“Sebenarnya...perkataan Lin Xian, ayahku sebelum meninggal juga pernah mengatakan hal serupa.”
Dalimao menghela napas tipis, melanjutkan:
“Dia juga berkata begitu, mengatakan jika kita membiarkan Kota Permaisuri berkembang mapan seperti ini, merger dengan kita, melenyapkan kita, memperbudak kita...hanya masalah cepat atau lambat.”
“Karena perbedaan tingkat teknologi antara kedua belah pihak terlalu besar, dan selama bertahun-tahun tidak ada komunikasi sama sekali, kesenjangan ini akan semakin melebar. Cepat atau lambat kita akan menjadi tidak bisa berkomunikasi, tidak bisa memahami, tidak bisa hidup berdampingan... Seperti manusia dan hewan, mustahil bisa hidup damai bersama.”
“Kita semua tahu, pemikiran ayah saya adalah mengembangkan diri kita secepat mungkin, menguasai kekuatan untuk melawan Kota Permaisuri. Makanya dia begitu gigih mengejar pengetahuan, begitu obsesif membuka brankas. Selama ini, kita juga berharap brankas itu bisa membantu mengubah situasi kita.”
“Tapi tadi, Lin Xian sudah membantuku membuka brankas itu. Isinya hanya buku compang-camping, selain itu tidak ada apa-apa. Lagipula orang-orang di desa kita tidak berpendidikan. Lin Xian juga bilang teknologi di buku catatan itu terlalu maju untuk era sekarang, sama sekali tidak mungkin direalisasikan.”
“Jadi sekarang bisa dipastikan, rencana ayah saya sudah hancur total. Tapi perkembangan teknologi di Kota Permaisuri tidak akan berhenti. Artinya jika kita terus berburu, beternak babi, dan menipu diri sendiri seperti ini... akhirnya pasti akan tragis, sudah ditakdirkan.”
Dia mengambil gelas bambu di meja, menenggak habis isinya sambil menyeringai:
“Sekarang saya adalah kepala Desa Muka. Saya wajib bertanggung jawab pada saudara-saudara. Daripada benar-benar menunggu sampai Kota Permaisuri menyerang dan kita tidak bisa melawan sama sekali—saya setuju dengan Lin Xian, kita tidak boleh terus pasrah menunggu kematian. Kita memang harus mengambil inisiatif menyerang!”
“Tapi Desa Muka selalu menganut sistem demokrasi. Mari kita ikuti tata krama lama——”
“Lakukan voting!”
Akhirnya.
Tibalah momen voting yang menggetarkan hati!
Dalimao biasanya tidak ikut voting, jadi yang memiliki hak vote di sini adalah Azhuang, Er Zhuzi, San Pang, serta Lin Xian dan CC.
Azhuang pertama kali menyatakan pendapat, menentang:
"Terlalu berisiko, saya tidak setuju. Lagipula brankas yang bahkan Kota Permaisuri tidak bisa membukanya, berapa persen kemungkinan kita bisa membukanya kalau pergi ke sana?"
Lin Xian mengangkat tangan pasrah:
"Bukankah brankas Desa Muka langsung saya buka? Asalkan kita diberi kesempatan melihat brankasnya, saya pasti bisa mencari banyak cara untuk tahu passwordnya. Jadi saya vote setuju."
San Pang langsung menggelengkan kepala, mengucapkan kalimat andalan yang menempati setengah kapasitas otaknya:
"Menurutku tidak bisa."
Saat ini.
Rasio voting 1∶2.
Tatapan semua orang tertuju pada Er Zhuzi.
Jelas sekali...
Ini adalah kelompok anti-perang.
Dia pasti tidak akan memberikan vote setuju.
Seperti dugaan.
Er Zhuzi batuk kecil dua kali:
"Saudara Lin Xian, secara pribadi hatiku pasti mendukungmu, tapi... Aku harus mempertimbangkan untuk menyisakan keturunan bagi keluarga Lin! Kalau-kalau terjadi sesuatu padamu... Tak bisa memberi pertanggungjawaban pada leluhur! Setelah berpikir matang, aku dan adik ipar lebih baik tinggal di belakang untuk dukungan logistik."
"Hm? Aku juga harus ikut."
CC merasa Er Zhuzi salah paham, berkedip secepat kilat sambil memiringkan kepala:
"Aku pasti harus pergi bersama Lin... suamiku. Dia yang mengambil risiko di depan, mana mungkin aku bersembunyi di belakang?"
“Menikahi ayam ikuti ayam, menikahi anjing ikuti anjing. Jadi, ke mana Lin Xian pergi, saya ikut. Karena saya punya hak vote, pasti setuju dengan sikap Lin Xian. Saya setuju, saya juga mau pergi!”
“Bahaya bagaimana pun tak masalah. Kematian lambat dan kematian langsung sama saja. Lebih baik memperjuangkan secercah harapan kemenangan. Sekalipun mati di Ratu Zhen juga tak apa.”
CC menoleh, memandang Lin Xian sambil tersenyum:
“Kita berdua, mati pun harus bersama.”
……
Lin Xian juga menatap tajam ke mata CC.
Dia tentu tahu.
