“...Misterius sekali.” Lin Xian tak bisa menahan tawa.
Barusan memang sempat tertarik oleh antisipasi yang ditimbulkan Chu Anqing.
Tapi kalau dipikir-pikir lagi.
Ini cuma khayalan tak realistis seorang "gadis lugu" belaka.
Ah...
Harus diakui, daya tarik si badut ini memang terlalu kuat.
Sesaat kehilangan kendali, langsung terjerumus dalam jebakan IQ-nya, bahkan sampai asyik mengobrol layaknya orang-orang hebat.
“Tapi, tenang saja Senior Lin Xian.”
Chu Anqing menepuk-nepuk dada sambil berjanji dengan ceria:
“Kalau aku benar-benar punya kemampuan menembus waktu, pastinya akan kuberitahu duluan! Dan aku janji akan mencari versi kecilmu untuk kasih nomor lotre! Bikin kau lebih kaya dari ayahku!”
“Kalau begitu terima kasih sebelumnya.”
Lin Xian membuka pintu listrik mobil bisnis Alphard untuk Chu Anqing:
“Jangan lupa ingatkan aku beli Bitcoin.”
“Wah itu tidak bisa!” Chu Anqing menggeleng serius:
“Itu ilegal!”
……
Mobil khusus Lin Xian mengantar Chu Anqing ke Universitas Shanghai.
Chu Anqing turun, melambaikan tangan pada Lin Xian:
“Dada Senior Lin Xian! Hati-hati di jalan ya, jaga keselamatan!”
“Ya, kamu istirahat yang cukup.”
"Lin Xian juga melambaikan tangan pada Chu Anqing, mengangkat jendela mobil, lalu menjauh dari kampus."
"Chu Anqing memandang mobil bisnis Alphard menghilang di sudut asrama, mengingat kembali perkataan Senior Lin Xian padanya tadi:"
"'Mata kuliah umum Pak Zhang Yang... Untuk semester ini pemilihan sudah dilakukan semester lalu, jadi baru bisa diambil lagi akhir semester ini.'"
"'Tapi, bisa menyelinap masuk ke kelas! Soalnya ruang kuliah gabungan itu isinya ratusan mahasiswa, tidak akan ketahuan~'"
"Dia mengangkat-angkat bahu."
"Merasa dalam beberapa hari ini, dirinya benar-benar melakukan hal besar yang sebelumnya tidak berani dibayangkan."
"Tapi justru memberi rasa pencapaian."
"Ternyata..."
"Hidup ini memang harus diisi dengan hal-hal yang disukai dan ingin dilakukan."
"Tentang hidup seberat gunung Tai atau ringan seperti bulu angsa, tidak semua kehidupan harus bernilai, tidak semua kematian harus bermakna."
"Yang penting bahagia!"
"Hati nurani bersih sudah cukup!"
"Berbalik badan, dia bersenandung menuju pintu asrama."
"'Hah?'"
"Matanya membelalak."
"Di depan asrama berdiri seorang wanita tinggi langsing berkacamata hitam."
"Mengenakan trench coat elegan dengan siluet menawan, anting biru di telinganya berkilauan seperti bintang di bawah mentari, membingkai wajah lembutnya——"
"'Kakak Huang Que?'"
"Chu Anqing berlari kecil mendekat, memandangi wanita berkarisma yang berdiri di depan pintu asrama."
"Beberapa hari lalu saat berpisah di lokasi Kompetisi Hacker, dia memang pernah bilang akan segera bertemu lagi."
"Tapi..."
"Ini terlalu cepat!"
"Apa ada urusan khusus denganku?"
"Chu Anqing menghampiri Huang Que:"
"Kak Huang Que, kenapa kau datang ke sini?"
"Wanita anggun yang setengah kepala lebih tinggi darinya tersenyum. Dia melepas kacamata hitam, memperlihatkan mata biru tajamnya yang memesona bak kaca patri, membuat Chu Anqing tak bisa mengalihkan pandangan."
"An Qing, ada waktu sekarang?"
"Huang Que sedikit menunduk memandangnya:"
"Ada beberapa hal... yang ingin kubicarakan baik-baik denganmu."
……
……
"Di bilik kafe sepi di lantai tiga kantin sekolah, Chu Anqing dan Huang Que duduk berhadapan."
"Dua gelas minuman di atas meja sudah lama dingin."
"Tapi tak satupun dari mereka yang menyentuhnya."
"Chu Anqing tercengang mendengar semua yang baru saja diceritakan Huang Que."
