"Tunggu dulu, jangan terburu-buru."
Lin Xian merasa VV mungkin sudah selesai membaca Dragon Raja, mulai menyelami jenis novel lain, sifat drama queen-nya akan berkobar lagi, jadi dia cepat-cepat menghentikannya.
"Jangan berisik dulu, saya perlu menyusun pemikiran."
Lin Xian berjalan ke wastafel.
Membuka keran air.
Di bawah gemerincing air yang mengalir, dia mencuci tangan.
Memandangi bayangannya di cermin, Lin Xian mulai menganalisa serangkaian kejadian tadi.
Zhang Yuqian.
Temuan tak terduga ini benar-benar petunjuk penting untuk memahami kemiripan wajah Chu Anqing dan CC, bahkan rahasia di balik tubuh CC.
Jika bukan karena kebetulan datang ke Pusat Pelatihan Astronot Beijing kali ini.
Bukan karena pilihan liburan satu-satunya ini untuk jalan-jalan ke Pusat Perbelanjaan Xidan bersama Chu Anqing.
Bukan karena kebetulan bertemu nenek itu di persimpangan lampu lalu lintas...
Seperti yang dikatakan VV.
Mungkin seumur hidup tidak akan ada kesempatan lagi untuk mengetahui nama Zhang Yuqian ini.
Berdasarkan analisis komprehensif.
Pendapat yang diberikan oleh kecerdasan buatan super VV memang merupakan skema yang paling langsung, efektif, dan meyakinkan -
【Langsung gali kuburan Zhang Yuqian, buka peti mati ambil tulang atau abu jenazah, lalu bandingkan DNA dengan rambut Chu Anqing untuk melihat hubungan apa sebenarnya antara mereka berdua.】
Jika bisa mendapatkan petunjuk dari sini dan menganalisa hubungan antara keduanya, tentu rahasia pada CC juga tidak akan jauh dari terungkap.
Ini memang cara yang bagus.
Ilmiah dan dilakukan dengan serius.
Hanya saja...
Secara moral...
Tidak.
Ini bukan lagi sekadar masalah moral, melainkan guncangan pemikiran yang melekat di tulang orang Tionghoa pada tingkat yang lebih dalam.
"Ah, aku benar-benar tidak mengerti apa yang kau takutkan."
Dari earphone Bluetooth, terdengar suara meremehkan VV:
"Sebelumnya kau masih membual padaku, bilang di dunia mimpi kau bisa berbuat semaunya - balapan mobil, meledakkan gedung, merampok bank, mengacau New Shanghai, menghancurkan Kota Langit untuk menyalakan kembang api bagi seorang gadis kecil... Ini semua hanya khayalanmu sendiri kan?"
"Aku benar-benar tidak bisa memahami, sudah sejahat itu pun kau, masa hanya mengambil sekop menggali kuburan meminjam tulang saja takut? Sungguh tidak masuk akal... Kau ini terlalu kontradiktif, bertele-telu ragu-ragu, masa menggali kuburan saja tidak berani!"
"Jangan bicara."
Lin Xian tertawa:
"Jangan kau katakan."
“Di dunia ini, banyak orang yang melakukan pembunuhan, pembakaran, dan kejahatan. Tapi kalau bicara orang yang berani mencuri tulang dari kuburan, jumlahnya sangat sedikit. Saya tidak tahu mentalitas orang asing, tapi gen orang Tionghoa sudah melekat seperti ini. Perampok bank memang ada, tapi yang berani mengambil uang dupa di kuil... Kecuali benar-benar terjepit, sedikit pencuri yang berani mengambil uang persembahan untuk Bodhisattva. Bukan tidak berani, lebih ke rasa hormat yang sudah mendarah daging.”