CC sedang berakting, memerankan peran seorang Istri.
Pengetahuannya tentang perasaan sangat minim.
Mungkin satu-satunya pemahaman berasal dari kisah-kisah cinta legendaris yang agung dan tragis tentang mati bersama.
《Liang Shanbo dan Zhu Yingtai》?
《Romeo dan Juliet》?
Sepertinya memang begitu.
Sejak zaman dahulu, kisah cinta yang dipuja-puja orang selalu tentang perpisahan hidup-mati atau bunuh diri berdua.
Seolah hanya cinta yang mempertaruhkan nyawa yang dianggap tulus dan mengagumkan.
Benarkah kenyataannya demikian?
Lin Xian tidak bisa memastikan.
Tapi setidaknya bagi CC, mungkin dia secara naif menganggap hanya kesetiaan yang sesuai dengan legenda inilah yang pantas disebut cinta sejati.
Makanya dia selalu mengigaukan "takkan meninggalkan", selalu berpegang pada "hidup-mati bersama".
Sederhana.
Murni.
“Ad...adik ipar perempuan.”
Er Zhuzi wajah menyeringai terkejut:
“Kau, kau juga mau pergi!”
Sejenak, dia terjerembab dalam Pilihan.
Terlihat murung.
Akhirnya, menatap Azhuang dan San Pang, menggelengkan kepala:
“Saya ubah pikiran, saya memilih vote setuju!”
Dalimao terkikik:
“Baik!”
“Kalau begitu sekarang, skor 3∶2, resolusi disetujui! Saudara Lin Xian, jelaskan, apa rencana konkretmu?”
Lin Xian mengangguk:
“Rencana juga sudah kupikirkan. Saat ini pengetahuan kita tentang Kota Permaisuri masih terlalu minim, dan kita juga tidak punya senjata untuk melawan mereka. Jadi prioritas utama, kita masih butuh anggota tim yang tangguh.”
“Kabar baiknya, anggota tim sudah kutemukan sebelumnya, seorang manusia dari Mars yang punya banyak teknologi alien. Sekarang akan kupanggil dia kemari.”
Inilah langkah kedua rencana Lin Xian dan CC——
Mengajak Tua Wei Shengjin bergabung dengan Desa Muka!
Pertama, di antara belasan brankas di Kota Permaisuri, mungkin ada milik Tua Wei Shengjin. Rombongan ini harus membawanya untuk mewujudkan mimpi.
Kedua, tubuh Tua Wei Shengjin penuh dengan harta karun. Penyusupan kali ini benar-benar mustahil tanpa dukungan peralatannya. Membawa tulang tua ini juga termasuk saling memenuhi kebutuhan.
Kemudian.
Lin Xian memanggil Tua Wei Shengjin yang sudah lama menunggu di luar desa untuk masuk.
Dorae Jinmeng mengeluarkan beberapa teknologi Mars dari tasnya, langsung membuat Geng Wajah berempat terkesima.
Dalimao tak bisa melepaskannya sambil memainkan sepasang kacamata hitam:
“Artifak suci! Ini sangat cocok dengan auraku!”
Begitu selesai bicara.
"Langsung dipakai di wajah, menatap Lin Xian:"
"Saudara, bagaimana?"
"Hmm... sulit dijelaskan."
Lin Xian menjawab jujur:
"Bingkai kacamata jelas terlalu sempit. Wajahmu hampir membuat kacamata ini meledak. Lebih baik jangan dipakai. Jika dipaksa begini, pasti rusak dalam beberapa hari."
"Hahaha, tidak mungkin."
Tua Wei Shengjin melambaikan tangan, penuh percaya diri dengan teknologi Mars:
"Walau wajah Kepala Desa Dalimao memang besar, bingkai kacamata hitam ini terbuat dari paduan memori. Sangat fleksibel dan bisa menyesuaikan bentuk."
"Sekarang memang terlihat mau pecah, tapi setelah dipakai beberapa hari akan menyesuaikan bentuk wajah... Walau terlihat aneh, pasti tidak akan rusak."
Azhuang mengayunkan sekop lipat di tangannya, memotong tongkat kayu di sudut tembok:
"Senjata sakti! Memotong besi seperti mengiris lumpur!"
Er Zhuzi membelalakkan mata, memandang termos transparan di genggamannya:
"Barang pusaka! Bukankah ini bisa minum air panas kapan saja?"
"Aku punya banyak buah goji kering. Biasanya cuma bisa masukin saat masak nasi. Sekarang bisa minum air goji tiap hari!"
San Pang mengalungkan syal wol di leher, menyimpan kedua tangan di pinggang celana, merasa sangat keren:
"Menurutku boleh!"
Akhirnya.
Tua Wei Shengjin disetujui secara bulat, resmi menjadi warga Desa Muka.
CC mendekati Lin Xian dan berbisik:
"Tiba-tiba merasa... Dalimao dan yang lain benar-benar kekanak-kanakan, sama sekali tidak waspada terhadap orang lain."
Lin Xian terkekeh pendek:
"Makanya... ketulusan adalah senjata pamungkas."
Tidak lama kemudian.
Rombongan tujuh orang berangkat dari Desa Muka.
