Lin Xian memegang KTP Huang Que di tangannya.
Menghela napas pelan.
Menengadah, memandang luasnya lautan.
Dia bingung harus memikirkan apa, hanya merasa terkejut melihat kode awal kampung halamannya sendiri di nomor KTP Huang Que... Guncangan batinnya sangat besar.
Huang Que memang lahir di Beijing, nomor KTP aslinya adalah nomor Beijing.
Meskipun sekarang dibuat yang palsu, tapi jelas tidak bisa menggunakan nomor asli... Mengingat Zhao Yingjun juga menggunakan nomor KTP ini, jika terjadi duplikasi nomor akan menyebabkan konflik data sistem internal, bisa jadi kedua KTP tersebut menjadi tidak bisa digunakan.
Jadi, sebenarnya Huang Que hanya perlu mengubah satu digit di antara beberapa digit terakhir. Meskipun digit terakhir KTP adalah digit verifikasi yang dihitung secara komputasi dan tidak bisa diubah, namun digit kedua, ketiga, dan keempat dari belakang bisa diubah sesuka hati.
Bahkan, digit-digit di depannya juga bisa diubah sembarangan. Lagipula ini kan KTP palsu, mau ubah bagian mana pun tidak masalah.
Tapi mengapa...
Pada akhirnya, Huang Que memilih kode 330127, memilih Kabupaten Chun'an, Hangzhou, memilih tempat dia dilahirkan dan dibesarkan sebagai daerah asalnya.
Ini pasti bukan kebetulan.
Dari sekian banyak kota, kabupaten, dan kode area di seluruh Tiongkok... Pasti Huang Que sengaja memilih tempat ini. Sebagai "KTP palsu" khusus yang dibuat departemen negara untuk tujuan tertentu, pasti nomor apa pun yang Huang Que minta bisa dibuatkan.
Lin Xian merasa terharu.
Di garis dunia dan garis waktu Huang Que, di ruang-waktunya, pasti dia juga pernah bertemu dengan Lin Xian, pasti juga terjadi suatu kisah.
Hanya saja...
Kisah seperti apa itu?
Apakah kisah yang buruk? Penuh penyesalan? Ingkar janji? Atau... yang menyakitkan?
Lin Xian menduga, mungkin bukan cerita yang indah dan sempurna.
Mungkin pernah indah di masa lalu.
Tapi akhirnya, pasti tidak sempurna.
Kalau tidak, mengapa Huang Que harus menahan kesakitan dan kesepian, meninggalkan ruang-waktunya sendiri, kembali ke masa lalu mereka yang merupakan masa kini Lin Xian?
Pasti dia ingin mengubah semua ini, mengubah sejarah yang telah ditetapkan, mengubah takdir buruk.
Hanya saja di hadapan Hukum Ruang-Waktu yang kejam.
"Dia terlalu lemah, juga terlalu tak berdaya."
"Hal yang bisa dilakukannya sangat sedikit, hanya bisa mencari segala cara untuk membimbing diri sendiri, mengajar diri sendiri, membuat diri sendiri berkembang."
"Seperti yang dikatakan Huang Que di depan patung Frederick V di Istana Amalienborg:"
"Aku akan menemaninya menjadi biasa, mengajarnya menjadi unggul, menunggunya matang. Kemudian..."
"Melihatnya perlahan menjadi hebat."
……
"Inilah harapan Huang Que."
"Lin Xian memasukkan kartu identitas Huang Que ke dalam saku dalam bajunya."
"Huang Que sudah pergi."
"Memikirkan terlalu banyak hal, khawatir kehilangan dan mendapatkan, juga tidak perlu."
"Dia melangkah maju."
"Tanpa melepas sepatu kulit, langsung mengarungi air laut, mendekati putri duyung kecil yang sedang merenung memandang ke kejauhan."
"Gemerincing, air laut dingin merembes ke dalam sepatu Lin Xian, ujung celana, dan setiap pori kulit kaki bawahnya."
"Akhirnya dia sampai di kaki patung perunggu putri duyung kecil."
"Mengulurkan tangan."
"Meletakkannya di tangan perunggu kehijauan putri duyung kecil:"
"Putri duyung kecil tidak mati. Dia berubah menjadi gelembung, terbang ke langit dalam terang matahari, memperoleh jiwa abadi, mendapatkan keabadian."
"Dia membisikkan kisah yang diceritakan Huang Que dengan khusyuk seperti melantunkan kitab suci:"
"Putri duyung sendiri sebenarnya tidak memiliki jiwa abadi. Dan selamanya tidak akan memilikinya."
"Kecuali...dia bisa mendapatkan cinta seorang manusia biasa."
"Gemerincing, gemerincing..."
“Terdengar gemuruh ombak bergulir, menerpa tubuh Lin Xian.”
Dia masih menegakkan kepala, menatap mata putri duyung kecil yang seolah memantulkan cahaya biru:
“Kau bisa menyaksikan dari langit.”
“Menyaksikan... seorang manusia biasa, perlahan menjadi agung, menyamai dewa.”
Pakaian Huang Que yang selama ini dipeluknya, selembar demi selembar dilempar ke laut.
Memandangnya mengambang di atas ombak, tertiup angin laut, naik turun, akhirnya menghilang dalam badai, tertidur di dasar samudra.
……
Datang berdua, pulang sendiri.
Lin Xian membeli tiket pesawat sendirian, naik penerbangan menuju Shanghai.
Di kursi kelas satu, Lin Xian membuka-buka ponsel Huang Que.
Tak ada WeChat.
Tak ada game.
Tak ada aplikasi hiburan sama sekali.
Album foto pun kosong.
Kepergiannya benar-benar mendadak, tak meninggalkan jejak, tak membawa apa-apa.
Menyimpan ponsel.
Lin Xian memejamkan mata, merebahkan diri di kursi kabin semi-tertutup yang empuk.
Mulai saat ini.
Tak ada lagi penuntun, tak ada lagi pelajaran, lebih-lebih petunjuk melalui teka-teki.
Pernah dia baca di sebuah novel.
Katanya, proses kedewasaan dan kematangan manusia benar-benar terjadi dalam sekejap.
Saat kau melihat uban di kepala ibu, menyadari dia tak lagi muda;
Saat melihat punggung ayah mulai membungkuk, mulai meminta pendapatmu;
Saat kau menyelesaikan pembunuhan spektakuler dalam permainan, namun tak ada yang bisa berbagi saat menoleh ke belakang;
Saat kau tak lagi tertawa tak lagi lincah, mulai berubah dari mengharapkan kedewasaan menjadi enggan tumbuh besar;
Pada momen itulah, seseorang benar-benar menjadi dewasa tanpa bisa kembali.
Selama Huang Que masih ada, meski Lin Xian sendiri tak menyadarinya, ia sangat bergantung pada Huang Que.
Keberadaan Seleksi Ketat Huang Que memungkinkannya membedakan kawan-lawan, benar-salah tanpa perlu menggunakan kecerdasan sedikitpun.
Namun sekarang.
Semua ini harus ia pertimbangkan dan nilai sendiri.
Dia membuka mata.
Bangkit kembali dari posisi duduk.
Menopang dagu, mulai merenungkan situasi dan rencana ke depan.
Situasi saat ini sangat genting dan kacau baginya, tanpa prospek masa depan.
Harus memecahkan kebuntuan ini!
Kunci untuk memecahkan situasi, bahkan memecahkan kedua situasi sekaligus, seluruhnya terletak pada 【Kevin Walker】.
Pertama bicara tentang dunia mimpi.
Mimpi keempat telah macet lama, secara langsung mengunci semua jalur memperoleh intelijen, sumber daya, dan informasi dari dunia masa depan.
Ini membuatnya menjadi sangat terpojok seperti belum pernah sebelumnya.
Hingga kini, Kevin Walker tetap menjadi tersangka utama orang tua misterius itu, tak peduli apakah benar atau tidak, dirinya harus lebih dulu menyerangnya untuk mencoba menyelamatkan diri yang terperangkap sejak awal di mimpi keempat.
Jika beruntung.
Setelah membunuh Kevin Walker, kemungkinan besar orang tua misterius itu akan langsung menghilang. Dirinya juga bisa meraih kebebasan di mimpi keempat, pergi ke Bank Thyme, membuka brankas, dan memverifikasi keaslian mimpi dengan membaca kertas kecil yang ditulis Chu Anqing untuknya.
Jika keberuntungan sedikit lebih baik.
Mungkin setelah membunuh Kevin Walker, dia akan langsung memasuki mimpi kelima. Bagaimanapun... kemampuan orang tua misterius itu mengirim puluhan prajurit bersenjata lengkap yang berjaga-jaga siang-malam di tempat itu, menunjukkan status dan kekuasaannya yang tinggi di kota fiksi ilmiah masa depan tersebut.
Jika dia sudah menghilang sejak tahun 2024.
Maka kemungkinan besar mimpi dan kota 600 tahun kemudian juga akan berubah drastis.
Singkatnya, menghitung semua dendam lama dan baru sekaligus. Untuk memverifikasi dan menyelamatkan dunia mimpi, memprioritaskan Kevin Walker sebagai target pertama pasti tepat.
Sekarang beralih ke dunia nyata.
Saat ini, musuh yang jelas-jelas dihadapinya ada dua setengah.
1、Kevin Walker yang mengganggu upayanya menangkap Partikel Ruang-Waktu, bahkan membajak pesawat antariksa Amerika untuk menabraknya.
2、Pembunuh bayaran ruang-waktu yang membunuh Huang Que. Dendam ini harus dibayar dengan darah.
2.5、Elon Jusk si pelaku kejahatan pembunuh VV. Namun karena tidak ada konflik langsung dan motifnya tidak jelas, sementara dianggap setengah musuh dengan prioritas lebih rendah.
Jadi.
Memecahkan Situasi di dunia nyata juga harus dimulai dengan upaya melenyapkan Kevin Walker.
Hanya dengan membunuhnya, dunia mimpi baru mungkin mengalami perubahan ruang-waktu, kemudian Zhong Ruang-Waktu baru bisa menampilkan nilai numerik, yaitu kelengkungan ruang-waktu, yang selanjutnya digunakan untuk menyimpulkan koordinat ruang-waktu.
Dengan kelengkungan ruang-waktu, Liu Feng bisa melanjutkan penelitian konstanta alam semesta 42.
Dengan koordinat ruang-waktu, diri sendiri bisa melewati ujian pertama Klub Jenius.
Dari uraian di atas.
Fokus pemecahan situasi antara realitas dan mimpi semuanya mengarah pada Kevin Walker, musuh tangguh yang belum pernah bertemu dan tidak diketahui keberadaannya ini.
"Harus melenyapkan Kevin Walker."
Lin Xian memicingkan mata melihat awan putih di luar jendela pesawat, menetapkan 【target utama】 jangka pendek dan saat ini untuk dirinya.
Untuk orang ini, sama sekali tidak perlu lemah hati, juga tidak perlu khawatir tentang tanggung jawab hukum dalam melenyapkannya.
