“Itu pohon Shiliu kan, Lin Xian?”
Gao Yang bersemangat menepuk punggung Lin Xian:
“Walau tak berbuah delima, tapi pohon ini jelas tak selaras dengan lingkungan sekitar, gaya lukisannya benar-benar berbeda!”
Lin Xian mengangguk:
“Tenang saja, itu pasti pohon delima. Sejak kecil aku melihat bunga delima bermekaran dan buahnya membesar. Aku tidak mungkin salah mengenalinya.”
Bunga-bunga berwarna merah menyala.
Seperti api, seperti darah, seperti awan kemerahan.
Itulah bentuk dan warna khas bunga delima, pasti tidak salah!
“Cepat, cepat, kita turun sekarang.”
Lin Xian dan Gao Yang berbalik arah, mencari jalan menurun, dan berhasil mencapai lembah itu.
Keduanya tak peduli ranting kering di bawah kaki atau tanaman berduri di hutan, berjalan cepat menyusuri hamparan hijau setinggi lutut menuju pohon delima yang telah lama mereka cari.
Tak lama kemudian.
Keduanya berhasil membuat jejak kaki dalam-dangkal di atas hamparan rumput yang rata, sampai di depan pohon delima.
Sambil terengah-engah dan menggosok lengan yang gatal, mereka menengadah memandang pohon delima raksasa setinggi beberapa meter bahkan hampir sepuluh meter.
“Apa… pohon delima biasanya bisa tumbuh setinggi dan sebesar ini? Ini keterlaluan!”
Gao Yang membungkuk, kedua tangan menopang lutut, menghela napas dan berkata:
“Aku belum pernah melihat pohon delima sebesar ini. Tidak di dunia nyata, tidak juga di film atau drama. Apakah pohon ini bermutasi?”
Lin Xian menggelengkan kepala:
“Jelas-jelas ini varietas hasil budidaya yang dibiarkan tumbuh liar tanpa pemangkasan atau campur tangan manusia.”
“Dulu keluarga keparatku menanam pohon delima, harus sering memangkas cabangnya. Karena kalau kau potong satu cabang, dari bekas potongan itu akan tumbuh dua tiga cabang baru, hasil buahnya pun tentu lebih banyak.”
“Tapi lihat sekarang... pohon delima ini punya lingkungan tumbuh yang bagus, tidak ada pohon besar di sekitarnya yang menghalangi sinar matahari, tidak ada akar kuat yang berebut nutrisi. Rumput liar dan bunga-bunga liar ini akarnya juga tidak bisa menembus dalam.”
“Jadi nutrisi, air, sinar matahari semuanya untuk pohon delima ini. Ditambah tumbuh liar 24 tahun tanpa pengawasan, wajar kalau sebesar ini. Tapi jujur saja, buah dari pohon delima seperti ini biasanya tidak enak, nutrisinya salah alokasi.”
Sssst...
Gao Yang menggigil:
“Enak pun enak, siapa yang berani makan buah dari pohon di kuburan begini.”
Dia membuka ponsel, ternyata sinyal masih ada. Aplikasi peta diberi penanda agar lain kali datang tidak tersesat.
Lin Xian mengelilingi pohon delima itu.
Intuisi... orang biasa menanam pohon di depan makam, biasanya tidak di depan kan? Harusnya ditanam di belakang posisi peti mati yang terkubur, atau tepat di atasnya baru paling masuk akal.
Kalau tepat di atas, itu baru repot. Pohon delima sebesar ini, tanpa mesin besar, cuma mengandalkan sekop kecil dia dan Gao Yang, tidak mungkin dikerjakan.
Tapi bukan berarti tidak bisa. Soalnya ini pohon delima, bukan pohon willow yang tebal. Bawa gergaji mesin, masih bisa diakali.
“Persiapan perlengkapanmu bagaimana, cukup lengkap?”
Lin Xian menoleh memandang Gao Yang:
“Aku lebih mempercayaimu, jadi selama ini juga tidak pernah bertanya. Meskipun kadang kau sering menuntunku ke jalan yang salah... tapi secara keseluruhan masih bisa diandalkan.”
Pak!
Gao Yang menggesekkan jarinya:
“Tenang saja, tidak ada masalah sedikit pun. Sebelum datang ke sini aku sudah menghubungi rental mobil lokal, menyewa Toyota Prado yang bisa mengangkut barang dan off-road, akan membantu mengangkut perlengkapan kita.”