Mereka pertama kali tiba di sebuah bukit berjarak ratusan meter dari Kota Permaisuri, bersembunyi di dalam hutan, memanfaatkan senja yang mulai turun untuk mengamati kota yang makmur itu dari kejauhan.
Harus diakui...
Saat ini, di bumi yang terbelakang ini, melihat sebuah kota dengan skala sebesar itu, dampak visualnya tidak kalah mengejutkan dibanding melihat Shanghai Baru di mimpi kedua.
Karena jarak yang sangat jauh, detail dalam kota tidak terlihat jelas.
Tapi tembok kota yang mengelilingi wilayah tersebut membentuk persegi sempurna, melindungi kota di dalamnya.
Di depan pintu gerbang kota bahkan terdapat parit pertahanan, sekarang jembatan pintu telah diturunkan dengan beberapa orang berkuda yang keluar-masuk.
Bangunan-bangunan di dalam kota tersusun sangat rapi dengan gradasi ketinggian; jalan dalamnya juga saling terhubung dengan lalu lintas yang sibuk.
Sebagian besar bangunan memiliki minimal dua lantai, semakin mendekat ke bagian tengah semakin tinggi jumlah lantainya, menara seperti kastil di pusat kota itu sendiri memiliki sekitar empat sampai lima lantai... Sulit dibayangkan, di era tanpa beton bertulang ini, mereka bisa membangun rumah setinggi itu hanya dengan struktur balok kayu dan batu bata, menunjukkan betapa majunya pengetahuan di Kota Permaisuri.
"Luar biasa."
Lin Xian tak bisa menahan kekagumannya:
“Di bumi zaman sekarang, bisa merencanakan sebuah kota kecil seperti ini, aku curiga apakah sang walikota wanita itu penjelajah waktu atau bukan.”
“Guru Wei, pinjam teleskopnya sebentar.”
Mengambil teleskop dari tas Tua Wei Shengjin, Lin Xian mulai mengamati bagian dalam Kota Permaisuri.
Benar-benar teknologi yang maju.
Dia bahkan melihat pandai besi dengan banyak orang berdebam-debam menempa besi.
Jelihatan kandang kuda yang memelihara puluhan kuda kekar.
Ada juga area seperti pedagang dan pasar yang ramai.
Harus diakui...
Kota Permaisuri memang sudah cukup bermurah hati.
Dengan kemampuan mereka sekarang, jika benar-benar ingin menyatukan dunia persilatan, sama sekali tidak ada hambatan.
Apalagi senjata api seperti pistol.
Bahkan tidak perlu menggunakannya.
Pasukan kavaleri puluhan kuda kekar saja sudah cukup untuk menghancurkan semua desa.
“Siapakah sebenarnya sang Permaisuri di sini?”
Rasa ingin tahu Lin Xian semakin menjadi.
Sekilas, populasi Kota Permaisuri jelas jauh melebihi angka ribuan orang yang disebut penasihat Azhuang. Kepadatan penduduk di sini diperkirakan mencapai lebih dari sepuluh ribu.
Informasi Azhuang jelas sudah ketinggalan zaman.
Dia menurunkan teleskop dan menatap Azhuang:
“Azhuang, kau bilang populasi Kota Permaisuri hanya ribuan orang. Data dari kapan ini?”
Azhuang menggaruk kepala:
“Itu cerita orang tua generasi sebelumnya, sekitar dua tiga puluh tahun lalu. Menurutmu berapa populasi sekarang? Masa dalam dua tiga puluh tahun ini jumlahnya bisa melompat dua kali lipat?”
Lin Xian diam tidak bersuara.
Benar juga.
Populasi Kota Permaisuri ini dalam 20-30 tahun terakhir setidaknya berlipat ganda.
Bagaimana ini bisa terjadi?
Apa karena mereka sangat subur?
Namun, dalam hal ini harus diakui Permaisuri memiliki wawasan luas, memahami pentingnya bonus demografi bagi perkembangan ekonomi dan industri.
Jika 20-30 tahun lalu sudah menerapkan strategi dorongan dan percepatan kelahiran.
Berjasa untuk generasi sekarang, menguntungkan masa depan. Bukankah sekarang adalah era keemasan dengan puncak populasi, pasukan kuat, tenaga kerja muda dan kekuatan tempur yang melimpah?
Pantas saja Kota Permaisuri begitu hebat, desa mana pun yang punya kekuatan muda sebanyak ini pasti akan berkembang baik.
Lin Xian kembali mengangkat teleskop mengamati sebentar, lalu berbalik menyimpulkan:
"Dari pengamatan saat ini, masuk lewat depan tidak mungkin. Pintu gerbang utama dijaga prajurit, pasti ada sistem identifikasi untuk membedakan penduduk lokal dengan pendatang asing."
"Jadi... kita tetap pakai cara lama, memanjat tembok! Tembok kota ini tidak terlalu tinggi, sekitar lima enam meter, kita bisa menyusun tangga manusia untuk memanjat."
"Soal setelah masuk, kalian tak perlu khawatir. Aku dan CC adalah ahli pencarian brankas, kami punya rencana bertahap. Kalian hanya perlu membantu menyusun tangga manusia."
Tampaknya.