"Ini... ini benar semua... Kak Huang Que? Aku... aku tidak bisa mencerna ini."
"Jika dibandingkan,"
"konsep perjalanan lintas waktu yang dijelaskan Senior Lin Xian di landasan bandara tadi masih bisa kumengerti secara logika normal."
"Tapi..."
"Cerita Kak Huang Que sekarang ini benar-benar mustahil! Melampaui semua kognisinya! Seperti dengar novel fantasi!"
"Aku... aku ini..."
Chu Anqing tak tahu harus berbuat apa, tangannya meraba pipinya yang dingin:
“Aku benar-benar tidak mengerti, dan sejujurnya...”
“Tidak apa-apa, An Qing.”
Di seberang meja, Huang Que menatapnya dengan tenang berkata:
“Saya tidak memintamu memberikan jawaban sekarang, saya juga tahu permintaan ini sangat memberatkan dan keterlaluan bagimu. Jadi tidak perlu memberi jawaban sekarang, kau masih punya banyak waktu untuk merenung dan membuat keputusan. Tapi ingat baik-baik... jangan ceritakan hal-hal yang saya sampaikan ini pada siapapun.”
Ia menekankan nada bicaranya:
“Siapapun tidak boleh! Baik orangtuamu, Lin Xian, atau siapapun... jangan diungkapkan. Keputusan ini harus kau ambil sendiri.”
“Eh?”
Chu Anqing tertegun, merasa rahasianya terbaca:
“Ka... Kakak Senior Lin Xian juga tidak boleh? Saya benar-benar berencana berdiskusi dengannya tentang ini... Dia, padanya juga tidak boleh dikatakan?”
Huang Que menggelengkan kepala perlahan:
“Percayalah An Qing, larangan untuk memberi tahu Lin Xian ini sepenuhnya untuk kebaikannya sendiri.”
“【Karena faktor elastisitas informasi, poin-poin kunci yang saya berikan padamu sebagian besar salah, bahkan sengaja dibalikkan. Jika kau sampaikan ini ke Lin Xian, pasti akan mengganggunya. Nanti jika dia mempercayai intelijen palsu ini... pasti akan tersesat, dan melewatkan satu-satunya kesempatan langka yang sangat berharga dan krusial ini.】”
“Setelah elastisitas meningkat, saya akan membetulkan kebenaran ini. Tapi percayalah pada kata-kataku, meskipun informasi dan data ini salah, hal-hal yang kusampaikan tetaplah nyata. Seperti pi, meski kukatakan nilainya 5.14 yang jelas salah, itu tidak berarti konsep pi itu sendiri salah.”
“Maafkan aku harus menjelaskan dengan cara berbelit-belit ini. Aku memang tak punya pilihan lain. Membawamu bersama sebenarnya hanya sebagai cadangan. Kejadian selanjutnya sudah di luar [skenario] yang kuketahui, ini petualangan baru yang sama sekali tak terduga bagiku, jadi aku harus ekstra hati-hati dan mempertimbangkan segala kemungkinan.”
……
Chu Anqing terlihat syok.
Masih belum bisa menerima cerita yang mirip novel fantasi ini.
Bagaimanapun juga, ini terlalu tidak nyata!
Hening.
Hening yang berlangsung lama.
Keduanya diam seribu bahasa.
Chu Anqing mengerutkan alutnya, hatinya masih bergejolak.
“Aku... aku ingin bertanya...”
Seperti telah memantapkan hati, dia menengadah dengan tatapan serius ke Huang Que:
“[Materi Alfa] yang kau sebutkan... yang harus dicari di luar angkasa itu... apakah benar-benar... sangat penting untuk Senior Lin Xian?”
Huang Que melepas posisi menyilangkan kakinya.
Memandang Chu Anqing dengan ekspresi sungguh-sungguh.
Mengangguk berat:
“Ya, sangat penting.” Bisiknya pelan:
“【Segala keruntuhan dan kegagalan, berawal dari kehilangan benda paling krusial ini... Ketika akhirnya tersadar, semuanya sudah terlambat.】”
……
Huang Que bangkit dari lantai, meninggalkan secarik kertas:
“Ini nomor teleponku.”
Dia mengambil mantel yang terlipat di samping:
“Sekarang masih September 2023, belum memasuki Oktober. Kau masih punya banyak waktu untuk mempertimbangkan dan memutuskan hal ini. Saat kau sudah yakin, teleponlah aku. Aku akan beritahu semua kebenaran yang bisa kusampaikan.”