“Jujur Lin Xian, kita memang harus berterima kasih pada orang tua Zhang Yuqian yang memilih lokasi feng shui sebaik ini, terpencil jauh dari permukiman, tersembunyi dan sulit ditemukan... sehingga kita punya kesempatan untuk menggali kuburan ini.”
“Kalau tidak... kalau benar-benar dikuburkan di makam leluhur di sawah kampung sesuai adat, belum sempat menggali, mungkin baru bawa sekop saja kita sudah dibunuh orang-orang klan mereka.”
Lin Xian mengangguk:
“Keberuntungan di tengah kesialan. Tapi kondisi seperti ini memang tidak terhindarkan.”
Ia menjelaskan pada Gao Yang:
“Coba pikir, mengapa ayah Zhang Yuqian menguburkannya di sini, memilih lokasi terpencil untuk kuburan? Itu bukti dia merasa bersalah! Kalau tidak ada yang disembunyikan, kalau kecelakaan tahun itu benar-benar murni, dia bisa saja menguburkan putrinya dengan layak di makam leluhur keluarga.”
“Justru ini lebih baik, setidaknya mewakili... kita tidak akan pulang dengan tangan hampa, pasti akan menemukan kebenaran.”
"Kalau begitu kita kembali sekarang, bersiap-siap. Kau urus mobil dan peralatan, saya akan memeriksa lingkungan sekitar lagi untuk memastikan semuanya aman; sekalian saya belikan kita baju kerja kasar, biar nanti tidak penuh luka retak di badan kalau harus bolak-balik; lalu beli senter, makanan, air minum dan sebagainya."
"Nanti kita hubungi lewat ponsel saja, masing-masing mempersiapkan diri. Kira-kira malam ini... jam enam tujuh, kita kumpul di pintu masuk bawah gunung?"
Gao Yang mendengarkan.
Tampak termenung.
Mengelilingi pohon Shiliu dua kali, tangan kanannya membuat gestur aneh, mulutnya komat-kamit:
"Mencari naga membagi emas melihat gunung berliku... satu likuan adalah satu pintu gerbang..."
Sru.
Dia membuka mata, wajah muram:
"Tidak bisa, jam enam tujuh masih terlalu pagi, harus lebih malam lagi."
"Apa yang kau hitung sembarangan itu, sok-sokan!"
"Kau tidak mengerti! Ini ada tatacaranya! Lagipula jam enam tujuh para pendaki belum turun semua. Kalau sampai ketemu para trekker yang suka masuk jalur terlarang... lihat kita menggali kuburan orang, tidak menelepon polisi baru Hantu!"
Gao Yang mengayunkan tangan besar:
"Jadi, jam sembilan! Jam sembilan di pintu masuk gunung tempat kita datang tadi."
Dia mendengus dingin:
"Malam yang gelap, saatnya menggali!"
……
Jam sepuluh malam.
Malam yang gelap.
Cahaya alami malam sama sekali tertutup awan gelap.
Di langit tak hanya bulan tak terlihat, bahkan sebutir bintang pun tak nampak.
"Lin Xian dan Gao Yang yang sudah mengenakan perlengkapan lengkap, berdiri di lembah, menghadap ke depan pada posisi berjarak 10 meter dari pohon delima."
"Bukan."
Lin Xian menoleh, memandang Gao Yang yang mengenakan peralatan berlebihan di sampingnya:
"Kau serius?"
Saat ini, penampilan Gao Yang.
Kepalanya memakai helm penambang, tangan kiri memegang sekop Luoyang, tangan kanan menggenggam sekop pionir, pinggang dibebani kantong besar berisi ketan, lehernya digantungi jimat Mojin dari gading.
Yang paling mengganggu...
Di mulutnya tergigit kuku keledai hitam!
Yang lain masih bisa ditolerir, tapi ini benar-benar tak tertahankan bagi Lin Xian:
"Kuku keledai hitam itu untuk menyumpal mulut zombie, ngapain kau gigit sendiri? Mau cium zombie atau muntahin ke mulutnya?"
"Ah, begitu? Aku salah ingat."
Gao Yang mencabut kuku keledai hitam dari mulutnya, mengusap air liur di bajunya, lalu menyimpannya di saku celana yang mudah dijangkau.
"Tapi semua peralatan ini sangat berguna, untuk mengerjakan sesuatu dengan baik, kita harus mempersiapkan alat yang tepat!"