Saat ini lebih dari 100 negara di dunia telah mengeluarkan surat pencarian internasional untuk Kevin Walker.
Tiongkok termasuk di dalamnya, menerbitkan surat pencarian merah; pihak Amerika yang sudah lama menyimpan dendam bahkan langsung menawarkan hadiah 1 miliar dolar AS baik dalam keadaan hidup maupun mati.
Ketika dua negara besar Tiongkok dan Amerika sudah menyatakan sikap seperti ini, negara mana lagi di dunia yang berani melindungi Kevin Walker?
Jelas tidak ada.
Di planet ini, Kevin Walker yang telah menjadi musuh bersama Tiongkok, Amerika, bahkan seluruh dunia ini, bahkan dewa pun takkan bisa menyelamatkannya.
Kali ini Kevin bermain terlalu besar, ombaknya sudah melampaui batas.
"Sekarang semua kelompok bersenjata di dunia, tentara bayaran, kekuatan resmi berbagai negara, detektif, dan sejenisnya... sedang mencari jejak Kevin Walker di berbagai penjuru bumi."
"Kalau berhasil menangkapnya, belum lagi beberapa negara besar pasti akan memberi penghargaan dan mengeluarkan pengumuman gembira, hadiah penangkapan yang mencapai miliaran saja sudah cukup untuk mereka menghambur-hamburkan selama beberapa generasi."
"Situasi ini bagi Lin Xian."
"Juga merupakan kesempatan langka."
"Baik membunuh Kevin Walker sendiri maupun menggunakan tangan orang lain untuk membunuhnya, baginya sama-sama menguntungkan."
"'Permainan kucing-tikus baru telah dimulai lagi.'"
"Lin Xian menutup mata, bersandar ke belakang, berkata dengan lelah dan sedikit sinis pada dirinya sendiri:"
"'Kenapa aku bilang 'lagi' ya...'"
……
"Kembali ke Shanghai, setelah mendarat di Bandara Internasional Pudong, Lin Xian langsung naik mobil khusus Alphard miliknya menuju Laboratorium Rhein Universitas Shanghai untuk menemui Liu Feng."
"Setelah bertemu."
"Dia memberitahu Liu Feng tentang menghilangnya Huang Que."
"'Ini memang sesuatu yang sudah diperkirakan.'"
"Liu Feng menghela napas penuh penyesalan, tapi sudah siap mental:"
"'Bayangkan, di pesawat antariksa, matanya sudah padam, tubuhnya menjadi transparan... Mengingat partikel ruang-waktu yang tak terlihat itu karena energinya habis, hanya menyisakan cangkang. Huang Que juga penjelajah waktu, pendatang dari dimensi lain... Di bawah siksaan penolakan ruang-waktu, menghilang pasti hanya masalah waktu.'"
"Lin Xian mengangguk:"
“Saya juga sudah lama punya firasat, tapi tak menyangka datangnya secepat ini. Utamanya karena kita sangat minim memahami penjelajah waktu. Kau bilang… tentang keberadaan konsep fiksi ilmiah seperti penjelajah waktu ini, selain tahu mereka berasal dari masa depan, dimensi lain, garis waktu berbeda… kita hampir tak tahu apa-apa.”
“Setiap kali Huang Que batuk lemah, terjatuh, transparan, mata birunya meredup, saya kira itu pertanda akan menghilang. Tapi tak bisa membedakan mana yang terakhir kali. Karena meski matanya sudah kehilangan cahaya biru sama sekali, cukup beristirahat sebentar, dia akan pulih sepenuhnya.”
Begitu ujarnya.
Lin Xian teringat malam hujan pertama bertemu Huang Que di kantor Zhao Yingjun.
Saat itu mata Huang Que memang lebih terang daripada sekarang, tapi hanya sedikit. Jelas tak seterang gadis pembunuh atau pembunuh bayaran waktu.
Mata pembunuh bayaran waktu itu terangnya seperti lentera LED, mirip lensa kontak anime berlebihan di pameran cosplay, sampai bisa memancarkan cahaya sendiri.
Sebenarnya, keterangan sampai segitu pasti sudah mengganggu kehidupan normal, kan?
“Liu Feng.”
Lin Xian memanggil Liu Feng yang sedang sibuk bereksperimen, bertanya:
“Menurutmu, cahaya biru di mata Huang Que dan para penjelajah waktu itu artinya apa? Mungkinkah seperti kecerahan Partikel Ruang-Waktu, bukan cuma menunjukkan sisa waktu mereka; tapi juga seperti indikator baterai, mewakili kekuatan, jumlah, atau level energi dalam tubuh mereka?”
"Selalu terasa deskripsi saya ini seolah-olah sedang membicarakan robot. Tapi bagaimanapun perubahan intensitas cahaya biru di mata Huang Que, sangat mirip dengan robot, persis seperti indikator baterai."
"Jika di dunia ini ada penjelajah waktu lain, misalnya bernama Hong Que, Lü Que, lalu mata dia berpendar jauh lebih terang daripada mata Huang Que - seterang bohlam biru. Dalam situasi seperti itu... menurutmu apa arti tingkat kecerahan itu?"
Liu Feng menghentikan instrumen eksperimen di tangannya.
Menengadah.
Memandang langit-langit dengan ekspresi termenung.
"Hm..."
Dia bergumam pelan:
"Ini sulit dijelaskan, karena Huang Que sendiri tidak menunjukkan kemampuan supernatural kan? Dia hanya tahu lebih banyak, sedikit lebih berbicara dengan teka-teki. Dia tidak punya kekuatan super, juga tidak punya jurus besar yang membutuhkan kekuatan. Jadi... kurasa warna mata itu mungkin sekadar indikator waktu sisa yang naif."
"Alasan mata penjelajah waktu menjadi biru bukankah karena hasil Penolakan Ruang-Waktu? Aku ingat kau pernah bilang, menurutmu mata menjadi biru karena ruang-waktu sendiri menolak benda aneh ini, dan juga secara naluriah merasakan bahaya, jadi sengaja mengubah mata mereka menjadi biru untuk mengingatkan makhluk di ruang-waktu ini."
"Waktu itu di pesawat antariksa ketika kau menganalisa seperti ini, masih kukira pemikiranmu terlalu fantastis. Tapi kemudian kurenungkan baik-baik... Ini bukan tidak mungkin! Dalam dunia hewan, termasuk gen manusia juga ada fenomena ini, disebut [Reaksi Amplifikasi Kewaspadaan]."
"Perwujudan konkritnya adalah, misalnya manusia, saat mencium aroma babi matang, daging sapi panggang, atau kambing rebus akan merasa harum, tapi saat mencium aroma daging manusia panggang justru merasa sangat jijik dan menyengat. Sebenarnya dari sudut pandang fisika, beberapa aroma ini tidak memiliki perbedaan khusus, bagi anjing semuanya hampir sama."
"Ini adalah reaksi pembesaran kewaspadaan naluriah manusia yang sangat sensitif dan menolak aroma sesamanya yang terluka, sekaligus insting untuk mendeteksi dan menghindari bahaya. Jadi jika mempertimbangkan kewaspadaan naluriah ruang-waktu, perubahan mata menjadi biru dan bersinar... itu benar-benar jenius!"
Liu Feng mengecap-ngecap mulut, menghela napas:
"Kau tahu kejeniusannya dimana? Mata sebagai organ pengindera cahaya harus terbuka untuk melihat, jadi mustahil disembunyikan. Mungkin kau bilang bisa pakai kacamata hitam atau lensa kontak berwarna... memang bisa menutupi warna mata, tapi juga mengurangi bidang pandang."
"Kembali ke pertanyaanmu: jika ada penjelajah waktu lain dengan mata lebih terang dari Huang Que! Artinya meskipun mereka pakai kacamata hitam atau lensa kontak, cahaya itu tetap tak tersembunyi. Siang hari masih bisa, tapi di malam hari, orang dengan mata terang seperti bohlam akan langsung ketahuan, menjadi fokus perhatian dimanapun mereka pergi."
“Jadi… Menurut saya, jika benar ada seorang penjelajah waktu, mata yang sangat biru dan terangnya begitu menyala sampai tak mungkin diabaikan. Dari sudut pandang reaksi naluriah ruang-waktu, mungkin hanya menunjukkan satu hal——”
Liu Feng menoleh memandang Lin Xian dengan wajah serius:
“【Ini membuktikan bahwa penjelajah waktu tersebut benar-benar sangat berbahaya! Makanya Penolakan Ruang-Waktu menyesuaikan kecerahan matanya seterang daging manusia yang dipanggang, agar orang langsung menyadari krisis dari kejauhan dan segera lari.】”
……
Lin Xian memutar-mutar pulpen yang diambil dari meja laboratorium, menyaksikannya berputar di antara jemarinya.
Pemahaman Liu Feng cukup menarik.
Dia mengaitkan tingkat kecerahan dengan level bahaya, mengatakan bahwa Penolakan Ruang-Waktu secara naluriah menganggap sang pembunuh bayaran ini sangat berbahaya, sehingga kecerahan mata perempuan itu begitu menyala.
Ini interpretasi yang unik.
Dirinya sendiri selalu mengira itu terkait kekuatan.
Begitu ada kesempatan, harus diteliti lebih lanjut tentang hubungan antara kecerahan mata biru para penjelajah waktu dengan faktor-faktor tertentu.
Mengenal diri dan lawan adalah kemenangan mutlak.
Lin Xian kembali menoleh, melirik Zhong Ruang-Waktu di atas meja laboratorium tengah.
Seperti biasa.
Delapan angka nol yang statis, 0.0000000.
“Semoga cepat berubah.”
Gumam Lin Xian.
“Aku juga berharap begitu.”
Liu Feng mengangkat tangan pasrah:
“Hanya ketika dia berubah, kita bisa melanjutkan penelitian konstanta alam semesta dan koordinat ruang-waktu, baru bisa mencapai terobosan lebih lanjut.”
“Tapi……kapan sebenarnya benda ini akan berubah? Pasti harus ada kejadian besar yang mengguncang dunia dan mempengaruhi alur masa depan ruang-waktu, bukan?”
Lin Xian mengangguk:
“Tenang saja, sebentar lagi.”
Pulpen yang berputar di antara jemarinya terhenti tiba-tiba, dengan lihai dia mengangkat pergelangan tangan dan mengayunkannya——
Braak.
Pulpen itu tepat menghantam dinding dalam pena, menusuk tegak ke dalam:
“Benar-benar sebentar lagi.”
Dia memicingkan mata.
Terpikir sebuah……cara bagus untuk melenyapkan Kevin Walker, bahkan mungkin bisa langsung menanyakan nilai koordinat ruang-waktu.
……
Setelah meninggalkan Universitas Shanghai, Lin Xian kembali naik Alphard, menyuruh sopir menuju gedung Perusahaan Rhein.
Waktu kembali terburu-buru, hanya sempat ke Bank Thyme sekali, tak ada waktu ke perusahaan.
Beberapa bulan menjadi bos yang melepas tanggung jawab, banyak urusan menumpuk harus diselesaikan.