Gemerincing—
Mantel elegan membalut tubuh Huang Que. Dari saku mantelnya, dia mengeluarkan kacamata hitam dan mengenakannya:
“Terakhir, perlu kusampaikan: An Qing, apapun pilihanmu dalam hal ini adalah benar. Karena... jawaban yang sebenarnya, bahkan aku sekarang pun tidak tahu. Aku hanya berusaha melakukan apa yang kupikir benar.”
“Sayangnya...”
Dia tersenyum tipis:
“【Sebenarnya aku tahu lebih banyak tentangmu, tapi karena faktor elastisitas, aku tak bisa memberitahumu sekarang. Kalau tidak, mungkin keputusanmu akan lebih mudah.】”
“Selamat tinggal, sampai jumpa lagi.”
Usai berkata,
Huang Que berbalik, langkah sepatu hak tingginya berderap menjauh...
Chu Anqing menarik pandangannya dari sosok di sudut tangga.
Memandangi secarik kertas berisi deret nomor ponsel di meja.
Mengulurkan tangan...
Mengepalkannya erat.
Memasukkannya ke dalam saku sendiri.
……
“Demikianlah pemahaman sederhana tentang Einstein dan Teori Relativitas Khusus.”
Di ruang kuliah gabungan yang penuh sesak.
“Chu Anqing duduk di sudut barisan paling belakang, gugup mencatat catatan di papan tulis. Recorder di sampingnya merekam lengkap penjelasan Guru Zhang Yang yang baru saja disampaikan.”
“Dia mendorong kacamata di pangkal hidungnya.”
“Meski penglihatannya tidak bermasalah besar, hanya minus sedikit yang tidak mengganggu aktivitas sehari-hari, belajar, maupun bermain game. Tapi di barisan belakang ruang kuliah gabungan yang menampung ratusan orang ini... Chu Anqing tetap khawatir tidak bisa melihat catatan di papan tulis dan melewatkan detail penting. Karena itulah dia sengaja memakai kacamata ini.”
“Nak, matamu sama sekali tidak masalah! Minus 1.0 sudah cukup, tidak perlu pakai kacamata.”
“Setelah pemeriksaan optik, pegawai toko kacamata sekolah berkata demikian:”
“Kalau dipaksakan... nanti jadi teleskop.”
“Benar, benar!”
“Chu Anqing mengangguk seperti ayam mematuk beras:”
“Justru itu yang kuinginkan, teleskop!”
“Tapi ini tidak baik untuk mata... Bisa menyebabkan kelelahan dan memperparah minus.”
“Tidak apa-apa~ Cuma dipakai saat kuliah saja.”
“Akhirnya.”
“Setelah bersikukuh, Chu Anqing berhasil mendapatkan 'kacamata teleskop' ini. Setiap kali dia menyelinap masuk ke kelas umum Guru Zhang Yang, duduk di barisan belakang seperti mata-mata yang mencuri ilmu.”
“Memang semester lalu dia tidak mengambil mata kuliah pilihan ini.”
“Secara teori, seharusnya dia tidak boleh ikut kuliah.”
“Tapi..."
“Di kelas ratusan orang seperti ini, dosen jarang melakukan absensi. Guru pun tidak akan memperhatikan satu dua orang yang menyusup, jadi mudah saja masuk.”
“Seperti kata Senior Lin Xian.”
"Kelas Pak Zhang Yang sangat menghibur dan jenaka, mudah dipahami, serta sangat populer. Setiap kelas selalu penuh sesak. Bahkan ada satu kali kelas dimana... Chu Anqing terpaksa berdiri di belakang kelas mendengarkan hingga selesai."
Kelas itu masih jelas diingat Chu Anqing. Pak Zhang Yang menceritakan kisah sains menarik seperti Paradoks Kakek dan eksperimen perjalanan waktu Hawking untuk menyanggah kelayakan perjalanan waktu.
Bersamaan itu, beliau juga membahas debat abad yang terkenal antara Einstein dan Bohr——
Debat Kopenhagen.
Sebuah perdebatan seputar mekanika kuantum yang melibatkan hampir semua ilmuwan tercerdas dalam sejarah manusia. Mereka berdebat sengit dengan pendirian masing-masing, hingga akhirnya tidak ada yang mau mengalah.
"Waah..."
Chu Anqing merasa otaknya sudah matang, bisa ditaburi bubuk cabai.
Apakah ini hal yang bisa dipahami manusia?
Apakah ini pengetahuan yang bisa dikuasai manusia?
