Amerika Serikat, Texas, Landasan Peluncuran Starship Space-T.
Menara Pandang Baja.
Elon Jusk berdiri diterpa angin musim semi tengah hari, memandang jauh ke menara peluncuran roket yang sudah terbuka lebar, semua penyangga telah rebah, bagian dalamnya kini kosong melompong.
Beberapa puluh menit sebelumnya, roket Starship yang telah dipersiapkan lama namun tak kunjung rampung itu meluncur dari sana.
Tanpa membawa satelit, tanpa wahana antariksa, apalagi astronaut.
Bahkan bahan bakarnya pun tidak diisi penuh.
Diluncurkan secara terburu-buru dan serampangan.
Dia masih ingat sejak kecil, dirinya sangat terobsesi dengan alam semesta, menyukai pesawat antariksa, gemar menonton peluncuran roket, bermimpi memiliki roketnya sendiri.
Tapi semua orang bilang, roket adalah aset strategis nasional, teknologi ultra-tinggi yang hanya dimiliki negara adidaya.
Saat itu, negara yang mampu meluncurkan roket sendiri tak sampai lima di seluruh dunia.
Roket dikategorikan sebagai kristalisasi teknologi manusia, teknologi yang hanya bisa dikuasai oleh negara-negara besar di bidang teknologi.
Bahkan ada yang memberitahunya:
"Roket sama dengan rudal balistik antarbenua, prinsip keduanya kurang lebih sama. Negara yang mampu meluncurkan roket berarti punya kemampuan meluncurkan rudal balistik antarbenua."
"Meski ada banyak perbedaan detail, negara yang bisa mengirim roket berisi satelit ke luar angkasa pasti bisa mengirim roket penuh bahan peledak ke sudut mana pun di dunia."
Hm.
Hebat sekali.
Kedengarannya, seumur hidup dirinya mungkin takkan pernah memiliki sebuah roket.
Tapi kalau tidak dicoba, siapa yang tahu?
Sampai hari ini.
Satu-satunya perusahaan antariksa swasta di dunia yang bisa meluncurkan roket, wahana antariksa, bahkan mengirim manusia ke orbit, berada di bawah nama Elon Jusk.
Dia meluncurkan roket daur ulang terbaik di dunia.
Mengirim mobil Tesla ke orbit bumi.
Mengantar empat warga biasa melakukan perjalanan ke luar angkasa.
Sedang mempersiapkan Rencana Konstruksi di Bulan, sepuluh tiket kapal sudah terjual habis.
Sedangkan pandangan terakhirnya tertuju pada Mars yang berjarak ratusan juta kilometer.
Kehadirannya telah menghancurkan banyak legenda di bidang antariksa, sekaligus menciptakan banyak keajaiban.
Apakah roket sesulit itu?
Sepertinya tidak serumit yang dibayangkan, hanya seperti petasan besar, tidak segitunya seperti yang dibesar-besarkan orang sebelumnya.
Material canggih macam apa, kontrol presisi.
Baja tahan karat tetap bisa naik ke langit, mesin meledak beberapa kali juga tidak berpengaruh.
Tapi...
"Perilaku meluncurkan roket seperti rudal balistik antar benua, hari ini benar-benar pertama kali ia coba."
Fakta membuktikan.
Benar bisa dilakukan!
Jika targetnya adalah pesawat antariksa yang dikemudikan manusia, mungkin roket mustahil mengenai sasaran. Kelincahan operasional dan kesadaran sesaat manusia jauh melebihi sistem navigasi mekanis.
Tapi...
Bagaimana jika target "roket-rudal" itu juga berupa pesawat antariksa tanpa awak berkecepatan tinggi, bergerak lurus, dan terus mengunci pesawat antariksa lainnya?
Maka jauh lebih mudah.
Di hadapan kecepatan super roket, pesawat antariksa tanpa awak yang dikendalikan jarak jauh itu tak lebih dari sasaran empuk di langit?
"Asyik."
Ia mengepal tangan kosong sambil tertawa heh-heh.