Meskipun Kak Wang sudah diberi lisensi untuk mengambil keputusan besar perusahaan langsung.
Tapi tetap Lin Xian adalah pendiri dan bos Perusahaan Rhein, banyak hal harus ditandatangani sendiri, tak bisa diwakilkan.
Dia sudah janji dengan Kak Wang, sore ini bertemu di kantor Perusahaan Rhein.
Di depan, sopir menyalakan lampu sein kanan, bersiap pindah jalur ke kanan untuk turun dari jembatan layang.
Gedung Perusahaan Rhein berada tepat di sebelah gedung Perusahaan MX, turun dari jembatan layang ini lewati dua persimpangan sudah sampai, dari jauh Lin Xian sudah melihat dua menara kembar itu.
Di jalan kecil bawah jembatan layang, terdapat sebuah sekolah dasar negeri.
Sekarang masih jauh dari waktu pulang sekolah, jadi sekitar tidak ada orang tua yang menunggu menjemput anak-anak, tidak ada pedagang jajanan di mana-mana. Hanya beberapa pemilik toko buku, toko alat tulis, dan tempat fotokopi di kawasan pertokoan dekat sekolah yang sedang mengobrol sambil merokok di depan pintu.
Hm?
Toko buku?
Lin Xian menurunkan kaca jendela mobil, memandangi beberapa toko buku yang berjejer di depan sekolah:
"Berhenti di pinggir jalan sebentar, saya mau beli buku."
Setelah mobil berhenti sementara, sopir mengontrol pintu listrik terbuka dan mundur perlahan.
Lin Xian turun dari kursi belakang, langsung masuk ke toko buku.
Dia ingin membeli buku "Dongeng Andersen", sekaligus menebus penyesalan masa kecilnya dengan memberikan vote pada Andersen.
Sekalian...
Dia juga penasaran bagaimana karya asli "Putri Kecil Laut" yang menjadi favorit Huang Que ditulis.
Jiwa yang tak binasa.
Dia agak penasaran, bagaimana Andersen akan menjelaskan hal mistis seperti ini kepada anak-anak?
Tiba di toko buku pertama, langsung bilang ke bos mau beli Dongeng Andersen.
"Versi bilingual boleh?" Bos mengobrak-abrik rak buku, menoleh bertanya.
"Tentu saja, malah lebih baik."
Kemampuan bahasa Inggris Lin Xian sendiri sudah bagus, bukankah versi bilingual justru lebih membantu memahami esensi teks aslinya?
Bos mengambil buku dongeng tipis dari rak, menyerahkannya ke Lin Xian.
Lin Xian menerima, menunduk:
《Buku Bacaan Pinyin Dongeng Andersen》
“……”
Dia mengangkat kepala melihat bos:
"Ini yang kau maksud versi bilingual?"
"Lalu yang mana?"
Wajah bos polos berseri:
“Bukankah ini bilingual?”
Lin Xian membuka dan melihat-lihat, cerita 《Putri Duyung》.
Terlalu pendek, singkat dan kecil, dua halaman belum selesai diceritakan.
Di akhir cerita memang tidak disebutkan tentang jiwa abadi atau keabadian.
Hanya dikatakan putri duyung kecil terbang ke langit dalam gelembung, tersenyum dan melambaikan tangan kepada pangeran di darat, putri duyung, serta segalanya.
Lagipula ini bacaan anak-anak, adaptasi seperti ini masuk akal.
Lin Xian langsung mengembalikan buku bilingual ini ke bos:
“Ada yang lebih？Ini terlalu kekanak-kanakan, yang untuk orang dewasa.”
“Orang dewasa mana ada yang baca dongeng!” bos mendengus:
“Saya cuma punya satu ini, coba ke toko buku sebelah sana.”
Keluar pintu.
Setelah mengunjungi toko ketiga, akhirnya mendapat buku dongeng Andersen versi asli yang bertuliskan "TANPA PENGHAPUSAN, TANPA ADAPTASI, MENGEMBALIKAN DUNIA DONGENG ANDERSEN YANG SEBENARNYA" di sampulnya.
Setelah membayar, Lin Xian membawa buku 《Dongeng Andersen》 ini kembali ke mobil bisnis Alphard, menuju gedung Perusahaan Rhein.
……
Satu jam kemudian, Kak Wang meninggalkan kantor Lin Xian sambil menggendong setumpuk dokumen.
Selama waktu tadi, Lin Xian hanya menandatangani, menandatangani, dan menandatangani.
Kak Wang hanya menyodorkan materi,, menyodorkan materi,.
Keduanya sudah bekerjasama seperti ini beberapa kali, pembagian tugas jelas, efisiensi tinggi.
Setelah Kak Wang pergi.
Lin Xian melihat jam dinding, belum lewat jam empat sore.
Waktu masih awal.
"Jarang-jarang kantor senyap seperti ini, mending baca buku di sini saja."
Lin Xian bersandar di kursi bos di belakangnya, mengambil buku "Kisah Asli Andersen" yang baru dibeli dan mulai membaca.
Dia tidak tertarik dengan cerita lain, langsung membuka ke bagian "Putri Duyung".
Hm.
Ketebalan ini baru normal.
Fakta membuktikan, versi asli "Putri Duyung" cukup panjang seperti cerpen, sama sekali tidak sekadar dibuat asal-asalan seperti buku pinyin yang hurufnya besar dan jarak barisnya renggang.
Ada sampai 20 halaman...
Betapa banyak konten tambahan di sini.
Lin Xian membaca dengan serius.
Entah karena gaya terjemahan yang kaku... Bacaan terasa rumit, tidak lancar, dengan paragraf-paragraf panjang tanpa paragraf yang membuat matanya lelah.
Tapi seperti kata Huang Que, akhir kisah sebenarnya "Putri Duyung" lebih baik dari perkiraan, bahkan lebih baik daripada versi buku pinyin anak-anak.
Penghapusan konsep jiwa abadi dalam buku pinyin mungkin karena kesulitan pemahaman, tapi banyak juga bagian lain yang dipotong hanya untuk sekadar pengantar tidur anak-anak.
"Kau, putri duyung malang, telah berjuang sepenuh hati seperti kami; kau menahan penderitaan; kau bertahan; kau telah naik ke dunia peri. Melalui perbuatan baikmu, dalam tiga ratus tahun kau bisa menciptakan jiwa abadi untuk dirimu sendiri."
Lin Xian membacakan perlahan kata-kata dalam buku:
“Putri duyung kecil mengangkat lengannya yang bercahaya ke arah sang surya Shangdi, untuk pertama kalinya ia merasakan air mata hendak jatuh. Ia menundukkan kepala, tersenyum pada sang pangeran, lalu bersama anak-anak udara lainnya, menunggang awan kemerahan dan naik ke langit: ‘Dengan ini, tiga ratus tahun lagi, kita baru bisa masuk ke kerajaan surga!’”
……
Selesai dibaca.
Lin Xian meletakkan buku dongeng di atas pahanya, menatap langit-langit di atas.
“Huang Que salah bercerita.”
Tidak.
Lin Xian menggelengkan kepala:
“Mungkin dia sengaja membohongiku.”
“Buku ini tidak menyebutkan... bahwa putri duyung langsung mendapat jiwa abadi. Bukankah dia masih harus bekerja keras tiga ratus tahun lagi, berbuat kebaikan bagi dunia ini selama tiga ratus tahun lagi, baru bisa memperoleh jiwa abadi dan naik ke surga?”
Lin Xian tersenyum getir.
Terkadang, sulit dinilai apakah buku dongeng semacam ini termasuk komedi atau tragedi.
Perspektif yang berbeda.
Menghasilkan tafsiran yang berbeda pula.
“Tiga ratus tahun, enam ratus tahun.”
Lin Xian bergumam pelan tentang durasi waktu yang sama-sama tak terjangkau itu:
“Semoga kita bisa bertemu lagi.”
Lin Xian bangkit dari lantai, meletakkan [Kumpulan Dongeng Andersen] di sudut meja kerjanya:
“Meski... mungkin saat itu, kau sudah tidak lagi disebut Huang Que.”
Brak! Brak!
Tiba-tiba, suara ketukan pintu terdengar dari pintu gerbang kantor.
Apa Kak Wang kembali lagi?
“Silakan masuk.”
Lin Xian menekan sakelar rumah sambil berkata, pintu kantor di depannya terbuka mengikuti suara.
Tak-tak-tak.
Yang pertama masuk ke dalam ruangan adalah sepasang kaki ramping yang mengenakan sepatu hak tinggi.
Terasa familiar.
Menengadah.
Zhao Yingjun mengenakan mantel krem, dengan anting mutiara, masuk sambil tersenyum anggun:
"Lin Xian, lama tidak bertemu."
Lin Xian membuka mulut lalu menutupnya kembali, mengangguk pelan:
"Benar... sudah beberapa bulan."
Tak-tak-tak.
Suara sepatu hak tinggi terus mendekat, tatapan Zhao Yingjun masih tertuju pada Lin Xian:
"Tak lama setelah Jamuan Amal Sains terakhir, kau dimutasi negara untuk misi rahasia. Kembali sekarang... apakah sudah selesai?"
Lin Xian mengangguk:
"Sudah berakhir."
Melihat sikap Zhao Yingjun... mungkin dia belum tahu urusan Chu Anqing.
Masuk akal.
Orang-orang biasanya hanya melaporkan kabar baik dan tidak membicarakan kesulitan. Chu Shanhe yang tahu putrinya menghilang secara ganjil pasti tidak akan menyebarluaskan.
"Kau datang di saat yang tepat."
Lin Xian berkata:
"Aku juga baru selesai hari ini, mampir ke sini sebentar."
Zhao Yingjun menunduk tersenyum:
"Tadi bertemu Kak Wang, dia bilang kau datang hari ini, jadi aku mampir menyapa."
？
Lagi-lagi Kak Wang?
Lin Xian samar-samar ingat, terakhir kali dia baru saja tiba di kantor ini, pantatnya belum sempat menghangatkan kursi, Zhao Yingjun sudah masuk.
Alasannya sama: ketemu Kak Wang, kata Kak Wang.
Jangan-jangan Kak Wang ini mata-mata!
Setiap kali aku datang ke perusahaan langsung memberi kabar ke Zhao Yingjun?
Tapi……
Tidak aneh kalau dia mata-mata, soalnya Kak Wang sendiri adalah orang Zhao Yingjun. Bahkan… pilar penopang di Perusahaan Rhein ini pada dasarnya adalah mantan karyawan MX.
Kalau dibilang baik, disebut perusahaan saudara.
Kalau jujur, diri ini hampir tidak berbeda dengan boneka, setara dengan cabang MX.
Tapi tidak masalah.
Ada yang mengurus perusahaan, ada yang menghasilkan uang untuknya. Lin Xian tidak peduli soal status atau kekuasaan.
Dia hanya lihat laporan keuangan.
Asal tidak rugi, bisa beli peralatan untuk Liu Feng, dan Bank Thyme tidak bangkrut.
Hanya tiga poin persyaratan itu.