“Kau mungkin tidak tahu, di provinsi selatan Tiongkok yang memuja Mazu, selama Mazu mengizinkan, hal itu bisa dilakukan. Izin paspor negara pun tidak sekuat izin Mazu. Kalau Mazu bilang boleh, ya boleh. Orang sana mungkin jahat dan semena-mena, tapi coba suruh mereka berbohong di hadapan Mazu, tidak akan berani.”
“Menarik.” VV berkata:
“Bukankah Mazu hanya patung dewa? Bagaimana cara menentukan izin atau larangannya?”
“Selama Mazu tidak bersuara menolak, itu artinya mengizinkan.” Lin Xian menjawab.
……
VV terdiam sejenak:
“6。”
“Kalau begitu, kau juga bisa tanya Mazu apakah boleh menggali kuburan Zhang Yuqian.” VV langsung membuat analogi:
“Selama dia tidak geleng kepala menolak, artinya boleh.”
……
Kali ini giliran Lin Xian yang tidak bisa berkata-kata.
Makanya dikatakan VV adalah kecerdasan buatan tercerdas dalam sejarah manusia. Kemampuan belajar dan analoginya tidak seperti program robot biasa, tapi layaknya debat ulung.
“Masalah penggalian makam itu, biar saya pertimbangkan lagi.”
Lin Xian mematikan keran air.
Mengibaskan air di tangannya, lalu mengeringkannya di bawah pengering udara panas:
“Meskipun saya ingin menggali sekarang, waktunya tidak ada. Liburan yang diberikan Huang Que hanya hari ini saja, harus naik mobil kembali ke pangkul sebelum pukul 22:30 malam... itu juga ada sisa waktu yang presisi sih, bahkan jika saya ingin menggali makam, waktunya tidak cukup.”
“Begitu kembali ke pangkalan, latihan akan berlanjut selama lebih dari sebulan. Partikel Ruang-Waktu itu akan mencapai atmosfer bumi. Sekitar akhir Maret, kita harus naik pesawat antariksa untuk menjalankan misi. Jadi, meskipun benar-benar berniat pergi ke Qufu, Shandong untuk menggali makam Zhang Yuqian, itu baru bisa dilakukan bulan April. Hal-hal di otak saya sudah terlalu banyak sekarang... Urusan ini ditunda dulu, baru akan diurus setelah menyelesaikan masalah Partikel Ruang-Waktu.”
Setelah berkata demikian.
Lin Xian meninggalkan toilet dan kembali ke kedai teh susu.
“Senior~ ini untukmu!”
Chu Anqing melompat kecil mendekat, mengangkat segelas grape cheese tea dan menyerahkannya ke Lin Xian:
“Hehe, lama sekali! Benar-benar tersesat ya? Aku hampir mau mencarimu!”
“Kalau kau benar-benar mencari, justru kita berdua akan sulit bertemu.”
Lin Xian tersenyum menerima minuman itu, menusukkan sedotan:
“Kalau benar-benar tersesat dan tidak bisa ditemukan, kau harus tetap di tempat, jangan bergerak atau pergi. Dengan begitu saya pasti akan kembali ke sini untuk menjemputmu.”
“Ah~ aku bukan anak kecil lagi!”
Chu Anqing menghirup grape cheese tea-nya yang enak, menggoyang-goyangkan ponselnya yang memakai casing Kucing Rhein:
“Punya ponsel semua! Kok susah dicari ya!”
……
Satu orang satu cangkir teh susu.
Keduanya tertawa dan berbincang, mulai menjelajahi pusat perbelanjaan yang ramai ini.
“Senior! Lihat! Mesin claw game!”
Chu Anqing menunjuk deretan mesin claw game di lorong, berisi berbagai boneka. Tentu saja, tak ketinggalan boneka Kucing Rhein yang sedang mendominasi pasar saat ini.
Tapi Lin Xian memang punya mata tajam.
Boneka Kucing Rhein di sini semua model murah dan kecil produksi massal, tidak terlalu lucu juga bukan edisi terbatas, makanya dimasukkan ke mesin claw game.
