Brak... brak... brak...
Saat ini, Lin Xian.
Merasakan.
Detak jantungnya sendiri.
Seolah.
Lebih keras.
Dari suara ketukan pintu.
【Selesai】
Intuisinya langsung memikirkan dua huruf ini.
2 pagi.
Lelaki dan perempuan sendirian.
Memakai piyama.
Ini...
"Wu!" Chu Anqing membuka matanya lebar-lebar, buru-buru menutup mulut, wajahnya langsung memerah.
Dia-dia-dia-dia juga tidak mengerti!
Kenapa dirinya sendiri merasa begitu bersalah!
Buat apa tutup mulut!
Kalau tidak berbuat dosa tak perlu takut hantu mengetuk pintu!
Lin Xian melihat ekspresi Chu Anqing yang seperti istri ketahuan selingkuh... benar-benar absurd.
Nyonya besar.
Kalau kau bertingkah normal tidak akan ada masalah, ngobrol biasa saja kenapa?
Tapi dengan kepanikanmu malah semakin sulit dijelaskan!
"Lin Xian?"
Di balik pintu, suara Huang Que kembali terdengar, seolah penuh tanya:
"Kau baik-baik saja?"
"Aku baik-baik." Lin Xian memandangi Chu Anqing yang semakin gelisah, pintu ini pasti tidak boleh dibuka:
"Aku bangun ke toilet."
"Sepertinya kau sedang membicarakan keburukanku." Huang Que tiba-tiba berkata.
"Aku cuma mengirim pesan suara WeChat ke Liu Feng untuk mengeluh." Lin Xian cepat pulihkan ketenangan, pikirannya mulai berputar, berteriak ke arah pintu:
"Kau sendiri juga tahu dirimu ini orang yang berbicara dengan teka-teki, masak tidak boleh dikomentari?"
"Baiklah."
Suara Huang Que terdengar lebih datar:
"Istirahatlah cepat."
Setelah itu.
Tak ada suara lagi.
Lama sekali.
"Huu..."
Chu Anqing tanpa alasan menarik napas lega.
"Ma, maaf Senior Lin Xian."
Chu Anqing memerah malu:
“Ini semua salahku, aku, aku... aku juga tidak tahu harus bagaimana.”
“Tidak apa-apa.”
Lin Xian melambaikan tangan.
Ia sendiri merasa tindakannya seperti "tidak ada perak tiga ratus tael di sini" - anehnya, saat panik IQ manusia memang bisa turun secepat cahaya.
Seharusnya ada satu juta cara lebih tepat untuk menangani ini, tapi malah memilih yang paling tidak pantas.
Setelah kejadian mengejutkan ini, Chu Anqing juga tak betah duduk lagi.
Dia berdiri sambil tersenyum pada Lin Xian:
“Senior Lin Xian, sudah larut, aku tidak akan mengganggu istirahatmu lagi. Kamu juga cepatlah tidur.”
Lin Xian mengangguk sambil berdiri mengantarnya:
“Iya, kamu juga istirahatlah. Besok masih ada latihan lagi.”
“Hmm-hmm, selamat malam, Senior.”
“Selamat malam.”
Chu Anqing menoleh terakhir kali sambil melambaikan tangan, lalu memutar gagang pintu:
“Aaaaa!!!”
Jeritannya menusuk gendang telinga Lin Xian!
Chu Anqing sampai rambutnya berdiri ketakutan!
“Ada apa ini?”
Lin Xian memiringkan badan, melihat ke luar pintu—
Bulu kuduknya merinding!
“Heh...”
Huang Que menyandar di tembok seberang, menyilangkan tangan sambil memandangi Chu Anqing yang nyaris melompat ketakutan dan Lin Xian di belakangnya:
“Luar biasa.”
“【Segmen sejarah ini pun belum pernah kusaksikan.】”
……
Lin Xian menghela nafas, membuka pintu lebar-lebar sambil tenang menatap Huang Que:
“Kami hanya mengobrol, bukankah kau dan An Qing baru bertemu di ruang pelatihan? Bahkan membahas partikel ruang-waktu.”
“Benar benar benar!”
Chu Anqing memerah seperti pantat monyet, mengangguk seperti ayam mematuk beras, menatap mata biru tua Huang Que dengan tatapan tulus:
“Ben-benar! Sungguh benar!”
Sssst.
Lin Xian menarik napas dalam.
Akting macam apa yang dimainkan Chu Anqing ini...