Tapi sebenarnya, profit Perusahaan Rhein sekarang sudah sangat besar. Hanya saja hatinya tidak di sini.
“Hm?”
Zhao Yingjun menyilangkan tangan di saku, mendekati meja kerja Lin Xian sambil melihat 《Dongeng Andersen》 di sudut meja:
“Kau baca dongeng?”
“Sesekali saja.”
“Aku suka 《Dongeng Andersen》.” Tatapan Zhao Yingjun bernada nostalgia saat melihat sampul buku yang masih baru:
“Masih kuingat, hadiah ulang tahun pertama yang kuterima… sekitar tiga empat tahun. Sebelumnya mungkin ada hadiah lain, tapi masih kecil jadi tidak ingat.”
“Dari hadiah yang kuingat, yang pertama adalah 《Dongeng Andersen》 bilingual Inggris-Tionghoa. Orangtua menuntut terlalu tinggi, memberi buku bilingual ke anak kecil… Huruf Han saja belum bisa, apalagi bahasa Inggris?”
“Saat aku benar-benar mulai membaca buku dongeng Andersen, aku sudah masuk SD. Kisah-kisah di dalamnya cukup bagus, meski tidak terlalu bebas berimajinasi, tapi bagi anak SD seusiaku, ini seperti membuka pintu gerbang dunia baru.”
Begitu saja.
Dia menengadah, berkedip secepat kilat, memandang Lin Xian:
“Ngomong-ngomong… di antara dongeng Andersen, ada yang khusus kau sukai?”
“《Putri Duyung》.”
Lin Xian langsung menjawab, mengangguk:
“Kisah ini cukup istimewa. Menurutku inilah dongeng sejati - tidak berlebihan mengharu biru, alurnya runtuh dari awal sampai akhir, logikanya terjaga, plus menyampaikan kisah cinta penuh makna tersembunyi.”
“Tapi bagaimanapun… sebagai dongeng anak-anak mungkin kurang cocok. Tapi kalau dibaca lagi setelah sudah tua, punya pengalaman hidup, baru benar-benar terasa dalamnya.”
Dia sendiri tak tahu kenapa.
Begitu saja…
Seperti refleks, kata-kata yang pernah diucapkan Huang Que itu keluar persis sama dari mulutnya.
Menurutnya memang masuk akal.
Juga menyentuh.
Tapi yang paling menggugah hatinya bukan kisah《Putri Duyung》, melainkan cerita hidup Huang Que sendiri… dan semua perkataannya itu.
Zhao Yingjun tertegun.
Matanya membelalak.
Memandangi Lin Xian dengan tak percaya:
“Kau… kau bahkan punya pemikiran yang identik denganku. Semua yang ingin kukatakan sudah kau ucapkan… Sekarang aku malah bingung harus berkata apa.”
"Dia tertawa melihat kebersamaan yang kompak di depan matanya, secara refleks mengulurkan jari telunjuk kanan, menyisir helai rambut yang terjuntai di pipi ke belakang telinga:"
"Kebetulan sekali, sungguh, dongeng favoritku sejak dulu juga 《Putri Dunia Bawah Laut》, jika dibaca berulang kali, kita bisa menemukan banyak makna tersirat yang mendidik dan sangat menyentuh."
"Ngomong-ngomong...di Kopenhagen, Denmark ada patung perunggu Putri Duyung Kecil, kau tahu?"
Lin Xian menatap Zhao Yingjun, ingin berkata tapi mengurungkan niat.
Ini...
Ini artinya tahu, atau tidak tahu ya.
Melihat Lin Xian diam, Zhao Yingjun menjelaskan:
"Aku juga cuma lihat fotonya online, sebenarnya belum pernah ke Kopenhagen. Wajar saja kalau kau tidak tahu patung ini, terkenal sih tapi bukan karya seni sejati, cuma dipajang di karang tepi laut dangkal."
"Tapi mengingat kau juga suka 《Putri Dunia Bawah Laut》, kalau ada kesempatan ikut kegiatan perusahaan atau team building, bisa sekalian jalan-jalan ke Kopenhagen."
Dia tersenyum memandang Lin Xian:
"Nanti kita pergi bersama, melihat si Putri Duyung kecil itu."
Memandang senyuman Zhao Yingjun.
Pada detik ini.
Bayangan Huang Que yang berdiri di bawah patung Putri Duyung, dengan senyumannya dalam bidikan lensa, bertumpang tindih.
Lin Xian mengusap hidungnya, lalu mengangguk:
"Baik."
Zhao Yingjun mengeluarkan kedua tangannya dari saku mantel, mengambil buku 《Kumpulan Dongeng Andersen》di meja dan mulai membuka-buka halamannya:
“Tergantung waktu kamu, aku merasa kamu selalu sibuk, jarang terlihat. Ah… ngomong-ngomong, sebenarnya hari ini aku datang kesini ada hal yang ingin kuminta bantuan.”
Lin Xian menengadah:
“Ada apa? Apakah ada yang bisa kubantu?”
“Hal kecil tentang VV.”
Zhao Yingjun meletakkan buku dongeng:
“VV masih ingat? Pomeranian peliharaanku yang dekat denganmu, yang bulunya seperti dandelion, sering menggonggong… Waktu itu kamu juga meraba-rabanya.”
“Oh ya, ingat ingat.” Lin Xian mengangguk:
“Dia kenapa? Ada masalah?”
“Aduh…”
Zhao Yingjun menghela napas pelan:
“Tengah malam tadi malam, mungkin dia mimpi buruk, setelah terbangun dari mimpi terus menangis tak henti-henti, susah ditenangkan.”
“Sebelumnya kalau terbangun ketakutan, cukup putarkan video rekaman hari itu – video saat kamu mengelus kepalanya – dia langsung kalem, seolah benar-benar dikelus, lalu cepat tidur nyenyak.”
“Tapi kali ini tidak mempan… Meski ditunjukkan video itu tetap menangis sedih. Sudah kuhibur lama tak berhasil, hampir sejam menangis, sampai ingin kubawa ke rumah sakit takutnya ada penyakit.”
“Kemudian, mungkin karena sudah terlalu lelah menangis, akhirnya dia menutup mata dan tertidur lelah. Selama dua hari ini, dia sama sekali tidak bersemangat, hanya berbaring di lantai. Saat saya pulang, dia tidak lagi menggongong atau bergembira. Sudah dibawa ke dokter hewan, tidak ada masalah fisik. Dokter juga mengatakan ini masalah emosional anak anjing, mungkin mengalami trauma tertentu.”
“Sekarang... saya sangat khawatir dengan VV. Soalnya saya sudah merawatnya bertahun-tahun. Takut kalau terus begini, tidak mau makan dan kehilangan minat, nanti bisa terkena penyakit mental atau sejenisnya?”
“Kebetulan, kamu juga sudah kembali. Saya berpikir, VV paling suka padamu dan paling patuh pada perintahmu... Kalau ada waktu, maukah kamu datang ke rumah saya untuk menjenguk VV? Menghiburnya? Karena dia sangat menyukaimu, mungkin dengan kehadiranmu semangatnya bisa kembali seperti dulu.”
Lin Xian mendengar penuturan Zhao Yingjun, mengingat Pomeranian yang seperti dandelion itu:
“Kapan... dia mulai mengalami mimpi buruk? Kira-kira jam berapa malamnya?”
“Sekitar pukul 5 pagi. Detilnya saya sudah tidak ingat persis.”
Lin Xian terdiam.
Pukul 5 pagi dua hari yang lalu, waktu Kopenhagen berarti sekitar pukul 11 malam hari sebelumnya.
Tepat saat Huang Que berubah menjadi serpihan bintang biru dan menghilang...
Jangan-jangan anak Pomeranian itu merasakan sesuatu?
Apa ini benar-benar mungkin?
Indera keenam yang hanya dimiliki penjelajah waktu, masa seekor anjing biasa juga punya!
Lin Xian merasa... ini sangat tidak masuk akal.
“Anjing ini, benar-benar sedikit hebat.”
“Lagipula dia adalah asal muasal nama VV, sepertinya dalam sejarah juga memiliki peran yang penting.”
“Mungkin memang sebaiknya pergi melihatnya.”
“Kalau begitu... aku akan mencoba, aku juga sangat suka VV, suka anjing kecil itu. Kapan kamu ada waktu di rumah?” Lin Xian bertanya.
Zhao Yingjun menengok ke atas, melihat jam dinding di kantor Lin Xian:
“Bagaimana kalau malam ini? Kamu ada waktu?”
Lin Xian juga melihat ke arah jam:
“Sepertinya tidak ada urusan, tidak ada janji. Kalau begitu malam ini aku ke rumahmu? Aku pulang kerja lalu bersiap-siap, baru ke rumahmu?”
“Tentu saja boleh.”
Zhao Yingjun tersenyum:
“VV pasti senang, karena dua hari ini aku sudah berjanji padanya. Aku bilang setelah Lin Xian selesai urusan dan kembali ke Shanghai, akan kuperbolehkan kamu main dengannya di rumahku.”
“Jangan lihat anjingnya bodoh, sebenarnya mereka pintar. Kadang benar-benar mengerti perkataan manusia. Dia pasti sudah lama merindukanmu.”
“Kalau begitu... sekarang di perusahaan sudah tidak ada urusan lagi. Aku pulang dulu bersih-bersih, lalu menunggu bersama VV. Kamu juga jangan makan di rumah. Setelah urusan VV selesai, kita berdua makan di luar. Beberapa waktu lalu aku menemukan restoran enak, sekalian sebagai ucapan terima kasih sudah menghibur VV.”
“Ah, entah apakah usahaku menghibur VV ini berhasil.” Lin Xian mengangkat tangan pasrah:
“Mungkin VV juga tidak menghargai posisiku.”
“Menurutku... seharusnya tidak.”
Zhao Yingjun terkekeh pendek:
“Posisimu di mata VV... sangatlah besar.”
……
“Setelah itu, Zhao Yingjun pun pergi.”
“Lin Xian sibuk bekerja sebentar di kantor, menunggu Kak Wang menyelesaikan beberapa prosedur dan menandatangani beberapa dokumen, lalu turun ke lantai bawah dan naik mobil khusus pulang ke rumah.”
““Pulang dulu, pulang dulu. Kamu tunggu di bawah sebentar, aku ganti baju dulu.””
“Lin Xian memberikan pengarahan pada sopir.”
“Sopir mengangguk, menutup pintu listrik di barisan belakang.”
“Mobil bisnis Alphard keluar dari area parkir, menunggu palang parkir terangkat otomatis, lalu melesat pergi...”
“Tak.”
“Sosok kecil kurus muncul dari sudut area parkir.”
“Menatap tajam mobil bisnis Alphard yang menjauh.”
“Dia menurunkan hoodie dari kepala.”
“Rambut pendek hitam sepanjang leher bergoyang lembut dalam angin sepoi-sepoi, poni hitam di dahinya bergetar lalu kembali mengembang.”
“Gadis itu menarik napas panjang.”