Akhirnya tetap harus melalui tahap menyusun tangga manusia ini.
Meski metodenya agak kuno.
Tapi keunggulannya adalah efektif di era apa pun.
Kerumunan berbaris rapi di bukit kecil, memandangi gemerlap lentera Kota Permaisuri di kejauhan, menanti komando keberangkatan.
“Saat ini.”
“Lin Xian kembali merasakan ilusi bahwa klan Akatsuki sedang menyerang Desa Konoha.”
“Hanya saja, formasi tim di sekitarnya semakin besar; teman semakin banyak, metode juga semakin beragam, semuanya menuju ke arah yang baik.”
“Akhirnya.”
“Cahaya bulan yang baru terbit kembali bersembunyi di balik awan gelap, seluruh dunia menjadi gelap.”
“Dalimao mengayunkan tangannya:”
““Berangkat!””
“Kerumunan berlari melalui hutan dalam kegelapan malam, berputar dalam lingkaran besar yang sulit terdeteksi, berlari dan berhenti selama satu jam, akhirnya tiba di luar tembok kota sudut barat daya Kota Permaisuri.”
“Alasan memilih lokasi ini ada sebabnya.”
“Berdasarkan pengamatan Lin Xian:”
““Area terramai dan terbanyak penduduknya di Kota Permaisuri pasti terletak di bagian tengah.”
““Kemudian beberapa area sekitarnya juga memiliki lebih banyak lentera, setiap rumah tangga terlihat memiliki kondisi hidup yang baik, lentera minyak menyala di mana-mana, bahkan di jalan utama terdapat beberapa lentera yang berfungsi sebagai lampu jalan, tentu saja ada juga pasukan patroli.”
““Namun khusus di area sudut barat daya ini, penerangan sangat minim, dan tidak ada pasukan patroli yang berbelok ke area ini.”
““Lin Xian segera membuat dugaan:”
““Di sudut barat daya ini, mungkin tidak ada penghuni. Singkatnya, sistem keamanan dan intensitas patroli sangat rendah, sudah jelas kita harus melakukan penetrasi dari sini.””
““CC juga mengakui pandangan ini:”
“Di tempat lain, Queenstown terlalu ramai orang, menyusup sembarangan pasti ketahuan. Dari pemandangan malam ini, penerangan di sudut barat daya sangat minim... aneh, mengapa area lain Queenstown begitu meriah tapi hanya sini yang sepi?”
Tua Wei Shengjin merenung beberapa detik.
Memberikan jawaban profesional:
“Mungkin karena ini kawasan lama? Dari cerita kalian, perkembangan Queenstown sudah cukup lama, pasti bersifat radiasi yang perlahan membangun gedung baru hingga pusat kota bergeser.”
“Dalam proses ini, kawasan tua pasti akan ditinggalkan. Jika kota kekurangan lahan, pasti akan direlokasi dan dimanfaatkan ulang.”
“Tapi bumi sekarang luas dengan penduduk jarang, tak perlu khawatir soal lahan. Mungkin kawasan tua ini dibiarkan terlantar, tak berpenghuni dan tak terurus—lokasi ideal untuk meretas.”
……
Sesampai di luar tembok kota sudut barat daya, Geng Wajah berempat mulai pemanasan.
Tua Wei Shengjin menyerahkan pistol kecil ke Lin Xian:
“Lin Xian, tulang-tulang tua ini takkan sanggup memanjat tembok. Bawa pistol ini untuk perlindungan diri. Jika kau temukan brankasku, kau tahu passwordnya—bantu buka dan lihat isinya.”
“Kalau memungkinkan, harap bawa keluar untuk kutengok. Jika tidak, catat bentuk barangnya dan deskripsikan padaku. Yang penting... utamakan keselamatan, nyawa nomor satu.”
“Baik, tenang saja.”
Lin Xian menerima pemberian dari Tua Wei Shengjin sambil berjanji:
“Aku tak berani menjamin pasti bisa menyelesaikan misi hari ini, tapi aku akan segera mengungkap semua rahasia Kota Ratu dan menemukan brankas di dalamnya.”
“Sejujurnya... Guru Wei, sekarang saya bahkan lebih penasaran daripada kau tentang isi brankasmu. Aku cukup antusias menunggu.”
CC di sana juga mengambil kembali pedang besi hitamnya dari Tua Wei Shengjin.
Tapi Lin Xian merasa itu terlalu mencolok dan tidak menguntungkan untuk menyusup, lalu mengeluarkan pisau tentara multifungsi dari tas Tua Wei Shengjin dan menyerahkannya padanya:
“Pakai ini saja. Pedangmu itu benar-benar terlalu mencolok.”
Semua persiapan telah selesai.
Begitu Dalimao memberi perintah, formasi "pilar manusia" yang mewakili ikatan persahabatan Geng Wajah langsung terbangun dengan sukses.
Karena tembok kota kali ini tidak terlalu tinggi.
、、、，，。
Lin Xian mengaktifkan skill parkour-nya sepenuhnya, dengan cepat melompati tembok.
Untungnya di dalam tembok kota ada pohon tua, dia menggunakan kekuatan kaki untuk melompat bolak-balik antara batang pohon dan dinding dalam, mendarat dengan selamat.