Lagipula, boneka-boneka di mesin ini jarang-jarang penempatannya, papan plastik di lubang keluarnya begitu tinggi. Jelas sulit diraih, pasti bos berhati hitam.
Mereka berdua mendekat.
Seorang ibu sedang menemani lelaki kecil berusia 7-8 tahun bermain claw game. Cakar mekanis baru saja mengangkat boneka ke puncak, hendak bergerak lateral menuju lubang keluar—
Klik.
Cakar melemas, boneka yang baru diangkat jatuh ke tempat semula, bahkan terpental lebih jauh dari lubang keluar...
Lelaki kecil itu mencibir:
“Susah banget nangkepnya!”
Chu Anqing mengangguk penuh empati, alutnya berkerut memandang Lin Xian:
“Tampaknya mesin claw game di mana-mana sama ya... Alat ini memang cuma buat menjebak uang, cakar mekanisnya sengaja dikendorkan. Baru mengangkat dua detik, langsung melepaskan boneka. Mustahil bisa menang, ini jelas curang.”
“Benar.”
Lin Xian menjelaskan padanya:
“Mesin claw game di mal-mal kebanyakan adalah 【mesin pengulangan】. Diatur sedemikian rupa sehingga setiap beberapa kali percobaan, ada satu kali cakar akan mencengkeram kuat dan tidak melepaskan boneka. Bahkan orang bodoh pun bisa menang. Tapi di luar percobaan beruntung itu, cakarnya sengaja dikendorkan. Baru angkat sedikit langsung jatuh.”
“Intinya ini bisnis tipu-tipu. Bos yang masih punya hati nurani akan setel mesinnya tiap 5 percobaan ada satu cakar kuat, biar dengan 10 koin bisa dapat satu boneka. Setidaknya memberi sedikit kepuasan. Nyatanya biaya produksi boneka cuma 2-3 tael. Kalau ketemu bos licik, diatur tiap 10 bahkan 20 percobaan baru ada cakar kuat. Jelas-jelas memperbodoh pengguna.”
“Mesin paling fair di pasaran adalah yang tidak diutak-atik kekencangan cakarnya, plus cakarnya bisa digoyang. Dengan teknik tertentu seperti ayunan, putaran, atau memanfaatkan gaya sentrifugal, boneka bisa terlempar keluar. Ya, harus dilempar! Mustahil dicengkram biasa. Sayangnya mesin claw game berprinsip seperti ini semakin langka, karena tujuan pedagang tetaplah mencari keuntungan.”
……
Chu Anqing tersadar.
Begitu rupanya.
"Dia sudah menduga mesin claw game ini punya trik, tapi tak menyangka Senior Lin Xian benar-benar tahu segalanya, paham sedetail ini!"
"Pantas saja..."
Dia mencela:
"Dulu aku suka main claw game, tapi cakar mekanis ini kayak nakal banget! Selama ini cakarnya kendor terus, bikin kesel! Kayak kata senior, kadang baru bisa cengkram kuat kalau lagi beruntung, baru bisa nangkep boneka... Tapi pas berhasil itu seneng banget! Rasanya kayak menang prestasi gitu!"
Ding ling——
Mesin claw game di depannya tiba-tiba hidup seperti kemasukan dua koin, langsung dapat kesempatan gratis.
"TANGKAPIN UNTUK DIA!!!" teriak VV lewat earphone Bluetooth.
……
Gurluk.
Boneka dinosaurus lagi jatuh dari lubang keluaran. Chu Anqing gesit menyambar:
"Wah!! Li... Lin Xian senior! Hebat banget! Ini sudah yang ke-11!"
Saat ini.
Dada Chu Anqing penuh boneka bulu berbagai ukuran, hampir terjatuh! Badannya condong kebelakang, kedua tangan mencengkeram erat-erat seperti memeluk pohon.
Sekeliling mesin claw game dikerumuni para tamu yang terpana melihat skill Lin Xian:
"Jago banget... Dewa claw game."