“Mengedipkan mata jernihnya.”
“Pupilnya yang bening bagai kaca patri yang berpendar.”
“Dalam cahaya senja...”
“Bercahaya biru yang ganjil!”
“BAB 26 Tarik-Ulur Tiga VV”
“Mobil bisnis Alphard berhenti di bawah kompleks perumahan.”
“Setelah Lin Xian naik ke rumah, dia mendorong koper ke sudut ruang tamu, lalu mandi dan berganti pakaian.”
“Baju yang dikenakan sebelumnya dari perjalanan Kopenhagen sudah dipakai dua hari, kurang sopan jika dipakai berkunjung ke rumah orang.”
“Mengeringkan rambut di depan cermin, merapikan sedikit gaya rambut.”
“Lin Xian kembali menatap dirinya di cermin sambil merenung...”
Sejak kejadian menyeramkan di kamar mandi ini, Lin Xian telah mencoba dua kali lagi di depan cermin tepat pukul 00:42.
Namun kedua kali itu, tidak terjadi apa-apa.
Seperti biasa, setiap gerakan yang dilakukan Lin Xian diikuti persis oleh bayangannya di cermin; identik, tanpa jeda, tanpa keanehan apapun.
Tampaknya...
Peristiwa yang terjadi pada malam itu pukul 00:42 tidak dapat direplikasi.
Meski menyadari itu pasti bukan kebetulan, melainkan "upacara penyerahan undangan Klub Jenius" yang dirancang khusus oleh Huang Que, diri sendiri di masa depan, atau pihak lain.
Namun terkadang Lin Xian masih berharap, membayangkan apakah kejadian serupa bisa terulang, apakah bisa mendapatkan sesuatu lagi dari cermin itu.
Pikiran seperti ini agak serakah.
Tapi setelah direnungkan, jika undangan Klub Jenius diperoleh melalui cermin, bukankah ini berarti fenomena ganjil terkait pemanfaatan celah dimensi dan jam 00:42 juga berkaitan dengan Klub Jenius?
"Kalau begitu..."
Lin Xian mengedipkan mata pada bayangannya di cermin yang juga mengedip balik, lalu membuka mulut:
"Ketika aku berhasil menjawab tiga soal ujian Klub Jenius dan akhirnya mendapatkan hak bergabung... apakah aku masih bisa mendapatkan sesuatu dari cermin ini?"
Lin Xian dan bayangannya di cermin sama-sama menggelengkan kepala.
Semuanya masih belum pasti.
Tapi bagaimanapun, jalan ini harus ditempuh.
"Untuk mengetahui semua kebenaran, semua rahasia, semua benar dan salah di dunia ini... hanya dengan bergabung ke Klub Jenius, melihat kembali ruang-waktu dari ketinggian aliran sejarah, barulah bisa mendapatkan jawaban yang sebenarnya."
"Sudah, mari kita berangkat."
Lin Xian merapikan kerahnya terakhir kali, mematikan lampu kamar mandi, keluar rumah, turun tangga.
Sopir sudah menunggu di mobil bisnis Alphard.
Melihat Lin Xian keluar dari pintu gedung, langsung membuka pintu mobil listrik di barisan belakang.
"Xiao Li, mari berangkat, ke kompleks perumahan tempat keluarga Zhao Yingjun."
Setelah mengenakan sabuk pengaman, Lin Xian memberitahu tujuan pada sopir Xiao Li.
Mobil mulai meluncur dengan mulus.
Meninggalkan kompleks perumahan.
……
Brak.
Lin Xian mengetuk pintu rumah Zhao Yingjun.
"Datanglah~" "Guk..."
Berdiri di luar pintu, mendengar suara Zhao Yingjun, serta... satu kali gonggongan anjing yang sama sekali tidak bersemangat, nyaris tak terdengar, seperti bayangan suara.
Bahkan sulit disebut menggonggong, lebih mirip erangan kecil.
Krek.
Pintu terbuka, Zhao Yingjun mundur selangkah, tersenyum pada Lin Xian:
"Cepat masuk Lin Xian, sudah lama menunggumu."
Setelah berkata, menoleh ke arah gumpalan dandelion layu di lantai:
"VV, lihat siapa yang datang? Lin Xian datang mengunjungimu."
Di atas lantai kayu.
Anjing Pomeranian yang bulunya tak lagi tegak itu, sepertinya benar-benar sedang murung.
Ia terlihat tak bersemangat.
Matanya masih terlihat sembap dan kemerahan.
Mendengar nama Lin Xian, dengan susah payah dan perlahan menengadah, menatap pria tinggi besar yang berdiri di pintu, bibirnya menyunggingkan rintihan pilu:
"V……hu hu……"
Ucapannya tak jelas, seluruh tubuhnya gemetar.
Zhao Yingjun langsung panik.
Kenapa.
Kenapa malah jadi sebaliknya?
Awalnya ingin mengajak Lin Xian ke keluarga mereka untuk menghibur VV, membangkitkan semangatnya dan membuatnya bahagia.
Padahal dulu VV selalu senang bertemu Lin Xian... Tapi kenapa hari ini, baru melihat sekilas saja sudah menangis merintih?
"VV dia..." Zhao Yingjun menoleh, berusaha menjelaskan pada Lin Xian.
"Tak apa, biar saya saja."
Lin Xian menyela Zhao Yingjun, langsung melangkahi ambang batas dan masuk ke ruang masuk.
Dengan lembut ia jongkok.
Tangan kanannya mengelus kepala anjing VV, bertanya pelan:
"VV, ada apa denganmu?"
“V～～V……”
Pomeranian itu sepertinya berusaha berkomunikasi dengan Lin Xian, terus menerus mengeluarkan suara dengusan.
Tentu saja Lin Xian tidak mengerti.
Tapi...
"Kau sedang sedih?"
Ia menatap mata si Pomeranian.
Penyampaian perasaan terkadang tak butuh kata-kata; sejak lama ia percaya, perasaan dapat melampaui segalanya, ruang-waktu, waktu, alam semesta, bahkan... ras.
Pomeranian itu seolah mengerti.
Berhenti mendengus.
Malah menengadah, juga menatap mata Lin Xian.
Satu manusia satu anjing, bergantian terhening.
Ini...
Adegan penuh keselarasan ini kembali membuat Zhao Yingjun terpaku.
VV ini sebenarnya anjing siapa?
Lebih baik biarkan Lin Xian yang menggendongnya pergi. Kenapa suasana sekarang... seolah-olah anjing ini sudah menderita di sini, lalu mengeluh dan curhat pada Lin Xian?
"Aku akan membuatkanmu secangkir teh. Beberapa waktu lalu ada kerabat dari Yunnan mengirimkan kue teh Pu'er. Untuk teh hitam, lebih baik direbus agar aromanya lebih kuat."
Setelah berkata demikian, Zhao Yingjun menutup pintu rumah dan berjalan ke dalam:
"Alat perebus teh di keluarga sudah lama tidak dipakai. Aku akan mencucinya dulu, lalu merebuskan teh untukmu. Kau temani VV ngobrol dan bermain dulu... lihat apakah ada efeknya."
Suaranya berakhir.
Zhao Yingjun telah melewati sudut ruang tamu menuju dapur terpisah di dalam.
Lin Xian pun duduk di bangku pendek, mengangkat VV yang lemas di lantai dan meletakkannya di pangkuannya, membelai bulu tengkuknya:
"Sebenarnya... VV, aku ingin tahu apa yang membuatmu sedih. Aku juga berharap bisa mengerti ocehanmu. Tapi, sering kudengar anjing lebih peka terhadap perasaan daripada manusia. Seperti indra penciuman dan pendengaran yang lebih tajam... sering kali anjing lebih bisa berempati."
"Makanya banyak orang percaya anjing mengerti ucapan manusia, tapi manusia tak paham bahasa anjing. Jadi... karena sekarang aku tak mengerti ocehanmu, dengarkanlah perkataanku."
VV di pangkuannya menggerakkan telinga:
“V～～～”
"Mengeluarkan suara pendek namun berlarut."
Lin Xian sejenak merasa bingung antara ingin tertawa dan menangis.
Ah...
Anjing ini benar-benar sudah seperti hantu.
Tapi, dari lolongan yang jelas ini, komunikasi antar spesies sepertinya memang punya efektivitas tertentu.
"VV, aku tidak tahu mimpi buruk apa yang kau alami."
Lin Xian membelai bulu selembut dandelion, menatap lurus ke depan, memandang sepatu hak tinggi di sebelah mangkuk makan VV.
Seperti memandang kenangan, seperti melihat kilasan masa lalu;
Seperti berbicara pada VV, tapi juga seperti berkata pada diri sendiri:
"Aku juga sering mimpi buruk, terutama sekarang, mimpi yang sangat mengerikan sampai tak bisa bergerak. Bukan hanya dalam mimpi, di dunia nyata pun begitu, banyak teman yang telah meninggalkanku, guruku, teman sekelasku, sahabatku, bahkan... orang yang seharusnya sangat dekat."
Dia menundukkan kepala, memandang Pomeranian yang juga menengadah dari pangkuannya:
"Aku punya teman yang juga bernama VV."
Lin Xian tersenyum kecil:
"Dia baik, meski saat bersama dulu aku selalu mengeluh dia tidak cukup kuat, mencela sifat drama queen-nya yang malas bekerja. Tapi... banyak orang dan hal memang seperti ini, kita baru benar-benar menyadari saat sudah berpisah selamanya... betapa banyak waktu yang terbuang, kesempatan untuk bersama yang disia-siakan, percakapan penuh ketenangan hati yang seharusnya bisa terjadi."
"Kau punya teman seperti itu tidak, VV?"
Lin Xian mengangkat pahanya sedikit lebih tinggi, mendekatkan VV lebih dekat pada dirinya, mengangkat dan memeluknya di dada:
“Kau seharusnya juga memilikinya. Di dunia ini, hal yang benar-benar bisa membuat seseorang sedih bukanlah kehilangan harta, kekuasaan, atau prestasi. Yang benar-benar menyedihkan... selamanya adalah kepergian keluarga dan teman.”
“Apakah kau... juga bermimpi tentang kepergian seorang teman? Pada malam itu?”
Lin Xian merasakan tubuh VV di pelukannya kembali bergetar:
“Jika benar... itu pasti teman kita bersama, aku juga sedih. Hanya saja perpisahan kali ini, bagiku, sudah terlalu sering. Entah sudah mati rasa atau terbiasa, aku selalu merasa... tak bisa lagi menangis untuk hal seperti ini sepertimu.”
“Tapi VV, mungkin teman kita bersama itu pernah berkata padaku, bahwa tidak semua kisah harus saling mencintai dan hidup bersama sampai tua untuk disebut komedi. Katanya, beberapa hal meski dipilih ulang seribu kali, sepuluh ribu kali, dia takkan menyesal, tetap akan melakukannya dengan senang hati.”
“Dia jauh lebih tua dariku, banyak pengetahuan dan pengalaman. Mengajarku banyak hal, memberikanku banyak pelajaran. Kini kuasa... pelajaran terakhirnya, sepertinya bukan dua prinsip yang mungkin bisa membalikkan kekalahan. Melainkan...”