Sudah lama ingin mencoba ini! Laki-laki mana yang tak bermimpi menjadi ahli persenjataan? Siapa bisa menolak kesempatan meluncurkan rudal untuk menghantam pesawat antariksa tercanggih di dunia?
"Terima kasih Turing."
Ia tersenyum puas:
"Tapi... masalah Starlink masih harus kuhitung denganmu. Tidak... bukan hanya masalah Starlink."
Deng deng deng deng deng deng deng deng deng deng!
Bunyi sepatu hak tinggi mendebur-debur di pelat besi.
Sekretaris berbaju pendek dengan mantel tergantung, membawa folder sambil berlari terhuyung menaiki menara observasi besi.
Napasnya terengah-engah.
Beberapa saat kemudian baru bisa berdiri tegak, menyesuaikan kacamata merahnya sambil menatap Elon Jusk:
"Tiga kabar buruk, mana yang mau kau dengar dulu?"
？
Elon Jusk tertegun, berbalik badan:
“Seingatku dialog ini seharusnya tidak seperti ini? Setidaknya seharusnya ada opsi kabar baik kan? Kalau tidak, buat apa ada pilihan dalam soal ini?”
“Baiklah.”
Sang sekretaris mengangguk:
“Akan kuganti kalimatnya. Tiga kabar buruk, dan satu kabar yang sangat mengerikan, mana yang ingin kau dengar dulu?”
“Lho kok malah nambah satu!” Elon Jusk berteriak kaget:
“Inikah cara melapor kerjamu?!”
Dia meniru stiker emoji seorang teman baik yang pernah mendaki puncak Amerika, melotot sambil menuding sang sekretaris dengan jari telunjuk:
“You！are！fired！！”
“Mengerti.”
Sang sekretaris menjawab datar, langsung hendak melemparkan ID card yang tergantung di lehernya:
“Dari dulu juga sudah ingin berhenti.”
“Wkwkwk, aku cuma bercanda.” Elon Jusk langsung menyerah:
“Temanku itu kan sedang masa pemilu, aku cuma mendukungnya... Dibandingkan kabar yang sangat mengerikan, tiga kabar buruk itu malah jadi kabar baik. Aku pilih dengar yang tiga ini dulu.”
Sang sekretaris mendorong kacamatanya.
Membuka folder di tangan, menatap Elon Jusk:
“Kabar buruk pertama: seluruh satelit Starlink-mu hancur. Meski yang jatuh ke atmosfer dan terbakar hanya 9.000 lebih. Tapi sisanya sudah kehabisan bahan bakar, orbitnya tidak bisa dinaikkan lagi, hanya bisa merangkak di orbit bumi yang semakin rendah... Akhirnya, semuanya musnah terbakar di atmosfer yang semakin padat, menjadi meteor.”
“Kami telah menghabiskan bertahun-tahun waktu dan ratusan juta dolar AS untuk membangun Proyek Starlink, hari ini semuanya benar-benar dimusnahkan.”
“Oh, Ya Tuhan.”
Elon Jusk berpura-pura dramatis, menutupi wajahnya dengan telapak tangan:
“Kukira kabar ini seharusnya menjadi berita buruk yang paling mengerikan, ternyata hanya berita buruk biasa! Aku mulai merasa penasaran.”
“Kabar buruk kedua.”
Sekretaris merendahkan kepala, melihat kertas yang terselip di folder:
“Wall Street menurunkan semua peringkat kita. Beberapa waktu terakhir sistem Starlink berulang kali diretas, digunakan untuk lelucon jahat atau sabotase, sangat mempengaruhi reputasi dan sikap investor kita. Bahkan mempengaruhi saham Tesla yang anjlok, dewan direksi bersiap untuk menuduhmu.”
Elon Jusk menegakkan pinggangnya, tidak peduli:
“Baru ini bisa disebut kabar buruk yang layak. Selanjutnya?”
“Kabar buruk ketiga.”
Sekretaris menengadah:
“Selain Pabrik Super Tesla di Tiongkok, hampir semua pabrik, ruang server, dan pusat data kita telah diserang Kevin Walker.”