"Gimana caranya?"
"Sayang, aku juga mau! Tangkepin dong!"
“Lelaki kecil yang berkali-kali gagal menangkap boneka tadi, terbelalak nyaris mengeluarkan air liur sambil menatap tumpukan boneka di dada Chu Anqing.”
“Ng… ngapain.”
Chu Anqing menyadari tatapan lelaki kecil itu, waspada mundur selangkah.
Tapi…
Tatapan itu begitu jernih, polos, naif.
“Baiklah.”
Chu Anqing bertahan, membujuk dirinya sendiri:
“Nah, ini kasih satu ya… cuma satu lho!”
Alisnya berkerut.
Dengan serius memilih boneka yang relatif paling jelek dari 11 boneka itu, memaksakannya ke tangan anak, lalu menarik lengan Lin Xian:
“Minggir! Senior Lin Xian, ayo kita pergi!”
Gerak-geriknya ini benar-benar membuat Lin Xian bingung antara ingin tertawa dan menangis:
“Kau kasih satu lagi ke bocah itu juga nggak apa-apa, ini kan boneka kualitas terendah dan termurah hasil grosiran, harganya nggak seberapa. Kapas dan kain isiannya juga jelek, cuma Kucing Rhein yang agak bagus soalnya diawasi perusahaan Rhein.”
“Nggak boleh!”
Chu Anqing menolak tegas:
“Ini kan kau yang menangkap untukku… mana bisa kuberikan ke orang! Hehe, aku baru pertama kali lihat mesin claw bisa mengeluarkan begitu banyak boneka, Senior Lin Xian emang jago! Meski kau bilang ini cuma mesin frekuensi… tapi menurutku tetap butuh skill! Kalau nggak gimana bisa tiap kali kau tepat sasaran?”
Dia tertawa:
“Saya setiap kali penuh percaya diri、merasa diri kembali hebat、pergi menantang mesin claw game, selalu berkhayal tentang pemandangan seperti hari ini, saya bisa memeluk banyak boneka、boneka yang tidak bisa lagi dipeluk, lalu pergi dengan gaya di tengah tatapan iri orang lain, menyembunyikan jasa dan nama!”
“Bagus sekali, bagus sekali, keinginan ini juga tercapai! Terima kasih Senior Lin Xian, boneka-boneka ini akan saya jaga baik-baik... Kalau begitu tunggu sebentar di sini, saya akan minta kantong besar di toko sebelah untuk memasukkan boneka-boneka ini, kalau terus dipeluk nanti tidak bisa jalan-jalan lagi.”
Begitu ujarnya.
Chu Anqing pergi sambil melompat-lompat gembira.
“VV。”
Lin Xian tertawa:
“Sepertinya saya menemukan kegunaan sejatimu.”
“Maksudnya?” VV bersemangat:
“Mau memuji saya?”
Lin Xian mengangguk:
“Awalnya kupikir, kau adalah kecerdasan buatan super yang bisa menyelamatkan dunia、membalikkan ruang-waktu、tak terkalahkan、bahkan mampu memicu krisis mesin cerdas... Jangan bilang, saya benar-benar pernah khawatir tentang ini.”
“Tapi sekarang saya benar-benar melihatmu dengan perspektif baru, kau ternyata robot romantis! Urusan bertarung mencari musuh permainan kucing-tikus sama sekali bukan bidangmu, tapi merayu gadis dengan romansa kau benar-benar ahli, ide-ide seperti kembang api atau claw game yang tidak akan terpikir oleh pria normal seumur hidup, kau bisa langsung mengeluarkannya.”
“Menurut saya kalau kamu diproduksi massal untuk mengajari para pria jebakan pacaran, pasti penjualannya bakal laris. Urusan menyelamatkan dunia biar Doraemon yang ngurus, kamu emang lebih jago di bisnis bikin gadis senang.”