Apa tidak bisa belajar dari VV?
Benar-benar putih kau jadikan hitam, palsu kau ubah jadi nyata!
Huang Que meluruskan posturnya, bangkit dari dinding yang ditopangnya, mendekati Chu Anqing, merapikan rambutnya yang meledak ketakutan, tersenyum tipis:
“Cepatlah tidur.”
“Hmm-hmm!” Chu Anqing seperti prajurit yang menerima perintah, berlari secepat pelari 100 meter ke pintu asramanya.
Driit!
Cepat menekan kunci sidik jari!
Teleportasi masuk!
Braak!
Buru-buru menutup pintu rumah!
Krek.
Bahkan dikunci ganda.
……
Lin Xian benar-benar mengakui kekalahan.
“Kenapa kau belum tidur?” Ia menoleh memandang Huang Que, memulai serangan verbal lebih dulu.
Huang Que tersenyum tanpa kata, memalingkan kepala ke koridor sepi di seberang:
“Besok lusa sudah Tahun Baru, besok hari terakhir latihan, sesuai janji besok lusa kalian libur sehari.”
“Sebenarnya dengan jadwal sesempit ini dan misi seberat ini, tidak usah libur juga tidak apa.” kata Lin Xian.
“Hmph.”
Huang Que mendengus kecil, melirik Lin Xian dengan tatapan sinis:
“Ajak An Qing jalan-jalan, pergi ke mal atau taman atau semacamnya.”
“Ah, sungguh tidak perlu.” Lin Xian melambaikan tangan.
“Selamat malam.”
Huang Que melemparkan kalimat terakhir, lalu berbalik pergi.
Ah...
Lin Xian menghela napas pelan, kembali ke dalam rumah.
“Sungguh tragis, Dewa Perang.” Jam elektronik VV mengeluarkan ucapan bernada.
“Bukankah ini ulahmu?”
Lin Xian mengerutkan alis melihat jam elektronik itu:
“Aku akan jujur padamu VV... Saat kubawa kau dari 600 tahun kemudian ke masa kini, kukira ini akan seperti harimau yang bersayap - mendatangkan dewa yang bisa menghancurkan Klub Jenius dan menggilas semua musuh.”
“Tapi sekarang setelah kurenungkan... kau justru membawa lebih banyak masalah daripada manfaat. Apa mungkin ada kesalahan saat menyalin 130 ribu baris kode itu? Misalnya... pada pengaturan nilai IQ?”
“Itu mustahil.” VV berkata tegas:
“Ini semua untuk kebaikanmu!”
“Sungguh kalimat paling menusuk dari orangtua Tiongkok.”
Lin Xian menguap, membuka selimut:
“Tidur saja, besok masih harus latihan.”
……
Keesokan harinya.
Setelah bertemu Liu Feng, Lin Xian bersiap meninggalkan pangkalan latihan:
“【Penangkap Partikel Ruang-Waktu】sudah selesai, tapi detektor sederhana belum rampung.”
Liu Feng menatap Lin Xian:
"Sampai sekarang saya masih tidak bisa memastikan apakah Partikel Ruang-Waktu itu terlihat oleh mata telanjang atau tidak. Intinya, jika dia terlihat, tentu itu yang terbaik dan menghemat banyak masalah kita. Tapi kita tetap harus mempertimbangkan semua kemungkinan. Jika ternyata tidak terlihat, maka saya harus duduk di samping pilot Wei Cheng sambil membawa detektor sederhana untuk memandu penerbangan pesawat antariksa."
"Aku punya pertanyaan." Lin Xian berkata:
"Sebelumnya untuk mencari Partikel Ruang-Waktu harus menggunakan Teleskop Radio Tianyan Guizhou, sampai lama sekali baru ketemu. Kenapa sekarang hanya pakai detektor sederhana saja sudah bisa melacak?"
"Ini kan logis saja."
Liu Feng tidak sependapat:
"Mana lebih mudah: mencari seekor ikan di laut luas, atau melacak ikan yang baru saja dilepaskan ke air? Setelah kita berhasil memposisikan Partikel Ruang-Waktu itu, mengetahui arah, ciri, dan karakteristiknya, tentu pelacakan jadi jauh lebih mudah."