Lin Xian mengatupkan bibirnya, membelai kepala anjing VV, berkata dengan lembut:
“【Melainkan seperti putri duyung kecil, dengan ketekunan yang berani, baik hati, kuat, serta semangat tak gentar berkorban.】”
“Mungkin inilah pelajaran terakhir yang sesungguhnya. Kau tahu kenapa VV? Karena... yang ingin dia ajarkan bukanlah murid yang sempurna, melainkan pemimpin yang kompeten.”
Dia kembali menundukkan kepala, memandangi anjing Pomeranian yang diam membisu sambil mengedip-ngedipkan mata:
“VV, tahukah kau apa kriteria pemimpin yang kompeten?”
“V？”
Pomeranian itu bangun dari dada Lin Xian, pandangannya penuh tanda tanya menatap lelaki di hadapannya.
Seolah paham tapi tak paham.
Namun...
Seakan...
Benar-benar merasakan sesuatu.
“Tak menyesali kegagalan masa lalu, tak bingung pada jalan yang salah, tak meratapi waktu yang berlalu, tak berhenti karena kepergian teman...”
Lengan yang menopang tubuhnya perlahan menegang:
“Tak gentar menghadapi kekuatan musuh, tak kecewa dengan pengorbanan yang niscaya, tak mengkerut pada segala hal, tak ciut pada semua tantangan.”
Lin Xian mengencangkan kepalan tangan kanannya, menempelkannya di dada, bersentuhan dengan cakar anjing Pomeranian VV:
“【Takkan pernah menoleh ke belakang, selalulah memandang ke depan.】”
Dia tersenyum tipis:
“VV, lesu dan kehilangan semangat sekarang ini terlalu dini. Kita semua punya teman yang pergi, tapi masih ada partner yang bertahan. Kita belum bisa berhenti, kita harus melindungi mereka berdua, harus bangkit, harus menjadi kuat.”
“Sebenarnya kita semua adalah VV, meskipun aku tidak tahu...kenapa di suatu masa depan aku juga menjadi VV, tapi karena sudah menggunakan nama ini, kita harus membuktikan legenda dan tanggung jawab yang melekat padanya.”
“Mari kita buat perjanjian.”
Dia mengaitkan kelingking tangan kanannya dengan cakar kecil Pomeranian, menaruhnya di ujung jari, menatap mata anjing yang membelalak, berkata khidmat:
“Kita akan bersama-sama melindungi Zhao Yingjun, bersama-sama melindungi dunia ini; menemukan kembali teman yang hilang, menghabisi musuh jahat. Biarkan tiga VV bersama...menjadi juru selamat sejati!”
“Guk!”
VV seolah tertular semangat, tenggorokannya yang lama terasa sumpek tiba-tiba menjadi lancar.
Lin Xian terkekeh pendek, mengelus kepala anjingnya:
“Kalau begitu kita sudah sepakat, ini perjanjian antar pria.”
Setelah berkata demikian.
Lin Xian tertegun.
Dengan kedua tangan mengangkat tubuh Pomeranian dari ketiak, membentangkannya seperti huruf besar di udara tepat di depan wajahnya, menatap ke bawah—
“V～～～” Pomeranian mengeluarkan rengekan malu-malu.
“Baiklah.”
Lin Xian memastikannya, ini anjing betina.
Dia kembali mengaitkan kelingking dengan Pomeranian, menegaskan kembali:
“Ini perjanjian antar VV! Baik manusia, anjing, maupun kecerdasan buatan, semua harus mematuhi dan menepati janji!”
“Guk guk!”
Pomeranian mengaum penuh keyakinan, berdiri di paha Lin Xian sambil mengibaskan ekornya.
Tak-tak-tak-tak.
Deretan suara sepatu hak tinggi yang mendesak, Zhao Yingjun berlari cepat dari dapur. Dengan wajah terkejut, dia memandang Lin Xian yang tersenyum, lalu melihat VV yang mengibas-ngibaskan ekor dan telinganya yang kembali tegak:
"Tadi... VV yang menggonggong?"
"Guk guk! Guk guk guk guk!"
VV melompat turun dari paha Lin Xian, lalu duduk jongkok di depan Zhao Yingjun bagai mengikrarkan sumpah khidmat. Tubuhnya tegak, bulu putih yang layu kembali mengembang seperti bunga dandelion raksasa:
"Guk!!"
Suara serak kecilnya mengeluarkan gonggongan sekuat tenaga.
"Ah, syukurlah..."
Zhao Yingjun akhirnya bisa bernapas lega. Dengan rileks, dia tersenyum lega lalu buru-buru jongkok dan memeluk anjing Pomeranian itu.
Dipeluknya erat sambil mengelus-elus kepala anjing:
"Kau benar-benar membuatku khawatir mati, VV! Sudah berhari-hari aku cemas... Tapi tak apa, yang penting sekarang sudah membaik. Kau memang lebih imut saat berisik."
Setelah menggesek-gesekkan wajahnya.
Zhao Yingjun menengadah, matanya berbinar memandang Lin Xian:
"Terima kasih banyak, Lin Xian. Sudah kuduga, pengaruhmu sangat besar terhadap VV. Memang harus kau yang turun tangan."
"Sihir ajaib apa yang kau gunakan? Air di ceretku belum mendidih pun, kau sudah berhasil menenangkan VV. Ada trik khusus yang mau dibagi?"
Lin Xian bangkit dari bangku pendeknya, mengangkat tangan pasrah:
“Kalau ada, saya benar-benar ingin mengajarkannya padamu. Tapi sebenarnya... sebenarnya saya juga tidak tahu prinsipnya apa, saya hanya memeluknya dan berbicara sebentar, seperti bicara sendiri, dan dia sepertinya benar-benar mengerti.”
“Lalu... lalu bangkit kembali. Cukup ajaib, menurutku yang ajaib bukan aku, tapi anjing kecilmu ini, mungkin dia benar-benar sudah menjadi makhluk gaib.”
Zhao Yingjun menundukkan kepala, memandangi VV sambil menggelengkan kepala dan tersenyum:
“Dia bukan makhluk gaib. Menurutku, dia hanya menyukaimu, jadi bersikap seperti ini.”
“Aku?” Lin Xian menunjuk dirinya sendiri.
Zhao Yingjun mengangguk.
Tersenyum memandangi Lin Xian:
“Menurutku mungkin dia hanya naif merindukanmu. Sudah lama tidak bertemu, jadi merindukanmu. Untuk anjing yang menyukaimu, apapun yang kaukatakan akan didengarkan dengan serius, apapun yang kaukatakan dianggap benar. Yang penting bukan apa yang dikatakan, tapi siapa yang mengatakannya.”
“Seperti katamu, kau hanya bicara sendiri sebentar, tapi dia mendengarkan dengan sangat serius. Tapi beberapa hari ini, saya juga sudah banyak berbicara padanya, dokter hewan pun banyak memberi nasihat, tapi dia sama sekali tidak menghiraukan, bahkan menekan telinganya dengan wajah menyeringai tidak ingin mendengar.”
“Ternyata dia memang menyukaimu. Karena menyukaimu, meski kau cuma membacakan puisi sembarangan, kurasa dia akan mendengarkan dengan penuh minat sambil merenungkan... apakah puisi ini ada makna tersembunyi, simbolik, atau pesan rahasia di dalamnya.”
……
Mendengar perkataan Zhao Yingjun, Lin Xian tiba-tiba teringat ucapan (qing)(gan)(da)(shi) VV sebelumnya:
"Sebenarnya membuat gadis senang itu hal yang sangat sederhana, hanya tergantung apakah kau mau atau tidak."
Saat itu, kecerdasan buatan super VV terlihat sangat memahami:
"Bagi seorang gadis yang menyukaimu, apapun yang kau lakukan selalu benar dan romantis. Bahkan jika kau membuat cincin dari tutup kaleng, melipat pesawat dari kertas warna-warni, atau membeli lentera Kongming seharga beberapa ribu rupiah untuk diterbangkan bersama..."
"Ini semua bukan hal sulit. Selama seorang wanita menyukaimu, apapun yang kau lakukan selalu benar. Kau sama sekali tidak perlu khawatir melakukan kesalahan. Yang benar tetap benar, yang salah pun jadi benar. Mereka akan merasionalisasi sendiri perasaan mereka."
Melihat hal ini.
Anjing dan manusia sama. Ternyata di dunia ini, perasaan memang mampu melintasi spesies dan segalanya.
Zhao Yingjun tidak menyadari lamunan Lin Xian, melanjutkan:
"Jadi... Lin Xian, jika ada waktu luang, sering-seringlah berkunjung ke keluarga kami untuk menemui VV. Bukankah dulu kau juga bilang sejak kecil suka anjing tapi tidak bisa memelihara karena ibu mu alergi bulu anjing? Jika tidak keberatan... anggap saja VV sebagai anjingmu. Lagipula dia sangat akrab denganmu, pasti tidak masalah."
“V～～～”
Pomeranian di dadanya kembali mengeluarkan suara manis dan patuh.
Lin Xian hanya bisa tersenyum kecut.
"Awalnya mengaku suka anjing kecil... itu cuma kebohongan yang kucari-cari untuk mengorek perkataan Zhao Yingjun."
"Tak disangka ramalan itu menjadi kenyataan, belakangan jadi agak suka juga pada anjing kecil VV ini."
"Sekarang hitung-hitungan."
"Huang Que telah membohongi dirinya sendiri banyak hal, sejak dari niat mengintip undangan Zhao Yingjun, aku juga sudah banyak membohongi Zhao Yingjun."
"Bolak-balik begini, sekarang boleh dibilang sudah seimbang."
"Hm."
"Kalau dihitung-hitung, aku masih untung."
"Dapat tambahan satu kaki anjing setia, benar-benar kaki anjing."
"Aku benar-benar tak menyangka, kau bisa membujuk VV dengan cepat begini."
Zhao Yingjun menoleh, memandang ketel teh yang masih merebus air di dapur terpisah:
"Kukira akan butuh waktu lama... Kalau sudah begini, kebetulan juga sudah jam makan, bagaimana kalau kita makan di luar?"
"Restoran khas Beijing itu juga baru kutahu belakangan, sudah kucoba dua kali, rasanya cukup autentik, mirip dengan masakan Beijing yang kumakan waktu kecil. Sudah lama meninggalkan keluarga, memang rindu rasa kampung halaman."
Lin Xian mengangguk:
"Aku boleh saja, bisa makan apa pun."
Beberapa waktu lalu, dia memang tinggal berbulan-bulan di pusat pelatihan astronaut Beijing, tapi hanya makan menu kesehatan bergizi, tidak ada "rasa khas Beijing asli", mari menebusnya di sini.
Kebetulan pakaian Zhao Yingjun juga bukan baju rumah, mereka bisa langsung pergi.
Zhao Yingjun mengisi mangkuk makan VV sampai penuh, bersiap untuk pergi.