“Kau berani memarahi lagi!” VV menghantam gendang telinga Lin Xian dengan bass headphone Brak Brak Brak:
“Lin Xian, skill memarahimu sekarang benar-benar canggih!”
“Leluconmu juga semakin canggih.” Lin Xian menghela napas.
“Sebenarnya bikin gadis senang itu hal yang sederhana.” VV mendengus kecil, meninggikan nada suara:
“Apalagi buat Lin Xian, tinggal mau atau enggak. Bagi gadis yang suka sama kamu, apapun yang kau lakukan itu benar dan romantis. Mau bikin cincin dari tutup kaleng, lipat pesawat dari kertas warna-warni, beli lentera terang murah buat diterbangkan bareng...”
“Ini semua bukan hal sulit. Asal seorang wanita suka padamu, apapun yang kau lakukan itu benar, tak perlu khawatir salah. Yang benar tetap benar, yang salah jadi benar, mereka akan memaklumi sendiri. Cuma... sepertinya hatimu sama sekali nggak di sini, kamu lebih suka berdebat dengan musuh khayalan.”
“Kupikir aku mau begini?” Lin Xian bingung antara ingin tertawa dan menangis:
“Apa aku suka bermain petak umpet dengan orang-orang ini? Kalau kau bisa lebih berguna, langsung tangkap Kevin Walker atau ungkap tujuan Elon Jusk, ketahui dimana Klub Jenius bersembunyi... Masih perlukah aku sesulit ini sekarang?”
“Seperti masalah Zhang Yuqian, Chu Anqing, CC tadi... Ah, ini bukan salahmu. Terutama karena kau belum pernah bertemu CC dan tidak mungkin bertemu, jadi banyak hal yang tak kau pahami, data tidak cukup, analisamu pun terbatas. Sebenarnya CC menyimpan banyak rahasia, tidak kalah dari Huang Que. Dalam arti tertentu, rahasia yang disimpan CC tampaknya lebih penting dari teka-teki Huang Que.”
“CC ya.” Suara VV di earphone Bluetooth terdengar merenung:
“Nama ini sendiri sudah cukup aneh, dan sangat mirip dengan namaku... Tunggu sebentar!”
VV tiba-tiba bersemangat, melolong:
“Lin Xian, bukankah kau bilang aku adalah anjingnya Zhao Yingjun?”
“Benar. Pomeranian itu adalah leluhurmu, sumber namamu, dan Zhao Yingjun yang menciptakanmu. Pada dasarnya kau memang anjingnya Zhao Yingjun.”
“Tidak, tidak.”
VV membantah:
“Aku tiba-tiba punya pemikiran baru... Namaku sangat mirip CC, sementara CC wajahnya persis Chu Anqing. Jadi——”
“Kemungkinan besar aku sebenarnya adalah anjingnya Chu Anqing!”
“……”
Lin Xian menghela napas lesu:
“Berhentilah main saham, fokuskan hatimu ke alur utama dan kerjakan hal yang berguna.”
……
Siang itu, Lin Xian dan Chu Anqing kembali berkeliling ke banyak tempat, bermain berbagai permainan, dan mencicipi banyak jajanan.
Hari semakin gelap.
Bulan mulai naik menggantikan matahari, namun jalan belakang Xidan justru semakin ramai.
Di sini terdapat banyak bar yang menjadi favorit para pemuda untuk kehidupan malam.
Cahaya lentera berpadu warna alkohol, semangat masa muda yang berlimpah, menciptakan cita rasa yang unik.
Chu Anqing memandang penasaran pemandangan yang belum pernah dilihatnya... rasanya seperti membuka pintu gerbang dunia baru.
"Se-Senior Lin Xian! Lihat gadis itu! Pakaiannya... ini kan musim dingin! Beraninya dia..."
"Mana?" Lin Xian menoleh tapi tidak melihat.
"Ah... sudahlah, lebih baik kita lanjutkan jalan saja."
