat Lin Xian terdiam.
Ia merapikan perhitungan jet lag dalam pikirannya, lalu menjawab ragu-ragu:
“Pertanyaanmu ini cukup membingungkan. Menurut logika, waktu di Tiongkok lebih cepat 12 jam dari Amerika. Artinya Tiongkok akan memasuki hari baru dan tiba di 'besok' lebih dulu daripada Amerika.”
“Dengan perhitungan itu, sebenarnya kamu tidak sedang mengalir mundur ke masa lalu... tapi justru melompat ke masa depan. Saat berangkat dari Amerika tanggal 19 pagi waktu setempat, sekarang setelah mendarat di Tiongkok langsung melompat ke siang tanggal 20.”
“Jadi sebenarnya, satu hari dalam hidupmu terpangkas begitu saja... Tapi dengarkan saja penjelasanku ini, aku juga tidak yakin apakah ini akurat. Ini sudah masuk ke area buta pengetahuanku.”
Lin Xian tersenyum kecut:
“Pasporku saja baru diurus pihak berwenang negara untuk keperluan perjalanan ini. Ini pertama kalinya aku ke luar negeri, sebelumnya tak pernah serius meneliti masalah ini.”
Chu Anqing tiba-tiba terkikik:
“Ternyata senior juga punya area buta pengetahuan~ Selama ini kupikir kau tahu segalanya dari astronomi sampai geografi!”
“Kau terlalu melebih-lebihkan.”
Lin Xian ikut tertawa geli:
“Kau lihat, kali ini kau berhasil membuatku tak bisa menjawab? Kedepannya, hal-hal yang kau pelajari akan semakin banyak、pengetahuanmu semakin luas, suatu hari nanti kau pasti akan lebih berilmu dariku、lebih komprehensif, mungkin saat itu aku yang harus meminta petunjuk padamu.”
“Pasti tidak akan ada hari seperti itu～”
Chu Anqing mengibaskan tangan:
“Otakku ini sangat bodoh, seumur hidup takkan bisa mengejarmu!”
Sambil berkata demikian.
Tiba-tiba Chu Anqing mendapat ide liar, matanya berbinar, lalu berkata dengan gaya siluman yang lincah:
“Jika terbang dari arah Amerika ke Tiongkok dianggap sebagai terbang mengikuti waktu、menuju masa depan... Lalu jika terbang dari Tiongkok ke Amerika... Bukankah itu sama seperti Arus Waktu Terbalik?!”
“Misalkan kita naik pesawat sekarang juga, yaitu pada 20 September siang ini, berangkat dari Tiongkok menuju Amerika. Saat kita turun di Amerika... Waktunya tetap 20 September! Masih siang! Bukankah kita jadi hidup satu hari ekstra? Mendapatkan satu hari gratis!”
Lin Xian terkekeh-kekeh.
Memang Chu Anqing adalah buah hati kecil yang membawa keceriaan.
Bersamanya, seperti tertular virus tawa yang tak pernah berhenti.
Badai kreativitas orang lain mungkin terasa terlalu melompat-lompat、membuat bingung... Tapi badai kreativitas Chu Anqing justru terasa sangat menggemaskan, begitu indah, seolah terseret masuk ke dalam buku dongeng tempatnya berada.
“Selamat ya.”
Lin Xian melanjutkan ucapan Chu Anqing:
“【Kau menemukan kejanggalan dunia ini, memperoleh keabadian.】”
“Benarkah?!”
"Chu Anqing tersenyum riang, matanya berubah menjadi bulan sabit tipis:"
"Kalau pesawat tidak mendarat di Amerika, terus terbang ke timur mengikuti arah rotasi bumi! Terbang terus dan terus... bukankah kita tidak akan pernah sampai di hari esok! Selamanya hidup di hari ini!"
"Benar-benar benar." Lin Xian menyambung.
"Itu itu itu!" Chu Anqing melanjutkan badai otak:
"Kalau pesawat terbang lebih cepat lagi! Lebih cepat lagi! Bukankah kita benar-benar bisa menembus arus waktu, kembali ke kemarin, kembali ke masa lalu?!"
"Luar biasa luar biasa!" Lin Xian bertepuk tangan.
"Aduh Senior Lin Xian! Aku serius bicara denganmu!" Chu Anqing mengepalkan pipi sambil meninju Lin Xian:
"Coba jelaskan padaku! Benar tidak pendapatku? Meski kurasakan ada yang janggal, tapi secara teori ini masuk akal kan? Di mana letak kesalahannya?"