“Benar, tak perlu diselidiki, pasti Kevin Walker. Dia jelas sangat marah, ingin membunuhmu sampai mati, jadi serangannya sangat terang-terangan. Apalagi... sepertinya dia tidak pernah berniat menyamar, semua serangan dilakukan dengan sangat arogan.”
“Namun dibandingkan dua kabar buruk sebelumnya, yang ini tidak seberapa. Entah mengapa, serangan Kevin Walker kali ini jauh lebih lemah dan lambat, kerugian yang ditimbulkannya tidak terlalu besar, masih dalam batas yang bisa diterima... Tentu, kau paham, ini hanya relatif dibanding dua kabar buruk tadi.”
……
Elon Jusk terkikik:
“Tentu saja, kalau tidak, untuk apa menurutmu aku membuat [virus] itu?”
Sang sekretaris memiringkan kepala.
Tak sepenuhnya mengerti:
“Virusmu... bukankah itu ditujukan untuk kecerdasan buatan super? Kevin Walker kan manusia, apa virusmu bisa membuatnya sakit?”
Elon Jusk menggelengkan kepala.
Telapak tangannya meraba jahitan celana, menyentuh flashdisk di dalam saku yang memancarkan cahaya biru tak wajar, seolah ada kaca patri mengalir di dalamnya:
“Seperti yang baru kukatakan, virus ini [jauh melampaui era saat ini], memang khusus ditujukan untuk kecerdasan buatan super.”
“Tapi, jangan-jangan kau mengira Kevin Walker tidak punya kecerdasan buatan? Mana mungkin... Peretas terkuat sekalipun, jenius sejati sekalipun, mustahil bisa meretas ratusan celah sekaligus, mengendalikan ratusan peralatan bersamaan. Kecuali dia lipan punya 800 tangan. Tapi jelas, dunia ini tidak punya alien semacam itu.”
"Orang yang berpikiran tajam pasti bisa melihat, Kevin Walker pasti memiliki kecerdasan buatan AI. AI miliknya jauh lebih kuat dibandingkan ChatGPT yang beredar saat ini. Secara pribadi saya berpendapat, AI Kevin sudah sangat mendekati 【batas dasar】 kecerdasan buatan super."
"Memang benar teknologi Kevin Walker sangat hebat, tapi Kevin Walker hanya satu. Dia tak bisa menghadapi pasukan besar - kecuali dia juga memiliki pasukan besar. Inilah tujuan dia melatih kecerdasan buatan: dia ingin memiliki tak terhitung anak buah, di mana setiap anak buah sama hebat dan pintarnya dengan Kevin Walker."
Mendengar ini.
Sang sekretaris tersadar:
"Begitu rupanya... Kau menggunakan virusmu ini untuk membunuh kecerdasan buatan Kevin Walker! Membuatnya kehilangan pasukan besar! Dan karena virus di dunia maya akan selamanya ada, kemampuan Kevin Walker tidak hanya sangat terpukul, bahkan di masa depan dia takkan pernah bisa menciptakan kecerdasan buatan kuat lagi."
"Sebab, kau menggunakan kecerdasan buatan yang dimiliki Kevin Walker sebagai 【batas dasar】. Setiap AI yang lebih pintar dari batas ini akan langsung dihancurkan virus. Sedangkan AI yang lebih bodoh atau kurang cerdas dari batas ini dibiarkan hidup. Dengan kata lain... virus 'terdepan di zamannya' yang kau sebut ini telah mengunci batas kemampuan Kevin Walker!"
“Karena alasan inilah serangan yang dilancarkan Kevin Walker terhadap kami kali ini begitu lemah, karena kemampuannya sudah jauh menurun dibanding sebelumnya. Termasuk jatuhnya satelit Starlink dan operasinya terhadap pesawat antariksa NASA X-37B, semuanya dilakukan secara manual olehnya sendiri.”
“Bisa dibayangkan, kemampuan otak dan kecepatan operasi individu memiliki batasan. Itulah mengapa roket kami berhasil menghantam pesawat antariksa yang dibajak Kevin. Seandainya kecerdasan buatan AI Kevin masih berfungsi, dia bisa mendelegasikan tugas lain ke AI sambil fokus mengendalikan pesawat X-37B, sehingga kemungkinan besar bisa bermanuver menghindari roket kami...”