Chu Anqing bercerita pada Lin Xian bahwa tempat seperti bar sama sekali dilarang oleh Chu Shanhe, bahkan dilarang mendekati sekalipun, katanya itu bukan tempat untuknya.
Karena itu, ini juga pertama kalinya Chu Anqing memasuki dunia gemerlap ini, mengenal kehidupan malam yang trendy.
Kerumunan anak muda bergaya kekinian, gadis-gadis modis dengan busana mencolok, penyanyi tetap di dalam maupun luar toko, rapper bergaya hip-hop, semuanya sangat baru baginya.
"Senior Lin Xian!"
Chu Anqing mengedipkan mata bulan sabitnya yang penuh tawa, gigi mutiara dan bibir merahnya tersenyum manis:
"Ajak aku main ke bar yuk!"
"Tentu tidak bisa..." tolak Lin Xian:
"Ayahmu saja tidak mengizinkanmu pergi."
“Aduh, asalkan jangan beri tahu ayahku saja!” Chu Anqing berdiri dengan tangan di pinggang:
“Lagipula saat aku datang ke sini, ayahku sudah bilang, aku sudah tumbuh besar! Aku boleh punya pemikiran sendiri, ketertarikan sendiri! Aku bukan mau berbuat mengganggu urusan, cuma penasaran pengen masuk lihat-lihat saja.”
“Sekali saja~ Sekali saja Senior! Aku benar-benar penasaran seperti apa dalamnya... Lagi pula penyanyi di bar itu, dengar lagu juga enak kok!”
Lin Xian benar-benar merasa dilema, menyenangkan telinganya mulai melunak lagi.
“Bawa dia!!!” Di dalam headphone, VV berteriak.
Lin Xian melihat jam tangannya.
Sekarang sudah malam ini pukul 8:30, Huang Que bilang paling lambat pukul 10:30 harus naik mobil kembali ke , jadi ini mungkin perhentian terakhir...
Baiklah.
Dia menengadah, memandang Chu Anqing:
“Jam segini untuk bar dansa masih terlalu pagi, belum ada yang buka. Jadi bar jenis itu pasti tidak sempat. Tapi kita bisa ke bar biasa, suasananya lebih enak, cuma tempat minum alkohol sambil obrolan. Kalau mau dengar penyanyi live, di sana juga ada.”
“Boleh banget!”
Chu Anqing sebenarnya tidak paham perbedaan bar dan bar biasa, merasa ke mana saja sama saja.
Keduanya mencari bar biasa terdekat dan masuk.
Begitu melewati pintu, penerangan langsung redup, menciptakan nuansa tersendiri.
Saat ini pengunjung bar biasa masih sepi, hanya ada beberapa meja yang duduk terpencar, soalnya masih terlalu awal.
Kedua orang itu mencari tempat duduk.
Masing-masing memesan minuman, mengobrol dengan riang diiringi musik latar yang menenangkan.
Mereka membahas banyak hal.
Membahas masa kecil, minat, hobi, kehidupan, studi, pekerjaan, penerbangan luar angkasa, partikel ruang-waktu, ujung alam semesta...
Tak ada yang tak bisa dibicarakan.
Tapi semua topik bisa mengalir lancar.
Lin Xian baru menyadari bahwa Chu Anqing juga menyukai film. Tapi ini bukan hal baru, tahun lalu di Manhattan, New York, pusat dunia, aksi Chu Anqing yang meniru "Titanic" serta ucapan yang mencontoh "The Truman Show" sudah cukup membuktikan bahwa dia memang pecinta film.
Seorang drama queen seperti VV.
Lin Xian merasa, jika VV bisa keluar dari headphone, pasti akan akrab dengan Chu Anqing.
Tiba-tiba...
Dia teringat perkataan VV siang tadi.
Demi kehati-hatian, dia bertanya pada Chu Anqing:
"Pernahkah kau memelihara anjing kecil?"