"Tapi daya detektor sederhana ini masih terlalu lemah. Kita harus menunggu sampai Partikel Ruang-Waktu itu cukup dekat dengan Bumi, setidaknya pada ketinggian kurang dari 2.000 kilometer. Jarak ini relatif dekat dalam skala bumi, mengingat jarak Bumi-Bulan saja 380.000 kilometer. Detektor saya baru bisa memposisikan Partikel Ruang-Waktu dalam jarak 2.000 kilometer."
“Tentu saja, semakin dekat pasti efeknya semakin baik. Menurutku saat ini pengaturan Huang Que pasti tidak ada masalah, setidaknya secara teori tidak bermasalah. Bagi kami, satu-satunya kesulitan adalah... Partikel Ruang-Waktu bergerak maju secara melompat-lompat, lintasannya sama sekali tidak bisa diprediksi. Jadi untuk menangkapnya, kita harus mengandalkan sedikit keberuntungan.”
“Jika beruntung... mungkin kita tidak perlu melakukan apa-apa, Partikel Ruang-Waktu akan muncul sendiri ke rice cooker... alias perangkap partikel ruang-waktu, lalu langsung kehilangan aktivitas dan terikat. Jika tidak beruntung, mungkin berkali-kali hampir berhasil menjebaknya di rice cooker, tapi dia selalu berhasil kabur di detik terakhir.”
“Sampai sekarang aku masih belum bisa memastikan, tujuan sebenarnya Partikel Ruang-Waktu datang ke sini apa, apakah akan menghilang, atau meninggalkan bumi. Singkatnya, semuanya masih misteri. Aku perlu lebih banyak observasi dan analisa. Saat ini Partikel Ruang-Waktu sedang melintasi sabuk asteroid, mungkin akan bertabrakan atau menembus beberapa asteroid. Ini kesempatan bagus untuk mempelajari karakteristik lainnya.”
Lin Xian mengangguk:
“Baiklah, sampai ketemu nanti. Konstitusi tubuhmu juga tidak begitu baik, biasakan berolahraga rutin. Jadi saat latihan kelebihan gravitasi di sini, bisa lebih ringan.”
“Tenang saja, sampai jumpa!”
Liu Feng dan Lin Xian saling tos, lalu naik mobil khusus pergi.
Kembali ke ruang latihan.
Mereka menemukan Gao Yang sedang berdebat sengit dengan Pelatih Wei Cheng dengan wajah penuh keterkejutan:
“Kak Wei! Kemarin pakaian antariksa yang dipajang di sini masih berwarna putih! Seperti yang dilihat di TV, yang gemuk-gemuk, berkesan teknologi tinggi, jelas mahal banget! Aku sampai bermimpi ngiler pengen pakai! Kok... kok hari ini semuanya diganti jadi oranye! Ini jelas-jelas kualitas jelek! Kayak bajakan gitu!”
Gao Yang menunjuk ke pakaian antariksa oranye yang baru diangkut, lalu menunjuk ke pakaian putih yang akan dibawa pergi.
“Karena target ketinggian kita berubah.” Wei Cheng masih sabar menjelaskan pada Gao Yang:
“Waktu Liu Feng datang kemarin, kan dia bilang? Menurut observasi terbaru, benda yang mau kita tangkap itu diperkirakan ada di ketinggian 10 kilometer–100 kilometer. Ketinggian ini relatif terlalu rendah untuk ukuran luar angkasa, jadi nggak perlu pakai pakaian antariksa putih itu.”
Wei Cheng berjalan mendekati setelan putih yang akan diangkut, menepuk-nepuk helm besarnya:
“Pakaian antariksa putih yang gemuk, peralatannya banyak, dan berat ini terutama digunakan untuk lingkungan luar kapsul antariksa, termasuk aktivitas EVA, stasiun luar angkasa, pendaratan di planet lain. Ruang dalamnya relatif lebih luas, ada perangkat penunjang kehidupan. Bahannya juga lebih canggih, bisa menghalangi radiasi dan debu waktu di luar angkasa. Tapi kekurangannya terlalu berat, kecuali untuk misi luar angkasa di atas 500 kilometer, nggak perlu dipakai.”
“Kalau yang ini.”
Wei Cheng kembali berjalan ke depan pakaian antariksa oranye yang baru diangkut. Setelan ini terlihat jauh lebih ringan dan ramping:
"Pakaian antariksa oranye ini digunakan untuk misi di ruang suborbital. Dibandingkan dengan pakaian antariksa putih yang berat, banyak fungsi tidak perlu dihilangkan dan difokuskan pada fleksibilitas, keamanan, serta utilitas. Pakaian oranye ini juga disebut Advanced Crew Escape Suit, dilengkapi pasokan udara dan air, parasut, serta perlengkapan survival darurat seperti radio, lampu darurat, dan obat-obatan. Fungsi dan peralatannya sangat lengkap."