Menyusup sempurna!
Ini juga alasan Lin Xian memutuskan untuk memanjat tembok terlebih dahulu.
Berbeda dengan pabrik pengolahan sampah di mimpi kedua, kali ini di dalam tembok kota tidak menumpuk banyak sampah untuk pijakan.
"Jika ada perbedaan ketinggian 5-6 meter tanpa dasar parkour yang baik, sangat mudah terluka jatuh."
Syu——
Lin Xian meniup peluit panjang.
Ini menandakan arti keamanan, dan mengingatkan dirinya sendiri bahwa dia sudah siap, mempersilakan CC untuk memanjat tembok dan melompat turun.
Di luar tembok, segera terdengar suara lari ancang-ancang.
Segera——
"Aduh!"
Er Zhuzi berteriak tertahan, terlihat topi hijau pelindung matahari dan CC bersama-sama melompat dari ketinggian 5-6 meter di atas!
Delapan puluh persen CC tidak sengaja menendang bagian belakang kepala Er Zhuzi saat melompat terakhir, langsung menendang topi hijau itu masuk.
“……”
Lin Xian melihat topi yang jatuh lurus dari langit, benar-benar merasa seperti hantu yang tak mau pergi. Tapi dia pasti harus membantu CC mendarat dengan selamat dulu.
Memang kemampuan fisik CC lincah, tapi teknik parkour masih jauh kurang, hanya memantul dari batang pohon dua kali, karena kekuatan kurang akhirnya tidak bisa menendang lagi, tubuhnya cepat jatuh.
Lin Xian sudah siap di bawah, langsung memeluk CC yang jatuh, kedua orang itu terjatuh di tumpukan daun kering yang empuk di bawah.
"Baik-baik saja?"
CC yang pertama bangun, melihat Lin Xian di bawah.
"Baik."
Lin Xian juga membersihkan daun-daun di bajunya, lalu bangkit dari tanah.
CC melihat ke kiri-kanan, menemukan topi hijau Er Zhuzi, mengambilnya dan menyerahkan ke Lin Xian:
"Kau mau ini?"
"Ngapain mau barang begini..."
Lin Xian dengan wajah jijik melambaikan tangan: "Cepat, cepat, cepat, lemparkan Er Zhuzi keluar! Biar tidak tertular sial."
CC berkedip secepat kilat.
Sepertinya tidak mengerti, topi kecil apa bisa mendatangkan sial? Mengapa setiap kali Lin Xian melihat topi ini seperti melihat hantu?
Tapi dia malas mempermasalahkan, langsung melemparkannya ke luar tembok, mengembalikan ke pemiliknya.
"Sudah."
Dia berbalik kembali, menatap Lin Xian:
"Selanjutnya kita mau ke mana?"
"Hanya bisa mencari perlahan-lahan."
Lin Xian berkata dengan getir:
"Aku tadi sudah lama menggunakan teleskop Guru Wei, tetap tidak menemukan lokasi brankas paduan hafnium. Utamanya karena di dalamnya ada terlalu banyak bangunan, mungkin banyak gedung besar itu gudang, aku pun tidak tahu brankas disimpan di gudang mana."
"Singkatnya, area ini pasti tidak ada brankasnya. Bagaimanapun Kota Permaisuri berdiri karena brankas, pasti tahu pentingnya. Mana mungkin ditaruh di kawasan lama sepi? Kalaupun benar di sini, pasti dikawal banyak orang."
"Lebih baik kita pergi dulu dari sini, lalu menuju gedung tertinggi di bagian tengah yang paling inti."
Lin Xian mengeluarkan pistol dari pinggangnya.
Membuka pengaman, memasang peluru, memperlihatkannya ke CC:
"Menurutku cara tercepat dan paling efektif adalah 【membajak permaisuri】, lalu menodongkan pistol ke kepalanya, memaksa dia mengungkap lokasi brankas."
“Lagipula hari ini tinggal beberapa jam lagi akan direset, benar-benar tidak perlu terlalu hati-hati. Sekalipun nanti dibunuh oleh pengawal permaisuri juga tidak masalah. Asalkan kita melihat nomor brankas dan nama orang, bagi kita misi sudah bisa dianggap selesai.”
“Jika ada nama saya, atau nama Tua Wei Shengjin, maka besok masih perlu datang lagi. Tapi jika... tidak ada brankas kami berdua, dan semua nomor brankas di atas 266... maka Kota Permaisuri ini benar-benar tidak perlu didatangi lagi.”
Setelah berkata demikian.
Lin Xian memasukkan pistol yang sudah siap digunakan kembali ke saku, melambai pada CC:
“Ayo, kita lewat sini, lewat jalan gelap kecil ini...”
Saat sampai di persimpangan, dia langsung tertegun.
“Ada apa?”
CC penasaran mendekat, melongok ke dalam jalan gelap itu, seluruh tubuhnya juga ikut tertegun, buru-buru menutup mata dan mundur... sambil menarik Lin Xian kembali.
Benar-benar tidak tahu kalau tidak melihat, kaget begitu melihat!
Di jalan gelap kecil itu ternyata ada sepasang kekasih muda sedang berpelukan!