Bohr, Planck, Einstein... Bukankah mereka semua dewa-dewi?
Kelas itu membuat Chu Anqing benar-benar meragukan dirinya sendiri. Mungkin dia memang takkan pernah mengerti hal-hal rumit ini.
Sebenarnya alasan dia belajar giat bukan karena minat yang ditimbulkan Senior Lin Xian, melainkan karena Huang Que.
Perkara yang diceritakan Kakak Huang Que membuatnya sulit mengambil keputusan.
Bukan sekadar pergi ke luar angkasa seperti sebelumnya...
Terlalu banyak hal yang tak bisa dia pahami.
Karena itu.
Dia ingin mengerti!
“Ingin memahami semua ini!”
“Hanya saja……”
“Terlalu sulit!”
Di asrama, waktu sudah menunjukkan tengah malam pukul dua.
Chu Anqing menarik tirai ranjang, menyalakan lampu meja kecil, bertahan begadang belajar keras di dalam "tenda" miliknya. Berharap bisa lebih memahami... apakah hal-hal yang disebutkan Kakak Huang Que itu benar adanya.
Namun.
Bahkan dasar-dasarnya pun tidak bisa ia pahami.
“Hari ini adalah kelas terakhir semester kita.”
Kembali sadar.
Di podium depan, Guru Zhang Yang merapikan bahan ajar sambil melirik ke kelas yang penuh sesak, tersenyum lembut:
“Setiap akhir semester, saya selalu tersentuh melihat begitu banyak murid yang tertarik pada hipotesis rumit, sulit dibedakan palsu-asli, tanpa dukungan data teori maupun eksperimen ini.”
“Setiap perkembangan penelitian ilmiah berawal dari hipotesis, imajinasi, ide cemerlang, mimpi, bahkan sekadar bualan. Minat adalah pendorong utama manusia memandang langit dan menjelajah bintang-bintang.”
“Ke depannya, saya harap kita semua tetap menjaga minat terhadap sains, hal-hal tak dikenal, dan disiplin ilmu yang kurang populer. Di dunia ini, selalu ada hal yang perlu dikerjakan seseorang – bisa kau, bisa saya, bisa dia.”
“Karena tak tahu siapa pelakunya, semua orang berpotensi. Saya tak bisa menyangkal kemungkinan murid-murid di sini akan menjadi ilmuwan sehebat Einstein atau Newton. Mengapa? Karena——”
"Masih seperti perkataan sebelumnya, di dunia ini selalu ada hal-hal yang layak kau lakukan, perlu kau lakukan, dan harus kau lakukan! Jangan selalu menganggap diri kalian biasa-biasa, rata-rata, atau tak berdaya. Mungkin kalian semua tak menyadari..."
"【Setiap atom dalam tubuhmu berasal dari bintang yang meledak. Atom di tangan kirimu dan tangan kananmu mungkin berasal dari galaksi berbeda. Dirimu tersusun dari materi yang setua bumi, sepertiga di antaranya bahkan seusia alam semesta.】"
"Atom-atom dari berbagai penjuru kosmos, bahkan dari tepian alam semesta ini, berkumpul membentuk dirimu. Lalu... mana mungkin kau biasa? Murid-muridku... setiap dari kalian adalah keajaiban alam semesta."
Usai berkata demikian.
Guru Zhang Yang memutar tutup termosnya, tertawa lebar menghadapi ratusan mahasiswa di ruang kuliah gabungan:
"Jadi! Rasa ingin tahu kalian tentang alam semesta inilah jawaban terbaik! Seperti tahun-tahun sebelumnya, mata kuliah umum saya tidak pernah mengadakan ujian. Semua yang mendaftar langsung dapat nilai sempurna!"
"Bangsat!"
Di tengah sorak-sorai yang memekakkan telinga, Chu Anqing mengumpat dalam hati. Akhirnya ia tahu mengapa mata kuliah ini selalu rebutan, sistem seleksinya super ketat, dan kuota langsung habis seketika setelah refresh!
Ternyata!
Alasan sebenarnya! Di akhir semester sama sekali tidak ada ujian!
Semua dapat nilai sempurna! Kredit akademik gratis!
……
Demikianlah.
Semester pertama tahun kedua kuliah pun memasuki akhir.
Dalam kesibukan persiapan ujian, dia juga absen dari "Jamuan Amal Sains" yang diadakan ayahnya, kehilangan lagi kesempatan bertemu Senior Lin Xian.