"Untuk misi orbit rendah seperti kita, ini sudah lebih dari cukup. Sejujurnya, ketinggian 100 kilometer... belum keluar dari atmosfer. Menurutku menggunakan pesawat antariksa itu berlebihan. Tapi memang tidak ada pilihan lain... Selain pesawat antariksa, tidak ada wahana lain yang bisa terbang di ketinggian ini. Satelit dan stasiun luar angkasa terlalu tinggi, sedangkan pesawat biasa terlalu rendah."
"Aku tidak mau!"
Gao Yang sama sekali tidak mendengarkan:
"Yang oranye ini jelek! Aku mau pakai yang putih itu!"
Wei Cheng memandangi Gao Yang seperti melihat orang bodoh...
Ya ampun.
Rupanya semua penjelasan detail yang diberikan tadi hanya angin lalu! Tidak satu kata pun masuk ke kepalanya!
"Warna oranye yang stylish dan ringan ini, mana mungkin kalah dengan gumpalan putih gemuk seperti maskot Mixue Ice City itu?"
Wei Cheng masih berusaha meyakinkannya.
"Mana ada!" Gao Yang berteriak:
“Jelas si gendut putih ini lebih imut! Aduh, kalian pakai warna oranye, aku pakai putih. Sisain satu set untukku.”
Sambil berkata demikian, Gao Yang langsung maju ingin menurunkan setelan pakaian antariksa putih yang hendak diangkut itu.
Kedua tangan memeluk!
Kuda-kuda kokoh!
Pinggang dikerahkan tenaga!
Puu——
Keluar kentut tertahan.
“Waduh, lumayan berat juga!” Gao Yang menghela napas.
……
！！！
####
Bahkan Wei Cheng sang kakak senior penyabar berhati lembut pun kini tak kuasa menahan amarah. Urat pelipusnya menonjol, gigi dikerat sambil menahan hasrat memukuli Gao Yang, ia menatap Lin Xian:
“Ini teman kecilmu?”
“Kurang... lebih.” Lin Xian menutupi wajahnya, malu tak karuan oleh kentut Gao Yang tadi.
“Sebenarnya orang ini ke sini buat apa?”
Wei Cheng menunjuk Gao Yang dengan ekspresi tak percaya:
“Standar kecantikan amburadul, latihan asal-asalan, perilaku tidak pantas!”
“Mengizinkannya berlatih di basis kelas tinggi ini adalah penghinaan terbesar bagi astronot lain!”
Lin Xian menepuk bahu Wei Cheng, menghibur:
“Tenang, sabar sebentar. Sebentar lagi saatnya bakatnya terlihat.”
Ah.
Lagipula ada VV di belakang yang memberi cheat pada Gao Yang, akurasi lengan robotik pasti tak masalah.
Nanti.
Pasti bisa meredakan amarah Pelatih Wei Cheng yang tegas dan disiplin itu?
Latihan hari ini pun berakhir di tengah pujian Chu Anqing, keseriusan Lin Xian, dan bentakan pada Gao Yang.
“Besok malam tahun baru, kita akan berikan libur sehari.”
Di ruang makan.
Huang Que duduk menyilangkan kaki di meja kosong sebelah, memandangi kerumunan yang sedang makan di meja ini:
“Pergi kemana saja boleh, perhatikan keamanan. Basis akan menyediakan mobil pribadi untuk mengantar-jemput kalian, bersantailah sepuasnya hari ini. Setelah liburan satu-satunya ini... hari-hari berikutnya akan semakin menegangkan.”
“Besok tanggal 9 Februari, dari 10 Februari hingga akhir Maret – sekitar sebulan lebih, kalian baru lulus latihan fisik dan latihan beban gravitasi. Masih banyak yang harus dipelajari, setelah bersenang-senang hari ini kumpulkan kembali hati, terus tegangkan saraf sampai hari misi dilaksanakan.”
“Lin Xian, kita jalan-jalan kemana?” tanya Gao Yang sambil menoleh:
“Cari tempat makan hotpot enak! Meski makanan di sini lezat, rasanya terlalu hambar. Kebanyakan makan ini aku merasa hampir jadi kelinci.”