Lin Xian akhirnya menahan tawa yang membuat pinggangnya melengkung, lalu meluruskan badan:
"Teorimu... mungkin hanya benar dalam satu kondisi."
"Kondisi apa!" Chu Anqing membelalakkan mata penuh rasa ingin tahu!
"Kalau bisa mengalahkan Einstein." Kata Lin Xian:
"Suruh dia merevisi buku Relativitas, atau langsung buang saja sebagai sampah tidak terbakar."
"Aduh menyebalkan! Rupanya kau hanya menggodaku!" Chu Anqing kembali melancarkan pukulan bermuatan, tapi dihindari oleh Lin Xian:
“Aku benar-benar mengira ini mungkin terjadi! Benar-benar mengira telah menemukan kejanggalan dunia!”
Bip bip——
Suara klakson mobil menginterupsi ritual skill Chu Anqing.
Di depan, mobil Alphard khusus Lin Xian mendekati landasan helikopter. Sopir membunyikan klakson dua kali sebelum parkir dan mulai mengangkat bagasi Lin Xian.
“Aku akan mengantarmu kembali ke sekolah, An Qing.” Lin Xian menatap Chu Anqing:
“Maaf telah menghancurkan mimpimu meraih Penghargaan Nobel. Tapi jika kamu benar-benar tertarik dengan pengetahuan di bidang ini, semester depan kamu bisa mengambil mata kuliah pilihan Guru Zhang Yang tentang kecepatan cahaya, Relativitas, dan konsep waktu.”
“Meskipun pembahasannya dasar, tapi sangat menarik. Dulu saat kuliah di Universitas Shanghai, aku juga mengambil mata kuliah umumnya. Cara Guru Zhang Yang menjelaskan perjalanan waktu, penjelajahan antariksa, dan pemahaman Relativitas dengan metode yang mudah dimengerti benar-benar luar biasa.”
“Baiklah.”
Chu Anqing tersenyum:
“Setelah kau katakan begitu, aku jadi sangat tertarik. Perjalanan melintasi waktu... benar-benar membuat orang merindukannya. Andai saja aku benar-benar bisa melakukan perjalanan lintas ruang-waktu.”
Lin Xian menyerahkan bagasinya ke sopir, lalu menoleh ke Chu Anqing:
“Kamu ingin kembali ke titik waktu di masa lalu, atau melompat ke masa depan ratusan tahun kemudian?”
“Tentu saja ke masa lalu!” Chu Anqing membayangkan:
“Melintasi ke masa depan tidaklah menarik... Saya belum 20 tahun, saya bisa hidup hingga masa depan, bahkan tanpa cabin hibernasi pun saya bisa bertahan hingga puluhan tahun ke depan. Apalagi sekarang cabin hibernasi hampir memasuki tahap praktis... Semua orang bisa menggunakan cabin hibernasi untuk hibernasi ratusan tahun, mencapai masa depan yang berjarak ratusan tahun.”
“Banyak orang di jaringan internet bilang, karena adanya cabin hibernasi, kata 'masa depan' sudah kehilangan nilainya! Sekarang ini 'melintasi' ke masa depan dengan cabin hibernasi bukan lagi hal sulit, kita semua bisa pergi ke masa depan. Justru masa lalu... sejarah yang sudah terjadi dan pasti, bukankah menurutmu itu lebih memikat, Senior? Hanya arus waktu ke belakang yang tak bisa diulang, selamanya tak bisa kembali ke masa lalu, bahkan dengan teknologi secanggih apapun atau cabin hibernasi tercanggih, kita tak bisa kembali ke satu detik yang lalu sekalipun.”
“Jadi... kalau saya benar-benar punya kemampuan melintasi ruang-waktu atau perjalanan waktu, saya pasti akan memilih masa lalu dengan mata tertutup, bukan masa depan!”
……
Lin Xian berkedip secepat kilat:
“Cara berpikirmu... benar-benar unik.”
Dia berkata dengan tulus:
“Menurutku kebanyakan orang lebih memilih melintasi ke masa depan, tak kusangka kau justru memilih masa lalu tanpa ragu. Apakah... ada alasan khusus, atau hal spesifik yang ingin kau lakukan, ingin menebus penyesalan tertentu?”
Lin Xian penasaran memandang Chu Anqing:
“Kalau kau benar-benar bisa kembali ke masa lalu, apa yang paling ingin kau lakukan?”
“Hehe...”
“Chu Anqing tersenyum nakal, dua lesung pipi kecilnya samar terlihat.”
Dia mengulurkan jari telunjuk, membuat gestur "ssst" di depan bibir:
“Rahasia~”