"Atom di tangan kirimu, mungkin berasal dari galaksi yang berbeda dengan atom di tangan kananmu..."
Chu Anqing memandang tangan kirinya, lalu melihat ke tangan kanan.
Perlahan mendekatkan kedua tangannya.
Menggenggam menjadi satu.
Digenggam erat-erat.
"Benar-benar romantis..."
Chu Anqing menutup mata, merasakan pertemuan lintas galaksi dan romantika yang membentang alam semesta ini.
Membuka laci meja belajar di asrama.
Dia mengeluarkan secarik kertas yang ditinggalkan Huang Que...
Sejak perpisahan di kafe itu, dia sama sekali tidak menghubungi Huang Que.
Meskipun terus merenungkan hal ini siang dan malam.
Tapi tetap tak punya keberanian untuk menelepon.
Tapi sekarang...
Dia sudah menemukan jawabannya.
"Akulah bintang itu."
Mengulangi ucapan Guru Zhang Yang, dia menengadah memandang pantulan dirinya yang bertekad baja di cermin rias:
"Akulah alam semesta!"
……
"Tidak mungkin!"
Di dalam perkebunan mewah, Chu Shanhe mengaum marah:
"Lupakan saja ide itu!!"
"Kenapa sih!!!"
Teriakan Chu Anqing lebih nyaring dari ayahnya:
"Kupikir kau pasti langsung setuju! Bukankah kau selalu mendukung kemajuan sains dan sangat menghormati pahlawan antariksa? Kenapa larang aku pergi!!"
Chu Anqing sama sekali tidak menyangka.
"Saya sudah susah payah bulatkan tekad, tapi akhirnya terhambat di ayah!"
Ini situasi yang sama sekali tidak dia duga!
Dia mengira ayah akan lebih mendukungnya daripada siapapun untuk melakukan hal ini... ikut rencana rahasia negara, pergi ke luar angkasa, menjalankan misi rahasia. Bukankah ini hal yang sangat mulia?!
"Mengapa Ayah tidak mengizinkan saya pergi!"
Chu Anqing berteriak keras:
"Saya sedang melakukan hal baik! Ini bukan sekadar jalan-jalan main-main!"
"Lebih baik kau memang jalan-jalan saja!"
Chu Shanhe menyatukan tangan di belakang punggung, alisnya berkerut, menatap dokumen berkop merah di meja teh.
Ditandatangani oleh Badan Antariksa Tiongkok.
Tertera cap berbagai departemen.
Tidak mungkin palsu.
Tapi ini sungguh menggelikan!
Sangat tidak masuk akal!
Mengirim gadis 19 tahun tanpa pelatihan dan bakat khusus ke luar angkasa? Ini benar-benar omong kosong!
"Pokoknya kau tidak boleh pergi!"
Chu Shanhe langsung mengibaskan tangan, menegaskan hal ini tidak bisa ditawar.
Saat itu.
Su Xiuying juga mendekat, mengusap pipi Chu Anqing yang hampir menangis:
"Dasar anak ini... ngapain mikir yang aneh-aneh. Misi ke luar angkasa... Kukira kau hanya bercanda! Urusan seperti ini pantaskah jatuh ke tanganmu? Bagaimana mungkin sampai ke dirimu?"
“Lagi pula, meski giliranmu tiba, apa kau bisa pergi? Keahlianmu apa? Bisa bantu apa? Bukankah kehadiranmu justru akan membuat negara kerepotan? Mengapa Ayah melarangmu pergi? Bukankah ini karena kekhawatirannya akan keselamatanmu, takut kau mengalami musibah, menghadapi bahaya... Kenapa kau tak bisa mengerti?”
Chu Shanhe yang sedang mondar-mandir berbalik badan, menatap Chu Anqing yang keras kepala dengan pipi mengembus dan dua aliran air mata: “Kau tahu seberapa berbahaya hal ini? Meski aku tak tahu bagaimana kau membujuk Badan Antariksa mengeluarkan dokumen konyol ini, tapi aku tak mungkin membiarkan putriku ikut rencana berisiko seperti ini! Aku tak percaya misi antariksa ini tak bisa berjalan tanpamu! Apa tidak ada orang lain di Tiongkok?”
“Jika benar Tiongkok kehabisan orang, biar aku yang maju! Ibumu yang pergi! Sekalipun kami berdua bersama-sama pergi! Tak ada alasan untuk mengirimmu! Kau kira ini naik pesawat? Naik kapal? Ini antariksa! Kalau terjadi masalah, tak ada kemungkinan selamat sama sekali!”