“V～～～”
Anjing Pomeranian menggigit tali sepatu Lin Xian tidak mau lepas, ke mana pun Lin Xian pergi ia selalu mengikuti, sedikit saja berjalan lebih cepat langsung membuka tali sepatu yang sudah diikat rapi oleh Lin Xian.
？
Lin Xian dan Zhao Yingjun menunduk memandang VV.
“VV。”
Zhao Yingjun jongkok, menatap anjing Pomeranian:
“Kau juga ingin ikut?”
“Guk!”
“Restoran bukan tempatmu makan, kau tidak boleh makan makanan manusia, terlalu asin, matamu akan berbekas air mata.”
“Wu guk!”
Zhao Yingjun pasrah menengadah, memandang Lin Xian:
“Bagaimana kalau... kalau kau tidak keberatan, kita bawa VV bersama? Baru saja emosinya stabil, lebih baik dijaga agar tetap tenang, aku khawatir kalau kita pergi, ia kesepian lalu kembali seperti dulu.”
“Tentu saja boleh, bawa saja ia bersama.”
Dua manusia dan seekor anjing naik lift turun ke lantai bawah.
Lin Xian membukakan pintu geser listrik dari luar untuk Zhao Yingjun, kemudian mempersilakan Zhao Yingjun yang menggendong Pomeranian masuk lebih dulu, duduk di kursi sebelah kiri.
Lalu Lin Xian masuk, duduk di kursi sebelah kanan dekat pintu, menutup pintu geser listrik.
VV lincah melompat turun dari pangkuan Zhao Yingjun, berbaring di bawah footrest lipat kursi, menjilati cakarnya.
Karena mobil Lin Xian dan Zhao Yingjun sama-sama model Alphard, VV yang sudah terbiasa langsung menemukan tempat duduk khususnya.
“Dulu juga ia suka berbaring di sini.”
Zhao Yingjun mengencangkan sabuk pengaman, menoleh ke Lin Xian:
“Saya perkirakan kapan kau membawa VV pulang, dia pasti tidak akan merindukanku, sudah pasti senang sampai lupa pulang.”
“Tidak juga.” Lin Xian tertawa:
“Dia memang belum pernah berpisah darimu, jadi tidak tahu rasanya perpisahan. Biarkan dia benar-benar terpisah dua hari, baru dia akan merindukanmu. Anjing sama seperti manusia, saat memiliki tidak tahu menghargai, baru tahu berharganya setelah kehilangan.”
“Semoga begitu.”
Zhao Yingjun berkedip secepat kilat:
“Tapi meskipun dia senang lupa pulang, saya juga tidak merasa apa-apa, justru lebih tenang kalau ada di tempatmu.”
Setelah berkata, dia menoleh ke sopir depan:
“Xiao Li, ke Jalan Xi Bei.”
“Baik Direktur Zhao!” Sopir segera menjawab.
Baru sekarang Lin Xian tersadar.
Sebenarnya...
Xiao Li sama seperti Kak Wang, juga orangnya Zhao Yingjun, ikut dibawa dari Perusahaan MX!
Celaka, dirinya sudah terkepung oleh Zhao Yingjun.
Tapi Xiao Li memang orang baik.
Latar belakangnya dari tim sopir profesional militer, dulu di Perusahaan MX mengemudi untuk wakil direktur. Kemudian Kak Wang merasa sopir Lin Xian harus orang tepercaya... Tidak yakin dengan rekrutan baru, langsung berdiskusi dengan Zhao Yingjun, memindahkan Xiao Li ke Perusahaan Rhein juga.
Jujur saja, Xiao Li pantas disebut lulusan militer, pekerjaan kerahasiaannya sangat baik, Lin Xian yakin dia pasti tidak akan memberi laporan rahasia ke Zhao Yingjun.
"Contohnya, perjalananku ke Kopenhagen kali ini, Xiao Li tahu sepenuhnya. Bahkan kapan aku pergi ke Beijing dan kembali ke Shanghai, Xiao Li tahu jelas... Tapi Zhao Yingjun jelas tidak mengetahui ini."
Inilah alasan Lin Xian merasa tenang dengan Xiao Li.
Sopir bos adalah orang yang paling dekat dengan bos dan paling banyak menyentuh rahasia, harus bisa menjaga mulut. Dalam hal ini, Xiao Li memang berkinerja baik.
Jadi, tidak sulit untuk menebak...
Setiap kali aku muncul di Perusahaan Rhein, pasti Kak Wang yang memberi kabar ke Zhao Yingjun.
Sebenarnya bukan memberi kabar, karena bukan rahasia penting, lagipula Kak Wang dan Zhao Yingjun memang sudah akrab. Selain itu... Kak Wang sudah diam-diam memberitahuku ide Zhao Yingjun ingin mengangkatku sebagai sekretaris sejak masih di Perusahaan MX.
Kak Wang memang kurang bisa menjaga rahasia, tapi hatinya cukup baik.
……
Setengah jam kemudian, tiba di restoran masakan Beijing bergaya klasik yang terlihat sudah berusia puluhan tahun.
Pintu gerbang dan dekorasi eksterior sangat megah, gaya kayu merbau bernuansa sejarah kental.
Zhao Yingjun memesan beberapa hidangan andalan, lalu meminta Lin Xian melihat menu; Lin Xian melihat pesanan Zhao Yingjun sudah cukup untuk berdua, jadi tidak menambah lagi.
Tak lama kemudian, beberapa hidangan rumahan sederhana dihidangkan.
"Coba cicipi, lihat sesuai seleramu atau tidak."
VV berbaring tenang di karpet ruang VIP kecil, Zhao Yingjun mengambil sumpit dan memberi isyarat pada Lin Xian untuk mencoba duluan:
“Ada pepatah kuno bilang, 'Ibu kota tak punya kuliner enak, hanya mengandalkan kemiskinan yang dipaksakan; daging bagus tak dimakan, malah memilih jeroan.' Sebagai orang Beijing, sebenarnya saya kurang setuju dengan ungkapan ini. Meski banyak jajanan tradisional Beijing yang terkenal memang menggunakan banyak jeroan babi, seperti hati tumis, semur jeroan, usus besar... yang terlihat agak ekstrem.”
“Tapi sebenarnya, masakan Beijing sebagai bagian dari aliran masakan Shandong masih punya banyak hidangan lezat. Kau bisa mencoba ini, meski terlihat seperti masakan rumahan biasa, tapi untuk memasaknya dengan enak tetap butuh keahlian koki yang mumpuni.”
Lin Xian di hadapan Zhao Yingjun tentu tidak akan merasa sungkan atau formal. Tanpa basa-basi, ia langsung mulai menyantap hidangan.
“Hm, memang enak.”
Lin Xian memuji dengan tulus:
“Meski bukan rasa yang berat, unik, atau pedas yang menantang, tapi justru rasa masakan rumahan seperti inilah yang nikmat, terasa seperti pulang ke rumah.”
Puu——
Zhao Yingjun tertawa terbahak mendengar ucapan "rasa pulang ke rumah" Lin Xian:
“Bagaimana bisa makan masakan Beijing terasa seperti pulang ke rumah? Bukannya masakan Hangzhou yang seharusnya memberi rasa itu?”
“Tidak juga.”
Lin Xian melambaikan tangan:
“Hangzhou itu benar-benar gurun kuliner. Baru setelah lulus SMA dan datang ke Shanghai, aku sadar ternyata dunia punya begitu banyak makanan enak. Kantin Universitas Shanghai saja sudah bisa mengalahkan seluruh Hangzhou.”
Zhao Yingjun tersenyum tipis:
“Benarkah? Jarang ada orang yang berbicara seperti ini tentang kampung halamannya sendiri. Biasanya ketika merantau, orang cenderung memiliki filter kerinduan terhadap kampung halaman, merasa hal-hal dari kampung halaman atau masa kecilnyalah yang terbaik.”
“Filter kerinduan itu pasti ada.”
Lin Xian mengangguk:
“Tapi dalam hal kuliner, ini memang fakta. Lingkungan kuliner Kota Hangzhou yang menjadi seperti sekarang sebenarnya memiliki beberapa penyebab historis, terbentuk dari berbagai faktor.”
“Kudengar ada satu hidangan yang cukup terkenal...” Zhao Yingjun berkedip:
“Ikan Asam Danau Barat?”
He.
Lin Xian yang sedang menyantap hidangan tak bisa menahan tawa:
“Di kalangan lokal ada lelucon, katanya proses pembuatan Ikan Asam Danau Barat sangat rumit dan banyak tahapannya. Jika ada satu langkah saja yang salah, rasanya justru menjadi enak.”
“Ada juga yang bilang, jika seekor ikan diolah menjadi Ikan Asam Danau Barat, maka kematiannya sia-sia – mati dengan mata terbuka penuh penyesalan.”
“Semelemah itu?” Zhao Yingjun tertawa terpingkal-pingkal mendengar lelucon Lin Xian.
Dia mengambil serbet dan menyeka sudut bibirnya:
“Kalau begitu suatu saat harus ke Hangzhou, mencoba langsung betapa tidak enaknya Ikan Asam Danau Barat ini.”
Matanya berkelip menatap Lin Xian:
“Karena sejak remaja aku sudah sekolah di luar negeri, jadi jarang mengunjungi kota-kota wisata dalam negeri. Setelah lulus, langsung ke Shanghai untuk memulai usaha dan mendirikan Perusahaan MX. Begitu sibuk, tidak ada waktu untuk jalan-jalan lagi.”
“Sebenarnya aku cukup suka kota Hangzhou, meskipun belum pernah ke sana. Tapi... entah kenapa, rasanya cukup menyenangkan.”
……
Sumpit di tangan Lin Xian berhenti melayang di udara.
Kemudian dia menarik kembali sumpitnya, meletakkannya di piring keramik, kedua tangan diletakkan di bawah meja.
Pikirannya teringat pada KTP palsu Huang Que, dan... angka awal nomor KTP yang sama dengan kode daerah asalnya sendiri.
“Kau tahu berapa angka awal nomor KTP Hangzhou?” tanya Lin Xian.
“Aku tidak tahu.”
Zhao Yingjun menggelengkan kepala penuh tanya, tak mengerti mengapa Lin Xian menanyakan hal ini:
“Ada makna khusus apa?”
“Tidak juga.”
Lin Xian mengambil sumpitnya kembali, melanjutkan makan:
“Biasanya, selain tahu kode KTP tempat kelahiran sendiri, orang hampir tidak mungkin tahu kode daerah lain.”
“Benar juga.”
Zhao Yingjun menyambut:
“Aku juga cuma tahu nomorku sendiri. Nomor ayahku pasti sama denganku, aku bahkan tidak ingat enam digit pertama KTP ibuku. Karena ibu bukan orang asli Beijing, beliau lahir di Sichuan, jadi nomor KTPnya pasti dari sana.”
“Tapi... setelah menikah, pasti akan berbeda.”