Batuk-batuk.
Merampok ya merampok, menculik ya menculik. Lebih baik merobohkan sepuluh kuil daripada merusak satu pernikahan. Lin Xian dan CC memutuskan untuk menghindari jalan ini.
“Pasangan muda memang biasa berkencan di tempat remang-remang seperti ini.”
Lin Xian melambaikan tangan:
“Kita cari jalan lain saja, lewat sini.”
Keduanya berbelok ke jalan sempit di samping...
Hasilnya!
Lagi-lagi pengalaman membuka wawasan!
Di jalan sempit ini ternyata ada dua pasang kekasih! Sudah mulai berciuman!
“Pergi pergi pergi pergi……”
CC dengan kecepatan cahaya menarik Lin Xian kembali, menariknya keluar dari tempat bermasalah ini:
“Kenapa begini? Kenapa di sini ada begitu banyak pasangan muda?”
Dia sama sekali tidak bisa memahaminya, mengerutkan alut:
“Dan… dan hal seperti ini, bisa dilakukan di luar ruangan? Bukankah seharusnya ini hal yang sangat pribadi?”
Lin Xian mengangkat tangan pasrah:
“Ah… kau tanya saya, saya juga tidak punya pengalaman. Hanya bisa bilang pasangan-pasangan muda ini benar-benar jago memilih tempat.”
“Sebagai penyusup, tentu kita harus memilih tempat sepi untuk menyusup. Tapi pasangan-pasangan ini juga sama, mereka pasti ingin menutupi mata orang, memilih tempat terpencil yang hanya diterangi cahaya bulan untuk mesra-mesraan.”
“Pokoknya, kita cari jalan lain saja. Saya tidak percaya daerah seluas ini setiap sudut terpencilnya pasti ada pasangan muda bersembunyi?”
Dia tidak percaya, bersama CC berjalan memutar ke arah lain.
Lima menit kemudian.
Akhirnya dia percaya.
CC juga tercengang.
Dia menghadap dinding, menutup mata, menutupi alut:
“Lin Xian, kau benar-benar jago memilih tempat. Tembok kota Permaisuri sepanjang itu, tapi kau malah memilih tempat kencan paling populer yang menghalangi jalan kita.”
Lin Xian mengangkat tangan pasrah:
“Saya juga getir. Siapa sangka… di bumi yang terbelakang ini, justuri wilayah Permaisuri yang paling terbuka?”
“Sekarang saya kurang lebih mengerti, Kota Permaisuri hanya butuh 20-30 tahun untuk melipatgandakan populasi... Ternyata memang kebiasaan masyarakat yang garang. Ah bukan, seharusnya dikatakan berkat kepemimpinan Permaisuri yang baik. Dengan frekuensi pacaran dan iklim percintaan seperti ini, mustahil populasi tidak berlipat ganda!”
Dia mengatakan yang sebenarnya.
Kawasan lama yang sudah ditinggalkan ini, sepertinya di Kota Permaisuri telah secara konvensional menjadi surga kencan diam-diam bagi pasangan muda.
Pihak berwenang juga sepertinya mendukung hal ini, jadi pasukan patroli tidak mengganggu area ini, bangunan tua yang rumit ini pun tidak dirobohkan—sungguh menjadi taman cinta alami bagi pasangan kekasih.
“Ya sudah tidak ada cara lain.”
Lin Xian menunjuk ke jalan kecil yang awalnya hanya memiliki satu pasangan kekasih—setidaknya, di jalan itu hanya ada sepasang kekasih yang sedang berpelukan:
“Terpaksa menerobos saja, anggap saja mereka tidak ada. Lagipula kita ini perampok, ngapain takut mengganggu mereka?”
“Tentu, untuk menghindari masalah berlebih dan menarik perhatian patroli, lebih baik kita rendah profil. Cepat lewati saja mereka.”
CC selalu merasa kurang aman:
“Bisa diandalkan nggak ini? Keberadaan kita berdua di tempat begini saja sudah canggung, masa lewat di samping mereka malah tidak bikin tambah mencolok?”
“Takut apa? Tidak apa-apa.”
Lin Xian tidak menganggap serius:
“Yang penting kita 【hati nurani bersih】, ayo pergi.”
Begitulah.
Keduanya berjalan gagah masuk ke jalan kecil pertama, berhadapan langsung dengan pasangan kekasih yang agak malu-malu.
Jelas saja.
“Pasangan ini sepertinya baru saja mulai berpacaran, masih canggung dan kaku, agak kurang nyaman, tidak bisa dibandingkan dengan pasangan-pasangan yang lebih mesra di belakang.”
Melihat Lin Xian dan CC masuk.
Pasangan muda itu seperti memicu pegas langsung terbuka otomatis, menatap waspada pada keduanya.
“Permisi, permisi.”
Lin Xian menangkupkan tangan meminta maaf, menyelak melewati pasangan muda itu.
CC juga diam-diam mengikuti dari belakang, merasa seperti telah melakukan kesalahan.
Setelah susah payah melewati jalan kecil ini, dikira di belakangnya akan ada jalan raya yang terang, namun ternyata... di balik jalan kecil masih ada jalan kecil lagi, di belakang pasangan masih ada pasangan lain.