Chu Anqing mendekat dari sisi lain:
“Senior Lin Xian, ayo ke Xidan jalan-jalan! Saat tahun baru dan malam tahun baru, pasti ramai sekali di sana!”
Gao Yang mengambil nampan makan dengan sigap, meninggalkan meja:
“Baiklah... aku minggir saja.”
“Ikutlah bersama.” Lin Xian menahan langkah Gao Yang.
“Ah, kau ini...” Gao Yang melambaikan tangan menolak Lin Xian, menggeleng sambil menjauh:
“Kaku.”
Bisiknya pelan.
……
Keesokan harinya, pagi.
Beijing, Pusat Perbelanjaan Xidan, ramai bagai pasar, dipadati kerumunan manusia.
"Riuh rendah kerumunan... Lin Xian merasa persimpangan Xidan ini seolah ada 100 juta orang!"
"Senior Lin Xian! Sini sini!"
Chu Anqing menyusur di detik-detik terakhir lampu hijau, berlari menyebrangi persimpangan sambil berjinjit melambaikan tangan ke Lin Xian:
"Cepat ke sini~"
Lin Xian menghembuskan nafas, membentuk kabut putih tebal.
Musim dingin Beijing... Jauh lebih dingin daripada Shanghai, beberapa hari lalu sempat turun salju tapi sekarang hampir mencair semua.
Di seberang jalan, Chu Anqing berdiri di tengah lautan manusia mengenakan jaket tebal putih, penutup telinga berbentuk kuping beruang imut, dengan syal merah melingkar di lehernya.
Gaya berpakaian ini...
Lin Xian mengingat-ingat.
Ini adalah penampilan Chu Anqing yang pertama kali ia lihat dalam hidupnya.
Hari itu, ia membawa naskah cairan pengisi hibernasi ke Universitas Shanghai untuk diberikan pada Profesor Xu Yun.
Lalu di gerbang sekolah, menyaksikan Chu Shanhe mengantar putrinya naik Maybach.
Meski saat itu tak melihat wajah Chu Anqing secara langsung.
Tapi itu memang pertemuan pertama mereka dalam hidup.
Chu Anqing saat itu memang menggunakan setelan yang sama persis.
Jaket tebal putih, syal merah, ekor kuda tinggi yang tebal dan elastis.
Tiga kata kunci inilah kesan paling gamblang Lin Xian terhadap putri kecil Shanghai itu.
Seiring seringnya pertemuan dan komunikasi berikutnya.
Pengetahuannya tentang sang putri kecil semakin dalam, kesannya pun semakin baik.
Awalnya dia masih mengira pasti ada hubungan tertentu antara Chu Anqing dan CC, hubungan yang luar biasa. Tapi sekarang… selain kemiripan wajah yang seperti hasil salin-tempel, tidak ditemukan titik persamaan lainnya.
Mengingat CC memiliki hidupnya sendiri, memorinya sendiri.
Ditambah lagi bekas vaksinasi BCG seperti label anti-palsu di tubuh Chu Anqing, sementara lengan CC mulus bagai giok, praktis menghilangkan kemungkinan mereka adalah orang yang sama.
Ah…
Memikirkan hal ini.
Lin Xian kembali merasakan ketidakpastian dunia.
Di mimpi ketiga, dia sama sekali tidak bertemu CC, tidak tahu ke mana perempuan itu menghilang, atau apakah dia masih ada di dunia masa depan 600 tahun kemudian.
Jangan-jangan kepakan sayap kupu-kupu ruang-waktu terlalu kencang, hingga menghapus keberadaan CC?
Seharusnya…
Tidak mungkin, kan?
Apakah vitalitas perempuan ini sedemikian rapuh?
Dari segi mana pun, kemampuannya menyimpan fragmen memori dari semesta paralel sebelum dan setelah perubahan ruang-waktu, sungguh seperti kemampuan protagonis kelas atas… CC, di mana aura protagonismu?
Intuisi Lin Xian.
Penyebab hilangnya CC pasti terkait dengan Bank Thyme.
Mungkin saat Bank Thyme muncul kembali dalam mimpi, di dunia masa depan, itulah saat pertemuan mereka kembali.
Yang berbeda adalah.
CC tetap sang CC yang gigih meretas brankas, sedangkan Lin Xian bukan lagi pria yang bercanda di bawah laras pistol.