Zhao Yingjun tersenyum:
“Di luar negeri ada tradisi istri mengikuti nama keluarga suami setelah menikah, tapi di dalam negeri tidak. Jadi wajar jika nama tidak berubah setelah menikah, apalagi nomor KTP. Rangkaian angka ini sudah ditentukan sejak lahir. Bagaimanapun hidupmu nanti, nomor KTP ini adalah dirimu, adalah seluruh hidupmu.”
"Seseorang setelah menikah, memiliki rasa kekeluargaan dan tanggung jawab, pasti akan mengingat nomor ID anggota keluarganya. Meski tidak hafal digit belakang, setidaknya beberapa digit depan harusnya bisa diingat. Enam digit pertama nomor ID saya adalah 110100."
Dia menengadah, memandang Lin Xian:
"Lin Xian, bagaimana denganmu?"
"......" Lin Xian terdiam sejenak, menatap Zhao Yingjun.
Ini sebenarnya bukan pertanyaan memalukan.
Hanya saja dia sendiri tidak tahu mengapa.
Pikirannya melayang pada Huang Que.
Pada Lin Xian dan Zhao Yingjun di dimensi ruang-waktu tempat Huang Que berada.
Pernah di bawah senja Istana Amalienborg, dia bertanya pada Huang Que: "Apakah kamu sudah menikah?"
Saat itu Huang Que hanya menunduk tersenyum tanpa jawaban, berkata: "Aku tidak bisa mengatakannya."
Mempertimbangkan.
Barusan Zhao Yingjun mengatakan, perempuan yang sudah menikah biasanya akan mengingat nomor ID suaminya...
Kemungkinan besar.
Masalah ini.
Bukan Huang Que tidak bisa mengatakannya, tapi sengaja tidak mau menyebutkan?
“330127。”
Lin Xian berbisik pelan.
Dia tersenyum kecil:
"Sama seperti kata sandi pintu berkode kantormu, tidak ada polanya. Susah diingat, baru saja dihitung langsung lupa."
Zhao Yingjun menggeleng sambil tersenyum:
"Kode delapan digit serumit itu saja bisa kau ingat, apalagi yang enam digit ini?"
……
Makan siang ini terasa sangat nyaman bagi Lin Xian.
Mungkin karena masakan rumahan lebih menyehatkan lambung, atau bisa juga karena kesibukannya belakangan membuatnya jarang makan teratur, sehingga perbandingan ini membuat santapannya kali ini terasa istimewa.
Anjing itu juga sudah berhasil dihibur.
Makan pun sudah selesai.
Saatnya kembali ke rumah keluarga, masing-masing pulang ke tempatnya.
Lin Xian dan Zhao Yingjun naik ke mobil bisnis Alphard. Dia menyuruh sopir terlebih dahulu menuju kompleks perumahan tempat Zhao Yingjun tinggal untuk mengantarnya pulang.
Tapi...
Tepat saat Zhao Yingjun hendak turun dari mobil, situasi tak terduga terjadi.
VV、Pomeranian yang sudah diam begitu lama、ia menolak turun!
Dia terlihat sangat sibuk.
Meski digendong di dada Zhao Yingjun, masih menjulurkan kepala dan mencakar pakaian Lin Xian dengan cakarnya, tak ingin Lin Xian pergi.
"VV, hari ini sudah berakhir."
Zhao Yingjun mencoba memberinya penjelasan logis:
"Lin Xian juga harus pulang ke keluarganya. Lain kali biarkan Lin Xian datang ke rumah untuk bermain denganmu. Kamu perlu pulang beristirahat tidur, Lin Xian juga perlu pulang tidur."
"Wu... wang... Wuwa wang!!"
Melihat Pomeranian ini hampir menangis lagi karena sedih, Lin Xian buru-buru turun dari mobil dan mengusap kepala anjing itu.
"Dia sepertinya tidak ingin berpisah darimu," kata Zhao Yingjun.
"Sepertinya memang begitu."
Lin Xian menatap mata penuh harap Pomeranian VV.
Apa maumu sebenarnya?
Jangan-jangan benar-benar ingin kubawa pergi?
"Bagaimana kalau... kau ikut naik ke lantai atas sekali lagi?" Zhao Yingjun menatap Lin Xian:
"Dengan kondisinya seperti ini, aku benar-benar khawatir. Bagaimana jika setelah kau pergi nanti... dia kembali menangis seperti malam itu? Aku sungguh tidak tahu harus berbuat apa."
“Bisakah kau membantu saya menidurkan VV sebelum pergi? Siang ini dia sama sekali tidak tidur, jadi setelah tertidur malam nanti mungkin tidak akan bangun lagi, pasti langsung tidur sampai subuh.”
Ai.
Lin Xian menghela napas dalam hati.
Sekarang dia sudah punya sedikit perasaan terhadap anjing Pomeranian ini. Memang agak berlebihan jika disebut ikatan VV yang melintasi ruang-waktu, tapi memang ada perasaan khusus.
Karena itu, wajar saja dia merasa khawatir.
Tak disangka kebiasaannya yang suka menurut ini sampai terdengar ke telinga anjing.
“Baiklah.”
Dia menoleh ke belakang, memandang sopir Xiao Li di mobil Alphard:
“Xiao Li, tunggu saya sebentar di sini. Saya akan menidurkan anjing ini dulu sebelum turun.”
Xiao Li mengangguk:
“Tenang saja Direktur Lin, saya akan menunggu di sini.”
Kemudian.
Lin Xian dan Zhao Yingjun kembali naik ke lantai atas menuju rumah.
“Ini tempat VV biasanya tidur.”
Zhao Yingjun membawa Lin Xian masuk ke kamar tidur yang luas, menunjuk bantalan tidur oval empuk di atas karpet sebelah ranjang.
Pinggirannya meninggi, bagian tengahnya cekung, dengan selimut wol terhampar di atasnya.
Rupanya inilah tempat tidur VV selama ini.
Hanya saja...
Ini pertama kalinya Lin Xian masuk ke kamar tidur wanita di dunia nyata, membuatnya agak canggung.
Apalagi misinya sekarang adalah menidurkan seekor anjing kecil di samping ranjang seorang wanita.
Ini tugas tingkat SSS macam apa lagi?
Kok rasanya seperti naik kapal bajak laut?
“Tidurlah, VV.”
Lin Xian seperti sedang membujuk anak kecil, memeluk VV dan membujuk:
"Beri saya sedikit hormat, cepat tidurlah."
Namun!
Mata Pomeranian VV berbinar tajam!
Menatap tajam ke Lin Xian!
Terlalu bersemangat untuk tidur!
"Heh."
Sekarang Lin Xian benar-benar yakin.
Anjing ini terlalu banyak akalnya! Jika ini bukan siluman, lalu apa lagi yang bisa disebut siluman?
Sekarang kita mulai 'bertahan seperti elang' ya?
Lin Xian memaksa diri untuk membujuk selama satu jam penuh.
Kadang, kelopak mata Pomeranian itu sudah mulai berat, Lin Xian meletakkannya di alas tidur dan bersiap pergi.
Tapi seketika itu juga.
Pomeranian itu langsung melompat bangun, matanya masih berbinar tajam!
"Sepertinya... sepertinya..."
Zhao Yingjun mengerutkan alisnya yang melengkung, menopang dagu sambil memandang Lin Xian dengan ragu:
"Sepertinya... dia merasa tidak ingin kamu pulang ke keluarga..."
Dia mengusulkan:
"Bagaimana kalau malam ini kamu bawa saja dia pulang? Tolong rawat dia beberapa hari untukku."
"Wu wu wu wu! Wu wu wu wu wang wu wu wu!" Pomeranian VV mulai meratap!
"Aduh aduh saya hanya bercanda, tidak akan meninggalkanmu..."
Zhao Yingjun segera jongkok dan menghibur VV:
"Sudah sudah, tidak pergi tidak pergi. Aduh benar... apa yang kamu lakukan ini, tidak perlu mengajak Lin Xian naik ke sini..."
Lin Xian hanya bisa menghela nafas, memandang si drama queen ini dengan pasrah.
Apakah setiap yang bernama VV pasti jadi drama queen?
Tapi diri sendiri baik-baik saja? Tidak terlalu banyak drama.
Setelah beberapa kali berusaha...
VV lagipula sudah beberapa hari ini nafsu makan dan tidurnya terganggu.
Jadi akhirnya, ia tak bisa melawan rasa kantuk lagi.
Kelopak mata berat itu mengedip beberapa kali sebelum akhirnya menyerah menutup... Terbaring di alas tidur empuk, mulai mendengkur pelan.
Zhao Yingjun dan Lin Xian benar-benar lega.
Dia meletakkan jari telunjuk kanan di depan bibir, "Sst..." berbisik, menunjuk ke arah ruang tamu sambil memberi isyarat pada Lin Xian untuk bicara di luar.
Keduanya menuju ruang tamu, berjalan ke pintu rumah.
"Hari ini benar-benar merepotkanmu." Zhao Yingjun meminta maaf:
"Maaf, tak kusangka akan sampai larut malam begini."
"Tak apa, VV tertidur saja sudah baik."
Lin Xian menekan gagang pintu, keluar sambil menoleh:
"Kau juga istirahatlah cepat, selamat malam."
Zhao Yingjun mengangguk halus sambil tersenyum, melambaikan tangan pada Lin Xian:
"Selamat malam, Lin Xian."
……
……
Naik lift langsung ke parkir bawah tanah.
Mobil bisnis Alphard-nya masih terparkir di tempat biasa.
Sopir Xiao Li melihat Lin Xian keluar dari lift, langsung menekan tombol kursi belakang yang membuka pintu listrik:
"Direktur Lin, Anda kembali."
Lin Xian mengangguk, masuk dari kursi belakang, bersandar sambil berkata:
"Pulang saja."
Hari yang melelahkan namun berkesan ini akhirnya berakhir.
Ia menekan tombol penutupan pintu di sisi mobil.
Driit.
Pintu geser listrik mengeluarkan suara ringan, mulai menutup perlahan dari belakang ke depan.
Lin Xian melirik terakhir kali melalui celah pintu mobil yang semakin menutup ke arah lift menuju rumah Zhao Yingjun, lalu menutup matanya...
Dor.
Tiba-tiba, terdengar suara berat bergema.
Sebuah tangan kecil berbungkus sarung tangan karet hitam muncul tiba-tiba dari celah pintu mobil yang hampir tertutup!
Tangan hitam itu mencengkeram erat pintu geser listrik, menghentikan gerakannya sama sekali!
Lin Xian bangun penuh tanya, menatap keluar melalui kaca mobil hitam kebiruan...
Terlihat seorang gadis dengan wajah dingin nan menawan, fitur wajah anggun, dan pipi semanis boneka bule.
Usianya sekitar 15-16 tahun, tingginya tak jauh berbeda dari bingkai jendela mobil. Rambut pendek hitamnya bergoyang-goyang tanpa angin di parkir bawah tanah yang tertutup.
Matanya saat ini menempel rapat pada kaca mobil...
Berkilau seperti bohlam bermuatan cahaya biru ganjil di kegelapan malam!
Menatap Lin Xian dengan sengit!