Dia menghela napas panjang dari hidung, melototi Chu Anqing:
“Apa kau pikir, urusanmu diam-diam ke Amerika untuk memberi semangat pada Lin Xian di Kompetisi Hacker itu, tak kuketahui?”
Chu Anqing yang sedang terisak tersedak, membelalakkan mata memandang ayahnya.
Ini...
Jangan-jangan?
“Aku sudah tahu beberapa hari setelah kau pulang!” Chu Shanhe menuding tajam ke arah Chu Anqing.
Su Xiuying membelai kepala Chu Anqing:
“Ayahmu setelah mengetahuinya, khawatir sampai beberapa hari tidak bisa tidur... Bilang tak menjagamu dengan baik. Waktu itu kau sudah kembali dari Amerika, tapi ayahmu masih trauma memikirkannya, tetap tak bisa tidur berhari-hari.”
“Jangan beri tahu dia hal-hal ini.”
Chu Shanhe langsung memotong Su Xiuying, terus menatap Chu Anqing sambil mengerutkan alut:
“Mengapa saya tidak pernah membicarakan ini denganmu? Saya tidak memarahimu kan? Tidak mengganggumu kan?”
“Ayah dan ibumu berpikir, anak sudah tumbuh besar, sudah 19 tahun, punya pemikiran sendiri, punya ketertarikan sendiri. Jadi kami pura-pura tidak tahu, tidak mengatakan apapun, menganggap ini tidak terjadi, tidak ingin mengungkap isi hatimu, ini bentuk menghargaimu!”
“Tapi siapa sangka kau semakin keterlaluan! Semakin keterlaluan! Ayah tidak mungkin lagi memberi kelonggaran! Dokumen ini sudah ayah baca, butuh tanda tangan ayah. Lupakan saja niatmu, ayah tidak akan menandatanganinya! Ayah akan bicara dengan pimpinan Badan Antariksa, siapa pun bisa menggantikanmu, kecuali dirimu!”
Air mata.
Seketika membuat penglihatan Chu Anqing buram, dia menangis keras:
“Mengapa?! Mengapa aku tidak boleh pergi...”
“Ayah bilang ke luar angkasa berbahaya, tapi menjaga perbatasan tidak berbahaya? Jadi tentara tidak berbahaya? Garis depan di masa perang tidak berbahaya? Pilot pesawat uji, polisi, pekerja penjinak bom - mereka tidak berbahaya? Banyak anak seusia aku di antara mereka! Banyak gadis seperti aku!”
“Mengapa aku tidak boleh... Kenapa orang lain boleh tapi aku tidak? Beri aku alasan yang jelas!”
“【KARENA KAU PUTRI CHU SHANHE!!】”
Urat pelipus Chu Shanhe menonjol karena marah:
“Mengerti?! Karena kau putri Chu Shanhe! Jadi kau tidak boleh pergi! Sesederhana itu!”
Chu Anqing terisak-isak.
“Napasku hampir habis.”
“Tapi dia menggenggam erat kepalan tangannya.”
“Tegakkan badan!”
“Dengan mata berkaca-kaca, dia menatap lurus ke arah ayahnya sendiri...”
“Ayah...”
“Suaranya gemetar menahan tangis:”
“Gadis mana yang bukan putri orang lain? Gadis mana... yang tidak punya ayah? Tidak ada orang yang terlahir dari batu... Meski ayah mereka bukan Chu Shanhe, tapi setiap dari mereka tetaplah mutiara berharga di tangan seorang ayah.”
“Hanya saja sekarang era damai... tidak perlu melakukan hal-hal berbahaya itu. Tapi jika benar-benar ada sesuatu yang membutuhkanmu, membutuhkanku, membutuhkan setiap orang... Jika semua menolak, tidak ada yang berani maju... Lalu bagaimana dengan negara? Bagaimana dengan kehidupan?”
“Apakah karena aku putri Chu Shanhe, aku bisa bersembunyi di belakang, menyaksikan putri-putri orang lain di depan bergerak maju... berjuang... mempertaruhkan nyawa... sementara aku hanya menonton! Menonton seumur hidup!!!”
“Aku tidak mau!!!”
“Chu Anqing berteriak kencang!”
“Dia mengusap air matanya kasar dengan lengan.”
“Menggigit gigi, menatap tajam ayahnya yang berwibawa:”
“【Kalau putri keluarga lain bisa. Maka putri Chu Shanhe… juga bisa!】”