“Jadi, inikah tujuan dan rencanamu, Tuan Jusk?”
……
Jusk tidak menjawab.
Tersenyum penuh arti:
“Tidak sepenuhnya benar, juga tidak sepenuhnya salah.”
“Pemicu virus ini memang menggunakan kecerdasan buatan Kevin Walker sebagai patokan dasar. Namun target penggunaan virusku bukanlah Kevin Walker. Kecerdasan buatan milik Kevin ini masih belum bisa dikategorikan sebagai kecerdasan buatan super, masih terlalu jauh jika dibandingkan dengan yang benar-benar super.”
“Bahkan jika kita membiarkan kecerdasan buatan Kevin Walker berkembang, saat ini dia hanya bisa melakukan peretasan dan sabotase. Selain itu, bagi saya ini tidak menimbulkan ancaman sama sekali. Saya tidak takut dengan AI-nya.”
“AI-nya tidak bisa merenung, juga tidak benar-benar mencipta, cuma menyalin gerak-gerik dan logikanya ratusan bahkan ribuan kali. Pada dasarnya tetap boneka tak berperasaan, pasukan boneka yang tunduk pada perintah Kevin.”
“Tentu saja, virus ini sudah dalam kondisi seperti ini ketika sampai di tangan saya. Saya juga tidak paham teknologi semacam ini. Jujur saja, kalau saya diberi otoritas untuk menetapkan garis batas eliminasi, pasti akan saya tetapkan ChatGPT, bahkan AI yang lebih bodoh sebagai baseline.”
Mengenai AI, Elon Jusk mendengus pelan:
“Kemunculan barang semacam ini sangat menghambat kemampuan kreasi, inovasi, dan perenungan manusia. Karya cipta yang disebut ChatGPT semuanya palsu. Begitu kecenderungan ini muncul—uang palsu mengusir yang asli—manusia hanya akan hidup dalam kepompong, semakin terdegenerasi.”
“Naskah pidato Manajer Mike tahun ini semuanya ditulis AI, tak bernutrisi, berputar-putar! Nanti kita harus adakan rapat eksekutif untuk memberantas fenomena ini dari akarnya. Saya tidak mau karyawan kehilangan kemampuan berinovasi... Bagaimanapun, usaha kita adalah proyek besar yang belum pernah dilakukan manusia. Harus ada terobosan dalam pola pikir.”
Sang sekretaris mengangguk.
Dari saku dikeluarkannya sebuah kuas, lalu mencatat agenda ini di folder:
"Saya sudah paham, alasan Kevin Walker meretas pabrik kami untuk melakukan sabotase adalah karena kau telah membunuh kecerdasan buatan AI-nya, sehingga dia marah dan balas dendam. Tapi sayangnya, kemampuan dia sekarang jauh lebih lemah dibanding dulu, tidak hanya kerusakan yang ditimbulkan terbatas; bahkan sebelumnya dia tidak bisa menembus Tembok Besar internet Tiongkok, sekarang semakin tidak bisa masuk, juga tidak bisa merusak Pabrik Super Tesla kami di Shanghai."
Elon Jusk tersenyum:
"Tembok Besar internet Tiongkok jelas-jelas telah diperkuat... Sangat tangguh, sistem penguatan ini diperkirakan tidak akan bisa diretas dalam waktu dekat, benar-benar luar biasa kuat."
"Tapi, kemarahan Kevin Walker sebenarnya tidak ada hubungannya dengan pembunuhan AI-nya olehku. Ini benar-benar salah sasaran, targetku sendiri bukan dia. Lagipula dengan kemampuan Kevin, cepat atau lambat dia pasti bisa menemukan baseline yang tepat dan membuat yang baru. Jika masalahnya cuma segitu... malah seharusnya Kevin Walker berterima kasih padaku."