"Ha?"
Chu Anqing tak menyangka Lin Xian akan menanyakan ini, menggelengkan kepala:
"Tidak, sama sekali tidak. Keluarga kami tak pernah memelihara hewan. Karena... aku tidak terlalu suka kucing atau anjing."
"Wu wu wu wu wu!!! Wu wa wa wa wa wa!!!" Di dalam headphone, VV menangis histeris, seolah menumpahkan satu ton air mata sampai telinga Lin Xian kebanjiran.
Langsung dia melepas earphone Bluetooth dan memasukkannya ke kotak, menolak polusi suara.
Geser——
"Saat itu, di atas panggung tengah bar, terdengar suara gesekan gitar."
"Seorang perempuan pendek beret, duduk di kursi, menyilangkan kaki, dengan gitar yang masih bergetar di pangkuannya."
"Tampaknya, suara gesekan tadi berasal darinya."
"Lin Xian melihat jam tangannya."
"Tanpa terasa sudah pukul 9:30, waktu bagi penyanyi tetap naik ke panggung."
"Ini bagian yang ditunggu-tunggu Chu Anqing."
"Menoleh, benar saja Chu Anqing sudah membuka mata lebar-lebar, tak berkedip memandangi penyanyi wanita cantik bernuansa artistik itu."
"Swaaar——"
"Gesekan gitar lagi, penyanyi beret perlahan menengadah, duduk dalam [satu-satunya] cahaya, pandangan kaburnya menatap kegelapan bar di depannya:"
"『Mungkin aku masih bisa melihat kabarmu online;』"
"『Mungkin lagu yang kusanyikan masih tersimpan di ponselmu;』"
"『Mungkin cintaku padamu terkubur dalam hati menjadi rahasia;』"
"『Mungkin saat kau merindukanku... aku juga sedang merindukanmu...』"
……
"Lagu penuh perasaan 《Tidak Lagi Berhubungan》 ini dinyanyikan dengan penuh emosi oleh penyanyi wanita tersebut, teknik gitarnya juga sangat tinggi, dipadukan dengan nyanyian jernih yang mengambang, membuat orang tak kuasa terhanyut dalam kenangan."
"『Dia menyanyi dengan sangat baik...』"
"Chu Anqing yang sedang mendengarkan memuji pelan."
"Lin Xian juga mengangguk mengakui:"
"『Setiap kali mendengar lagu ini, aku selalu teringat seseorang.』"
"『Siapa?』 tanya Chu Anqing penasaran."
"『Li Qiqi.』"
"Lin Xian berkata:"
"『Pacar Liu Feng itu... yang sudah meninggal.』"
"Dia menceritakan kisah Liu Feng dan Li Qiqi kepada Chu Anqing."
"Chu Anqing tertegun sejenak."
"Suasana menjadi muram:"
"'Aku benar-benar tidak menyangka, Guru Feng pernah mengalami hal seperti itu. Saat dia menghiburku hari itu, sebenarnya dia menyinggung hal ini, tapi aku... tidak berpikir ke arah sana.'"
"'Meskipun menutup mata di tengah hujan meteor yang mengabulkan harapan bisa dianggap sebagai kebahagiaan. Tapi... ini tetap kisah tragis. Masih membuat orang tidak bisa menahan rasa sedih, yang lebih membuatku tidak tahu apakah ini kesedihan atau keterharuan adalah...'"
"'Kakak Qiqi, dia begitu percaya pada Guru Feng dan yakin teori 《Pengantar Konstanta Semesta》-nya benar. Meski banyak orang mengatakan itu salah, eksperimen berkali-kali membuktikan ketidakabsahannya, tapi Kak Qiqi tetap teguh meyakininya.'"
"'Ini mungkin... namanya cinta.'"