Dia mengangkat sekop Luoyang yang sudah dirakit panjang di tangannya, menatap Lin Xian:
"Alat ini penting untuk memetakan posisi peti mati. Pohon delima sendiri ukurannya terbatas, ruang di sekitarnya juga terbatas, kita harus memastikan posisi pasti peti mati sebelum mulai menggali kan?"
"Tak perlu jelaskan prinsipnya, buruan dikerjakan kalau ada pekerjaan." Desak Lin Xian.
Gao Yang menurunkan peralatan lain dari punggungnya.
Kemudian mengambil sekop Luoyang yang tajam, menambah dua segmen lagi untuk memperpanjang gagangnya.
"Luo Yang shovel berbeda dari sekop biasa, fungsi utamanya bukan untuk menggali tanah atau membangun tembok, melainkan terdiri dari beberapa pipa baja berongga. Bagian kepala berbentuk silinder yang sangat tajam, dapat dengan mudah menembus tanah."
"Sebenarnya ini adalah alat geologi untuk pengambilan sampel tanah dalam, analisis, dan penelitian. Tapi Gao Yang jelas melakukan persiapan aneh, seperti membunuh ayam dengan pisau sapi."
"Peti mati biasanya tidak dikubur terlalu dalam, sama sekali tidak memerlukan alat profesional seperti ini."
"Jika benar-benar ingin memposisikan, cukup ambil besi beton panjang atau tongkat besi runcing dan tusukkan langsung ke tanah. Ketika tidak bisa menembus atau tersangkut di tengah jalan, kemungkinan besar sudah mengenai peti mati."
"Lin Xian malas berdebat panjang lebar dengan Gao Yang."
"Dia hanya ingin cepat membuka peti mati Zhang Yuqian, melihat apa yang tersembunyi di dalamnya dan apakah ada jenazah."
"Gao Yang jelas-jelas sudah masuk ke dalam peran."
"Membungkukkan pinggangnya, mengambil Luo Yang shovel, kedua tangan memegang erat dan mengangkat tinggi-tinggi! Menikam ke bawah!"
"Sreeet——"
"Suara tanah basah yang tertembus dengan lancar."
"Kemudian Gao Yang memutar sambil memberikan tekanan, Luo Yang shovel terus menembus ke bawah, panjang bagian yang masih terlihat di permukaan sudah hampir habis."
"Bukan di sini."
"Gao Yang menarik keluar Luo Yang shovel, pindah ke tempat lain:"
"Peti mati tidak dikubur sedalam itu, jadi pasti tidak ada di posisi ini, aku akan coba tempat lain lagi."
"Dia mencoba beberapa tempat lagi, menikamkan Luo Yang shovel ke tanah."
"Akhirnya!"
"Krak!"
"Suara pecahan yang nyaring!"
"Gao Yang menggunakan seluruh tenaganya menancapkan Luo Yang shovel ke tanah, tapi kali ini baru masuk puluhan sentimeter, tiba-tiba terhenti—menabrak benda keras!"
"Lin Xian! Cepat ke sini!"
Gao Yang berteriak penuh semangat:
"Kita menemukannya!"
Lin Xian berlari kecil mendekat, memegang Luo Yang shovel berbentuk pipa tipis itu, menancap-nancakkannya ke atas dan bawah.
Benar saja.
Di bawah ada benda keras, bahkan terdengar suara berat bergema seperti tabrakan kayu.
"Peti mati..."
Lin Xian berbisik pelan:
"Tampaknya nenek tua itu tidak salah, kuburan Zhang Yuqian memang terkubur di sini."
Segera, keduanya melanjutkan positioning menggunakan Luo Yang shovel.
Dengan satu titik referensi, sisanya jadi lebih mudah. Tak lama, melalui penancapan berulang Luo Yang shovel, mereka sepenuhnya yakin akan posisi dan ukuran peti mati.
"Hah..."
Gao Yang melempar Luo Yang shovel, mengusap keringat di wajahnya dengan lengan baju:
"Untung posisi peti mati ada di depan pohon Shiliu, jaraknya cukup jauh sehingga akar pohon tidak mengganggu. Kedalaman kuburannya juga tidak terlalu... Meski mungkin ini akibat erosi tanah selama tahun-tahun ini terkena angin dan hujan. Harus diakui, keberuntungan kita sungguh baik."
"Memang bagus," Lin Xian menyambung.
"Tapi keanehan selalu menyimpan bahaya!"
"Kau tidak bisa diam sebentar? Ayo gali."
……
Krek. Krek. Krek.