【Dia adalah bos di balik layar Bank Thyme.】
【Dia sendiri yang akan mengatur password brankas paduan hafnium.】
Tapi…
Kapan itu semua akan terjadi…
"Kapan kita bisa melihat kapal udara perayaan 600 tahun Bank Thyme di langit mimpi keempat?"
"Dan juga……"
"Kapan kita bisa benar-benar bebas dari kepungan para prajurit, lepas dari kontrol orang tua misterius, dan bebas menjelajahi mimpi keempat?"
"Perjalanan masih panjang ya……"
Lin Xian menghela napas, menghembuskan kabut putih yang berlebihan di suhu di bawah nol.
Dia menyukai sensasi menghirup dan menghembuskan kabut ini.
Di suhu Shanghai yang biasa, pengalaman seperti ini tidak pernah ada.
Dia melangkah mendekati Chu Anqing yang terlihat seperti Penguin putih.
Chu Anqing memiringkan kepala:
"Senior, tadi kamu melamun tentang apa?"
Lin Xian tersenyum:
"Aku tiba-tiba teringat, saat pertama kali bertemu kamu, kamu juga memakai pakaian seperti ini."
？
Chu Anqing tampak bingung:
"Pertemuan pertama kita… bukannya di pesta perayaan Perusahaan MX?"
"Lebih awal sedikit dari itu."
Lin Xian menceritakan kejadian saat itu.
"Wah……"
Chu Anqing berkomentar:
"Ternyata kita sudah bertemu sejak lama! Hihi, hidup ini penyak pertemuan tak terduga!"
"Sebenarnya ada yang lebih awal lagi." Lin Xian tertawa.
Dia menceritakan lagi saat mengambil arip di Universitas Shanghai, melewati lapangan, dan mendengar pidato Chu Anqing sebagai perwakilan mahasiswa baru.
Mata Chu Anqing semakin membelalak:
"Uwaaa!"
Suaranya terdengar agak terkejut:
“Sepatuhnya segitu awal? Sama sekali tidak kusadari! Ha ha ha ha, itu benar-benar takdir yang luar biasa! Ada yang lebih awal lagi?”
Dia mengedipkan mata besar penuh harap:
“Apakah ada waktu yang lebih awal lagi, Senior Lin Xian? Apakah kita... pernah bertemu di waktu yang lebih awal?”
“【Qianqian】！！！”
Tiba-tiba!
Seorang nenek beruban menjerit histeris lalu bersujud plooong di depan Chu Anqing!
Ia memeluk erat-erat tubuh Chu Anqing!
Air mata bercucuran! Tangis pilu tak terbendung!
“Qianqian... Qianqian!! Qianqian hu hu hu hu... Ibu, Ibu tahu kau tidak mati... Tahu kau masih hidup! Ibu terus mencarimu! Qianqian... hu hu hu hu...”
“Tu-tunggu dulu!”
Chu Anqing pucat pasi ketakutan, berusaha melepaskan diri.
Namun nenek itu seperti orang gila! Cengkeramannya bagai capit kepiting! Tak mau melepas pelukan:
“Qianqian! Qianqian! Ibu... Ibu menemukanmu!! Hu hu hu hu! Jangan tinggalkan Ibu!”
“Lepaskan! Kau lepaskan dulu!”
Lin Xian yakin ini pasti gangguan jiwa, khawatir Chu Anqing terluka, sekuat tenaga memisahkan mereka!
“Senior Lin Xian!”
Chu Anqing wajah berubah pucat. Saat Lin Xian membuka pelukan nenek itu, ia langsung melompat ke dada Lin Xian.
Kerumunan penonton semakin banyak mengelilingi.
Lin Xian melindungi Chu Anqing di belakangnya, waspada memandangi nenek beruban ini, mengaitkan lengannya sebagai perisai.
“Qianqian! Uuu... Kembalikan Qianqian padaku!!!”
Nenek tua itu menangis tersedu-sedu, tak mampu berdiri, seluruh tubuhnya gemetar seperti lumpuh di lantai, mengulurkan lengan keriput ke arah Chu Anqing sambil merangkak pelan.
Ini...
Lin Xian juga saat itu sedang lemah hati.
Nenek tua ini tidak terlihat ingin mencelakakan Chu Anqing dengan niat jahat, lebih seperti salah mengenali orang, atau sekadar kurang kecerdasan.
Tidak mungkin juga melakukan kekerasan pada orang tua.