“Hancur, masuk sarang pasangan pacaran.”
Lin Xian memandang jalan-jalan kecil yang menjalar ke segala arah di depannya, tapi merasa tidak ada jalan keluar, orang-orang di jalan kecil itu bukan penjaga tapi lebih menakutkan dari penjaga.
Tampaknya.
Langkah industrialisasi Kota Permaisuri terlalu cepat, fasilitas hiburan tidak mengimbangi, sementara area kota lain terang benderang dan ramai... secara tidak langsung menyebabkan para pemuda di kota tidak punya tempat kencan, akhirnya berbondong-bondong ke kawasan lama yang terbengkalai.
“Fenomena perkembangan peradaban yang sangat unik.”
Lin Xian merasa sangat menarik, seolah kembali ke dunia nyata, bahkan bisa menulis tesis sosiologi.
“Mereka berdualah!!!”
Tiba-tiba.
Dari belakang terdengar teriakan:
“Mereka berdua jelas bukan pasangan! Mereka penyusup!”
Lin Xian dan CC menoleh, melihat sepasang kekasih muda mengajak penjaga mendatangi mereka.
"Krek!" Penjaga mengisi magazen pistol api dengan cepat, lalu meniup peluit di lehernya sekuat tenaga——
Suara peluit bergema, derap kaki kuda dari kejauhan seketika mendekat!
Habislah, ketahuan.
Lin Xian sama sekali tidak menyangka, suatu hari akan terjebak oleh pasangan kekasih ini.
"Lari!"
Dia menarik tangan CC dan berlari ke jalan setapak berliku.
Jalan di sini berbelit-belit, meski pengejar naik kuda, tak mudah menemukan mereka.
Setelah melewati beberapa pasangan lagi, akhirnya tiba di jalan yang lebih lebar.
Lin Xian menoleh ke belakang, benar saja tak ada penjaga yang mengejar.
"Lin Xian——"
CC menatap ke depan, matanya membelalak lebar.
Tapi sudah terlambat...
Saat Lin Xian menoleh, laras hitam pistol ganda dari atas kuda sudah mengarah tepat di antara alisnya!
Braak!!!
Aroma mesiu menyengat memenuhi rongga hidung dan otak...
Penglihatan Lin Xian gelap seketika.
……
……
……
Brem!
Di ranjang sudut kamar tidur, Lin Xian terlonjak bangun tiba-tiba.
Lagi-lagi napasnya tersengal dan detak jantung berdebar, butuh beberapa tarikan nafas dalam baru bisa tenang.
"Tidak mungkin."
Dia menggaruk rambut yang kusut karena tidur:
"Ini keterlaluan..."
Entah kenapa dia tertawa kecut, merasa skenario kematian hari ini benar-benar menggelikan.
Tampaknya.
Kota Permaisuri pasti memiliki struktur budaya dan sosial yang unik.
"Setidaknya, pihak berwenang di sini sangat terbuka, bahkan mungkin terlalu terbuka. Mereka sampai menyediakan area khusus untuk para pemuda berpacaran."
"Untuk meningkatkan angka kelahiran dan populasi?"
"Atau mungkin..."
"Apakah Paduka Permaisuri kota ini benar-benar memiliki wawasan tinggi tentang manajemen dan sosiologi?"
"Haruskah kita menyusup dari posisi berbeda besok malam?"
Lin Xian menggelengkan kepala.
Dari sudut keamanan penyusupan, ia yakin posisi sudut tenggara ini adalah pilihan terbaik yang tak mungkin salah.
Pada dasarnya, keterbukaan mereka karena menginjak "ranjau alarm" - yaitu pasangan-pasangan mesra di sana.
Setelah dipikir-pikir, masuk akal juga.
Keluarga calon suami itu sedang menikmati kencan romantis di bawah bulan, sementara dirinya dan CC dengan tak tahu malu menerobos. Kesopanan aside, siapa yang tak kesal dengan hal seperti ini?
Yang membuat Lin Xian semakin frustrasi...
Jaringan kepungan yang dibentuk pasangan-pasangan ini benar-benar rapat, menyisir setiap sudut dan jalan kecil, sama sekali tak memberi kesempatan pada penyusup.
Adakah cara menyusup yang sempurna?
Tanpa mengganggu pasangan mesra maupun ketahuan prajurit?
Sepertinya...
Hanya bisa memanfaatkan budaya masyarakat Kota Permaisuri yang garang namun terbuka ini.
Jika ia dan CC bisa berpura-pura lebih mirip pasangan, bukankah mereka bisa menyamar di antara mereka dan menyatu sempurna dengan lingkungan?
Bahkan...
"Kalau kota Permaisuri Town begitu toleran dan memaklumi pasangan muda, bukankah selama kita berpura-pura lebih meyakinkan, bahkan berjalan di jalanan pun bisa dilakukan dengan bangga dan leluasa?"
Tidak disangka...
Pertempuran penyusupan di mimpi kelima.
Tidak menguji kekuatan api、
Tidak menguji kemampuan fisik、
Tidak menguji retas password、
Tidak menguji terjun payung dari ketinggian.