"Chu Anqing menggelengkan kepala:"
"'Aku belum pernah pacaran, hanya tahu konsep ini dari novel dan film. Tapi masih di tahapan literal yang dangkal. Aku tidak terlalu paham apa itu cinta, juga tidak tahu bagaimana bentuk cinta seharusnya. Tapi sekarang aku tiba-tiba merasakan substansi dari sesuatu yang abstrak ini...'"
"Dia menengadah, memandang Lin Xian:"
"'Cinta, mungkin seperti yang Kak Qiqi rasakan terhadap Guru Feng.'"
"'Bahkan jika seluruh dunia menyangkal Liu Feng, dia tetap yakin ia benar;'"
"'Bahkan seandainya seluruh semesta berada di pihak lawannya, dia akan selalu berdiri di depannya;'"
“Saat masih hidup, dia tak akan pernah membiarkan Liu Feng kesepian, akan selalu menemani-nya;”
“Bahkan setelah meninggal, dia ingin menjelma menjadi bintang di ujung langit, menyinarinya, mengawasinya, merawatnya……”
Chu Anqing menengadahkan kepala lebih tinggi, memandang lentera hias berwarna-warni di atap bar yang berkedip-kedip, padam dan menyala perlahan, seolah bintang yang bernapas.
“Sungguh berharap…… Kakak Qiqi benar-benar telah menjadi bintang.”
“Dia pasti bisa.”
Lin Xian menjawab:
“Setidaknya di mata Liu Feng, setiap bintang di langit bernama Qiqi. Dia hanya perlu menengadah memandang langit malam, maka akan mendapat pelukan dari seluruh alam semesta.”
Di belakang.
Sebuah chord lembut kembali berbunyi, mengiringi berakhirnya sebuah lagu, sekaligus akhir dari sebuah fragmen kehidupan.
Bar bergema dengan tepuk tangan yang renggang namun sopan.
Sebagai bentuk pengakuan dan rasa terima kasih atas penampilan yang menyentuh hati ini.
Chu Anqing menggigit bibir bawahnya.
Seolah ingin mengatakan sesuatu namun ragu.
Tapi akhirnya……
Dia menggenggam erat gelas minumannya dengan kedua tangan, menengadah, memandang Lin Xian:
“Sebenarnya…… Saat mendengar lirik lagu ini, aku juga teringat pada seseorang. Selama ini kurasakan, dia sama seperti Kakak Qiqi. Bahkan sebelum kau bercerita tentang kisah Kakak Qiqi dan Guru Liu Feng…… aku sudah merasa demikian.”
“Lirik lagu ini, saya rasa menggambarkan hidupnya, pemikirannya, matanya. Pertama kali menatap matanya, saya langsung merasakan bahwa dia memang orang yang kesepian tapi kuat, pantang menyerah, namun hatinya sangat lembut.”
“Siapa?”
Lin Xian juga penasaran, siapa yang akan diingat oleh Chu Anqing.
“【Kakak Huang Que】.”
Chu Anqing seolah memantapkan hati, dengan susah payah mengucapkan nama itu dari mulutnya:
“Senior Lin Xian, sebenarnya ada satu hal yang saya sembunyikan darimu.”
Ekspresinya berubah murung, berbisik pelan:
“Sebenarnya malam itu, pertemuan saya dengan Kakak Huang Que di ruang latihan, tidak seperti yang saya ceritakan sebelumnya - bahwa dia turun dari lantai atas mencari saya.”
“Kakak Huang Que...saya menemukan beberapa hal tentangnya. Tapi dia berpesan keras, jangan sampai memberitahumu, sangat serius dan tegas. Jadi, saya pun berjanji padanya untuk tidak mengungkapkannya.”
“Tapi sekarang...setelah mendengar ceritamu tentang kisah Li Qiqi dan Liu Feng...”
Chu Anqing mengeratkan giginya.
Mengangguk kuat-kuat.
Menatap Lin Xian dengan tatapan sungguh-sungguh:
“Saya akan memberitahumu yang sebenarnya!”