Di saat itu, seorang pria paruh baya berkacamata berlari mendekat, memapah nenek tua itu, sambil terus meminta maaf pada Lin Xian:
"Maaf... maaf nak, nona kecil, membuat kalian terkejut. Sungguh permisi, ini istri saya... kondisi mentalnya agak terganggu."
Dia menunjuk kepalanya sendiri sambil menggelengkan kepala.
Lin Xian akhirnya lega, rupanya ini hanyalah salah paham.
Chu Anqing juga mulai pulih dari keterkejutannya, menarik diri dari pelukan Lin Xian.
Baru sekarang Lin Xian punya waktu mengamati pria dan nenek tua ini.
Sejujurnya, jika pria ini tidak menyebutkan bahwa mereka berdua adalah pasangan suami istri, Lin Xian sama sekali tidak menyadarinya.
Karena pria paruh baya ini terlihat baru berusia sekitar 60-an tahun.
Tapi nenek tua ini...
Rambut kusut penuh ketombe, mental terguncang, ubanan berantakan, tubuh kurus kering.
Terlihat seperti telah mengalami siksaan berat.
"Bukan siksaan fisik, karena dilihatnya baik dia maupun suaminya berpakaian cukup baik."
Ini adalah siksaan mental.
Mungkin wanita paruh baya ini sebenarnya baru berusia 60-an tahun, namun penyiksaan mental membuatnya terlihat seperti berusia 80 tahun lebih.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Lin Xian.
Pria paruh baya berkacamata itu menatap Chu Anqing dengan ekspresi rumit cukup lama, tampak ragu-ragu untuk berbicara.
Akhirnya...
menundukkan kepala dan berkata:
"Dulu kami punya seorang putri, tapi lebih dari 20 tahun yang lalu dia meninggal dalam kecelakaan. Kami sangat sedih, tapi istri saya tidak bisa menerima kehilangan ini hingga mentalnya terguncang, seperti yang kalian lihat sekarang."
"Sedangkan nona kecil ini..."
Pria paruh baya itu mengumpulkan keberanian menatap Chu Anqing, jakunnya bergetar, suaranya gemetar, matanya berkaca-kaca:
"Nona... nona kecil ini benar-benar mirip dengan putri kami Qianqian. Jadi... istri saya salah mengenali dan menyebabkan kejadian seperti ini. Sungguh kami minta maaf, mohon dimaafkan."
Lin Xian dan Chu Anqing saling memandang.
Menundukkan kepala.
Nenek tua itu masih meratap sambil mengulurkan tangan mencengkeram sepatu Chu Anqing:
"Qianqian... Ini benar-benar Qianqian... Putri kami... Kau tidak mati... Huhuhu..."
Pria paruh baya itu menghela napas.
Melepaskan tangan nenek dari sepatu Chu Anqing, memeluk dan membantunya berdiri:
“Ya... Kamu ini, jangan merepotkan orang lain. Putri kami sudah meninggal lebih dari dua puluh tahun yang lalu, sekalipun benar-benar masih hidup, sekarang pasti sudah berusia empat puluhan... Bagaimana mungkin penampilannya masih sama persis seperti dulu?”
Lin Xian mendengarkan perkataan pria paruh baya itu.
Perasaan semakin yakin bahwa ada yang tidak beres!
CC, An Qing...
Keduanya sudah terlihat identik seperti hasil salin-tempel.
Masa iya ada yang ketiga?!
Qianqian?
Jangan-jangan omongan itu benar-benar menjadi kenyataan, bisakah menyintesis CC dua bintang??
Atau mungkin...
Qianqian, adalah CC itu sendiri?
“Tunggu... Tuan, tolong tunggu sebentar.”
Lin Xian menahan pria paruh baya itu:
“Barusan Anda bilang, putri Anda yang meninggal dua puluh tahun lalu... mirip dengan gadis ini? Lihat baik-baik, seberapa miripnya?”
Dia menyingkir memberi ruang, menampakkan Chu Anqing sepenuhnya agar pria itu bisa melihat jelas.
Terlihat...
Sudut bibir orang tua itu semakin bergetar.
Air mata mengalir deras seperti keran yang meledak, berdetak-detik jatuh, tubuhnya terus gemetar:
“Mirip... mirip sekali...”
Ia tersedu-sedu:
“【Sungguh... identik...】”
“【Bahkan tahi lalat air mata di sudut mata kiri... persis sama!】”