Keduanya mulai menggali tanah di atas posisi peti mati dengan sekop dan linggis, tak lama kemudian mencapai papan peti mati.
"Tidak ada cahaya bulan, sorot senter menyinari permukaan cat yang sudah lama membusuk dan terkelupas, hanya terlihat warna kayu asli yang kasar. Kayu ini benar-benar berkualitas bagus, terkubur di tanah selama lebih dari dua puluh tahun, tapi masih begitu keras dan tidak sepenuhnya membusuk."
"Untung di daerah utara, udara dan tanah relatif kering. Kalau di selatan kita, kayu sebaik apapun kalau terkubur dua puluh tahun di tanah pasti sudah hancur lebur."
Gao Yang terus menggali tanah sambil berkata:
"Jadi ayah Zhang Yuqian memang cukup kaya, peti matinya pakai kayu bagus, kayu solid. Bahkan kayu ini sepertinya kayu merbau... Hiii... Perabotan merbau saja sudah mahal, apalagi peti mati sebesar ini pasti menghabiskan banyak uang! Lagipula papan merbau ini masih bagus, pasti bisa diolah menjadi meja teh."
"Bisa tidak kau mengurangi omongan?"
Lin Xian mengerutkan alisnya, menghentikan sekop di tangannya, menatap Gao Yang:
"Kita sedang menggali kuburan bukan berburu harta karun! Sudah tegang begini, ngapain kau terus-terusan bacot?"
"Aku sedang mengalihkan perhatian!"
Gao Yang berteriak:
"Waduh! Malam gelap gulita di tengah hutan sepi, menggali peti mati berisi mayat perempuan... Siapa yang tidak merinding!?"
Tidak lama kemudian.
Akhirnya mereka membersihkan semua tanah dari tutup peti mati. Tutup tebal itu menutup rapat-rapat di badan peti, dipaku mati.
Meski bagian pinggirnya sudah mulai membusuk.
“Tapi papan kayu solid yang tebal seperti ini, dua orang pun tidak bisa mengangkatnya. Harus menggunakan 【linggis】.”
“Linggis jenis ini memiliki ujung yang tajam, bisa langsung ditusukkan ke celah antara tutup peti mati dan papan peti. Lalu tekan dengan kuat, menggunakan prinsip tuas untuk mengungkitnya.”
Lin Xian mengatupkan bibirnya.
Benar-benar merasakan suasana mengerikan di tengah hutan belantara ini: sebuah peti mati, ditambah bunga shiliu yang semerah darah di depan… semakin membuat bulu kuduk merinding.
“Cepatlah.”
Lin Xian melemparkan linggis di tangannya ke Gao Yang, lalu mengambil linggis yang lain:
“Buka peti matinya, mari kita lihat apa isinya.”
“Tunggu sebentar.”
Gao Yang tegang seperti menghadapi musuh, menghentikan Lin Xian.
Dia membuka kantong kain di pinggangnya, sambil berjalan mengelilingi peti mati, menaburkan ketan di sekeliling peti:
“Aku akan menggambar batas magis dulu.”
“Inikah senjata materialisme yang kau maksud?” Lin Xian mencela.
“Yang ini baru benar.”
Gao Yang mengeluarkan sebatang lilin dari tas ranselnya, mengayun-ayunkannya di depan mata:
“Kita harus menyalakan lilin di sisi tenggara peti. Selama lilin tidak padam, artinya kita aman. Jika padam… berarti sang pemilik makam tidak setuju kita mencuri, kita harus pergi begitu saja.”
“Ada yang mau setuju dengan hal ini?”
“Aduh, kenapa kau banyak sekali bertanya! Tradisi dan tata krama selama bertahun-tahun begini caranya diwariskan, jangan banyak tanya! Sangat tidak sopan!”
Setelah berkata demikian, Gao Yang mengabaikan Lin Xian, langsung berjalan ke sudut timur laut peti mati.
Menancapkan lilin ini ke dalam timbunan tanah.
Lalu menekan korek api, menyalakan lilin.
Di tengah hutan belantara yang sunyi dan dingin ini, gelap gulita. Sekarang muncul sedikit kehangatan dari nyala lilin yang goyah, sesaat terasa hangat.
"Sudah."
Gao Yang menepuk tangan:
"Persiapan sudah selesai, buka petinya!"
Dia membungkuk, memungut linggis baja padat di tanah, berdiri bersama Lin Xian di kedua ujung sempit tutup peti mati.