Ternyata!
Harus menguji [akting]!
"Ah, andai saja VV ada di sini, bisa memberikan bimbingan tingkat Hollywood."
"Tapi, di sisi lain, meskipun aktingku bagus juga tidak ada gunanya."
Lin Xian dengan getir bangun dari ranjang, menuangkan air minum:
"CC adalah pembunuh akting sekaligus kayu mati perasaan, meski aktingku hebat, CC tetap akan ketahuan."
"Sudahlah, sudahlah."
Dia menggelengkan kepala:
"Besok cari cara lain saja."
Mengambil ponsel di samping ranjang, melihat jam, baru pukul sembilan malam lebih.
Benar-benar sudah sangat lama tidak bangun dari mimpi sedini ini... juga sudah sangat lama tidak merasakan sensasi kematian dalam mimpi.
Lalu, ada beberapa pesan belum dibaca dari Kak Wang.
Kak Wang sepertinya tahu dirinya sering tidur di siang hari, jadi malas menelepon, langsung mengirim pesan WeChat untuk urusan penting.
Membuka pesannya.
Kak Wang mengirim banyak foto, semuanya kontrak terkait laboratorium, di belakangnya ada tulisan panjang:
“Lin Xian, bukankah kau bilang ingin berinvestasi membangun laboratorium dan observatorium baru? Di sini aku sudah menyiapkan tim, lokasi pembangunan observatorium juga telah mencapai kesepakatan kerja sama dengan sebuah desa miskin. Semua dokumen ini membutuhkan tanda tanganmu... Jika tidak ada halangan, datanglah ke perusahaan besok.”
Lin Xian langsung membalas:
“Baik.”
Ini urusan resmi perusahaan, juga terkait rencana masa depannya sendiri.
Jadi meskipun dirinya cuma melepas tanggung jawab, tetapi jika harus pergi ya tetap harus pergi.
Hampir seketika.
Kak Wang membalas pesan:
“Keajaiban! Kau hari ini bangun sangat pagi! Apa sudah cukup tidur? Jangan begadang lagi ya! Besok aku tunggu tanda tanganmu!”
……
Hari berikutnya.
Gedung Perusahaan Rhein, kantor Lin Xian.
Setelah menandatangani serangkaian dokumen, dia baru saja menggeliat ketika suara ketukan pintu terdengar.
Siapa lagi ini?
“Silakan masuk.”
Dia menekan sakelar rumah.
Seorang wanita berkaki panjang dengan mantel hitam, anting batu hitam, dan sepatu hak tinggi hitam masuk.
“Yingjun?”
Dia tersenyum bangkit berdiri:
“Ada apa denganmu?”
Setelah mengucapkan ini, Lin Xian merasa baru saja mengatakan hal yang sia-sia.
Sekarang seluruh Perusahaan Rhein dari atas sampai bawah penuh mata-mata... Bukankah setiap kali dia datang, Zhao Yingjun selalu bisa memburunya?
Masih perlu ditanya alasannya?
Pasti karena si pengkhianat Kak Wang itu.
“Sudah Lama Tak Berjumpa, Lin Xian.”
Zhao Yingjun berjalan mendekat sambil tersenyum:
“Hari ini aku memang sengaja mencarimu, ada sesuatu yang ingin kubicarakan.”
"Bisa, ada apa?"
Lin Xian mempersilakan Zhao Yingjun duduk di sofa, menuangkannya secangkir teh.
Zhao Yingjun menyesap teh, lalu berbicara perlahan:
"Sebenarnya... hal ini agak sulit diungkapkan, tapi aku kurang percaya dengan orang lain, jadi terpaksa harus merepotkanmu."
Lin Xian melambaikan tangan:
"Jangan sungkan. Selama ini kau sering membantuku dan mendukung Perusahaan Rhein. Aku senang bisa membantumu."
Zhao Yingjun mengangguk:
"Ada paman kedua di kampung halamanku di Beijing yang meninggal. Beliau sosok penting, jadi kami para junior harus pulang untuk persiapan pemakaman dan urusan lain. Perkiraan butuh beberapa hari."
"Jadi... aku ingin meminta bantuanmu untuk menjaga..."
Lin Xian segera paham:
"Oh, aku mengerti. Menjaga VV ya?"
Dia tentu tahu betapa Zhao Yingjun menyayangi Pomeranian itu.
Memang benar.
Urusan menjaga VV pasti tidak bisa dipercayakan ke orang lain, hanya pada dirinya.
"Tidak masalah."
Lin Xian langsung menyetujui:
"Serahkan VV padaku, pasti kujaga dengan baik."
Zhao Yingjun menundukkan kepala dan tersenyum:
"Heh, tebakanmu tepat. Aku memang ingin menitipkan VV padamu beberapa hari."
"Tapi... bukan cuma VV, ada satu lagi..."
Dia menengadah.
Tatapannya yang rumit tertuju pada Lin Xian:
"Yan Qiaoqiao. Kalian berdua pernah bertemu di jamuan makan waktu itu."
Bibirnya terkumat-kamit.
Zhao Yingjun melanjutkan:
"Bisakah kau... juga membantuku merawatnya selama beberapa hari?"