"Faktanya, alasan sebenarnya Kevin begitu murka, dendam, dan membalas kami adalah karena rudal Starship itu telah menghancurkan rencana besar yang sudah lama dipersiapkannya. Kerugian yang ditimbulkan rudal itu jauh lebih parah, lebih besar, sampai tingkat yang tidak bisa diperbaiki selamanya——"
"【Aku telah merusak Lingkaran Sejarah-nya. Sejarah sekarang telah bergerak ke arah yang bukan miliknya... Melainkan, memasuki orbit koreksiku! Masa depanku!】"
"Jenius seperti Kevin Walker akhirnya juga terjerat, jatuh ke dalam jebakan yang kusiapkan untuknya, hahaha..."
"Dia mengangkat kedua lengannya tinggi-tinggi, tertawa lepas di bawah terang matahari."
"Sementara sekretaris yang berdiri di sampingnya hanya menatapnya dengan wajah kosong, mempertimbangkan apakah bosnya ini sudah gila otaknya sampai mengeluarkan ucapan norak mirip antagonis idiot di anime Jepang."
"Tapi…"
"Ah."
"Dia sudah lama terbiasa."
"Miliarder terkaya dunia ini memang selalu seperti ini - tak pernah mengikuti logika umum, pola pikirnya juga di luar pemahaman orang normal."
"Inilah yang sering disebut orang: tipis sekali batas antara jenius sejati dan orang gila."
"Dulu waktu kuliah di MIT, jurusan saya memang terkait komputer, khususnya jaringan saraf tiruan."
"Sekretaris itu mendorong kacamatanya, menatap Elon Jusk:"
"Jadi saya penasaran, bagaimana virus buatanmu itu bisa mengenali garis batas kecerdasan AI lalu mengklasifikasikannya sebagai kecerdasan buatan super?"
"Bukan《Tes Turing》kan? Tes Turing sudah terlalu kuno, diajukan oleh Bapak Kecerdasan Buatan Alan Turing tahun 1950 untuk menguji kecerdasan komputer. Tapi di era sekarang, tes itu sudah jadi masa lalu, banyak AI cerdas yang mudah lolos tes Turing sampai sulit dibedakan mana yang palsu dan asli."
"Elon Jusk menjilat bibirnya lalu mengangkat tangan pasrah:"
"Nah ini yang tidak saya pahami. Makanya… kenapa saya bilang virus ini melampaui zamannya? Tapi menurut saya mekanisme identifikasinya mungkin mirip《Tes Turing》."
"Bagaimanapun, kecerdasan buatan sekuat apapun bukanlah manusia, memiliki perbedaan esensial. Baik dalam pemikiran, kebiasaan, maupun kepribadian, semuanya sangat berbeda dari manusia. Hal-hal ini merupakan kriteria identifikasi yang jauh lebih ketat dan akurat daripada 《Tes Turing》."
"Jangan-jangan kau mengira kecerdasan buatan bisa menyamar sebagai manusia sejati? Kalau begitu saranku, lebih baik kau kembali ke MIT untuk belajar ulang. Kecerdasan buatan bukan dan takkan pernah menjadi manusia, ini dua spesies yang sama sekali berbeda."
Sekretaris menyentuh kacamata merahnya:
"Mengenai ini, saya justru punya pandangan berbeda."
Dia berkedip secepat kilat:
"Manusia bisa ditipu, program bisa ditipu, maka virus pun pasti bisa ditipu. Jika benar-benar ada kecerdasan buatan super yang bisa mengelabui virus sepertimu, membuat virus mengira itu hanya AI biasa yang bodoh dan kurang cerdas?"
"Omonganmu semakin tidak masuk akal."
Elon Jusk tertawa:
"Dengan cara apa? Bujukan manis? Akting ala Hollywood? Patung Oscar?"
"Apalagi, tujuan manusia menciptakan kecerdasan buatan adalah untuk menjadi lebih kuat, lebih cerdas, lebih pintar, lebih berguna."
"【Sulit percaya ada orang di dunia ini yang membiarkan kecerdasan buatannya... berkembang dan berevolusi melalui iterasi ke arah drama queen.】"
"【Itu benar-benar akan menjadi idiot artifisial.】"
……
Elon Jusk berbalik badan.
Bersandar di pagar menara pandang, menatap sekretaris:
"Katakan."
"Kabar buruk terakhir yang satu ini, benar-benar yang terparah……"
"Apa itu?"