Klik! Klik!
Keduanya bersamaan mengerahkan tenaga, memasukkan tonjolan di ujung linggis ke celah bawah tutup peti mati, lalu memukulnya dengan batu yang dipungut untuk memastikan linggis tertancap kuat agar bisa digunakan saat membongkar.
Lin Xian dan Gao Yang menyesuaikan posisi mereka lagi.
Tutup peti mati memang sangat berat dan dipaku, jadi harus ditekan bersamaan oleh dua orang dengan tenaga penuh dan serempak untuk membongkarnya.
"Sudah siap?"
Lin Xian menatap Gao Yang.
Gao Yang waspada melihat lilin yang menyala stabil di sudut tenggara, mengangguk hati-hati sambil mengencangkan otot lengan:
"Siap. Kau yang hitung mundur!"
Lin Xian menarik napas dalam-dalam.
Kedua tangan mengerahkan tenaga, menggenggam erat pahat di telapak tangan:
“3、2、1、Bongkar!”
Keduanya mengatupkan gigi dan bersamaan mengerahkan tenaga!
Kriiik～～～
Suara aneh mirip tangisan kucing terdengar!
Seketika itu juga!
Sudut cahaya bulan menyelinap dari balik awan gelap, menerangi kabut yang bergulung ganas, menyinari pegunungan sunyi, menyusup masuk ke celah peti mati yang terbongkar.
Haaa——
Tiba-tiba angin malam berhembus, lilin yang menyala di sudut tenggara peti mati langsung padam.
Wajah Gao Yang langsung pucat pasi!
Pahat di tangannya berdebam jatuh ke tanah, tubuhnya bersujud dengan kedua lutut menempel bumi, menyatukan telapak tangan:
“Nenek moyang! Nenek moyang! Ampunilah kami! Kami segera pergi! Jangan mendekat! Jangan keluar!”
“Kau gila ya Gao Yang!”
Lin Xian benar-benar tak tahan:
“Awalnya tidak ada yang menakutkan, tapi suasana jadi mencekam karena ulahmu! Cepat ke sini!”
Namun, Gao Yang sudah ketakutan setengah mati, kedua tangannya gemetar mengobrak-abrik kuku keledai hitam di saku celana, tak bisa memegangnya dengan stabil.
“Hanya bisa merusak segalanya.”
Lin Xian menggerutu dalam hati, langsung bangkit berdiri, kaki kirinya menginjak pahat dengan seluruh berat badan memanfaatkan prinsip pengungkit untuk membuka tutup peti mati lagi, mengeluarkan suara gesekan kriiik; lalu kaki kanannya menyasar papan peti yang terlonjak, menendangnya ke samping sekuat tenaga——
Dor! “Aaaa!!! Makan kuku keledai ini!”
Papan peti mati yang bergeser jatuh dengan keras, suara gemuruh dan teriakan Gao Yang terdengar bersamaan.
Kuku keledai hitam Gao Yang meleset saat dilempar.
Terbang melintasi peti mati dan menghantam pohon delima di belakang, beberapa dedaunan bergetar, kelopak bunga beterbangan, lalu kembali tenang.
Lin Xian menarik napas panjang...
Kemudian melangkah maju.
Menundukkan kepala.
Mengarahkan cahaya lampu tambang di ubun-ubunnya ke dalam peti mati—
Rapi, bersih.
Tumpukan pakaian yang terlipat rapi, buku catatan tersusun rapi di sudut peti mati, boneka bule yang pernah sangat populer, walkman Sony, cermin rias, album foto, piagam penghargaan yang terhampar, piala berdiri, jepit rambut dengan karet pengikat dalam kotak kaca, sertifikat merah diikat pita, bingkai foto plastik warna pink...
Ini tidak seperti peti mati.
Lebih mirip... gudang penyimpanan gadis remaja.
Lin Xian perlahan menengadah.
Sorot lampu tambangnya bergerak ke atas, menerangi bingkai foto yang berdiri di atas kotak rias.
Di foto tersebut, terlihat seorang gadis yang tersenyum cerah seperti bunga.
Dia membuat tanda gunting dengan lincah sambil menatap ke arah sini.
Kuncir kuda coklat tua berkibar-kibar di belakang kepala;
Mata indahnya berkerut membentuk dua bulan sabit tipis;
Lesung pipi kecil nan imut di kedua sudut bibirnya samar-samar terlihat;
Sebuah tahi lalat air mata...
Tepat di sudut mata kiri.
